Anda di halaman 1dari 28

AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

“Akuntansi Transaksi Salam dan Salam Paralel ”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas akuntansi Perbankan
Syariah

Dosen Pengampu : Santi Yustini, SE, M.Ak

DISUSUN OLEH :

Kelompok 9

1. Anjar Hanif Fadhila 11180850000052


2. Muhammad Herdin Hendarsyah 11180850000053
3. Shafa Salsabla 11180850000059
4. Fachrul Amin Subhan 11180850000060

PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas kehdirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini
yang berjudul “Akuntansi Transaksi Salan dan Salam Paralel”. Makalah ini dibuat
dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Perbankan Syariah
yang diajarkan oleh Ibu Santi Yustini, SE, M.Ak
Makalah ini telah kami selesaikan dengan dengan kerjasama yang baik dan
juga referensi dari berbagai sumber yang kami gunakan. Oleh sebab itu kami
mengucapkan sangat amat terimakasih pada rekan rekan yang ikut berkontibusi
dalam penyusunan makalah ini.
Meskipun makalah ini telah disusun secara maksimal, namun penulis
sebagai manusia menyadari bahwa banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna .demikian apa yang bisa kami sampaikan dalam makalah ini, semoga
pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah yang kami sajikan.

Ciputat, 8 Sptember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Makalah 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi dan Penggunaan 3
B. ketentuan Syar’i Rukun Transaksi dan Pengawasan 5
C. Transaksi Salam dan salam Paralel 7
D. Cakupan Standar Akuntansi Salam dan salam parallel 8
E. Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Transaksi 12
F. Penyajian Transaksi Salam dan salam parallel 22
G. Pengungkapan Transaksi Salam dan salam parallel 22

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan 24
STUDI KASUS
DAFTAR PUSTAKA 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salam merupakan salah satu jenis akad jual beli, dimana pembeli
membayar terlebih dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan kuantitasnya
jelas sedangkan barangnya baru akan diserahkan pada saat tertentu di
kemudian hari.
Dengan demikian, akad salam dapat membantu produsen dalam
penyediaan modal sehingga ia dapat menyerahkan produk sesuai dengan yang
telah dipesan sebelumnya. Sebaliknya, pembeli dapat jaminan memperoleh
barang tertentu, pada saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya
diawal. Akad salam biasanya digunakan untuk pemasaran barang pertanian.
Kendati demikian, masih banyak diantara kita yang belum mengenal yang
namanya akad salam, maka dari itu dalam makalah ini akan di paparkan
pembahasan yang akan membawa kita untuk mengenal sedikit lebih dekat
mengenai akad salam itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Transaksi Salam dan salam Paralel ?
2. Apa saja ketentuan Syar’i Rukun Transaksi dan Pengawasan
Syariah Transaksi Salam dan salam Paralel ?
3. Bgamainan Alur Transaksi Salam dan salam Paralel ?
4. Apa saja Cakupan Standar Akuntansi Salam dan salam paralel ?
5. Bagaimana Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Transaksi ?
6. Bagaimana Penyajian Transaksi Salam dan salam paralel dalam
Laporan Keuangan ?
7. Bagaimana Pengungkapan Transaksi Salam dan salam paralel ?

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari Transaksi Salam dan salam
paralel.
2. Untuk mengetahui ketentuan Syar’i Rukun Transaksi dan
Pengawasan Syariah Transaksi Salam dan salam Paralel.
3. Untuk mengetahui Transaksi Salam dan salam Paralel.
4. Untuk mengetahui Cakupan Standar Akuntansi Salam dan salam
paralel.
5. Untuk mengetahui Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Transaksi.
6. Untuk mengetahui Penyajian Transaksi Salam dan salam paralel
dalam Laporan Keuangan.
7. Untuk mengetahui Pengungkapan Transaksi Salam dan salam
paralel.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi dan Penggunaan


Bai’ as salam atau biasa disebut dengan salam, merupakan
pembelian barang yang pembayarannya dilunasi di muka, sedangkan
penyerahan barang dilakukan di kemudian hari.Akad salam ini digunakan
untuk memfasilitasi pembelian suatu barang (biasanya barang hasil
pertanian) yang memerlukan waktu untuk memproduksinya. Salam paralel
merupakan jual beli barang yang melibatkan dua transaksi salam, dalam
hal ini transaksi salam pertama dilakukan dilakukan antara nasabah dengan
bank, sedang transaksi salam kedua dilakukan antara bank dengan petani
atau pemasok.
kendati demikian, skema transaksi ini tetap potensial dikembangkan
di Indonesia seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah untuk
mengembangkan sector pertanian. Secara khusus, jika pemerintah terlibat
dalam upaya mengembangkan kemampuan akses akses pendanaan petani,
penggunaan skema salam relative lebih tepat dan menguntungkan
dibandingkan dengan lainnya keuntungan skema salam antra lain adalah:
 Bagi petani
Skema salam dengan pembayaran dimuka akan sangat membantu
petani dalam membiayai kebutuhan petani dalam memproduksi
barang pertanian. Dengan petani memiliki kesempatan dan
dorongan yang lebih besar untuk meningkatkan kapasitas
produksinya agar dapat mengahsilkan produk pertanian yang
lebih banyak sehingga di samping untuk diserhkan kepada
pembeli sebanyak yang sudah ditentukan, juga dapat digunakan
untuk diri sendiri atau untuk di jual kepda pihak lain.
 Bagi pemerintah

3
Penggunaan skema salam dengan ciri pembayaran di muka akan
dapat mempercepat pencapain target-terget pemerintah dalam
mendorong peingkatan cadangan pengadaan produk pertanian.
Skema ini dipandang dapat mengantisipasi keengganan petani
menjual peroduknya kepada pemerintah selama ini, baik karena
telah terbiasa menjual kepada tengkulak atau pedagang besar.
Keuntungan lainnya bagi pemerintah adalah dengan tercapai nya
target cadangan pengadaan produk pertanian dengan dana yang
terjaungkau, maka akan mempercepat peran serta pemerintah
dalam ekspor produk pertanian ke luar negri yang belakangan ini
mengalami kenaikan harga
 Bagi pengusaha
Penggunaan skema salam bagi pengusaha berpotensi
meningkatkan efisiensi dan nilai penjualan pengusaha produk
pertanian. Pengusaha, yang dalam hal ini berperan sebagai
penjual produk pertanian baik untuk konsumsi local maupun
ekspor, akan dapat memiliki akan dapat memiliki produk
pertanian dari petani dengan harga yang relative akn lebih rendah
disbanding harga pasar mengingat pembayaran yang di lakukan di
muka. Adanya harga pembelian yang relative lebih murah
tersebut akan memberikan keuntungan bagi pengusaha untuk
memperoleh margin yang menarik. Keuntungan lain bagi
pengusaha adalah adanya kepastiaan memperoleh barang yang di
inginkan, sehingga tidsk perlu khawatir atas persaingan
mendapatkan barang pada saat panen dengan pengusaha lain.
 Bagi bank syariah
Skema salam pada dasarnya sagat menguntungkan bagi bank
syariah mengingat pembeli suda menyerahkan uangnya terlebh
dahulu di muka. Dengan demikian, resiko kegalalan membayar
utang tidak ada sma sekali. Walau transaksi ini menimbulkan
risiko baru, yaitu kegagalan menyerahkan barang, dengan

4
pengalmaan dan jaringan petani yang dimiliki bank risiko ini
mestinya tidak sulit untuk di atasi oleh bank syariah.

B. Ketentuan Syar’i, Rukun Transaksi, dan Pengawasan Syariah


Transaksi Salam dan salam paralel

1. Ketentuan Syar’i Transaksi Salam dan Salam Paralel


Ketentuan Syar’i Transaksi Salam dan Salam
ParalelLandasan syar’i dibolehkannya transaksi salam adalah
sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi SAW riwayat Ibnu
Abbas berikut:“Barang siapa yang melakukan salaf (salam)
hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan
yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.”Ketentuan
syar’i transaksi salam diatur dalam fatwa DSN no 05/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam. Fatwa tersebut mengatur
tentang ketentuan pembayaran, barang, salam paralel, waktu
penyerahan dan syarat pembatalan kontrak.

2. Rukun Transaksi Salam


a. Transaktor
1) Transaktor terdiri atas pembeli (muslam)
dalam hal ini nasabah dan penjual (muslam
ilaih) dalam hal ini bank syariah.
2) Kedua transakstor disyaratkan memiliki
kompetensi berupa akil baligh dan kemampuan
memilih yang optimal seperti tidak gila, tidak
sedang dipaksa dan lain yang sejenis. Adapun
untuk transaksi dengan anak kecil, dapat
dilakukan dengan izin dan pantauan dari
walinya.

5
3) Terkait dengan penjual, fatwa DSN no
05/DSN-MUI/IV/2000 mengharuskan agar
penjual menyerahkan barang tepat pada
waktunya dengan kualitas dan jumlah yang telah
disepakati.
4) Penjual diperbolehkan menyerahkan barang
lebih cepat dari waktu yang disepakati dengan
syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan
kesepakatan dan ia tidak boleh menuntut
tambahan harga.
b. Objek salam
1) DSN dalam fatwanya menyatakan bahwa
ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi
oleh barang yang diperjualbelikan dalam
transaksi salam. Ketentuan tersebut antara lain:
2) harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui
sebagai utang
3) harus dapat dijelaskan spesifikasinya
4) penyerahannya dilakukan kemudian
5) waktu dan tempat penyerahan barang harus
ditetapkan berdasarkan kesepakatan
6) pembeli tidak boleh menjual barang sebelum
menerimanya.
7) Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan
barang sejenis sesuai kesepakatan

8) Terkait dengan alat pembayaran, DSN


mensyaratkan alat bayar harus diketahui jumlah
dan bentuknya. Alat bayar bisa berupa uang,
barang atau manfaat. Pembayaran harus
dilakukan pada saat kontrak

6
disepakati.Pembayaran itu sendiri tidak boleh
dalam bentuk pembebasan utang.

c. Rukun Transaksi salam paralel


Berdasarkan fatwa DSN no 5 tahun 2000, disebutkan
bahwa akad salam kedua (antara bank sebagai pembeli dengan
petani sebagai penjual) harus dilakukan terpisah dari akad
pertama. Adapun akad kedua baru dilakukan setelah akad
pertama sah. Rukun-rukun yang terdapat pada akad salam
pertama juga berlaku pada akad salam kedua.

d. Pengawasan Syariah Transaksi Salam dan Salam paralel


1) memastikan barang yang diperjualbelikan tidak
diharamkan oleh syariah Islam;
2) memastikan bahwa pembayaran atas barang salam kepada
pemasok telah dilakukan diawal kontrak secara tunai
sebesar akad salam;
3) meneliti bahwa akad salam telah sesuai dengan fatwa
DSN-MUI tentang salam dan peraturan Bank Indonesia
yang berlaku;
4) meneliti kejelasan akad salam yang dilakukan dalam
format salam paralel atau akad salam biasa;
5) meneliti bahwa keuntungan bank syariah atas praktik
salam paralel diperoleh dari selisih antara harga beli dari
pemasok dengan harga jual kepada nasabah/pembeli
akhir.

C. Alur Transaksi Salam dan Salam Paralel


1. Negosiasi dengan persetujuan kesepakatan anatara penjual dengan
pembeli terkait transaksi salam yang akan dilaksanakan.

7
2. Setelah akad disepakati, pembeli melakukan pembayaran terhadap
barang yang akan diinginkan sesuai dengan kesepakatan yang
sudah dibuat.
3. Pada transaksi salam, penjual mulai memproduksi atau
menyelesaikan tahapan penanaman produk yang diinginkan
pembeli.
4. Setelah menyepakati transaksi salam kedua tersebut, bank langsung
melakukan pembayaran kepada petani.
5. Dalam jangka waktu tertentu, berdasarkan kesepakatan dengan
bank, petani mengirim produk salam kepada petani sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan.
6. Bank menerima dokumen penyerahan produk salam kepada
nasabah dari penjual.

Alur transaksi salam dan Salam Paralel

D. Cakupan Standar Akuntansi Salam dan Salam Paralel

Akuntansi Salam diatur dalam PSAK 103 tentang akuntansi salam.


Standar tersebut berisikan tentang pengakuan dan pengukuran, baik

8
sebagai pembeli maupun sebagai penjual. Berbagai hal perlu diperhatikan
dalam ketentuan pengakuan dan pengukuran salam adalah terkait dengan
piutang salam, modal usaha salam, kewajiban salam, penerimaan barang
pesanan salam, denda yang diterima oleh pembeli dari penjual yang
mampu, tetapi sengaja menunda-nunda penyelesaian kewajibannya serta
tentang penelian persediaan barang pesanan pada periode pelaporan.
Dalam transaksi salam bank syariah bertindak sebagai pemesan
dan juga bertindak sebagai produsen, tetapi umumnya yang dilaksanakan
bank syariah adalah salam paralel yaitu, transaksi salam yang diterima
oleh bank syariah (bank syariah sebagai produsen) secara simultan
diserahkan kepada pihak lain untuk memproduksinya (bank syariah
sebagai pemesan). Jika bank syariah melaksanakan transaksi salam paralel,
maka kedudukan bank syariah bertindak sebagai pembeli dan sekaligus
sebagai penjual, oleh karena itu dalam salam paralel bank syariah
menerapkan akuntansi pembeli dan akuntansi penjual.

Dalam Transaksi salam bank syariah dapat bertindak sebagai


pemesan dan juga sebagai produsen

1. Bank Sebagai Pembeli (akuntansi untuk pembeli)


a. piutang salam diakui pada saat modal usaha salam
dibayarkan atau dialihkan kepada penjual
b. modal usaha salam dapat berupa kas dan asset non kas
c. penerimaan barang pesanan diakui dan diukur sebagai berikut
:
 JIka barang pesanan sesuai dengan akad dinilai seseuai nilai
yang disepakati
 Jika barang pesanan berbeda kualitasnya, maka :
 Barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan
nilai akadm jika nilai wajar dari barang pesanan yang

9
diterima nilainya sama atau lebih tinggi dari nilai
barang pesanan yang tercantum dalam akad.
 Barang pesanan yang diterima diukur sesuai nilai wajar
pada saat diterima dan selisihnya diakui sebagai
kerugian, jika nilai wajar dari barang pesanan yang
diterima lebih rendah dari nilai barang yang tercantum
dalam akad

 Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang


pesanan pada tanggal jatuh tempo pengiriman maka :
 Jika tanggal pengiriman diperpanjang, nilai tercatat
piutang salam sebesar bagian yang belum dipenuhi
sesuai dengan nilai yang tercantum dalam akad
 Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya
maka piutang salam berubah menjadi oiutang yang
harus dilunasi oleh nasabah sebesar bagian yang tidak
dapat dipenuhi dan
 Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya
dan pembeli mempunyai jaminan atas barang pesanan
serta hasil penjualan jaminan tersebut lebih kecil dari
nilai piutang salam maka selisih antara nilai tercatat
piutang salam dan hasil penjualan jaminan tersebut
diakui sebagai piutang kepada nasabah yang telah jatuh
tempo

2. Bank sebagai Penjual (Akuntansi untuk penjual)


 Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima
modal usaha salam sebesar modal usaha salam yang
diterima
 Modal usaha salam yang diterima dapat berupa kas dan
asset non kas

10
 Kewajiban salam dihentikan pengakuannya pada saar
penyerahan barang kepada pembeli
 Jika Penjual melakukan transaksi salam paralel,selisih
antara jumlah yang dibayar oleh pembeli akhir dan biaya
perolehan barang pesanan diakui sebagai keuntungan atau
kerugian pada saat penyerahan barang pesanan oleh
penjual ke pembeli akhir.
 Pada akhir periode pelaporan keuangan,persediaan yang
diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai
terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat
direalisasi.Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi
lebih rendah dari biaya perolehan,maka selisihnya diakui
sebagai kerugian.

a. Penyajian
 Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan
sebagai piutang salam.
 Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak
dapat memenuhi kewajibannya dalam transaksi salam
disajikan secara terpisah dari piutang salam.
 Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur
sebesar nilai terendah biay a perolehan atau nilai bersih
yang dapat direalisasi .Apabila nilai bersih yang dapat
direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka
selisihnya diakui sebagai kerugian.
b. Pengungkapan
 Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri
maupun yang dibiayai secara bersama-sama dengan pihak
lain.
 Jenis dan kuantitas barang pesanan.

11
 Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK No.101 tentang
penyajian laporan keuangan syariah.

E. Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Transaksi Salam dan Salam


Paralel

1. Teknis Salam Pertama

Teknis Perhitungan Transaksi Salam Bank Syariah Ilustrasi teknis


perhitungan transaksi salam dapat dilihat pada contoh berikut. Transaksi
Salam pertama PT.Jaya Raya, membutuhkan 100 ton biji jagung untuk
keperluan ekspor 6 bulan yang akan datang. Pada tanggal 1 juni 2018, PT
Jaya Raya melakukan pembelian jagung dengan skema salam kepada Bank
Syariah Sejahtera. Adapun informasi tentang pembelian adalah sebagai
berikut:

 Spesifikasi barang : Biji Jagung manis kualitas no 2


 Kuantitas : 100 ton
 Harga : Rp. 700.000.000 ( Rp 7.000.000 per ton )
 Waktu Penyerahan : dua tahap setiap tiga bulan sebanyak 50 ton
( 2 september dan 2 desember)
 Syarat Pembayaran : dilunasi pada saat akad ditandatangani

2. Teknis salam kedua

Teknis Perhitungan Transaksi Salam Bank Syariah Ilustrasi


teknis perhitungan transaksi salam dapat dilihat pada contoh berikut.
Transaksi Salam pertama PT.Jaya Raya, membutuhkan 100 ton biji
jagung untuk keperluan ekspor 6 bulan yang akan datang. Pada tanggal 1
juni 2018, PT Jaya Raya melakukan pembelian jagung dengan skema
salam kepada Bank Syariah Sejahtera. Adapun informasi tentang
pembelian adalah sebagai berikut:

 Spesifikasi barang : Biji Jagung manis kualitas no 2

12
 Kuantitas : 100 ton
 Harga : Rp. 700.000.000 ( Rp 7.000.000 per ton )
 Waktu Penyerahan : dua tahap setiap tiga bulan sebanyak 50 ton (
2 september dan 2 desember)
 Syarat Pembayaran : dilunasi pada saat akad ditandatangani

3. Teknis Penjurnalan Transaksi

a. Penerimaan dana dari nasabah pembeli

Teknis Penjurnalan Transaksi Salam Bank Syari’ah Ilustrasi


Penjurnalan Transaksi Salam Pada saat akad disepakati, pembeli
diisyaratkan untuk sudah membayar produk salam secara lunas.
Berdasarkan contoh perhitungan transaksi salam, pada saat bank syariah
melakukan akad salam dengan PT Jaya Raya dan menerima dana salam,
maka jurnal transaksi adalah sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Db.Kas/Rekening
5/6 nasabah pembeli –PT 400.000.000
Jaya Raya
Kr.Hutang Salam 400.000.000

b. Penyerahan modal salam dari bank syariah kepada pemasok atau


petani

Penyerahan modal salam dari bank syari’ah kepada pemasok


atau petani “ Pada saat akad kedua dilakukan antara bank syari’ah dengan
petani atau pemasok bank syari’ah langsung melakukan penyerahan
modal salam kepada pemasok. Pemilihan pemasok dilakukan dengan
pertimbangan kemampuan pemasok menghasilkan produk sesuai dengan
spesifikasi jagung yang diinginkan dan harga yang lebih rendah

13
disbanding harga penjualan salam bank syari’ah kepada bulog.
Berdasarkan PSAK contoh perhitungan disebutkan bahwa piutang salam
diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan kepada
penjual. Modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah
yang dibayarkan . Misalkan pada tanggal 1 juni bank syariah
menyerahkan modal berupa uang tunai sebesar rp 650.000.000 ke
rekening KUD di bank, maka jurnal saat penyerahan modal salam oleh
bank syari’ah kepada KUD adalah sebagai berikut.

Tanggal Keterangan Debit Kredit

5/6 Db.Piutang Salam 650.000.000

Kr,Kas /Rekening
nasabah penjual -
KUD 650.000.000

c. Penerimaan barang pesanan dari pemasok atau petani

Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 16 disebutkan bahwa barang pesanan


yang diterima diakui sebagai persediaan. Adapun waktu penerimaan
produk salam dari pemasok atau petani, dilakukan sesuai dengan tanggal
kesepakatan.

Pada saat penerimaan produk salam, sangat mungkin terjadi


perbedaan antara kualitas dan nilai wajar barang dengan kualitas dan
nilai kontrak. Perbedaan tersebut antara lain berupa;

a. Kualitas barang dan nilai wajar barang, sama dengan


nilai kontrak;

b. Kualitas barang lebih rendah dan nilai wajar barang lebih


rendah dari nilai kontrak;

14
c. Kualitas barang dan nilai wajar barang, lebih tinggi dari
nilai kontrak;

Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 13a, disebutkan bahwa jika barang


pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai dengan nilai yang
disepakati.

Misalkan pada tanggal 1 September 20XA dan 1 Desember


20XA, KUD TM menyerahkan masing-masing 50 ton biji jagung manis
hybrida kualitas no 2 sebagaimana yang disepakati dalam perjanjian
salam. Adapun nilai wajar produk tersebut pada saat penyerahan sama
dengan nilai kontrak yaitu Rp 325.000.000 (50 ton x Rp 6.500.000 per
ton). Jurnal untuk saat penyerahan produk salam dari KUD ke bank
syariah adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

1/9/XA Db. Persediaan produk salam 325.000.000

Kr. Piutang salam 325.000.000

Ket: Penyerahan tahap pertama sebanyak 50 ton


biji jagung kualitas 2 dengan kualitas barang dan
nilai wajar barang sama dengan nilai kontrak.

1/12/XA Db. Persediaan produk salam 325.000.000

Kr. Piutang salam 325.000.000

Ket: Penyerahan tahap kedua sebanyak 50 ton


biji jagung kualitas 2 dengan kualitas barang dan
nilai wajar barang sama dengan nilai kontrak.

Demikian pula tidak ada kejelasan mengenai waktu penyerahannya. Jual-


beli Salam tidak sama dengan jual beli Ijon, karena dalam jual beli Salam
kualitas dan kuantitas barang serta waktu penyerahannya sudah
ditentukan dan disepakati sebelumnya, sehingga di dalamnya tidak ada
unsur garar. Karena itu, bila panen buah-buahannya kurang, penjual
harus memenuhinya dari pohon yang lain. Tetapi bila lebih, maka

15
kelebihannya itu menjadi milik penjual. Diperbankan Syari’ah, jual beli
salam lazim ditetapkan pada pembelian alat-alat pertanian, barang
industri, dan kebutuhan rumah tangga. Nasabah yang memerlukan biaya
untuk memproduksi barang-barangindustri bisa mengajukan permohonan
pembiayaan ke Bank Syari’ah dengan skim jual beli salam. Bank dalam
hal ini berposisi sebagai pemesan (pembeli) barang yang akan diproduksi
oleh nasabah. Untuk itu bank membayar harganya secara kontan. Pada
waktu yang ditentukan, nasabah menyerahkan barang peasanan tersebut
kepada bank. Berikutnya bank bisa menunjuk nasabah tersebut sebagai
wakilnya untuk menjual barang tersebut kepada pihak ketiga secara
tunai. Bank juga bisa menjual kembali barang itu kepada nasabah yang
memproduksinya itu secara tangguh dengan mengambil keuntungan
tertentu. Jadi setelah akad Salam tuntas dengan diserahkannya barang
oleh nasabah (penjual) kepada bank (pembeli).

4. Perlakuan Akuntansi Salam Paralel (LKS sebagi pembeli dan


penjual)

Ilustrasi berikut menggambarkan BMT IQTISADUNA


sebagai pembeli dan penjual secara bersamaan dalam transaksi
salam paralel. BMT IQTISADUNA sebagai pembeli mengadakan
pesanan beras mentik kualitas super kepada CV. BOLOTANI dan
menjualnya kepada Jogja International Hospital (JIH) sebagi
pembeli akhir. BMT IQTISADUNA membuat akad terpisah dalam
proses salam paralel dan akad tidak saling mensyaratkan dimana
akad kepada JIH dilakukan lebih dahulu dimana untuk mengetahui
secara detail kebutuhan JIH. Akad Kedua dengan CV. BOLOTANI
diperoleh setelah memperoleh kecukupan informasi dari akad
pertama . Data-data yang disajikan dalam akad antara BMT
IQTISADUNA dengan JIH adalah:

16
Nama Barang Pesanan : Beras
Jenis beras Pesanan : Mentik Wangi
Kualitas/Tipe : Super (AAA)
Jumlah : 100 ton
Harga Per Kg : Rp 6.000
Harga Total : Rp 600.000.000
Jangka waktu Penyerahan : 6 bulan

Penjelasan lain yang terkait dengan pesana yang dilakukan BMT


IQTISADUNA kepada CV. BOLOTANI adalah:
a) Antara kedua beklah pihak disepakati bahwa harga padi per
Kg Rp 5.000 dan CV. BOLOTANI bersedia menyerahkan
barang pesanan secara bertahap selama 4 bulan.(@ 25 ton per
bulas) dan memberikan jamibnan tanah SHM seluas 2000 M2
dengan nilai sebesar Rp 200.000.000

b) Harga perolehan alat pertanian dan penggilingan padi


ssebesar Rp 100.000.000 yang diserahkan kepada BMT
IQTISADUNA kepada CV. BOLOTANI sebagi bagian dari
penyerahan modal non kas. Harga perolehan pembelian alat
pertanian dan penggilingan padi sebesar Rp 75.000.000

c) Tahap kesatu sebanyak 25 ton beras mentik wangi, kualitas


super dengan nilai wajar/harga pasar Rp. 125.000.000 (Rp
5.000.000 per ton, sama dengan harga dalam kontrak)

d) Tahap kedua 25 ton beras mentik wangi, kualitas super


dengan nilai wajar Rp 150.000.000 (Rp 6.000.000 harga lebih
tinggi dibanding harga kontrak)
e) Tahap ketiga 25 ton beras mentik wangi, kualitas super
dengan harga pasar Rp 100.000.000 (Rp 4.000.000 lebih
rendah dari pada kontrak)

17
f) Penyerahan tahap keempat 25n ton beras mentik wangi
kualitas super dengan harga pasar Rp 125.000.000 tidak
lancar sehingga perlu diambil alternatif :
a. Kontrak diperpanjang
b. Kontrak dibatalkan
c. Jaminan dijual dengan asumsi
i. Seharga Rp 100.000.000
ii. Seharga Rp 250.000.000

Berdasrkan informasi diatas jurnal-jurnal yang dibuat adalah


1. Pada saat menerima dana dari JIH :
Jurnal :
(Dr) Kas Rp 6.000.000
(Cr) Hutang salam Rp 6.000.000
(100 ton beras mentik wangi)

2. Penyerahan modal salam dari BMT IQTISADUNA kepada CV.


BOLOTANI sebasar Rp 500.000.000 yang terdiri dari dari alat
pertanian dan penggilingan dengan harga Rp 100.000.000 dan uang
tunai Rp 400.000.000
Jurnal :
(Dr) Piutang salam Rp 500.000.000
(100 ton beras mentik wangi)
(Cr) Kas Rekening CV. BOLOTANI Rp 400.000.000
(Cr) Aktiva Persediaan Rp 75.000.000
(Cr) Pendapatan penyerahan akyiva salam Rp 25.000.000

Jurnal pada saaat pembelian alat pertanian Rp 75.000.000 tunai:


(Dr) Persediaan Rp 75.000.000
(Cr) Kas Rp 75.000.000

18
Penerimaamn barang pesana dari CV. BOLOTANI kepada BMT
IQTISADUNA yang dilakukan secara bertahap
Tahap pertama sesuai dengan harga pasar Rp 5.000.000 sebanyak 25 ton,
total Rp 125.000.000 jurnal BMT IQTISADUNA:

(Dr) Persediaan salam (aset) Rp 125.000.000


(25 ton beras mentik wangi)
(Cr) Piutang salam Rp 125.000.000

Tahap kedua dengan harga Rp 6.000.000 sebanyak 25 ton, total Rp


150.000.000

(Dr) Persediaan salam (aset) Rp 125.000.000


(25 ton beras mentik wangi)
(Cr) Piutang salam Rp 125.000.000

Tahap ketiga penyerahan barang pesana sebanyak 25 ton beras mentik


wangi kualitas super dengan nilai wajar Rp 100.000.000 harga yang
digunakan adalah harga pasar yang rendah Rp 100.000.000 sedangkan
selisih harga Rp 25.000.000 diakui sebagai kerugian

(Dr) Persediaan salam (aset) Rp 100.000.000


(25 ton beras mentik wangi)
(Dr) Kerugian penyerahan barang salam Rp 25.000.000
(Cr) Piutang salam Rp 125.000.000

Penyerahan tahap ke 4 25 ton tidak dapt diserahkan oleh CV. BOLOTANI


alternatifnya :
a) Jika tanggal pengiriman diperpanjang sebulan sebelumnya maka
tidak ada jurnal

19
b) Jika uang sisa pesanan belum diterima dibatalkan seluruhnya akan
tetapi sisa uang belum dikembalikan,maka

(Dr) Piutang CV.BOLOTANI Rp 125.000.000


(Cr) Piutang salam Rp 125.000.000
(beras mentik wangi)

Jika CV. BOLOTANI tidak dapat menyerahkan pesanan atas kesepakatan


keduanya maka jaminan dijual seharga Rp 100.000.000 menutup pesanan
25 ton seharga Rp 125.000.000

(Dr) Kas Rp 100.000.000


(Dr) Piutang CV. BOLOTANI Rp 25.000.000
(Cr) Piutang salam Rp125.000.000
(25 ton beras mentik wangi)

Jika CV. BOLOTANI tidak bisa menyerahkan pesanan dengan


kesepakaytan keduanya menjual jaminan seharga Rp 250.000.000 untuk
pesanan 25 ton seharga Rp 125.000.000

(Dr) Kas Rp 250.000.000


(Cr) Rekening CV. BOLOTANI/kas Rp 125.000.000
(Cr) Piutang salam Rp 125.000.000
(25 ton beras mentik wangi) Rp 500.000.000
Jika dapat menyerahkan seluruh barang yaitu 100 ton seharga

(Dr) Persediaan salam Rp 500.000.000


(100 ton beras mentik wangi)
(Cr) Piutang salam Rp 500.000.000

20
Jika penyerahan kepada Jih sebanyak 100 tom seharga Rp 600.000.000

(Dr) Kewajiban Hutang Salam Rp 600.000.000


(Cr) Persediaan Salam Rp 500.000.000
(100 ton beras mentik wangi)
(Cr) Keuntungan salam Rp 100.000.000

Jika JIH membatalkan pesanan dengan alasan tidak bisa diterima dan akad
BMT IQTISADUNA berhak mengenakan denda sebesar 20% dari niali
pesanan maka :

(Dr) Rekening JIH Rp 125.000.000


(20% x Rp 600.000.000)
(Cr) Rekening dana Kebajikan Rp 120.000.000

Jika dalam hal pembatalan tersebut dalam poin 7 BMT juga mengenakan
biaya-biaya yang telah dikenakan BMT IQTISADUNA dalam pesanan
barang tersebut Rp 100.000.000

(Dr) Rekenig JIH Rp 100.000.000


(Cr) Pendapatan Non Operasional Rp 100.000.000

Setelah dipotong denda dan biaya operasional yang ditanggung BMT


IQTISADUNA, JIH kemudian mencairkan rekeningnya secara
keseluruhan dan dikenai biaya penutupan rekening sebesar Rp 50.000

(Dr) Rekening JIH Rp 380.000.000


(Cr) Kas Rp 479.950.000
(Cr) Non Operasional Rp 50.000

21
F. Penyajian Transaksi Salam dan salam paralel dalam Laporan
Keuangan

Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 20 s/d 22, penyajian rekening


yang terkait transaksi salam dan salam paralel dalam laporan keuangan
antara lain:

1. Piutang salam, yang timbul karena pemberian modal usaha salam oleh
bank syariah.
2. Piutang, yang timbul karena penjual tidak dapat memenuhi
kewajibannya dalam transaksi salam. Rekening ini disajikan terpisah
dari piutang salam.
3. Hutang salam, timbul karena bank menjadi penjual produk salam yang
dipesan oleh nasabah pembeli.

G. Pengungkapan Transaksi Salam dan Salam Paralel

Hal-hal yang harus diungkap dalam catatan atas laporan keuangan


tentang transaksi salam dan salam paralel antara lain:

1. Rincian piutang salam (kepada pemasok) dan hutang salam (kepada


pembeli) berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis valuta, kualitas
piutang dan penyisihan kerugian piutang salam.
2. Piutang salam dan hutang salam yang memiliki hubungan istimewa
3. Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri oleh bank
maupun yang dibiayai secara bersama-sama dengan bank atau pihak
lain
4. Jenis dan kuantitas barang pesanan.

22
STUDI KASUS

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bai’ as salam atau biasa disebut dengan salam, merupakan pembelian


barang yang pembayarannya dilunasi di muka, sedangkan penyerahan
barang dilakukan di kemudian hari.Akad salam ini digunakan untuk
memfasilitasi pembelian suatu barang (biasanya barang hasil pertanian)
yang memerlukan waktu untuk memproduksinya. Salam paralel
merupakan jual beli barang yang melibatkan dua transaksi salam, dalam
hal ini transaksi salam pertama dilakukan dilakukan antara nasabah dengan
bank, sedang transaksi salam kedua dilakukan antara bank dengan petani
atau pemasok.

Pelaksanaan LKS di Indonesia dalam semua aspek perjalanan dan


operasinya adalah dengan berlandaskan kepada hukum dan peraturan
Syariah. Hukum dan peraturan ini kebanyakan adalah dari Kelompok
hukum dan peraturan Ilmu Fiqih yang berhubungan dengan muamalat
ekonomi dan urusan Bank dan Keuangan.
Untuk bereaksi terhadap masalah-masalah tersebut yang dialami oleh
lembaga keungan islam Indonesia khususnya lembaga keuangan
perbankan, maka perbankan syariah menyiasati dengan memberlakukan
pola bagi hasil yang merujuk kepada pedoman akuntanasi perbankan
syariah Indonesia (PAPSI), pernyataan standar akuntansi keuangan
(PSAK) dan fatwa dewan syariah nasioanal (DSN) Majelis Ulama
Indonesia. Reaksi ini telah membawa perbankan syariah di Indonesia lebih
semangat dan lebih maju dengan ketepatan akuntabilitas.

24
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Sofyan, Syafri, Wiroso, & Yusuf, Muhammad (2010),


Akuntansi Perbankan Syariah (edisi 4) Jakarta: Penerbit LPFE Usakti.

Antonio,Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke


Praktik. Jakarta: Gema Insani Press bekerja sama dengan Tazkia Cendekia.

Huda, N., Mohammad, H. 2010. Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis


dan Praktis. Kencana. Jakarta.

https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2014/10/PST-UNPAD-103-AKT-
SALAM-Read-Only.pdf

https://www.academia.edu/17572401/Akuntansi_Transaksi_Salam_dan_Sala
m_Paralel

25

Anda mungkin juga menyukai