Al Qur
Al Qur
Al-Qur’an mempunyai posisi yang penting dalam kehidupan seorang muslim karena
merupakan petunjuk hidup yang memberikan ketundudukannya terhadap Allah SWT.Sebagai
pedoman hidup dalam beragama Islam, Al-qur’an memiliki misi yang sama dengan Islam
yaitu menjadi rahmat alam semesta dan memberi petunjuk kepada manusia untuk bisa
menjadi seseorang yang berahlak mulia.
Pesan Al-Qur'an bersifat universal, lintas masyarakat, lintas wilayah, dan lintas masa.
Yang dimaksud dengan pesan kontekstual dan pesan umum sebagai berikut:
● Pesan kontekstual: sesuai dengan kondisi arab pada waktu itu dan tantangan yang dihadapi
oleh rasulullah dan para sahabatnya. Begitu juga dengan bagaimana mengatur sistem
perbudakan, melaksanakan perang, mengatur perkawinan, dan sebagainya pada waktu itu
yang memang perlu disikapi.
● Pesan umum : Tahuid, kemanusiaan, keadilan, kebajikan.
Adapun demikian kita sadari bahwa dalam 23 tahun masa pewahyuhan terdapat nilai-
nilai yang bisa sampai ketjuan akhirnya namun juga ada yang melalui target antara.Misalnya
Mengenai peperangan di jaman Rasulullah dan para sahabat.Ayat-ayat yang menjelaskan
peperangan ini turun ketika mereka berada dalam situasi yang darurat.Berbeda dengan
jaman sekarang yang kondisinya tentram dan damai.Sehingga, ayat-ayat tersebut tidak
dipahami secara kontekstual melainkan karena tujuan dari ayat ini ialah mewujudkan
perdamaian.
Begitu juga mengenai hal perbudakan dimana dari masa awal kerasulan Rasulullah hingga
beliau wafat tidak dapat dihapuskan karena begitulah sistem sosial masyarakat Arab pada
saat itu.Berbeda dengan kita yang tidak memiliki sistem tersebut dalam kehidupan
masyarakat kita.Lalu apakah kita melanggar hukum islam dengan tidak melaksankan
perbudakan ? Jawabannya adalah tidak dikarenakan tujuan dari Islam itu sendiri ialah
meniadakan perbudakan karena tidak sesuai dengan prinsip Tauhid.Penghambaan hanya
kepada Allah semata bukan kepada mahluk sesama Allah.
Maka ayat ayat yang menjelaskan mengenai dua hal tersebut perlu dipahami dan
menyikapinya dengan prinsip Tauhid dan kebajikan yang bersifat universal.
Al-qur'an adalah firman zat yang maha tahu dan maha benar, semua informasi yang
terdapat dalam al qur'an didasarkan kepada informasi yg tidak terbatas dan pasti benar.
Termasuk ayat-ayat yang memberi petunjuk tentang perbudakan maupun perang, tetapi
pemahaman kita atas al qur'an berasal dari manusia yang tidak ada satu pun yg maha tahu
dan tidak ada satu pun yg maha benar, berpengetahuan terbatas (bisa benar,bisa salah). Salah
satu ciri dari pemahaman terhadap al-qura'n yang valid adalah tidak bertentangan dengan
misi islam, dimana al-qur'an menjadi petunjuk, yaitu tauhid dan melahirkan kemaslahatan
bersama seluas2nya. Maka jika ada pemahaman atas ayat al-qur'an kemudian melahirkan
kerusakan atau membahayakan maka kita bisa menolak pemahaman atas al-qur'an tanpa
menolak ajaran al-qur'an nya. Adapun beberapa faktor seseorang dalam memahami alquran
yaitu:
Ayat yg sama akan berbeda dengan pemahaman latar belakang keilmuan, karena latar
belakang seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan mendalam akan berbeda dengan
mereka yang pengetahuannya sangat terbatas, baik pengetahuan tentang ayat Al-Qur’an,
makna, dan sejarah turunnya, maupun pengetahuan yang berkaitan dengan substansi ayat.
Latar belakang politik dan ekonomi akan berbeda pemahaman tentang al-qur'an nya sama
dengan latar belakang politik seseorang juga bisa ikut memengaruhi pemahamannya atas
al-qur’an yang sama sangat mungkin dipahami dengan cara yang berbeda. Latar belakang
politik seseorang juga bisa ikut memengaruhi pemahamannya atas al-qur’an. Ayat Al-
Qur’an yang sama sangat mungkin dipahami dengan cara yang berbeda oleh mereka yang
berada dalam lingkaran kekuasaam dengan yang berada dalam penjara sebagai tahanan
politik penguasa.
Gender akan memengaruhi tentang pemahaman Al-Quran sama dengan latar belakang
jenis kelamin yakni laki-laki atau perempuan seseorang juga bisa memengaruhi
pemahaman seseorang atas al-qur’an. Ketika memahami ayat-ayat alqur’an tentang
menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui sangat mungkin mufasir laki-laki yang tidak
mengalaminya akan berbeda dengan mufasir perempuan yang mengalami.