Anda di halaman 1dari 7

SISTEM KESEHATAN NASIONAL

A. Pengertian Sistem Kesehatan Nasional dan Sejarah Perkembangan SKN


1. Pengertian Sistem Kesehatan Nasional

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan pengelolaan kesehatan yang


diselenggarakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat setinggi-
tingginya.

Pada hakikatnya, SKN merupakan wujud dan metode penyelenggaraan pembangunan


kesehatan yang menggabungkan berbagai upaya Bangsa Indonesia dalam menjamin
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan. Upaya yang dilakukan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dan sebagai investasi
pembangunan sumber saya manusia yang produktif.

Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan pada: 1) Perikemanusiaan; 2)


Pemberdayaan dan kemandirian; 3) Adil dan merata, serta 4) Pengutamaan dan
manfaat. SKN dilaksanakan sebagai upaya pembangunan kesehatan harus
mempertimbangkan berbagai hal, seperti determinan social: kondisi kehidupan
sehari-hari, tingkat Pendidikan, pendapatan keluarga, sumberdaya, kesadaran
masyarakat, serta kemampuan tenaga kesehatan untuk mengatasi masalah-masalah
kesehatan.

Sampai saat ini, pembangunan kesehatan yang dilakukan masih mengalami berbagai
masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi. Sehingga, perlu pemantapan dan
percepatan melalui SKN dengan berbagai bentuk dan cara seperti: pengembangan
Desa Siaga, Jaminan Kesehatan Masyarakat, serta Program Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K).

Perubahan lingkungan strategis: UU 32/2004 Pemerintah Daerah, UU 33/2004


Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemda, UU 25/2004 Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), UU 17/2007 RPJPN 2005-2025, dan
upaya percepatan MDGs. Sehingga, diperlukan penyempurnaan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Perpres No. 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional merupakan dokumen
yang saat ini digunakan sebagai kebijakan pengelolaan kesehatan serta sebagai acuan
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

2. Perkembangan SKN dan Tantangan SKN


Pembangunan kesehatan yang berhasil dilakukan:
1) Penurunan AKB 46/1000 (1997)  34/1000 (2007)
2) Penurunan AKI 334/100.000 (1995)  228/100.000 (1997)  228/100.000
(2007)
3) Peningkatan UHH 68,6 (2004)  70,5 (2007)
4) Penurunan prevalensi kekurangan gizi balita 29,5% (1997)  25,8% (2003) 
18,4% (2007)
5) Peningkatan CPR 60,4% (2003)  61,4% (2007) sehingga total TFR stagnan
pada posisi 2,6

Meskipun terjadi peningkatan status kesehatan masyarakat, namu penurunan dan atau
peningkatan indikator kesehatan masyarakat masih belum seperti yang diharapkan.
Sehingga, terus diupayakan perbaikan SKN dari SKN 1982 diperbarui lagi menjadi
SKN 2004 lalu diperbarui menjadi SKN 2009, dan terakhir SKN 2012. Perbaruan ini
ditujukan untuk mengantisipasi berbagai tantangan dan perubahan pembangunan
kesehatan saat ini dan saat yang akan datang.
1. Upaya Kesehatan
Hasil dari Upaya Kesehatan sudah terlihat meskipun belum menunjukkan
perubahan yang signifikan secara nasional. Akses pelayanan kesehatan meningkat
secara nasional tetapi di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, dan pulau-pulau
kecil terdepan dan terluar masih rendah. Selain itu, jarak faskes yang jauh serta
distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata dan pelayanan kesehatan yang
mahal menjadi penyebab rendahkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan.

Rasio Puskesmas meningkat 3,46/100.000 (2003)  3,61/100.000 (2005) 


3,65/100.000 (2007) dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan meningkat
dari 15,1% (1996)  33,7% (2006). Demikian pula contact rate ke fasilitas
kesehatan meningkat dari 34,4% (2005)  41,8% (2007).

Turunnya AKI, dan peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan


meningkat 20% dan peningkatan persalinan di fasilitas kesehatan 24,3% (1997)
 46% (2007). Cakupan pemeriksaan kehamilan 97,1% dan yang terendah 67%.
Cakupan imunisasi lengkap 73,9% dan terendah 17,3% (Riskesdas 2007).

Penyait menular seperti TB Paru, Malaria, HIV/AIDS, DBD, dan diare masih
menonjol, tetapi penyakit yang kurang dapat perhatian (neglected disease) seperti
Filariasis, Kusta, Framboesia cenderung meningkat. Namun, kontribusi penyakit
menular terhadap kesakitan dan kematian semakin menurun. Selain dinamisnya
penyakit menular, penyakit tidak menular terjadi peningkatan yang cukup
bermakna, sehingga Indonesia mempunya beban ganda.
2. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Perkembangan penelitian dan pengembangan kesehatan telah mengalami
peningkatan, seperti :
a. Banyak hasil penelitian, pengembangan, produk teknologi kesehatan telah
dimanfaat berbagai pihak industry dan masyarakat; vaksin flu burung
b. Keberhasilan pelaksanaan riset di bidang kesehatan
c. Pemanfaatan sumber daya tumbuh-tumbuhan untuk pemeliharaan dan
pengobatan penyakit sudah dimulai program saintifikasi jamu

Meskipun mengalami peningkatan, akan tetapi masih banyak permasalahan


yang belum bisa di atasi, seperti kurangnya penguasaan dan penerapan
teknologi kesehatan oleh SDM, terbatasnya kemampuan SDM, rendahnya
hasil penelitian, lemahnya kebijakan pemanfaatan teknologi, kurangnya
kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan hasil penelitian, kurangnya
dukungan untuk penyelenggaraan penelitian, dll.

3. Pembiayaaan Kesehatan
APBN Kesehatan Rp. 5,54 T (2004)  Rp. 18,75 T (2007) dengan presentase
terhadap APBN 2,6-2,8%. Dimana pembelanjaan kesehatan masih didominasi
pembelajaan publik 49,6% dan pemerintah 50,4% (WHO 2008). Prosentase
pengeluaran nasional sektor kesehatan 0,81% dari PDB (2005) menjadi 1,09%
dari PDB dan belum mencapai 5% dari PDB per tahun.

Proporsi sumber pembiayaan masih 30% dari pemerintah dan 70% dari
masyarakat dan swasta yang sebagian besar masih digunakan untuk pelayanan
kuratif. Mobilisasi sumber pembiayaan dari masyarakat masih terbatas serta
bersifat perseorangan (out of pocket). Cakupan jaminan kesehatan sekitar 46,5%
dari seluruh penduduk th 2008 (sebagian besar adalah bagian dari Jamkesmas
76,4 juta atau 34,2%).

Masalah-masalah reformasi pembiayaan kesehatan masih belum bisa


terselesaikan, seperti belum menyeluruhnya masyarakat terlindungi dari beban
pembiayaan kesehatan, terbatasnya dana operasional untuk mencapai target
MDGs, penggunaan pembiayaan kesehatan yang belum efisien dan efektif, belum
adanya pertimbangan kebutuhan biaya yankes yang sesuai dengan Standar
Pelayanan Minimal (SPM), dan masih terbatasnya UU terkait pecapaian jaminan
kesehatan.
4. Sumberdaya Manusia Kesehatan
Jumlah SDM kesehatan belum memadai. Jumlah dokter Indonesia 19/100.000,
Filipina 58/100.000, Malaysia 70/100.000 (2007). Masalah strategi yang dihadapi
saat ini yaitu:
a. Pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan belum memenuhi
kebutuhan SDM untuk pembangunan kesehatan
b. Perencanaan kebijakan dan program SDM kesehatan masih lemah dan belum
didukung dengan system informasi yang memadai
c. Masih kurang pemenuhan kebutuhan berbagai jenis SDM kesehatan serta
kualitas dan pelatihan kesehatan belum memadai
d. Belum meratanya SDM kesehatan yang berkualitas
e. Pembinaan, pengawasan, dan dukungan SDM kesehatan masih kurang
5. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan
Sediaan farmasi didominasi produk domestik dengan bahan baku impor mencapai
85% kebutuhan. Sementara ada 9600 jenis tanaman berpotensi efek pengobatan
dan hanya 300 jenis tanaman yang digunakan. Daftar Obat Esensial Nasional
(DOEN) direvisi secara berkala dari tahun 1980 sampai 2008. Obat esensial
generik sudah diterapkan tetapi belum dipahami secara penuh: 90% obat
diresepkan Puskesmas adalah generik esensial, RS Pemerintah < 76%, RS Swasta
< 49%, dan Apotek < 47%.
6. Manajemen dan Informasi Kesehatan
Keberhasilan manajemen kesehatan sangat ditentukan oleh tersedianya data dan
informasi kesehatan, dukungan kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi
kesehatan, dukungan hukum kesehatan, serta administrasi kesehatan. Namun,
sampai saat ini, perencanaan pembangunan kesehatan antara pusat dan daerah
masih belum sinkron, RPJP dan RPJM masih belum menjadi acuan penyusunan
RPJP, dan masih belum tersinerginya kebijakan dan perencanaan yang disusun
pada tingkat pusat dan daerah.

Sistem Informasi Kesehatan Nasional berbasis fasilitas sudah mencapai


Kabupaten/Kota tetapi masih minim pemanfaatannya. Mencakup sistem informasi
manajemen Puskesmas (SIMPUS), sistem informasi manajemen kepegawaian
(SIMKA), sistem survailans penyakit menular,sistem survailans penyakit tidak
menular, serta sistem jaringan penelitian dan pengembangan kesehatan nasional
(JPPKN).
7. Pemberdayaan Masyarakat
Berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat banyak didirikan, 47.111
Desa Siaga dimana terdapat 47.111 Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Posyandu
telah berjumlah 269.202 dan 600 Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren). 229
Musholla Sehat.

Rumah tangga yang melaksanakan PHBS 27% (2005)  36,3% (2007),


meskipun meningkat, tapi hasilnya masih sangat jauh yang diharapkan yaitu
target 60% di tahun 2009. Selain itu, masih banyak pula rumah tangga yang tidak
memanfaatkan Posyandu/Poskesdes dengan alasan pelayanan yang tidak lengkap,
lokasinya jauh, dan tidak ada Posyandu/Poskesdes.
8. Perubahan Lingkungan Strategis
Tingkat Global dan Regional: Terkait target MDGs dan politik kesehatan
internasional. Dalam hal ini, Indonesia belum sepenuhnya melakukan persiapan
dalam melaksanakan maupun mengurangi dampak yang merugikan, sehingga
perlu menjadi perhatian dalam pembangunan kesehatan.

Tingkat Nasional dan Lokal: Terkait proses politik, yaitu: desentralisasi,


demokratisasi, dan politik kesehatan dalam Pilkada yang menggunakan isu
kesehatan menjadi janji politik. Proses desentralisasi yang diharapkan mampu
meberdayakan daerah, namun kenyataanya belum sepenuhnya berjalan dan
bahkan memunculkan euphoria yang mengakibatkan pembangunan kesehatan
menjadi terkendala. Situasi politik yang sering menjadi konflik social sering
menimbulkan masalah kesehatan. Regulasi dan hukum yang terkait kesehatan
masih belum memadai, kesadaran masyarakat masih rendah. Sehingga, diperlukan
pendekatan terutama pembersayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
B. Tujuan, Landasan, dan Fungsi SKN
C. Sub Sistem dalam SKN
D. Pola Pikir Sistem dalam SKN
E. Aplikasi SKN dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Anda mungkin juga menyukai