Anda di halaman 1dari 3

Latar belakang

Komunikasi merupakan suatu mekanisme penyampaian dan juga penerimaan pesan dari
komunikan kepada komunikator untuk mencapai suatu tujuan tertentu. J.A Devito mengartikan
bahwa komunikasi merupakan suatu tindakan oleh satu

orang atau lebih yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan terjadi
dalam satu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan
umpan balik. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa proses komunikasi terjadi apabila
terdapat pesan yang ingin disampaikan dalam bentuk simbol bermakna ide, informasi,
kepercayan, budaya dan sebagainya dan ditujukan kepada orang lain maka terdapat tujuan yang
akan diraih bersama-sama.

Terkait dengan budaya, budaya juga merupakan bagian dari elemen komunikasi dan memiliki
keterkaitan tertentu. Hall selaku pakar komunikasi antar budaya menyatakan bahwa tidak ada
batasan antara budaya dan komunikasi, "Budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah
budaya". Komunikasi antar budaya itu sendiri memiliki arti bahwa komunikasi ini dapat terjadi
apabila bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut memiliki latar belakang yang
berbeda (Srnover dan Porter, 1972). Perbedaan latar belakang ini bukan merupakan
permasalahan yang kompleks apabila individu-individu yang terlibat dapat mengolah proses
komunikasi mereka guna memahami perbedaan masing-masing.

Setelah memahami penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk melihat komunikasi antar
budaya yang terjadi dalam film "My Name is Khan" dengan banyaknya konflik-konflik yang
terjadi dan bagaimana upaya Khan dapat membuktikan bahwa perbedaan itu tidak selamanya
salah. Proses pengkajian film ini menggunakan metode Analisis Semiotik dimana penulis akan
meilhat bagaimana lambang-lambang pesan dan juga mitos tertentu dapat terlihat di dalam film
ini sehingga dapat diketahui bagaimana proses komunikasi antar budaya dapat terjadi/
Latar Belakang Film My Name Is Khan

My name is khan adalah sebuah film yang mengangkat kisah seorang muslim india yang
tinggal di Amerika Serikat. Dimana kultur yang berbeda serta peristiwa-peristiwa rasis lainnya
mewarnai kehidupannya di Amerika Serikat. Kisah ini berawal dari Rizvan Khan, seorang warga
negara India yang beragama islam. Dia adalah seorang pemuda yang menderita kelainan, yang
bisa dikatakan agak terbelakang mental. Sebelumnya ia hidup dengan damai di India. Hingga
pada suatu ketika ibunya meninggal dunia, ia memutuskan untuk pindah ke Amerika Serikat
mengikuti jejak sang adik yang telah lebih dulu sukses di sana.

Banyak ideologi yang di angkat dalam film ini, salah satunya yang busa kita lihat adalah
dimana di dalam dilm ini, golongan islam terbagi-bagi. Rizvan digambarkan sebagai penganut
islam yang moderat dan terbuka, dimana tidak menbeda-bedakan agama lain. Dan bahkan
menikah dengan wanita yang beragama hindu. Kejadian Black September sangat mempengaruhi
alur cerita dari film ini. Dimana hidum khan yang semula tentram menjadi berubah 180 drajat
sejak kejadian Black September.

Pasca itu citra islam yang tercoreng ikut merysak hidup khan yng juga merupakan
seorang muslim. Disini seakan-akan diperlihatkan bahwa masyarakat masih kaku dalam
menghadapi isu-isu seperti ini. Karena selalu mengaitkan apapun yang berhubungan dengan
islam sebagai teroris.

Secara kesesluruhan, film ini memperlihatkan kita pada realita bahwa masih banyak
orang – orang didunia ini yang mempunyai pikiran seperti ini. Dangkal dan menilai seseorang
hanya berdasarkan identitas yang dimilikinya tanpa mau tahu apa yang sebenarnya. Hubungan
yang baik pun bisa rusak hanya karena hal yang dibuat oleh orang lain yang hanya kita tahu
sama secara identitas keagamaannya saja. Masih sering terjadi dalam kehidupan kita, orang –
orang yang didiskriminasi hanya karena agamanya yang dianggap salah. Padahal belum tentu
semuanya seperti itu. Semakin lama, masyarakat harus semakin pintar dalam menghadapi isu –
isu yang sedang berkembang saat ini.
Pembahasan

Teori Semiotik Roland Barthes

Teori Roland Barthes menjelaskan semiotik dapat dibagi menjadi 2 tahap pertandaan,
yaitu denotasi dan konotasi. Kata konotasi sendiri berasal dari bahasa Latin connotare yang
memiliki arti membentuk makna dan menyorot pada tanda-tanda kultural yang berbeda dengan
kata. Kata melibatkan simbol-simbol, historis, dan berhubungan dengan emosional.

Roland Barthes menyebutkan dalam bukunya Mythologies (1972) jika konotasi kultural
dari berbagai aspek kehidupan keseharian bertujuan untuk membawakan tentang “apa-yang
terjadi-tanpa-mengatakan” dan menunjukan konotasi dunia tersebut dan secara lebih luas basis
idiologinya.

Barthes juga melihat tambahan tahap pertandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu
masyarakat. Mitos berada pada tingkat kedua penandaan, tanda tersebut akan menjadi penanda
baru dan kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Ketika suatu tanda
memiliki makna konotasi, maka tanda tersebut dapat berkembang menjadi makna denotasi, lalu
makna denotasi tersebut dapat menjadi mitos.

Anda mungkin juga menyukai