Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PANDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk perusahaan perseorangan, ekuitas sering disebut modal. Untuk perseorangan, istilah

ekuitas (ekuitas pemegang saham atau stockholders' equity) lebih merefleksi kata yang ingin

dikandungnya.Istilah modal sering digunakan pula sebagai padan kata equity walaupun modal

lebih dekat maknanya dengan istilah capital.Ekuitas mengandung unsur kepemilikan (ownership),

untuk organisasi nonprofit ekuitas disebut dengan aset bersih (net assets) untuk menghindari kesan

adanya pemilikan.

Karena kensep kesatuan usaha yang memisahkan antara manajemen dan pemilikan,

informasi tentang akuitas pemegang saham menjadi sangat penting karena hal tersebut

menunjukan hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan pemegang saham. dari sudut

pemegang saham, ekuitas pemegang saham merupakan hak atas kekayaan atau nilai yang tertanam

dalam perseroan. Kalau dipandang dari sudut kesatuan usaha, ekuitas pemegang saham merupakan

"utang" perseroan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu, ekuitas pemegang saham dapat

juga dipandang sebagai gambaran hubungan yuridis antara perseroan dan pemegang saham.

Dengan kedudukannya yang demikian persoalannya adalah bagaimana melaporkan atau

menyajikan informasi elemen ini agar hubungan dan tanggung jawab yuridis dapat dipertahankan.

Karena konsep kesatuan usaha menuntut artikulasi antar statemen keuangan,tidak terdapat

masalah semantik atau definisional dalam pembahasan ekuitas seperti halnya elemen pendapatan,

biaya dan laba. Teori ekuitas yang bersifat semantik adalah teori sudut pandang atau teori entitas.

Ekuitas pemegang saham itu sendiri terdiri atas dua komponen penting yaitu modal setoran (paid-

in atau contributed capital) dan laba ditahan (retained earnings)

1.2 Rumusan Masalah

1
Pokok dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah definisi kewajiban.


2. Bagaimana karakteristik kewajiban.
3. Bagaimana cara mengukur dan menentukan jumlah rupiah pada saat penanggungan,
peneusuran, dan pelunasan
4. Apakah atribut dalam penilaian kewajiban.
5. Bagaimana kriteria dari pengakuan kewajiban.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:
6. Untuk mengetahui definisi kewajiban.
7. Untuk mengetahui karakteristik kewajiban.
8. Untuk mengetahui cara mengukur dan menentukan jumlah rupiah pada saat penanggungan,
peneusuran, dan pelunasan
9. Untuk mengetahui atribut dalam penilaian kewajiban.
10. Untuk mengetahui kriteria dari pengakuan kewajiban.

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ekuitas

Karena artikulasi harus dipertahankan, ekuitas tidak didefinisikan secara semantic tetapi

secara sintaktik. Artinya, ekuitas didefinisikan secara mekanik atau procedural dalam kaitannya

dengan elemen-elemen statemen keuangan yang lain. Lebih tegasnya, ekuitas tidak dapat didefinisi

secara independen terhadap aset damn kewajiban. Dalam kerangka dasar Standar Akuntansi

Keuangan (2002), misalnya, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendefinisi ekuitas sebagai berikut

(pasal 49);

Ekuitas adalah hak residual atau aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.

Ekuitas didefinisi sebagai hak residual untuk menunjukkan bahwa ekuitas bukan

kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan pengorbanan sumber ekonomi masa datang. Karena didefinisi

atas dasar eset dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada bagaimana aset dan kewajiban

diukur.

Godfrey, Hodgson, dan Holmes (1997) membedakan ekuitas dan kewajiban atas dasar

kriteria berikut:

a. Hak-hak masing-masing pihak atas penyelesaian klaim.

b. Hak penggunaan aset dalam operasi.

c. Substansi ekonomik perjanjian.

2.2. Komponen Ekuitas Pemegang Saham

Ekuitas pemegang saham diklasifikasi atas dasar dua komponen penting, yaitu modal

setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal saham (capital stock sebagai

modal yuridis (legal capital) dan modal setiran tambahan (additional paid-in capital), dan

3
komponen lain yang merefleksi transaksi pemilik (misalnya saham treasuri atau modal

sumbangan). Dalam berbagai literatur, modal setoran sering disebut pula sebagai invested capital,

original capital, atau bahkan original investment. Modal yuridis (legal capital) sering disebut

sebagai formal capital, restricted capital, stated capital , atau capital stock. Modal setoran lain

sering disebut secara spesifik sebagai paid-in-surplu,unrestricted capital, paid-in capital in excess

of capital stock,capital in excess of par( stated value), capital surplus, atau stock premium.

2.3. Tujuan Penyajian Ekuitas

Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh tujuan

penyajian informasi tersebut kepada pemakai statemen keuangan. Pada umumnya, tujuan

pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada yang

berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan (stewardship) manajemen. Tujuan lain adalah

menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemengan ekuitas

lainnya. Informasi tentang kewajiban yuridis perseroan terhadap para pemegang saham dan pihak

lainnya juga merupakan tujuan penyajian ekuitas pemegang saham ini. Untuk memenuhi tujuan

tersebut, informasi yang harus disampaikan tentang ekuitas pemegang saham tersebut minimal

adalah: (1) sumber ekuitas pemegang saham beserta riwayatnya, (2) peraturan yuridis yang

membatasi pembagian dividen dan pengembangan modal setoran kepada pemegang saham, dan

(3) prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya (urutan proteksi).

2.4. Pembedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan

Klasifikasi ekuitas pemegang saham menjadi modal setoran dan laba ditahan sebenarnya

merefleksi pembedaan atas dasar sumber. Penyajian ekuitas pemegang saham atas dasar sumber

4
sebenarnya bersifat tradisi karena anggapan bahwa penyajian seperti ini akan memberi ini akan

memberi informasi tentang riwayat modal sejak berdirinya perseroan. Memang pada umumnya

perseroan berdiri dari perusahaan kecil yang mendanai operasinya dari sumber pemilik-manajer.

Makin besarnya perusahaan menjadikan ekuitas pemegang saham berubah tidak hanya dalam

jumlahnya tetapi juga dalam komposisi atau sumbernya. Ada beberapa komponen yang

membentuk ekuitas pemegang saham yaitu:

(1) Jumlah rupiah yang disetorkan oleh pemegang saham

(2) Laba yang ditahan merupakan sisa laba setelah pembagian dividen

(3) Jumlah rupiah yang timbul akibat apresiasi/revaluasi aset fisis tertentu

(4) Jumlah rupiah donasi dari pihak nonpemegang saham

(5) Sumber lainnya

Laba ditahan pada dasarnya adalah terbentuk dari akumulasi laba yang dipindahkan dari

akun Ikhtisar Laba-Rugi (Income Summary).

2.5. Modal Yuridis

Modal setoran dibedakan menjadi modal yuridis dan modal setoran lain (agio/premium

modal saham). Modal yuridis timbul karena ketentuan hokum yang mengharuskan bahwa harus

ada sejumlah rupiah yankg harus dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap pihak lain.

Modal yuridis merupakan jumlah rupiah “minimal” yang harus disetor oleh investor sehingga

membentuk modal yuridis (legal capital).

 Besarnya Modal Yuridis

Modal yuridis dapat sama dengan jumlah yang dikenal dangan nama modal saham

(capital stock). Modal saham menunjuk jumlah rupiah perkalian antara cacah saham beredar

5
dengan nilai nominal per saham. Jumlah ini merupakan jumlah rupiah yang secara yuridis menjadi

hak pemegang saham walaupun dala transaksi pembelian saham jumlah rupiah jumlah rupiah yang

disetor/ dibayarkan melebihi modal yuridis tersebut.

2.6. Modal setoran Lain

Nominal saham sering dianggap bukan merupakan harga efektif saham sehingga secara

akuntansi penentuan nilai nominal saham sebenarnya tidak bermakna ekonomik. Dalam hal

tertentua, nilai nominal saham lebih merupakan alat untuk pemerataan distribusi pemilikan

daripada untuk menunjukkan nilai saham itu sendiri. Karena tidak bermakna ekonomik,

saham dapat diterbitkan tanpa nilai nominal (no par stock).

2.7. Perubahan Modal Setoran

Tujuan utama perekayasaan akuntansi modal setoran ini adalah untuk membedakan secara

tegas antara perubahan akibat transaksi operasi dan perubahan akibat transaksi operasi. Berbagai

sumber yang dapat mengubah modal setoran dengan berbagai masalah teoretisnya adalah:

a. Pemesanan saham (stock subscriptions)

b. Obligasi terkonversi atau berhak-tukar (convertible bonds)

c. Saham istimewa terkonversi atau berhak-tukar (convertible stocks)

d. Dividen saham (stock dividends)

e. Hak beli saham, opsi, dan waran (stock rights, options, dan warrant)

f. Saham treasuri (treasury stocks)

a. Pemesanan Saham

Pada umumnya, pada saat perseroan didirikan atau pada saat melakukan penawaran public

perdana (initial public offering atau IPO), perusahaan telah menetapkan apa yang disebut modal

dasar (authorized capital stocks).

6
Secara konseptual, ekuitas pemegang saham bersifat seperti kewajiban. Oleh karena itu, jumlah

rupiah saham pesanan dapat diakui sebagai modal setoran hanya apabila kedua syarat berikut

dipenuhi:

1. Jumlah rupiah yang disepakati dalam pemesanan merupakan klaim yuridis bagi perusahaan

terhadap pemesan dan tidak dapat dibatalkan.

2. Harga pemesanan tersebut akan ditagih penerbit dalam periode yang cukup pasti dan tidak

terlalu lama.

b. Obligasi Terkonversi

Perusahaan menerbitkan obligasi dengan karakteristik bahwa obligasi tersebut dapat

ditukarkan dengan saham biasa atas kehendak pemegang obligasi dalam periode konversi tertentu.

Telah dibahas sebelumnya bahwa obligasi yang demikian mengandung sifat ekuitas dan kewajiban

sehingga menimbulkan masalah apakah perlu dipisahkan jumlah rupiah yang merepresentasi

ekuitas dan yang merepresentasi kewajiban. Dalam hal ini, ada dua nilai yang dapat

digunakan sebagai basis kapitalisasi yaitu:

1. Nilai buku (book value) atau nilai bawaan (carrying value) obligasi pada saat penukaran.

2. Harga pasar obligasi atau harga pasar saham (mana yang paling objektif).

c. Saham Prioritas Terkonversi

Pengukuran jumlah rupiah yang harus diakui sebagai modal setoran dapat menggunakan

cara seperti pada obligasi terkoversi. Dengan pendekatan pertama, nilai nominal saham prioritas

plus porsi premium/diskun ditransfer ke modal pemegang saham dan premium/diskun modal

pemegang saham biasa. Tidak ada untung atau rugi yang diakui pada saat konversi tersebut. Ini

berarti bahwa jumlah rupiah yang mula-mula diterima pada saat menerbitkan saham prioritas

karena nilai likuidasi saham prioritas adalah sebesar nilai nominalnya. Itulah sebabnya porsi

7
premium/diskun juga ikut ditransfer. Kalau porsi premium tidak ditransfer dan semua saham

prioritas dikonversi menjadi saham biasa maka akan terjadi kejanggalan karena akan terdapat

premium saham prioritas padahal tidak ada saham prioritas yang beredar. Konversi ini semata-

mata menandai perubahan status atau hak dua golongan pemegang saham. Perubahan ini sering

disertai penerbitan sertifikat saham biasa baru dan penarikan sertifikat saham prioritas atau

istimewa.

d. Dividen Saham

Dividen saham adalah distribusi dividen dalam bentuk saham yang sejenis dengan saham

yang mula-mula diterbitkan. Bila distribusi dividen saham tidak disertai dengan kapitalisasi laba

ditahan, dividen saham akan menyerupai pemecahan saham (stock split). Pemecahan saham adalah

penurunan nominal (atau nilai nyataan/stated value) per saham dengan cara menukar tiap satu

saham yang beredar dengan dua atau lebih saham baru yang dinilai nominal per sahamnya

merupakan pecahan dari nilai nominal saham semula. Bila perusahaan mendistribusi dividen

saham 20% tanpa disertai kapitalisasi, perusahaan sebenarnya telah menurunkan nominal per

saham menjadi 100/120 dari nilai nominal semula.

1) Karakteristik Dividen Saham

Bagi pemegang saham, dividen saham bukan merupakan pendapatan atau laba. Berbagai

teori atau argument diajukan untuk menjelaskan mengapa dividen saham bukan merupakan laba

bagi penerimanya.

Dari sudut pandang kesatuan usaha, dividen saham bukan merupakan pembagian laba

karena tidak ada penurunan aset perusahaan atau kenaikan utang perusahaan. Hal ini berbeda

dengan dividen kas jelas merupakan pendapatan bagi penerima karena ada transfer kemakmuran

(wealth) ke pemegang saham.

8
Bila toh dividen saham dipandang sebagai pendapatan in natura karena menaikkan nilai investasi,

pendapatan tersebut belum terrealisasi bila belum dijual oleh penerimanya. Investasi naik karena

dividen saham dapat dijual atau kalau tidak dijual penerima berhak menerima dividen tunai di

masa datang atas saham tersebut.

2) Kapitalisasi Atas Dasar Nilai Nominal

Kalau tujuan penyajian informasi modal pemegang saham adalah untuk menunjukkan

modal yuridis (legal capital), kapitalisasi dividen saham haruslah hanya sebesar nilai nominal atau

nyataannya. Jumlah ini sebesarnya merupakan jumlah minimal yang harus dikapitalisasi untuk

memenuhi ketentuan yuridis.

Alasan pendukung kapitalisasi hanya sebesar nilai yuridis adalah bahwa dividen saham

bukan merupakan pendapatan dan mengkapitalisasi sebesar harga pasar member kesan bahwa

dividen tersebut merupakan pendapatan yang direinvestasi ke dalam perusahaan.

3) Kapitalisasi Atas Dasar Harga Saham

Walaupun dividen saham berbeda dengan dividen kas, sebagai dividen keduanya dianggap

serbagai distribusi ke pemilik. Oleh karena itu, dividen saham dapat dipandang sebagai pengganti

dividen kas karena dividen saham mempunyai nilai. Harga pasar merupakan dasar yang tepat

untuk menentukan kapitalisasi. Berbagai dasar pikiran mendukung hal ini:

a. Laba ditahan pada dasarnya adalah reinvestasi dari pemegang saham tanpa tindakan

pernyataan resmi.

b. Transaksi dividen saham dapat dianggap terdiri atas dua transaksi yaitu pembagian dividen

kas dan penerbitan saham baru dengan harga sebesar dividen kas tersebut.

c. Dari kaca mata perusahaan, jumlah rupiah dividen saham adalah kos kesempatan penjualan

saham baru ke pasar modal.

9
d. Penggunaan harga pasar (bukan hanya nilai nominal) juga mengurangi kesan keliru para

pemegang saham bahwa masih tersedia laba ditahan yang dapat didistribusi lagi baik dalam bentuk

dividen saham atau kas.

e. Hak Beli Saham

Hak beli saham adalah hak yang diberikan bagi pemegang saham lama untuk membeli

sejumlah saham (proporsional dengan kepemuilikan). Hal ini biasanya dimaksudkan untuk

mempertaruhkan pemilikan pemegang saham lama. Pada umumnya, hak beli saham umurnya tidak

lama dan harga beli saham dengan hak beli tersebut biasanya lebih rendah dari harga pasar saham

bersangkutan.

f. Opsi Saham

Opsi merupakan instrument yang digolongkan sebagai sekuritas turunan-saham atau

derivative-saham (equity-derivative securities). Disebut turunan karena harus ada sekuritas yang

melandasi atau menjadi basis (underlying securities). Secara umum opsi diartikan sebagai klaim

untuk membeli atau menjual saham tertentu yang sengaja diciptakan oleh investor untuk dijual

kepada investor lain.

1) Opsi saham Nonimbalan

2) Obsi Saham Imbalan

3) Waran

2.8. Penurunan Modal Setoran

Berbagai sumber perubahan modal setoran yang dibahas di atas bersifat menaikan atau

menambah modal setoran. Pada umumnya lebih banyak faktor yang bersifat menaikkan modal

setoran daripada yang menurunkan modal setoran. Alasannya adalah bahwa begitu modal disetor

10
dan tertanam dalam perusahaan, modal tersebut akan menjadi investasi permanen dalam

perusahaan. Kalaupun pemegang saham ingin melepaskan investasinya, pemegang saham akan

menjualnya ke pasar saham sehingga apa yang dilakukan pemegang saham tidak mempengaruhi

operasi ataupun posisi keuangan perusahaan.

Yang perlu ditekankan adalah bahwa penilaian pasar tidak menjadi alas an kuat untuk

merevisi ekuitas modal pemegang saham tanpa adanya transaksi modal.

2.9. Perubahan Laba Ditahan

Jika pemisahan antara transaksi modal dan transaksi operasi harus tetap dipertahankan,

Hanya terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi besarnya laba ditahan yaitu laba atau rugi

periodic dan pembagian dividen. Laba yang dipindahkan dari laba akun laba – rugi (income

summary) adalah laba yang pindahkan dari akun selisih seluruh elemen transaksi operasi dalam

arti luas disebut laba komprehensif. Transaksi lain yang dapat mempengaruhi laba yang ditahan

adalah transaksi yang tergolong dalam transaksi modal seperti yang diuraikan di atas.

a) Penyesuaian perioda lalu

Penyeuaian ini adlah perlakuan terhadap suatu jumlah rupiah yang memepengaruhi operasi

perioda masa lalu.bukan segai pengurang atau penambah perhitungan laba tahun sekarang. Tetapi

sebagai penyesuai terhadap laba dithan awal perioda sekarang .perlakuan semacam ini

dimaksudkan untuk menjadikan laba di tahan awal perioda sekarang menunjkuan saldo yang

semestinya seadainya jumlah rupiah tersebut telah diakui dalam perioda yang lalu.

b) Koreksi kesalahan

System akuntansi biasanya sudah dengan cukup cermat sehingga kesalahan dalam

pencatatan akan segera dapat dideteksi sehingga dapat segera dilakukan koreksi. Dalam hal

tertentu, kesalahan tidak segera diketahui dan baru diketahui beberapa waktu atau bahkan beberapa

11
perioda setelah statemen keuangan disusun dan diterbitkan.

c) Perubahan Akuntansi

Karena alasan tertentu suatu perusahaan mungkin melakukan kebijakan yang mempunyai

pengaruh terhadap konsistensi dalam proses akuntansi dan pelaporan keuangan yang disebut

dengan perubahan akuntansi.

d) Kuasi Reorganisasi

Kuasi reorganisasi biasanya dilakukan dalam hal terjadi suatu defisit.PSAK no.51 pasal 9

mendeskripsikan pengertian kuasi reorganisasi sebagai berikut:

“Kuasi reorganisasi adalah reorganisasi, tanpa melalui reorganisasi secara hukum yang

dilakukan dengan menilai kembali akun-akun aktiva dan kewajiban pada nilai wajar dan

mengeliminasi saldo devisit.”

2.10. Penyajian Modal Pemegang Saham

Urutan penyajian kewajiban dan modal pemegang saham dalam neraca sebenarnya

menggambarkan urutan perlindungan dalam kondisi perusahaan mengalami defisit dan dalam

kondisi perusahaan dilikuidasi. Dalam terjadi defisit, urutan penyajian menggambarkan urutan

penyerapan rugi (sequence of charges) sedangkan dalam kondisi likuidasi urutan penyajian

menggambarkan urutan perlindungan yuridis (legal sequence of protection) bagi para penyedia

dana dalam hal terjadi likuidasi.

1. Urutan Penyerapan Rugi

Dalam hal terjadi pengorbanan kos akibat hilangnya manfaat menjadi rugi, rugi tersebut akan

diserap dahulu melalui laba bersih dan hanya dalam keadaan yang sangat khusus maka kos tersebut

12
dapat diserapkan oleh kelompok modal pemegang saham. Jadi, urutan penyerapan biaya, rugi, dan

rugi luar biasa (sequence of charges) dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Pendapatan Kotor

b. Laba Bersih

c. Laba Ditahan

d. Premium Modal Saham

e. Modal saham

2. Urutan Menerima Distribusi Aset

Urutan ini menjadi basis penyajian untuk kewajiban dan ekuitas pemegang saham. Urutan

perlindungan dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Karyawan dan pemerintah.

b. Kreditor berjaminan.

c. Kreditor tak berjaminan.

d. Pemegang saham prioritas.

e. Pemegang saham biasa.

2.11. Perincian Laba Ditahan

Bila komponene-komponen tertentu yang berasal dari transaksi operasi dilaporkan

langsung ke laba ditahan, laba ditahan dapat disajikan dan dirinci atas dasar sumber. Terdapat pula

kebiayasaan bahwa laba ditahan disajikan dengan merincinya atas dasar tujuan dengan cara yang

disebut apropriasi dan pembatasan.

1. Perincian atas dasar sumber

2. Perincian Atas Dasar Tujuan Penggunaan

13
2.12. Laba Komprehensif

Pos-pos operasi dalam arti luas sebagai lawan pos-pos transaksi nonpemilik meliputi pos-

pos operasi utama, pos-pos tambahan, dan pos-pos yang sifatnya khusus atau luar biasa tetapi

berasal darri transaksi nonpemilik. Masalah teoretis dalam hal ini adalah pos-pos mana saja yang

dilaporkan melalui statemen laba ditahan. Dalam hal ini, ada dua pendekatan yang dianut yaitu

kinerja sekarang atau normal (current atau normal performance approach) dan semua-termasuk

atau surplus bersih (all-inclusive atau clean surplus approa)

PPSAK No. 6

Pernyataan pencabutan standart akuntansi keuangan

PENGANTAR

PPSAK 6 tentang Pencabutan PSAK 21: Akuntansi Ekuitas, ISAK 1: Penentuan Harga

Pasar Dividen, ISAK 2: Penyajian Modal dalam Neraca dan Piutang kepada Pemesan Saham dan

ISAK 3: Akuntansi atas Pemberian Sumbangan atau Bantuan telah disahkan Dewan Standar

Akuntansi Keuangan pada 5 Oktober 2010.

Oleh karena itu, dengan disahkannya PPSAK 6 ini, entitas yang sebelumnya menggunakan PSAK

dan ISAK yang dicabut dalam menyusun laporan keuangannya tidak menggunakan PSAK dan

ISAK tersebut sebagai acuan.

BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

14
Konsep kesatuan usaha memisahkan secara fisik dan konseptual antara manajemen dan

pemilik. Ekuitas pemegang saham menggambarkan hubungan yuridis antara perseroan dengan

para pemegang saham. Ekuitas pemegang saham terdiri atas dua komponen yaitu modal setoran

dan laba ditahan. Modal setoran dipecahkan menjadi modal yuridis dan modal setoran lain.

Ekuitas didefinisikan secara sintatik sebagai hak residual atas aset perusahaan setelah

dikurangi semua kewajiban. Ekuitas terpaksa didefinisi secara sintatik bukan semantik karena

keperluan untuk memprtahankan artikulasi statemen keuangan. Ekuitas mengandung makna

pemilikan. Oleh karena itu, untuk organisasi nonbisnis ekuitas sering disebut sebagai aset bersih.

Ekuitas berbeda dengan kewajiban dalam tiga hal, yaitu hak atas penyelesaian klaim, hak

penggunaan aset, dan substansi perjanjian (yuridis). Walaupun demikian, atas dasar konsep

kesatuan usaha kreditor dan investor dipandang sebagai pihak luar perusahaan yang terpisah dari

manajemen.

Modal setoran perlu dibedakan dengan laba ditahan karena modal setoran merupakan suatu

bentuk kontrak yuridis yang harus dipertahankan keutuhannya sedangkan laba ditahan merupakan

modal yang tercipta atau terhimpun karena pemanfaatan aset. Modal setoran merupakan

perubahaan aset dalam rangka pendanaan (transaksi modal) sedangkan laba ditahan merupakan

perubahan aset dalam rangka produksi (transaksi operasi).

Kontrak yang sesungguhnya antara pemegang saham dan perseroan ditunjukan oleh

keseluruhan dana yang disetor (modal setoran) tanpa memperhatikan adanya modal yuridis atau

modal saham yang sering dianggap sebagai batas perlindungan bagi pihak lain. Pemisahan dan

pelaporan modal yuridis tidak menjadi masalah secara teknis. Akan tetapi, secara konseptual

modal yuridis dan modal setoran lain harus ditotal untuk menunjukan modal setoran yang harus

dibedakan dengan laba ditahan. Dari segi akuntansi, yang mendasarkan diri pada konsep dasar

15
substansi di atas bentuk, ekuitas pemegang saham adalah seluruh jumlah yang secara ekonomik

tertanam dalam perseroan termasuk laba ditahan.

3.2 Saran

Demikian makalah ini dibuat semoga bermanfaat dalam menambah wawasan kita semua penyusun
menyarankan pembaca untuk memberikan kritik dan saran yg membangun untuk kesuksesan
makalah selanjutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Suwardjono. Juli 1985. Teori Akuntansi. Edisi 1 Cetakan pertama. Yogyakarta. BPFE

17

Anda mungkin juga menyukai