Anda di halaman 1dari 5

A.

CATATAN KEGIATAN SEMINAR


1. Sesi 1
a. Penanya 1
Nama : Shisi Khoiria Anjani / 1806582
Kelompok :5
Pertanyaan : Seperti yang sering kita dengar bahwa ada sebagian umat islam
yang meyakini adanya nyadran karena ingin menunjukkan penghormatan terakhir untuk
seseorang yang sudah meninggal dan ada yg berpandangan bahwan nyadran merupakan
kegiatan bid’ah. Nahh yg ingin saya tanyakan, bagaimana pandangan kelompok terhadap
pernyataan tersebut, yang mana pernyataan yang benar dan mana pernyataan yang perlu
dikoreksi.
Jawaban Penyaji
Nama/NIM : Bagus Syahla Munggaran / 1800330
Jawaban : Tradisi nyadran ini diperbolehkan jika kita bermotivasi untuk
mengingatkan kita akan adanya kematian dan sesuai dengan syariat Islam. Jika kita tidak
termotivasi untuk mengingatkan kita pada kematian dan tidak ada membaca Al-Qur’an,
tahlil, dsb maka hal itu termasuk menjadi kegiatan bid’ah atau bukan kegiatan ajaran
Islam.
Komentar Audiens
Nama/NIM/KLP : Fasya / 1806438 / kelompok 3
Komentar : (Menambahkan) Jika diniatkan untuk menyembah nenek moyang
atau orang-orang yang sudah meninggal maka hal itu termasuk bid’ah. Jika diniatkan
untuk mengingatkan pada kematian maka hal itu disunnahkan oleh Rasulullah SAW.

b. Penanya 2
Nama : Bagas Pribadi / 1803819
Kelompok :8
Pertanyaan : Nyadran ini kan sebagai bentuk akulturasi dengan budaya hindu-buddha
dengan salah satu syariat islam yaitu ziarah kubur. Yang ingin saya tanyakan, untuk
akulturasi itu sendiri, seberapa boleh syariat islam berakulturasi dengan budaya dari
agama lain? Bukankah itu mencampur-adukan ajaran agama?
Jawaban Penyaji
Nama/NIM : Syiffa Ryanti Nurherdiansyah / 1800498
Jawaban : Indonesia merupakan negara multikultural jadi hal itu bukan termasuk
mencampuradukkan agama tetapi bagaimana kita menyesuaikan dengan budaya-budaya
tersebut yang merupakan salah satu bentuk toleransi.
Seperti yang dikatakan Rendi, Islam bukanlah agama pertama yang masuk ke
Indonesia. Islam mulai disebarkan di Jawa oleh Wali Songo pada abad ke-18.Tradisi
nyadran tetap digunakan sampai saat ini karena pada saat itu Wali Songo mengatakan
menyembah roh itu merupakan hal yang musyrik, tidak pelan-pelan, dan tidak mengikuti
tradisi setempat maka agama Islam tidak akan mudah diterima oleh masyarakat.

Nama/NIM : Rendi Sutami / 1800328


Jawaban : (Menambahkan) Jika seberapa boleh, kurang tahu tetapi sebagaimana
pengalaman Rendi dahulu ketika pelajaran agama sewaktu sekolah dijelaskan agama
pertama yang masuk ke Indonesia bukan Islam melainkan agama lain. Islam masuk ke
Indonesia tidak secara lansung menyebar dengan mudah. Islam yang masuk ke Indonesia
dahulu menyesuaikan dengan ajaran/tradisi yang ada di Indonesianya terdahulu agar
agama Islam mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Contohnya ketika mengucapkan
“Laa ilaha illallah” sambal kepala digeleng-gelengkan. Kegiatan tersebut mengikuti
tradisi setempat. Hal itu akan memudahkan penyebaran Islam ke Indonesia.

Nama/NIM : Devi Nurjanah / 1806821


Jawaban : (Menambah) Semua ajaran agama (kitab) datang dari Allah SWT. Tetapi
saat ini kitab-kitab sekarang mengalami modifikasi yang menjadikan banyaknya
perbedaan keyakinan dan kepercayaan. Untuk nyadran sendiri (mungkin) berasal dari
ajaran Hindu-Buddha jadi tata caranya sama karena sumbernya sama hanya mengalami
modifikasi. Untuk pertanyaan boleh atau tidak mencampuradukkan budaya itu boleh
tergantung apakah budaya yang kita serap itu bertentangan dengan ajaran agama Islam
atau tidak. Jika bertentangan dengan ajaran agama Islam maka tidak boleh.

Komentar Audiens
Nama/NIM/KLP : Bagas Pribadi / 1803819 / 8
Komentar : (Menyanggah) Dijelaskan bahwa nyadren awalnya bukan dari
agama Islam itu sendiri tetapi dari tradisi Indonesia yang terdapat akulturasi agama. Hal
itu dilakukan supaya Islam tidak ditolak mentah-mentah oleh agama sebelumnya, yaitu
Hindu dan Buddha. Yang membuat Bagas bingung adalah banyak orang tahu nyadran
tetapi inti dari nyadran ini adalah mengkombinasi syariat ziarah kubur dengan tradisi
Hindu-Buddha seperti hasil akulturasi. Sedangkan banyak orang yang beragama Islam
yang lupa dengan inti utama dari nyadran ialah syariat ziarah kubur. Yang mereka tahu
adalah hasil akulturasinya itu. Nah bagaimana kalau begitu?.

Nama/NIM/KLP : Deva Nurul Fauzi / 1802398


Komentar : (Menanggapi sanggahan Bagas) Dasar dan tujuan utama
keduanya sudah berbeda. Jika kita bandingan budaya Indonesia dengan Arab, waktu
nyadran di Indonesia sendiri dari sejak Hindu-Buddha dan misalkan yang dilakukan itu
dari nonmuslim dengan menggunakan dasar yang dulu tidak apa-apa. Jika yang beragama
Islam untuk sekarang akan menyeleweng dan kembali lagi ke tujuan utama mungkin bisa
dijelaskan dengan dakwah. Dengan adanya dakwah kita bisa meluruskan kembali
melakukan ziarah sesuai dengan syariat Islam. Saat ini mungkin konteksnya beda lagi.
Setahu saya menurut teman saya 10 Suro yang seperti itu sudah tidak ada hubungannya
lagi dengan konteks agamanya namun masuk ke tradisi dan budaya. Hal itu tergantung
kepercayaan masing-masing orang. Jika orang itu sudah Islam pasti sudah dialihkan ke
syariat Islam itu sendiri. Orang yang masih melaksanakannya itu konteksnya ke
melestarikan tradisi dan budaya.

Nama/NIM/KLP : Kahfi Achmad Muharram / 1806575


Komentar : (Menanggapi sanggahan Bagas) Sebaiknya harus dipisahkankan
terlebih dahulu antara tradisi/budaya dan syariat.

c. Penanya 3
Nama : Rifki Ahmad Fauzi / 1804433
Kelompok :5
Pertanyaan : Tokoh islam yang mempopulerkan nyadran di Indonesia? Kenapa
Sunan Kalijaga ingin mempopulerkan tradisi nyadran sementara kata Bagas budaya
dengan syariat harus dipisahkan?

(Tanggapan) Saya kira Wali Songo itu membuat budaya baru di Indonesia.
Jawaban Penyaji
Nama/NIM : Syiffa Ryanti Nurherdiansyah / 1800498
Jawaban : Kita tidak benar-benar tahu siapa yang menyebarkan tradisi
nyadran dari Hindu-Buddhanya tetapi tradisi nyadran yang pertama kali disebarkan oleh
agama Islam adalah Wali Songo oleh Sunan Kalijaga. Awal agama yang ada di Indonesia
itu Hindu-Buddha yang menyembah roh bukan Tuhan atau Allah SWT sedangkan
nyadran sendiri tradisi menyembah ke roh. Nah supaya Islam bisa masuk dan diterima
masyarakat, nyadran menggunakan syariat Islam. Jika tidak kan masuknya musyrik.

Nama/NIM : Rendi Sutami / 1800328


Jawaban : (Menambahkan dan menjawab) Balik lagi ke awal lagi. Sejak Wali
Songo menggabungkan tradisi tersebut dengan dakwahnya agar agama Islam dapat
mudah diterima oleh masyarakat dan tidak berbenturan dengan kepercayaan sebelumnya.

Nama/NIM : Devi Nurjanah / 1806821


Jawaban : (Menambah) Mengambil dari pengertiannya itu sendiri artinya
mendoakan. Kenapa mempopulerkan tradisi nyadran karena inti dari nyadran (ziarah
kubur) ini adalah mendoakan yang sudah meninggal sedangkan berdoa itu sesuatu yang
diharuskan. Mungkin dari situ Wali Songo mempopulerkan nyadran dengan mendoakan
orang yang sudah meninggal itu adalah sesuatu yang disyariatkan oleh Islam.

Komentar Audiens
Nama/NIM/KLP : Tidak ada komentar dari audiens.
Komentar :

2. Sesi 2
a. Penanya 1
Nama : Ratu Adellia A / 1806844
Kelompok : kelompok 6
Pertanyaan : Telah diketahui bahwa Tradisi Nyadran merupakan tradisi yang berawal
dari masyrakat bergama Hindu-Buddha yang kemudian dirubah perlaha oleh Sunan
Kalijaga. Selain itu, tradisi ini merupakan gabungan antara budaya dengan nilai islam dan
tradisi dapat dikatakan bukanlah ajaran murni dari agama islam. Pertanyaannya adalah
bagaimana sikap terbaik kita terhadap masyarakat yang masih mempercayai atau masih
kental akan budaya tersebut?
Jawaban Penyaji
Nama/NIM : Bagus Syahla Munggaran / 1800330
Jawaban : Sikap terbaik kita ketika melihat masyarakat masih mempercayai
atau masih kental dengan budaya tersebut dengan menghargai, tidak saling menjatuhkan,
dan sebagainya. Contohnya di Jawa Barat sendiri tradisi nyadran itu sudah hampir semua
orang dengan menggunakan Syariat Islam karena Jawa Barat sendiri mayoritasnya
muslim. Untuk Jawa Timur dan Jawa Tengah mungkin masih ada yang nonmuslim
sehingga mereka masih mempercayai adat-adat nyadran dari agama-agama sebelumnya.
Jadi, sikap utama kita adalah saling menghargai terhadap sesame. Misalkan kita
melakukan nyadran dengan syariat Islam tantu kita harus menghargai orang yang ingin
melakukan tradisi nyadran dengan syariat yang berbeda.
Komentar Audiens
Nama/NIM/KLP ://

Komentar

Anda mungkin juga menyukai