Anda di halaman 1dari 2

Kelompok 1 Diesyarista R.N.

D (18-1004)
Trisna Wahyu Nurjuniasti (18-1007)
Muhammad Muzzaki (18-1014)
Fahmi Nur Rohman (18-1021)
Adinda Namira Ramadhanti (18-2027)
FENOMENA EL-NINO DAN LA-NINA di SUMATRA (Riau)
Analisis Temporal Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia Tahun 2015 (Studi
Kasus Provinsi Riau) oleh Nurkholis dkk (2015)
Kebakaran hutan ini terjadi pada bulan September-November 2015. Sama
halnya di tahun 1997, kebakaran kali ini disebabkan oleh adanya anomali iklim
yaitu fenomena El-Nino di Samudera Pasifik yang menyebabkan terjadinya
kekeringan di Indonesia. Kebakaran hutan yang terjadi di Riau tahun 2015 dipicu
pula oleh pembukaan lahan yang dilakukan oleh perusahan-perusahaan dengan
cara dibakar. Akibat terjadinya kebakaran hutan di Riau tahun 2015 menyebabkan
lahan terbakar seluas 2.643 ha. Besar kerugian yang ditaksir mencapai lebih dari
Rp 20 Triliun dan lebih dikarenakan semakin luasnya kebakaran semakin banyak
pula biaya yang di keluarkan. Asap yang ditimbulkan akibat kebakaran tersebut
mengakibatkan jarak pandang hanya sekitar 200-500 meter. Kabut asap juga
menyebabkan terganggunya transportasi darat, udara, dan laut serta kestabilan
politik dengan negara tetangga. Besar emisi karbon yang dihasilkan mencapai 1
milyar ton, di mana setiap harinya memancarkan emisi sebsar 15-20 juta ton.
Emisi ini lebih besar dibandingkan dengan emisi karbon yang dikeluarkan oleh
Jerman dan Amerika Serikat dalam setahun yaitu 14 juta ton per hari (Hasil
penelitian Guido van Der Werf, peneliti dari Universitas Amsterdam).
Faktor Penyebab Kebakaran Hutan menurut data South Oscillation Index
(nino index) terbukti bahwa pada tahun 2015 memang terjadi el nino dipenjuru
dunia yang menyebabkan kemarau berkepanjangan dan kebakaran hutan. Salah
satu efeknya terjadi di daerah sumatera di provinsi Riau. Yang kedua adalah
pengeringan lahan Pengeringan lahan gambut diakibatkan oleh curah hujan yang
rendah dan tingkat evaporasi yang tinggi disebabkan oleh musim kemarau
berkepanjangan. Lahan gambut yang telah dikeringkan akan memicu kebakaran
yang sulit
dipadamkan akibat kedalaman bahan organik dapat lebih dari 3 meter.
Selanjutnya adalah Pembakaran lahan secara sengaja dimanfaatkan dalam
berbagai kepentingan. Pembakaran disengaja ini dilakukan oleh pihak-pihak yang
tidak bertanggungjawab dengan dalih pembukaaan lahan dan alih fungsi lahan.
Menurut Herry Purnomo, peneliti dari Center for International Forestry Research
(CIFOR), hal ini diakibatkan oleh pelaku pembakaran hutan yang terorganisir
kuat dan memiliki koneksi pejabat dari mulai daerah hingga ke pusat
(www.bbc.com). pembakaran termasuk metode yang murah dan efektif untuk
membuka lahan akan tetapi memiliki efek samping yang tinggi. Juga dapat terjadi
karena kekurangannya air yaitu Sulit memadamkan air dikarenakan kondisi yang
sulit dijangkau, daerah yang kekurangan air dikarenakan musim kemarau
berkepanjangan, dengan semakin rendahnya kadar air pada gambut maka akan
semakin cepat laju pembakarannya, dan juga menyebabkan kondisi tanah sulit
menyerap air dikarenakan kondisi di dalam hutan telah habis dan akhirnya tidak
ada kemampuan untuk menampung dengan sempurna air yang telah di berikan.
Dampak yang terjadi akan merasakan Aspek sosial ekonomi
1. Hilangnyasumber mata pencaharian masyarakat yang masih
menggantungkan hidupnya pada hutan (berladang, beternak, berburu/menangkap
ikan).
2. Penurunan produksi kayu.
3. Terganggunya kegiatan transportasi.
4. Terjadinya protes dan tuntutan dari negara tetangga akibat dampak asap
kebakaran.
5. Meningkatnya pengeluaran akibat biaya untuk pemadaman.

Anda mungkin juga menyukai