Anda di halaman 1dari 5

UPAYA BELA NEGARA BAGI KALANGAN MAHASISWA

LATAR BALAKANG

Konstitusi negara UUD 1945 Pasal 27 Ayat 3 mengatur bahwa; “Setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara”. Setiap warga Negara juga berhak dan wajib
ikut serta dalam pertahanan negara sebagaimana tercantum dalam Pasal 30 Ayat 1 bahwa; “Tiap-
tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”

Selanjutnya, UU No.3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara menjelaskan bahwa upaya
bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara
yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian
kepada negara dan bangsa.

Dalam Pasal 9 ayat 1 UU Pertahanan Negara ditegaskan bahwa “Setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan
negara.” Selanjutnya ayat 2 pasal yang sama berbunyi, “Keikutsertaan warga negara dalam upaya
bela negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, diselenggarakan melalui: a. pendidikan
kewarganegaraan; b. pelatihan dasar kemiliteran secara wajib; c. pengabdian sebagai prajurit TNI
secara sukarela atau wajib; dan d. pengabdian sesuai dengan profesi.” Sementara ayat 3 pasal
tersebut berbunyi, “Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran
secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang-undang.”

Mengacu Undang-Undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, keikutsertaan


warga Negara dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan dengan menjadi anggota Tentara
Nasional Indonesia dan Pelatihan Dasar kemiliteran. Saat ini pelatihan dasar kemiliteran
diselenggarakan melalui program Rakyat Terlatih (Ratih), meskipun konsep Ratih adalah amanat dari
Undang-Undang No. 20 Tahun 1982. Sementara nonfisik, Undang-Undang No.3 Tahun 2002
menjelaskan keikutsertaan warga Negara dalam bela Negara dapat diselenggarakan melalui PKn dan
pengabdian sesuai dengan profesi. Berdasar hal itu, maka keterlibatan warga Negara dalam bela
negara secara nonfisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam segala
situasi, misalnya dengan cara: (1) Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk
menghayati demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak,
menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus kepada masyarakat, (2)
Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata (bukan retorika), (3)
Kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan menjunjung tinggi Hak Azazi
Manusia, dan (4) Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal
pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa
Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui ibadah sesuai
agama/kepercayaannya masing-masing.

Konsep Bela Negara Konsep bela negara dapat diuraikan secara fisik dan nonfisik. Secara fisik
yaitu dengan cara mengangkat senjata mengahdapi serangan atau agresi musuh. Bela negara secara
fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar. Sementara, bela negara secara nonfisik dapat
didefinisikan sebagai segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia
dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap
tanah air serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara. Wujud dari usaha bela negara
adalah kesiapan dan kerelaan setiap warga negara untuk berkorban demi mempertahankan
kemerdekaan, kedaulatan negara, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, keutuhan wilayah
nusantara, kelangsungan hidup dan yuridiksi nasional, serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Sikap
dan perilaku bela negara dilandasi oleh nasionalisme dan patriotisme dari setiap warga negara.

Sesuai Undang-Undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, keikutsertaan warga
negara dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan dengan menjadi anggota Tentara Nasional
Indonesia dan Pelatihan Dasar kemiliteran. Saat ini pelatihan dasar kemiliteran diselenggarakan
melalui program Rakyat Terlatih (Ratih), meskipun konsep Rakyat Terlatih (Ratih) adalah amanat dari
Undang-Undang No. 20 Tahun 1982. Rakyat Terlatih (Ratih) terdiri dari berbagai unsur, seperti
Resimen Mahasiswa (Menwa), Perlawanan Rakyat (Wanra), Pertahanan Sipil (Hansip), Mitra Babinsa,
dan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) yang telah mengikuti Pendidikan Dasar Militer, dan
lainnya. Rakyat terlatih mempunyai empat fungsi, yaitu ketertiban Umum, Perlindungan Masyarakat,
Keamanan Rakyat, dan Perlawanan Rakyat. Tiga fungsi yang disebut pertama umumnya dilakukan
pada masa damai atau pada saat terjadinya bencana alam atau darurat sipil, di mana unsur-unsur
Rakyat Terlatih membantu pemerintah daerah dalam menangani Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat, sementara fungsi Perlawanan Rakyat dilakukan dalam keadaan darurat perang di mana
Rakyat Terlatih merupakan unsur bantuan tempur bagi pasukan regular TNI dan terlibat langsung di
medan perang. Disisi nonfisik, merujuk Undang-Undang No.3 Tahun 2002, keikutsertaan warga
negara dalam bela negara dapat diselenggarakan melalui Pendidikan Kewarganegaraan dan
pengabdian sesuai dengan profesi. Berdasar hal itu, maka keterlibatan warga negara dalam bela
negara secara nonfisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam segala
situasi, misalnya dengan cara: 1) Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk
menghayati demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak,
menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus kepada masyarakat, 2)
Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata (bukan retorika), 3)
Kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan menjunjung tinggi Hak Azazi
Manusia, dan 4) Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal
pengaruhpengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa
Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui ibadah sesuai
agama/kepercayaannya masing-masing. Hingga saat ini belum ada undang-undang tersendiri yang
mengatur mengenai Pendidikan Kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan
pengabdian sesuai dengan profesi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No.3 Tahun
2002. Apabila nantinya telah keluar undang-undang mengenai Pendidikan Kewarganegaraan,
pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi maka akan semakin
jelas bentuk keikutsertaan warga negara dalam upaya pembelaan negara. C. Peraturan Perundang-
undangan tentang Bela Negara Dasar hukum mengenai bela negara dapat ditemukan dalam
perundang-undangan, sebagai berikut: a. Pasal 27 Ayat 3 UUD 1945: “Setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara” b. Pasal 30 UUD 1945 (1) Tiap-tiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara (2) Usaha
pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai
kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung. (3) Tentara Nasional Indonesia terdiri
atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat Negara bertugas
mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan Negara. (4) Kepolisian
Negara Republik Indonesia sebagai alat Negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat
bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hokum. (5) Susunan dan
kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan
kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam
menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan
undang-undang. Produk turunan dalam Perundang-undangan yang merupakan tata laksana dari
Pasal 30 UUD 1945 yang telah disusun adalah; a. Undang-Undang No.2 Tahun 2001 tentang
Kepolisisan Negara Republik Indonesia b. Undang-Undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara c. Undang-Undang No.34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia Pengaturan peran
warga negara dalam bela negara disebutkan dalam Pasal 9 UU No.3 Tahun 2002, sebagai berikut: (1)
Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam
penyelenggaraan pertahanan negara. (2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara,
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melalui: a. Pendidikan Kewarganegaraan; b.
Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib; c. Sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara
sukarela atau secara wajib; d. Pengabdian sesuai dengan profesi (3) Ketentuan mengenai pendidikan
kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi
diatur dengan undang-undang. Sebagai perbandingan pelaksanaan keikutsertaan warga negara
dalam upaya bela negara menurut Undang-Undang No.20 Tahun 1982, dinyatakan pada Pasal 18
sebagai berikut. Hak dan kewajiban warga negara yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam
upaya bela negara diselenggarakan melalui: a. Pendidikan Pendahuluan Bela Negara sebagai bagian
tidak terpisah dalam sistem pendidikan nasional; b. Keanggotaan Rakyat Terlatih secara wajib; c.
Keanggotaan Angkatan Bersenjata secara sukarela atau secara wajib; d. Keanggotaan Cadangan
Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib e. Keanggotaan Perlindungan
masyarakat secara sukarela.

Mahasiwa sebagai generasi muda indonesia atau agen of change generasi penerus, dalam
upaya bela negara mahasiswa di harapakan ambil bagian dalam pergerakan sosial yang sekiranya
bermanfaat bagi negara, contoh memerangi korupsi di lingkungan kampus, memerangi ujaran
kebencian,paham radikalisme dan memerangi narasi narasi yang bersifat memecah belah bangsa,
memarangi Narkoba n

Dalam hal bela negara pelaksanaanya tidak ahrus dalam hal wujud

Sebagai generasi muda Indonesia,dalam upaya bela negara,mahasiswa diharapkan dapat ikut
ambil bagian dalam memerangi korupsi di lingkungan kampus,menolak keterlibatan dalam
paham-paham radikalisme dan ikut serta melakukancounter narasi terhadap paham-paham
radikal,ujaran kebencian dan narasi-narasi yang memecah belah bangsa.

Dalam pelaksanaannya Bela negara tidak harus dalam wujud perang tetapi sebagai
mahasiswa kita bisa melakukan bela negara dengan cara lain seperti belajar dengan
rajin,tidak menyebarkan berita Hoax dan ujaran kebencian,hidup bertoleransi,melestarikan
budaya,memakai produk Indonesia,berprestasi mengharumkan nama bangsa di dunia
internasional,menjaga nama baik bangsa dan negara.

Kita sebagai mahasiswa tidak boleh acuh terhadap perkembangan pemerintahan yang ada di
negara kita.Kesalahan-kesalahan atas kebijakan yang dilakukan dengan penguasa harus
dikiritik.Mahasiswa harus menjadi generasi yang cerdas dan tidak diam begitu saja ketika
masyarakatnya bergeming.Sebagai mahasiswa kita harus berada di garda terdepan dalam
memperjuangkan aspirasi masyarakat.

Sebagai mahasiswa juga kita harus memikirkan bagaimana caranya untuk mengembalikan
dan mengubah kondisi negara kita ini agar menjadi negara yang ideal dan mampu bersaing
dengan negara maju yang ada di seluruh dunia.Perubahan tersebut sangat diperlukan untuk
tercapainya sebuah negara yang ideal,namun,dalam pelaksanaannya nanti tidak
menghilangkan jati diri sebagai mahasiswa dan Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang
sopan,ramah,bermoral dan memiliki akhlak mulia.

Supaya semua hal itu terwujud,peran mahasiswa sangat-sangat penting adanya,terlebih


sebagai agent of change untuk membuat bangsa dan negara kita menjadi bangsa yang kuat
dan mampu bersaing dengan negara-negara maju lainnya.Maka dari itu,intinya mahasiswa
harus memiliki sikap kritis terhadap dinamika pemerintahan,apabila terjadi kesalahan dalam
pemerintah,mahasiwa harus berani untuk mengkritik dan memberikan saran untuk yang lebih
baik.Mahasiswa harus menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas sehingga dapat
memperjuangkan aspirasi masyarakat.

Supaya semua hal itu terwujud,peran mahasiswa sangat-sangat penting adanya,terlebih


sebagai agent of change untuk membuat bangsa dan negara kita menjadi bangsa yang kuat
dan mampu bersaing dengan negara-negara maju lainnya.Maka dari itu,intinya mahasiswa
harus memiliki sikap kritis terhadap dinamika pemerintahan,apabila terjadi kesalahan dalam
pemerintah,mahasiwa harus berani untuk mengkritik dan memberikan saran untuk yang lebih
baik.Mahasiswa harus menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas sehingga dapat
memperjuangkan aspirasi masyarakat.

Sebagai mahasiswa juga kita harus memikirkan bagaimana caranya untuk mengembalikan
dan mengubah kondisi negara kita ini agar menjadi negara yang ideal dan mampu bersaing
dengan negara maju yang ada di seluruh dunia.Perubahan tersebut sangat diperlukan untuk
tercapainya sebuah negara yang ideal,namun,dalam pelaksanaannya nanti tidak
menghilangkan jati diri sebagai mahasiswa dan Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang
sopan,ramah,bermoral dan memiliki akhlak mulia.

Anda mungkin juga menyukai