Anda di halaman 1dari 16

JIEP-Vol.

18, No 1, Maret 2018


ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN RUMAHTANGGA


MISKIN DI PROVINSI JAWA TIMUR

Dewi Mayasari1, Iswan Noor2, Dias Satria3

1. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Indonesia


2. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Indonesia
3. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Indonesia
E-mail: muffi_dewi@yahoo.com, iswannoor@yahoo.co.id, dias.satria@ub.ac.id
Abstract
Consumption pattern can reflect the level of wellbeing, where the higher expenditure for food
commodities represents lower level of welfare. The objectives of this article are analyze the
influence of socio economic characteristics in influencing poor household food consumption
and analyze demand responses of poor household in East Java to food prices and income
changes. Linear Approximation Almost Ideal Demand System (LA/AIDS) and elasticity are
used to answer the objectives. The result showed that socio economic characteristics relatively
contribute in determining food consumption patterns of poor household and based on their
elasticity values, food commodities are price inelastic or basic necessity for poor households
in East Java and income elasticity indicates no inferior goods found in poor households in
East Java.

Keywords: Consumption Patterns; LA/AIDS; Poor Households; East Java


JEL Clasification: C31, Q11
1. PENDAHULUAN antaranya dengan penyediaan kebutu-
Kemiskinan merupakan parasit han dasar seperti raskin, pelayanan ke-
dalam perekonomian di suatu wilayah, sehatan dan pendidikan, perluasan ke-
karena bila dibiarkan berlarut-larut a- sempatan kerja, pembangunan pertani-
kan menimbulkan konsekuensi sosial an, pemberian dana bergulir sistem
dan politik yang sangat serius, se- kredit, pembangunan prasarana dan
hingga perlu adanya strategi untuk pendampingan, penyuluhan sanitasi
memberantas atau meminimumkan- dan program lainnya (Hureirah, 2005).
nya. Assegaf (2015) mengemukakan Namun, fakta menunjukkan bahwa
bahwa penanggulangan kemiskinan angka kemiskinan yang tereduksi tidak
perlu dilakukan dengan menggunakan sebanding dengan anggaran yang telah
berbagai perspektif, karena kemiski- digelontorkan pemerintah. Data ke-
nan merupakan permasalahan yang menterian keuangan menunjukkan
bersifat multidimensional. Kepedulian bahwa dalam 6 tahun terakhir ang-
dunia terhadap permasalahan ini ditun- garan pengentasan kemiskinan me-
jukkan dengan tertuangnya pengentas- ningkat cukup signifikan yakni dari
an kemiskinan dalam salah satu target 74,3 triliun rupiah (2011) menjadi
dan sasaran utama dari konsep pem- 212,2 triliun rupiah (2016) atau se-
bangunan berkelanjutan Sustainable besar 186 persen. Namun ironinya,
Development Goals (SDGs) yang akan penduduk miskin yang tereduksi ha-
menghiasi wajah pembangunan dunia nya sebesar 7% dalam kurun waktu
selama tahun 2015 sampai dengan tersebut atau rata-rata hanya mampu
tahun 2030 (Hoelman et al., 2015). menurunkan kemiskinan sekitar
Sebagai komitmen akan penanggula- 1,17% per tahun (BPS, 2016). Kondisi
ngan kemiskinan, berbagai program ini menunjukkan bahwa untuk me-
telah diupayakan oleh Pemerintah baik ngentaskan seseorang dari jurang ke-
pemerintah pusat maupun daerah, di-

34
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

miskinan membutuhkan anggaran ngeluaran untuk konsumsi makanan


yang cukup tinggi. (Mankiw, 2007). Sedangkan Deaton
Jawa Timur yang secara makro dan Muelbauer (1980) juga menegas-
memiliki kondisi perekonomian terbe- kan bahwa semakin tinggi kesejahtera-
sar kedua secara nasional bila dilihat an masyarakat maka proporsi penge-
dari nilai PDRB-nya, ternyata meru- luaran pangannya akan semakin kecil
pakan Provinsi yang secara absolut demikian sebaliknya (Deaton & Dre-
memiliki jumlah penduduk miskin ter- ze, 2010).
besar yakni mencapai 4,7 juta jiwa
pada tahun 2016. Meskipun secara
persentase, tingkat kemiskinan Jawa
Timur relatif tereduksi dari tahun ke
tahun namun penurunan tersebut be-
lum mampu menempatkan Jawa Ti-
mur ke dalam posisi yang lebih ung-
gul. Pada tahun 2010, tingkat kemis-
kinan di Jawa Timur sebesar 13,85% Gambar 1. Persentase Pengeluaran Pangan
menjadi sekitar 12,05% (2016). Selain Perkapita pada Rumahtangga
itu, penurunan angka kemiskinan ter- Miskin Jawa Timur, 2011-2016
Sumber : Badan Pusat Statistik (data diolah)
sebut sejalan dengan peningkatan gini
rasio. Data BPS mencatatkan, dalam 6 Dari tahun ke tahun seperti yang
tahun terakhir gini rasio Jawa Timur dapat dilihat pada gambar 1., pangsa
terus melaju yaitu dari 0,36 (2011) pengeluaran konsumsi pangan rumah-
menjadi 0,402 (2016). Angka ini tangga miskin di Jawa Timur selalu
membunyikan makna bahwa terjadi mendominasi total pengeluarannya de-
jurang ketimpangan yang semakin le- ngan persentase yang relatif tinggi ya-
bar antara penduduk di Jawa Timur. itu selalu diatas 60%. Sehingga kenai-
Kemajuan ekonomi yang seyogyanya kan harga pada komoditas pangan akan
terdistribusi merata ternyata pada ke- sangat berpengaruh terhadap daya beli
nyataannya lebih banyak dinikmati rumahtangga miskin. Terlebih, secara
oleh masyarakat kelas atas (top level) empiris inflasi di Jawa Timur dari ta-
dibandingkan masyarakat kelas bawah hun ke tahun relatif didominasi oleh
(bottom level). Sehingga dapat dikata- komoditas pangan sebagaimana dapat
kan, penduduk miskin menjadi sema- dilihat pada gambar 2. Dengan demi-
kin terpuruk dalam kemiskinannya. kian, perubahan harga pada komoditas
Disisi lain, konsumsi utamanya pangan akan memiliki pengaruh yang
konsumsi pangan sangat berkaitan de- besar dan dapat mengeskalasi inflasi
ngan kemiskinan, karena umumnya pada komoditas lainnya sebagaimana
konsumsi rumahtangga miskin lebih diungkapkan oleh (Ayinde et al., 2015)
terfokus pada pemenuhan kebutuhan dan pada akhirnya inflasi akan berpe-
pangan dibandingkan kebutuhan non ngaruh pada tingkat kesejahteraan ru-
pangan (BPS, 2015). Lazimnya, struk- mahtangga, terutama pada rumatangga
tur pengeluaran konsumsi pangan da- miskin. Fujii (2013) melakukan simu-
pat mencerminkan tingkat kesejahtera- lasi dalam penelitiannya dan menemu-
an rumahtangga sebagaimana yang di- kan bahwa adanya inflasi terhadap ko-
ungkapkan oleh Ernest Engel (1857) moditas pangan tidak hanya membuat
yang menyatakan bahwa semakin ting- rumahtangga miskin menjadi rentan
gi tingkat pendapatan keluarga maka pangan namun juga menjadikan ru-
akan semakin rendah presentase pe- mahtangga miskin semakin terpuruk
35
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

dalam kemiskinannya. Afghahl et al. ngentasan kemiskinan. sehingga tujuan


(2014) dalam penelitiannya menyata- dalam penelitian ini adalah (1) untuk
kan bahwa inflasi merupakan faktor menganalisis interaksi dari karakteris-
utama yang dapat mempengaruhi pe- tik sosial ekonomi dalam mempenga-
ningkatan kemiskinan relatif di ruhi pola konsumsi rumahtangga mis-
masyarakat. kin di Jawa Timur (2) mengetahui ba-
Ul Haq, et al. (2008) serta Regmi gaimana rumahtangga miskin menga-
dan Meade (2013) membuktikan dalam lokasikan dan mengubah pengeluaran-
penelitiannya bahwa perubahan harga nya pada suatu komoditas pangan se-
pangan akan berimplikasi buruk pada bagai respon adanya perubahan harga
tingkat kesejahteraan dan asupan gizi dan pendapatan..
rumahtangga miskin dan akan mempe-
ngaruhi stabilitas ekonomi secara glo-
bal. Abdel Karim Yousif dan Al-Kah-
tani (2014) juga mengemukakan ke-
naikan harga pangan membuat rumah-
tangga berpenghasilan rendah menjadi
rapuh secara ekonomi, sehingga peme-
rintah harus turut campur melalui ke-
bijakan pangan untuk mengurangi vo- Gambar 2. Andil Kelompok Pengeluaran
latilitas harga pangan. Terhadap Inflasi di Provinsi Jawa
Selain itu, karakteristik sosial ek- Timur, 2012-2016
onomi juga turut mempengaruhi pola Sumber : Badan Pusat Statistik (data diolah)
konsumsi rumahtangga miskin. Dika-
takan oleh Rodriguez-takeuchi dan 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN HI-
Imai (2013) dalam penelitiannya bah- POTESIS
wa kondisi geografis (perdesaan dan Berges dan Casellas (2002) da-
perkotaan) serta karakteristik sosial e- lam penelitiannya menganalisis sistem
konomi memiliki respon yang berbeda permintaan pangan rumahtangga mis-
dalam menyikapi kenaikan harga pa- kin dan bukan miskin di Argentina de-
ngan dan berdampak pada perubahan ngan menggunakan model Linear Ex-
pola konsumsi pangan dan tingkat ke- penditure System (LES) dan menun-
sejahteraannya. Selain itu Fujii (2013) jukkan hasil bahwa rumahtangga mis-
juga mengemukakan bahwa pola kon- kin Argentina cenderung lebih banyak
sumsi pangan antar rumahtangga mis- mengkonsumsi komoditas daging, a-
kin berbeda karena dipengaruhi oleh yam dan roti. Selain itu, jika terdapat
kondisi sosial ekonomi dan karakteris- peningkatan pendapatan maka rumah
tik wilayah tempat tinggal, dimana in- tangga miskin Argentina akan mempri-
flasi pada komoditas pangan akan oritaskan konsumsi komoditas daging,
membuat rumahtangga perkotaan lebih roti dan sayur-sayuran. Le (2008) me-
rentan ketahanan pangannya diban- nggunakan model Linear Approxima-
dingkan rumahtangga miskin perdesa- tion Almost Ideal Demand System (LA-
an. AIDS) meneliti tentang pola konsumsi
Berdasarkan data-data empiris di pangan di Vietnam menemukan hasil
atas, dapat dikatakan bahwa pemaha- bahwa beras merupakan komoditas
man yang baik tentang pola konsumsi utama bagi rumahtangga miskin di
rumahtangga miskin mungkin dapat Vietnam. Hal ini ditunjukkan dengan
berkontribusi dalam merumuskan kebi- tingginya budget share komoditas be-
jakan publik yang berkaitan dengan pe- ras pada struktur konsumsi rumah
tangga miskin di Vietnam dan porsi ter-
36
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

sebut akan semakin menurun seiring komoditas ini dklasifikasikan ke dalam


dengan bertambahnya tingkat penda- barang giffen. Rumahtangga sangat
patan rumahtangga, karena rumah miskin dapat mengalami barang giffen
tangga bukan miskin memiliki pilihan dalam keranjang konsumsi mereka
komoditas pangan yang lebih beragam. karena sulitnya menemukan substitusi
Li dan Yu (2010) dalam penelitiannya makanan pokoknya. Yusdianto (2016)
meneliti tentang ketahanan pangan pa- dalam penelitiannya menggunakan sis-
da daerah miskin di kawasan Perdesaan tem permintaan Linear Approximation
bagian barat China dan mendapatkan Almost Ideal Demand System (LA-
hasil bahwa rumahtangga pada kawa- AIDS) meneliti tentang pola konsumsi
san miskin rawan terjadi kerentanan pangan rumahtangga miskin di Provin-
pangan. Sebagian besar rumahtangga si Sulawesi Tengah. Hasil penelitian-
mengkonsumsi biji-bijian kurang dari nya menunjukkan bahwa karbohidrat
standar yang direkomendasikan, selain (beras dan non beras) masih merupa-
itu konsumsi selain biji-bijian juga sa- kan konsumsi utama rumahtangga mis-
ngat rendah dan kurang terdiversifikasi kin di Sulawesi Tengah, sedangkan ko-
dengan baik. Konsumsi berbasis pro- moditas ikan, ikan asin, susu dan buah
tein hewani pada rumahtangga di dae- merupakan pilihan alternatif dalam
rah miskin dipengaruhi oleh pening- memenuhi asupan nutrisinya dan yang
katan pendapatan serta tingkat pendidi- perlu mendapat perhatian adalah terda-
kan dan pekerjaan kepala rumah tang- pat kecenderungan semakin mening-
ga. Pangaribowo dan Tsegai (2011) de- katnya konsumsi rokok pada rumah
ngan menggunakan sistem permintaan tangga miskin di Sulawesi Tengah. Wi-
Quadratic Almost Ideal Demand Sys- darjono dan Rucbha (2016) melakukan
tem (QUAIDS) menemukan hasil bah- penelitian tentang permintaan pangan
wa pola konsumsi pangan di perdesaan rumahtangga di Indonesia dengan
dan perkotaan berbeda secara signifi- menggunakan instrumen Quadratic
kan begitupun berdasarkan kelas eko- Almost Ideal Demand System (QUA-
nominya. Konsumsi rumahtangga mis- IDS) dan menemukan hasil bahwa ru-
kin cenderung mengutamakan maka- mah tangga berpendapatan rendah le-
nan pokok karbohidrat dan yang meng- bih responsif terhadap perubahan harga
khawatirkan konsumsi alkohol dan ro- daripada rumahtangga berpendapatan
kok memiliki prioritas utama juga, se- tinggi. Padi-padian yang merupakan
dangkan rumahtangga bukan miskin makanan pokok kurang responsif ter-
lebih memprioritaskan konsumsi ko- hadap perubahan harga pada rumah
moditas daging, makanan ringan dan tangga berpendapatan rendah namun
makanan jadi. Dubihlela dan Sekh- menjadi sangat responsif seiring de-
ampu (2014) meneliti tentang dampak ngan peningkatan pendapatan rumah
perubahan harga pada pola konsumsi tangga. Selain itu daging bersifat ine-
rumahtangga miskin di Kota Afrika Se- lastis bagi rumahtangga miskin dan
latan dan memperoleh hasil bahwa menjadi elastis pada rumahtangga yang
perubahan harga akan direspon oleh berpendapatan tinggi.
rumahtangga miskin yang ditandai
dengan besarnya elastisitas harga yang 3. METODE PENELITIAN
menunjukkan tanda negatif, hanya pa- Penelitian ini menggunakan pen-
da komoditas roti yang bertanda posi- dekatan kuantitatif dengan teknik ana-
tif. Kondisi ini bertolak belakang de- lisis statistik deskriptif dan ekonome-
ngan hukum permintaan dimana kon- trika. Data yang digunakan dalam pe-
sumsi naik ketika harga naik, sehingga nelitian adalah data sekunder cross
37
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

section yang berasal dari Survei Sosial 𝑙𝑛𝑃 ∗ = total pengeluaran rumahtangga yang
Ekonomi Nasional (Susenas) Maret dideflasi dengan indeks harga stone
𝐸𝐷𝑈 = Dummy pendidikan kepala
tahun 2016 di Provinsi Jawa Timur dan rumahtangga (0 = SMP kebawah
diolah dengan menggunakan alat bantu dan 1 = SMA keatas)
komputer (software) STATA 13. Un- 𝑀𝐼𝐿𝐼𝐾 = Dummy status kepemilikan rumah
tuk mendukung penelitian juga dila- (0 = bukan milik sendiri dan 1 =
kukan pengumpulan terhadap jurnal- milik sendiri)
𝑊𝐼𝐿 = Dummy tipologi wilayah (0 =
jurnal ilmiah terkait dan studi literatur. perdesaan dan 1 = perkotaan)
Model ekonometrika yang digunakan 𝑊𝑜𝑟𝑘 = Dummy pekerjaan kepala
yaitu Linear Approximation Almost rumahtangga (1 = tidak bekerja, 2 =
Ideal Demand System (LA-AIDS) dan sektor non pertanian dan 3 = sektor
konsep elastisitas yang diperkenalkan pertanian)
𝑢𝑖 = error term
oleh Deaton dan Muellbauer (1980).
𝛼𝑖𝑗 , 𝛽𝑖𝑗 , 𝛾𝑖𝑗 , 𝛿𝑖𝑗 = Parameter dugaan
Untuk menganalisis tujuan perta-
ma yaitu interaksi dari karakteristik so- Model LA-AIDS yang diguna-
sial ekonomi dalam mempengaruhi po- kan dalam penelitian ini bersifat res-
la konsumsi rumahtangga miskin di tricted, agar harapan asumsi maksi-
Jawa Timur digunakan model LA- misasi kepuasan terpenuhi. Terdapat
AIDS yang merupakan model semilog tiga restriksi model permintaan yang
dan secara ekonometrik dilakukan de- harus dipenuhi dalam model LA-AI-
ngan metode Seemingly Unrelated DS, yaitu: Adding Up, Homogeneity
Regression (SUR) yang diestimasi dan Symmetry. Disamping ketiga asu-
dengan prosedur Generalized Least msi permintaan tersebut, untuk men-
Square (GLS). Model SUR diperkenal- dapatkan parameter hasil estimasi mo-
kan pertama kali oleh Zellner (1962), del LA-AIDS yang bersifat BLUE
model ini merupakan bagian dari mo- (Best Linear Unbiased Estimator) ter-
del regresi multivariate yang terdiri dapat permasalahan dalam model LA-
atas beberapa sistem persamaan yang AIDS yaitu bias simultan (Simultaneity
tidak berhubungan, artinya setiap vari- bias) dan selectivity bias (Moeis,
abel dependen dan independen terdapat 2003). Simultaneity bias terjadi karena
dalam satu sistem. Error dari sistem adanya hubungan simultan antara vari-
yang berbeda pada model ini, saling abel bebas (harga-harga/ 𝑃𝑗 ) dan varia-
terkorelasi atau berhubungan. Adapun
bel tidak bebas (proporsi pengeluaran
secara matematis model LA-AIDS
pangan/𝑤𝑖 ) dalam model. Untuk meng-
penelitian adalah sebagai berikut:
hindari simultaneity bias dan mengo-
reksi harga-harga untuk mengatasi qu-
𝑤𝑖 = 𝛼𝑖0 + ∑ 𝑗 𝛾𝑖𝑗 𝑙𝑛 𝑃𝑗 + 𝛽𝑖 ln(𝑦⁄𝑃 ∗ )
ality effect dan quantity premium
+ 𝛿𝑖1 𝑙𝑛𝐴𝐺𝐸 terhadap rumahtangga sampel yang
+ 𝛿𝑖2 𝐽𝐾 + 𝛿𝑖3 𝐸𝐷𝑈
+ 𝛿𝑖4 𝑀𝐼𝐿𝐼𝐾+𝛿𝑖5 𝑊𝐼𝐿
mengkonsumsi suatu komoditas, maka
+ 𝛿𝑖6 𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖2 + 𝛿𝑖7 𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖3 digunakan variabel instrumen (Ekan-
+ 𝑢𝑖 anda, 2015). Caranya adalah mencari
Dimana : harga estimasi masing-masing komo-
𝑖, 𝑗 = 1,2,3,... dst (kelompok komoditas) ditas pangan untuk setiap rumahtangga
𝑤𝑖 = proporsi pengeluaran kelompok
sampel. Dalam hal ini diasumsikan
komoditas ke-i
𝑃𝑗 = harga estimasi kelompok komoditas bahwa setiap rumahtangga belanja pa-
ke-j da pasar yang sama untuk setiap desa
𝐴𝐺𝐸 = Usia kepala rumahtangga dan setiap desa hanya memiliki satu
𝐽𝐾 = Jenis kelamin kepala rumah tangga pasar. Pertama kali yang harus dilaku-
kan adalah menghitung logaritma dari
38
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

harga rata-rata setiap komoditas pa- Permasalahan selanjutnya adalah


ngan di setiap desa (ln 𝑔𝑝̅𝑖 ) dan meng- selectivity bias yang terjadi karena ru-
hitung deviasi dari log setiap komo- mahtangga sampel tidak mengkonsum-
ditas (𝐿𝑛𝐷𝑖 ) yang dibayar oleh setiap si salah satu komoditas tertentu yang
rumahtangga terhadap rata-rata harga diteliti karena beberapa hal, misalnya
setiap komoditas di setiap desa dengan (Sari, 2016) : pola diet rumahtangga se-
rumus : bagai vegetarian sehingga tidak meng-
𝐿𝑛𝐷𝑖 = 𝐿𝑛𝑝𝑖 − 𝐿𝑛𝑝̅𝑖 konsumsi protein hewani atau konsum-
Dimana : si komoditas yang tidak tercatat karena
∑ℎ 𝑃ℎ𝑖
𝑝̅𝑖 = responden mengkonsumsi komoditas
𝑛
𝑝𝑖 = unit value kelompok pangan tersebut diluar referensi waktu survei,
𝑝̅𝑖 = rata-rata unit value kelompok pangan karena dalam Susenas referensi yang
𝑃ℎ𝑖 = harga kelompok komoditas i yang dipakai dalam penghitungan konsumsi
dikonsumsi rumahtangga h makanan adalah seminggu terakhir.
𝑛 = jumlah rumahtangga Sedangkan bila dalam melakukan esti-
masi tidak menyertakan rumahtangga
setelah log deviasi harga diperoleh,
tersebut, dugaan parameter yang diha-
selanjutnya dilakukan estimasi regresi
silkan akan menjadi bias. Salah satu ca-
deviasi harga (𝐿𝑛𝐷𝑖 ) dengan metode
ra mengatasi selectivity bias ini adalah
OLS. Adapun model ekonometrinya
dengan cara mengelompokkan komo-
sebagai berikut :
ditas menjadi kelompok yang lebih be-
𝐿𝑛𝐷𝑒𝑣_𝑖 = 𝛼𝑖0 + 𝛽𝑖 ln 𝑦 + 𝛼𝑖2 𝑙𝑛𝐴𝐺𝐸 sar sehingga akan meminimalisasi ju-
+ 𝛿𝑖1 𝐽𝐾 + 𝛿𝑖2 𝐸𝐷𝑈 mlah rumahtangga sampel yang tidak
+ 𝛿𝑖3 𝑀𝐼𝐿𝐼𝐾+𝛿𝑖4 𝑊𝐼𝐿 mengkonsumsi komoditas tersebut.
+ 𝛿𝑖5 𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖2 + 𝛿𝑖6 𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖3 Dalam penelitian ini, komoditas pa-
+ 𝑢𝑖
ngan di Susenas diagregasi menjadi e-
nam kelompok utama yaitu : kelompok
Setelah model deviasi harga diperoleh, padi-padian/umbi-umbian;daging/ i-
maka dilakukan estimasi log deviasi kan/ telur/ susu; sayuran/buah-buahan;
harga (𝐿𝑛𝐷𝑖 ). Variabel (𝐿𝑛𝐷𝑖 ) diguna- kacang-kacangan/minyak; makanan ja-
kan untuk menghasilkan estimasi va- di/rokok serta pangan lainnya. Apabila
riabel instrumen yang mengkonsumsi setelah diagregasi masih didapatkan
ataupun tidak mengkonsumsi komo- pengamatan kosong maka dilakukan
ditas pangan tersebut dengan formu- regresi probit untuk mendapatkan va-
lasi: riabel instrumen Invers Mills Ratio
Yang mengkonsumsi : (IMR).
𝐿𝑛𝑝̂𝑖 = 𝐿𝑛𝑝𝑖 − 𝐿𝑛𝐷𝑖 Sedangkan untuk menjawab tu-
juan penelitian kedua yaitu mengetahui
Yang tidak mengkonsumsi : seberapa besar respon konsumsi pa-
ngan rumahtangga miskin terhadap pe-
̂𝑖
𝐿𝑛𝑝̂𝑖 = 𝐿𝑛𝑝̅𝑖 − 𝐿𝑛𝐷 rubahan harga dan pendapatan digu-
nakan konsep elastisitas, yang difor-
Dimana : mulasikan sebagai berikut.
𝐿𝑛𝑝̂𝑖 = nilai estimasi unit value kelompok Elastisitas harga sendiri :
pangan i
𝐿𝑛𝑝𝑖 = harga kelompok pangan i 𝛾𝑖𝑖 − 𝛽𝑖 𝑤𝑖
𝐿𝑛𝑝̅𝑖 = rata-rata harga kelompok pangan i 𝐸𝑖𝑖 = −1
𝑤𝑖
disetiap desa
𝐿𝑛𝐷̂𝑖 = nilai estimasi (𝐿𝑛𝐷𝑖 )
Elastisitas harga silang :

39
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

(𝛾𝑖𝑗 − 𝛽𝑖 𝑤𝑗 ) menunjukkan bahwa kedua barang ter-


𝐸𝑖𝑗 =
𝑤𝑖 sebut bersifat komplementer, dimana
apabila terjadi kenaikan harga pada
Elastisitas pendapatan : suatu barang maka menyebabkan penu-
runan permintaan terhadap barang lain
𝛽𝑖
𝐸𝑖𝛾 = +1 dan sebaliknya. Sedangkan bila Eij > 0
𝑤𝑖
(positif), menunjukkan bahwa kedua
barang tersebut bersifat substitusi, di
Elastisitas harga sendiri menun- mana apabila terjadi kenaikan harga
jukkan perubahan persentase jumlah pada suatu barang maka menyebabkan
permintaan barang akibat kenaikan 1 kenaikan permintaan terhadap barang
persen pada harga barang tersebut. Per- lain dan sebaliknya. Sedangkan elasti-
hitungan tersebut akan menghasilkan sitas pendapatan menunjukkan persen-
pola sebagai berikut : tase perubahan jumlah permintaan aki-
1) Bila Eii = 0, menunjukkan permin- bat setiap satu persen kenaikan pada
taan terhadap barang tersebut ber- pendapatan. Untuk suatu barang nor-
sifat inelastis sempurna artinya pe- mal, 𝐸𝑖𝛾 adalah positif karena kenaik-
rubahan harga tidak mempenga- an pendapatan mengakibatkan kenaik-
ruhi kuantitas yang diminta atas an pembelian barang. Untuk kasus
barang (kurva vertikal). yang tidak biasa seperti pada barang in-
2) Bila Eii < 1, menunjukkan per- ferior, 𝐸𝑖𝛾 akan bernilai negatif, impli-
mintaan terhadap barang tersebut kasinya bahwa peningkatan pendapat-
bersifat inelastis dimana peruba- an menurunkan kuantitas barang yang
han terhadap kuantitas barang dibeli. Sedangkan barang-barang de-
yang diminta akibat adanya peru- ngan elastisitas pendapatan 𝐸𝑖𝛾 > 1 di-
bahan harga lebih kecil dibanding-
sebut dengan barang normal mewah
kan perubahan harga itu sendiri.
(luxury).
3) Bila Eii = 1, menunujukkan per-
mintaan terhadap barang tersebut
4. ANALISIS DATA DAN PEM-
bersifat elastis unitary artinya per-
BAHASAN
sentase perubahan kuantitas ba-
Deskripsi budget share komoditas
rang yang diminta = persentase
pangan
perubahan harga.
Secara umum, konsumsi padi-
4) Bila Eii > 1, menunjukkan per-
padian/umbi-umbian bagi rumah tang-
mintaan terhadap barang tersebut
ga miskin di Jawa Timur menempati
bersifat elastis artinya perubahan
prioritas utama. Kondisi ini tercermin
terhadap kuantitas barang yang di-
dari struktur pengeluaran pada kelom-
minta akibat adanya perubahan
pok komoditas padi-padian/umbi-um-
harga lebih besar dibandingkan pe-
bian yang menempati urutan tertinggi
rubahan harga itu sendiri.
yakni 27,84%. Budget share terbesar
5) Bila Eii = ~, menunjukkan permin-
selanjutnya berada pada kelompok ko-
taan terhadap barang tersebut elas-
moditas makanan jadi/rokok (27,58%).
tis sempurna, dimana kenaikan
Kedua komoditas ini menyedot 55%
harga akan menyebabkan permin-
anggaran pengeluaran pada komoditas
taan turun menjadi 0.
pangan rumahtangga miskin di Jawa
Nilai elastisitas silang menunjuk-
Timur, sisanya sekitar 45% tersebar pa-
kan hubungan karakteristik antara ke-
da kelompok komoditas sayur/buah-
dua komoditas dan nilainya bisa ne-
buahan (12,03%), minyak/kacang-ka-
gatif atau positif. Bila Eij < 0 (negatif),
cangan (11,22%), pangan lainnya
40
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

(11,16%) dan ikan/daging/telur/ susu


(10,17%).

Gambar 3. Budget share Komoditas Pangan Rumahtangga Miskin Jawa Timur


Sumber : Susenas 2016 (data diolah)

Tabel 1. Unit Value Komoditas Pangan Rumahtangga Miskin Jawa Timur


% tidak
Rumah Tangga Mean Std. Deviasi
mengkonsumsi
Unit Value
Komoditas Padi/Umbi-umbian 6.011,67 1.210,08 0,62%
Komoditas Ikan/daging/telur/susu 16.583,55 9.124,13 7,19%
Komoditas Sayur/buah-buahan 6.386,02 2.996,89 0,98%
Komoditas Minyak/kacang-kacangan 6.241,91 1.760,78 0,98%
Komoditas Makanan jadi/rokok 27.617,33 91.446,18 3,14%
Komoditas Pangan lainnya 14.886,62 4.640,60 0,72%
Sumber : Susenas 2016 (data diolah)

Unit value yang merupakan pro- han pokok yang tak terelakkan bagi
ksi dari harga komoditas pangan pada hajat hidup rumahtangga miskin di
penelitian ini menunjukkan nilai yang Jawa Timur. Hal yang berbeda dite-
beragam. Rata-rata Unit value terendah mukan pada komoditas ikan/daging/
terdapat pada kelompok komoditas telur/susu, dimana persentase rumah
padi/umbi-umbian yaitu sebesar Rp tangga miskin yang tidak mengkon-
6.011,67/kg dan juga memiliki standar sumsi komoditas pangan ini (7,19%)
deviasi yang paling rendah, yang men- tertinggi diantara komoditas pangan
cerminkan tingkat keragamanannya lainnya. Secara umum, persentase ru-
yang pendek. Selain itu, persentase mah tangga miskin yang tidak meng-
rumahtangga yang tidak mengkonsum- konsumsi keenam kelompok komo-
si komoditas ini juga paling sedikit ditas pangan relatif kecil yaitu kurang
yaitu hanya 0,62%. Kenyataan ini dari 10%, rendahnya nilai ini tidak
semakin mendukung bahwa komoditas terlepas dari adanya agregasi komo-
padi/umbi-umbian merupakan kebutu- ditas pangan dalam mengatasi adanya

41
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

selectivity bias pada konsumsi pangan fisien hasil estimasi dengan sistem per-
rumahtangga miskin. mintaan LA-AIDS, 71% persen dian-
Hasil Estimasi Parameter LA-AIDS taranya menunjukkan nilai yang sig-
Secara simultan variabel inde- nifikan pada taraf signifikansi 1% hi-
penden yang meliputi pengeluaran ru- ngga 10%. Variabel pengeluaran ru-
mahtangga sebagai proksi dari pen- mah tangga relatif menunjukkan nilai
dapatan, harga komoditas pangan dan yang signifikan pada taraf signifikansi
variabel sosiodemografi dalam model 1-10% dalam mempengaruhi budget
LA-AIDS mampu digunakan dalam share rumahtangga miskin terhadap
mengestimasi budget share komoditas komoditas pangan, hanya pada komo-
pangan. Hal ini dapat dilihat dari nilai ditas sayur/buah-buahan yang tidak
chi square yang kesemuanya menun- menunjukkan pengaruh yang signifi-
jukkan nilai signifikan pada taraf sig- kan, artinya proporsi pengeluaran ru-
nifikansi 1% dengan nilai koefisien de- mah tangga terhadap komoditas sa-
terminasi (R-squared) berkisar antara yur/buah-buahan tidak dipengaruhi o-
3-15%. Rendahnya nilai R-squared leh besarnya tingkat pendapatan. Hal
tersebut karena data yang digunakan ini dimungkinkan karena umumnya ru-
merupakan data cross section yang mah tangga miskin menetap di perde-
memiliki tingkat heterogenitas yang saan dan bekerja di sektor pertanian,
tinggi. Gujarati (2010) mengemukakan sehingga kebutuhan akan konsumsi sa-
bahwa data cross section melibatkan yur/buah-buahan banyak yang dipro-
beberapa observasi dan memiliki ting- duksi sendiri sehingga pendapatan tid-
kat diversitas yang tinggi sehingga ni- ak memiliki pengaruh dalam menen-
lai R square yang rendah tidak meru- tukan budget share konsumsi komo-
pakan masalah. ditas ini.
Hasil uji parsial terhadap tiap va-
riabel didapatkan hasil dari 90 koe-
Tabel 2. Estimasi Parameter Sistem Permintaan LA-AIDS Pada Komoditas Pangan Rumahtangga
Miskin di Jawa Timur, 2016
Padi/Umbi- Ikan/Daging/ Sayur/Buah- Kacang/ Makanan Pangan
Keterangan
umbian Telur/Susu buahan Minyak Jadi/Rokok Lainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Lnpi1est 0.0278*** -0.0008 -0.0066** -0.0011 0.0054*** -0.0246***
Lnpi2est -0.0008 -0.0129*** 0.0138*** 0.0189*** -0.0238*** 0.0048**
Lnpi3est -0.0066** 0.0138*** 0.0043* 0.00004 -0.0041*** -0.0073***
Lnpi4est -0.0011 0.0189*** 0.0000 -0.0100*** 0.0030** -0.0108***
Lnpi5est 0.0054*** -0.0238*** -0.0041*** 0.0030** 0.0170*** 0.0025**
Lnpi6est -0.0246*** 0.0048** -0.0073*** -0.0108*** 0.0025** 0.0353***
LnY_riil 0.0062* -0.0246*** 0.0016 0.0054** 0.0183*** -0.0069***
Lnage 0.0102 0.0017 0.0153*** 0.0060 -0.0217*** -0.0004
jenis -0.0092** -0.0160*** -0.0151*** -0.0129*** 0.0425*** -0.0103***
kelamin
work_i2 -0.0052 0.0075* -0.0003 -0.0022 -0.0173** 0.0039
work_i3 0.0086* 0.0097** 0.0024 0.0026 -0.0363*** 0.0064**
wilayah -0.0153*** -0.0102*** -0.0044* 0.0020 0.0239*** -0.0021
milik 0.0234*** 0.0179*** -0.0036 -0.0053 -0.0297** 0.0041
IMR 0.1558*** -0.0812*** -0.0298 0.0271 -0.2387*** -0.0265
(Constant) 0.2187*** 0.2389*** 0.0590*** 0.0557*** 0.3322*** 0.0956***
R-squared 0.0359 0.0108 0.0707 0.0933 0.1446 0.0896
Chi2 150.55*** 455.21*** 181.21*** 235.91*** 738.41*** 306.87***
Catatan : (*** signifikansi pada level 1%, ** signifikansi pada level 5% dan * signifikansi pada level
10%);

42
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

Sumber : Susenas 2016 (data diolah)

Variabel harga komoditas pa- kepala rumahtangga hanya memiliki


ngan sebagian besar memiliki penga- pengaruh yang signifikan terhadap
ruh yang signifikan dalam menentukan budget share komoditas sayur/buah-
proporsi pengeluaran pangan rumah buahan dan makanan jadi/rokok. Ber-
tangga miskin. Dari 36 koefisien hasil tambahnya usia kepala rumahtangga
estimasi yang ada, 83% diantaranya miskin akan meningkatkan budget
menunjukkan nilai yang signifikansi share terhadap komoditas sayur/buah-
pada taraf signifikansi 1-10%. Terda- buahan dan mengurangi budget share
pat dua pengaruh variabel harga yaitu terhadap komoditas makanan jadi/
positif dan negatif. Tanda positif me- rokok.
nandakan peningkatan harga justru Selanjutnya variabel jenis kela-
akan meningkatkan budget share ko- min kepala rumahtangga menunjukkan
moditas pangan tersebut, sedangkan pengaruh yang kuat dalam menentukan
tanda negatif menunjukkan pengaruh budget share komoditas pangan, hal ini
sebaliknya yaitu peningkatan harga ditunjukkan dengan pengaruhnya yang
akan menyebabkan penurunan terha- signifikan pada semua kelompok ko-
dap budget share komoditas pangan moditas pangan. Umumnya kepala ru-
tersebut. Variabel harga komoditas pa- mah tangga berjenis kelamin perem-
di/umbi-umbian menunjukkan nilai puan memiliki pengaruh yang negatif
yang positif dan signifikan terhadap dalam menentukan budget share ko-
budget share komoditas padi/umbi- moditas pangan, hanya pada komoditas
umbian yaitu sebesar 0,028. Kondisi makanan jadi/rokok yang menunjuk-
ini menggambarkan jika terjadi kenaik- kan pengaruh positif dan signifikan.
an harga pada komoditas padi/umbi- Kondisi ini dimungkinkan karena se-
umbian sebesar 1% maka akan me- makin banyaknya perempuan yang me-
ningkatkan budget share komoditas miliki fungsi ganda yakni sebagai
padi/umbi-umbian sebesar 0,028%. kepala rumahtangga dan juga berke-
Permintaan yang tetap meningkat ini cimpung dalam dunia kerja, sehingga
dikarenakan komoditas padi/umbi-um- lebih banyak yang melakukan solusi
bian merupakan komoditas utama bagi praktis dengan konsumsi makanan jadi.
sebagian besar rumahtangga miskin di Sedangkan pada kepala rumahtangga
Jawa Timur, sehingga kenaikan harga berjenis kelamin laki-laki, umumnya
pada komoditas tersebut tidak me- memiliki pasangan yang lebih mem-
nurunkan budget share komoditas ini. punyai waktu untuk mempersiapkan
Variabel sosiodemografi yang makanan dirumah.
dimasukkan dalam sistem permintaan Rumahtangga miskin yang be-
LA-AIDS dimaksudkan untuk me- kerja pada sektor pertanian memiliki
nangkap preferensi konsumsi rumah pengaruh yang positif dan signifikan
tangga miskin di Jawa Timur. Berda- dalam menentukan budget share ko-
sarkan nilai koefisien hasil estimasi sis- moditas padi/umbi-umbian, ikan/da-
tem permintaan LA-AIDS, tidak semua ging/telur/susu dan pangan lainnya se-
variabel sosiodemografi memiliki pe- dangkan pada komoditas makanan ja-
ngaruh dalam menentukan budget di/rokok berpengaruh negatif dan sig-
share komoditas pangan rumahtangga nifikan. Pengaruh positif terhadap bud-
miskin di Jawa Timur. Dari 36 koe- get share komoditas tersebut dikarena-
fisien yang terbentuk, sekitar 58,33% kan ketiga kelompok komoditas terse-
yang memiliki pengaruh signifikan but merupakan komoditas yang umum-
pada taraf signifikansi 1-10%. Usia nya berbasis pertanian, sehingga ba-
43
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

nyak didapatkan dari produksi rumah ga pada komoditas pangan. Pada tabel
tangga sendiri. Sedangkan komoditas 1.3. dapat diketahui bahwa besarnya
makanan jadi/rokok umumnya berbasis elastisitas harga sendiri komoditas pa-
industri pengolahan yang banyak dila- ngan rumahtangga miskin di Jawa Ti-
kukan dengan cara membeli. mur kesemuanya bernilai negatif. Nilai
Pada variabel tipologi wilayah tersebut mengindikasikan bahwa bila
tempat tinggal didapatkan hasil bahwa terjadi kenaikan harga pada suatu ko-
rumahtangga miskin perdesaan di Jawa moditas pangan maka permintaan ter-
Timur lebih rendah budget share kon- hadap komoditas pangan tersebut akan
sumsi pangannya pada komoditas pa- cenderung menurun. Fakta ini menun-
di/umbi-umbian, ikan/daging/telur/ jukkan konsistensi dengan teori per-
susu dan sayur/buah-buahan dan lebih mintaan, yaitu terdapat hubungan linier
tinggi pada komoditas makanan jadi/ terbalik antara harga dan permintaan
rokok, sedangkan pada komoditas ka- (Nicholson, 2002).
cang-kacangan/minyak dan pangan Elastisitas harga sendiri pada
lainnya tidak menunjukkan pengaruh kelompok komoditas ikan/daging/te-
yang signifikan. Umumnya harga ma- lur/susu dan kacang-kacangan/minyak
kanan jadi/rokok didaerah perdesaan masing-masing memiliki nilai 1,1023
lebih murah daripada perkotaan, se- dan 1,0943 atau bersifat elastis, artinya
hingga dimungkinkan rumahtangga jika terjadi kenaikan harga pada kelom-
miskin daerah perdesaan dengan pen- pok komoditas tersebut sebesar 1%
dapatan yang dimiliki lebih memilih maka rumahtangga akan merespon de-
untuk membeli makanan jadi/rokok ngan menurunkan permintaan pada
daripada memasak sendiri. kelompok komoditas tersebut lebih da-
Variabel sosiodemografi yang ri 1%. Sedangkan pada kelompok ko-
terakhir yaitu kepemilikan rumah, di moditas padi/umbi-umbian, sayur/bu-
mana rumahtangga yang telah memi- ah-buahan, minyak/kacang-kacangan
liki rumah sendiri memiliki pengaruh dan pangan lainnya bersifat inelastis
yang positif dan signifikan dalam karena bernilai kurang dari 1, namun
menentukan budget share konsumsi bila diperhatikan nilai elastisitasnya
komoditas padi/umbi-umbian dan ikan/ mendekati nilai 1. Hal ini mengindi-
daging/telur/susu serta memiliki peng- kasikan bahwa kenaikan harga pangan
aruh negatif pada budget share ko- pada rumahtangga miskin hampir se-
moditas makanan jadi/rokok. Hal ini banding dengan penurunan konsumsi
mengindikasikan bahwa rumahtangga pada komoditas pangan tersebut. Wi-
miskin yang telah memiliki rumah sen- darjono dan Rucbha (2016) dalam pe-
diri lebih senang memasak sendiri di nelitiannya mengungkapkan bahwa e-
rumah daripada konsumsi makanan ja- lastisitas pada rumahtangga berpenda-
di/rokok, dan sebaliknya rumahtangga patan rendah cenderung bersifat res-
miskin yang belum memilki rumah ponsif terhadap perubahan harga di-
sendiri cenderung memprioritaskan bandingkan rumahtangga berpendapat-
budget share konsumsi pangannya pa- an tinggi, kondisi ini disebabkan kare-
da makanan jadi/rokok daripada meng- na umumnya rumahtangga miskin me-
olah sendiri. miliki daya beli rendah.
Elastisitas Harga Sendiri
Elastisitas harga sendiri merupa- Tabel 3. Elastisitas Harga Sendiri Menurut
Kelompok Komoditas Pangan Pada Rumah
kan cara yang mudah untuk mengukur tangga Miskin di Provinsi Jawa Timur, 2016
sejauh mana respon permintaan rumah
Kelompok Komoditas
tangga miskin terhadap perubahan har-
44
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

Elastisitas komplementer dengan keempat kelom-


Harga
pok komoditas pangan yang lain. Be-
Sendiri
(Eii) gitu pula sebaliknya, elastisitas silang
(1) (2) komoditas makanan jadi/rokok terha-
dap permintaan komoditas padi/umbi-
(w1). Padi/Umbi-umbian -0,9064
umbian juga memiliki hubungan subti-
(w2). Ikan/daging/telur/susu -1,1023 tusi dengan nilai yang lebih rendah
(𝐸𝑖𝑗 =0,001). Kondisi ini mengisyarat-
(w3). Sayur/buah-buahan -0,9662 kan bahwa terjadi pergeseran pola kon-
sumsi pada rumahtangga miskin di Ja-
(w4). Kacang-kacangan/minyak -1,0943
wa Timur, dimana dominasi peran ko-
(w5). Makanan jadi/rokok -0,9566 moditas padi/umbi-umbian sedikit ter-
gantikan dengan komoditas makanan
(w6). Pangan lainnya -0,6763 jadi/rokok. Kondisi ini tidak terlepas
Sumber : Susenas 2016, data diolah dari semakin banyaknya peran dualis-
me wanita dalam keluarga, yakni se-
Elastisitas Harga Silang bagai ibu rumahtangga dan wanita ka-
Respon kenaikan harga pada su- rir. Akibatnya, urusan domestik dalam
atu komoditas tidak hanya berdampak hal penyediaan makanan dalam keluar-
pada komoditas tersebut namun juga ga banyak yang tergantikan dengan
dapat mempengaruhi perubahan per- solusi praktis yaitu dengan pembelian
mintaan pada komoditas lainnya. Hal makanan jadi. Temuan ini senada de-
ini sebagaimana disebutkan dalam hu- ngan Ariani dan Hermanto (2012) yang
kum permintaan bahwa terdapat dua mengemukakan bahwa adanya peruba-
hubungan yang dapat terjadi atas pe- han pertumbuhan ekonomi, urbanisasi,
rubahan harga pada komoditas lain, peningkatan ketersediaan pangan dan
yaitu hubungan subtitusi dan kom- peningkatan partisipasi wanita yang
plementer (Case dan Fair, 2007). be-kerja bedampak pada perubahan
Elastisitas harga silang komo- pola konsumsi rumahtangga yang di-
ditas pangan pada rumahtangga miskin tunjukkan dengan perubahan proporsi
di Jawa Timur sebagaimana dapat dili- pengeluaran pangan menurut kelom-
hat pada tabel 1.4. diatas. Komoditas pok komoditasnya, yakni menuju ke
padi/umbi-umbian yang merupakan arah dominasi penyediaan makanan ja-
kebutuhan pokok bagi sebagian besar di. Selain itu juga mendukung pene-
rumahtangga miskin di Jawa Timur litian Yusdianto (2016) yang menemu-
memiliki hubungan substitusi dengan kan hubungan subtitusi antara beras
komoditas makanan jadi/rokok terhadap rokok pada rumahtangga
(𝐸𝑖𝑗 =0,0132) dan memiliki hubungan miskin di Provinsi Sulawesi Tengah.

Tabel 4. Elastisitas Harga Silang Menurut Kelompok Komoditas Pangan Pada Rumahtangga Miskin
di Provinsi Jawa Timur, 2016
Kacang-
Padi/umbi- Ikan/daging/ Sayur/buah- Makanan Pangan
Kelompok Komoditas kacangan/
umbian telur/susu buahan jadi/rokok lainnya
Minyak
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
-
(w1). Padi/Umbi-umbian 0,0591 -0,0586 -0,0236 0,0010
0,2031
(w2).
-0,0052 0,1131 0,1635 -0,0930 0,0497
Ikan/daging/telur/susu
-
(w3). Sayur/buah-buahan -0,0264 0,1644 -0,0054 -0,0230
0,0581

45
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

(w4). Kacang- -
-0,0066 0,2129 -0,0011 0,0034
kacangan/minyak 0,0900
(w5). Makanan jadi/rokok 0,0132 -0,1671 -0,0380 0,0135 0,0394

(w6). Pangan lainnya -0,0907 0,0745 -0,0622 -0,1017 0,0017

Sumber : Susenas 2016 (data diolah)

Sedangkan komoditas ikan/da- mewah (luxury goods). Bila terdapat


ging/telur/susu yang merupakan ke- peningkatan pendapatan pada rumah
lompok komoditas pangan dengan tangga miskin di Jawa Timur maka ke-
budget share terendah dalam keranjang naikan tersebut akan dialokasikan lebih
belanja rumahtangga miskin di Jawa banyak untuk konsumsi komoditas ma-
Timur (10,17%) memiliki hubungan kanan jadi/rokok. Dimana setiap 1%
komplementer terhadap permintaan kenaikan pendapatan rumah tangga
komoditas makanan jadi/rokok dan miskin maka permintaan akan komo-
memiliki hubungan substitusi terhadap ditas makanan jadi/rokok akan mening-
komoditas pangan yang lain. Elastisitas kat sebesar 1,0665%. Fenomena ini
silang substitusi terbesar terdapat pada didukung dengan kenyataan semakin
komoditas kacang-kacangan/minyak mudah ditemuinya usaha penyediaan
yaitu sebesar 0,2129, artinya kenaikan makanan dan minuman jadi di setiap
harga pada komoditas ikan/daging/te- daerah. Hasil ini sejalan dengan pene-
lur/susu sebesar 1% akan direspon litian Widarjono (2013) yang mengha-
rumah tangga miskin dengan mening- silkan temuan bahwa semakin miskin
katkan permintaan terhadap komoditas status ekonomi rumahtangga maka e-
kacang-kacangan/minyak sebesar lastisitas pendapatan terhadap komo-
0,2129%. Hal ini dimungkinkan karena ditas makanan jadi dan rokok akan se-
komoditas kacang-kacangan/minyak makin responsif.
merupakan komoditas yang memiliki Tabel 5. Elastisitas Pendapatan Menurut
harga relatif rendah namun juga kaya Kelompok Komoditas Pangan Pada Rumah
tangga Miskin di Provinsi Jawa Timur, 2016
nilai gizinya. Kondisi ini bertentangan
penelitian Faharuddin et.al. (2015) Elastisitas
Kelompok Komoditas Pendapatan
yang menemukan hubungan komple- (Eiɤ)
menter elastisitas harga silang tidak
(1) (2)
terkompensasi antara komoditas da-
ging terhadap permintaan komoditas (w1). Padi/Umbi-umbian 1,0221
kacang-kacangan dan minyak. Namun
sejalan dengan penelitian yang dila- (w2). Ikan/daging/telur/susu 0,7584
kukan oleh (Widarjono, 2013). (w3). Sayur/buah-buahan 1,0130
Elastisitas Pendapatan
Elastisitas pendapatan yang di- (w4). Kacang-kacangan/minyak 1,0480
proxy dengan total pengeluaran pangan
rumahtangga miskin menunjukkan ni- (w5). Makanan jadi/rokok 1,0665
lai yang positif, artinya tidak dijumpai (w6). Pangan lainnya 0,9384
adanya barang yang bersifat inferior
pada komoditas pangan rumahtangga Sumber : Susenas 2016 (data diolah
miskin di Jawa Timur. Komoditas pa- Sedangkan elastisitas pendapatan
ngan yang ada kesemuanya bersifat ba- terendah berada pada kelompok ko-
rang normal dan beberapa diantara ter- moditas ikan/daging/telur/susu yang
masuk kedalam kategori barang normal hanya bernilai 0,7584 atau bersifat ba-
46
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

rang normal bagi rumahtangga miskin 1) Karakteristik sosial ekonomi me-


di Jawa Timur. Kondisi ini sejalan de- miliki relatif memiliki pengaruh
ngan penelitian Rohmanyu (2009) yang signifikan dalam menentu-
yang juga menemukan hasil bahwa ko- kan pola konsumsi pangan rumah
moditas ikan/daging/telur/susu yang tangga miskin di Jawa Timur, di
merupakan sumber protein hewani ma- mana jenis kelamin kepala rumah
sih bersifat barang normal dengan nilai tangga merupakan variabel sosio
elastisitas pendapatan sebesar 0,6113. demografi yang memiliki penga-
Selanjutnya Yusdianto (2016) juga me- ruh paling kuat dalam mempenga-
nemukan hasil yang sama, bahwa ko- ruhi budget share komoditas pa-
moditas ikan/daging/telur/ susu meru- ngan rumahtangga miskin.
pakan barang normal bagi rumah tang- 2) Komoditas pangan merupakan ke-
ga miskin di Sulawesi Tengah pada ta- butuhan pokok bagi rumahtangga
hun 2008 dan 2009, namun pada tahun miskin di Jawa Timur, hal ini ter-
2010 susu telah bergeser menjadi ba- cermin dari besarnya elastisitas
rang mewah (luxury goods). Kondisi harga sendiri yang kesemuanya
yang berlawanan terdapat pada pene- bernilai kurang dari 1. Selain itu,
litian Le (2008) yang menemukan hasil komoditas padi/umbi-umbian ber-
bahwa semakin miskin rumahtangga dasarkan elastisitas silangnya ber-
maka elastisitas pendapatan terhadap substitusi terhadap makanan ja-
komoditas daging/ikan akan semakin di/rokok dan komoditas ikan/da-
tinggi yang menandakan semakin ber- ging/telur/susu bersubtitusi silang
sifat mewah komoditas tersebut se- dengan komoditas kacang-kacang-
dangkan elastisitas pendapatan terha- an/minyak. Sedangkan ber- dasar-
dap komoditas padi-padian dan non kan nilai elastisitas pendapatan, ti-
padi-padian akan semakin menurun, dak dijumpainya barang inferior
daya beli rumahtangga miskin umum- dan semuanya merupakan barang
nya sangat rendah menyebabkan alter- normal (normal goods) dan me-
natif substitusi pangan yang dimiliki wah (luxury goods).
kurang beragam. Kondisi ini sejalan Beberapa saran yang dapat dike-
dengan hukum Bennet yang menyata- mukakan sebagai berikut :
kan bahwa rumahtangga dengan ting- 1) Perlunya peningkatan pengawasan
kat pendapatan rendah, konsumsi pa- yang intens terhadap produk-pro-
ngannya akan lebih memprioritaskan duk olahan dan makanan jadi, agar
pada pangan yang bersifat padat energi kenyamanan dan keamanannya
yang berasal dari karbohidrat, namun terjamin. Terlebih, budget share
sejalan dengan peningkatan pendapa- akan konsumsi komoditas ini cu-
tan maka pola konsumsi pangannya kup tinggi dan dimungkinkan akan
akan semakin terdiversifikasi dan u- terus meningkat.
mumnya akan terjadi peningkatan kon- 2) Dengan melihat nilai elastisitas
sumsi pangan terhadap komoditas yang harga dan elastisitas pendapatan
bernilai gizi tinggi (Soekirman, 2000) yang tinggi dan nilainya yang
dalam (Ariani dan Hermanto, 2012). hampir sama, maka kebijakan pe-
ngendalian harga dan peningkatan
5. KESIMPULAN, IMPLIKASI, pendapatan merupakan instrumen
SARAN, DAN BATASAN yang penting dalam menjamin
Dari hasil penelitian yang dila- keberlangsungan ketahanan pa-
kukan maka dapat diperoleh kesimpul- ngan bagi masyarakat miskin.
an sebagai berikut :
47
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

3) Untuk mencapai kondisi pangan Kemiskinan Kabupaten Kota Tahun


rumah tangga miskin yang berkua- 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
litas, maka terus digalakkan pro- BPS. (2016). Perhitungan dan Analisis
gram-program yang dapat menso- Kemiskinan Makro Indonesia
sialisasikan kepada masyarakat Tahun 2016. Jakarta: BPS Republik
miskin tentang pola konsumsi Indonesia.
yang berkualitas. Case, K. E., & Fair, R. C. (2007).
Prinsip-Prinsip Ekonomi JIlid I.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: Erlangga.
Deaton, a, & Dreze, J. (2010).
Abdel Karim Yousif, I. E., & Al- Nutrition, Poverty and Calorie
Kahtani, S. H. (2014). Effects of Fundamentalism: Response to Utsa
high food prices on consumption Patnaik. Economic and Political
pattern of Saudi consumers: A case Weekly, 45(14), 78–80.
study of Al Riyadh city. Journal of Dubihlela, D., & Sekhampu, T. J.
the Saudi Society of Agricultural (2014). The Impact Of Price
Sciences, 13(May), 169–173. Changes On Demand Among Poor
https://doi.org/10.1016/j.jssas. Households In A South African
2013.05.003 Township. International Business
Afghahl et al., M. (2014). Estimate of and Economics Research,
Poverty Line and Analyze of 13(Mei/Juni), 463–474.
Poverty Indices in Iran (1982-2007). Ekananda, M. (2015). Ekonometrika
Asian Economic and Financial Dasar Untuk Penelitian Dibidang
Review, 4(11), 1502–1514. Ekonomi, Sosial dan Bisnis. Jakarta:
Ariani, M., & Hermanto. (2012). Mitra Wacana Media.
Dinamika Konsumsi Pangan, (18), Faharuddin et.al. (2015). Analisis Pola
101–123. Konsumsi Pangan di Sumatera
Assegaf, N. A. (2015). Konsep Selatan 2013 : Pendekatan
Kesejahteraan dan Problematika Quadratic Almost Ideal Demand
Kemiskinan Strategi Pengentasan System. Agro Ekonomi, 33 No.
Kemiskinan Melalui Program BLT. 2(Oktober), 121–140.
Malang: Intrans Publishing. Fujii, T. (2013). Impact of food
Ayinde, O. E., Ilori, T. E., Ayinde, K., inflation on poverty in the
& Babatunde, R. O. (2015). Philippines. Journal of Food Policy,
Analysis of the Behaviour of prices 39(Januari), 13–27. https://doi.org/
of major staple foods in West 10.1016/j.foodpol.2012.11.009
Africa: A case study of Nigeria. Gujarati, D. N. (2010). Dasar-dasar
Agris On-Line Papers in Economics Ekonometrika Buku 1. (D. A. Halim,
and Informatics, 7(4), 3–17. Ed.) (Edisi 5). Jakarta: Penerbit
Berges, M. E., & Casellas, K. S. Salemba Empat.
(2002). A Demand System Analysis Hoelman, M. B., Parhusip, B. T. ., Eko,
of Food for Poor and Non Poor S., Bahagijo, S., & Santono, H.
Households . The Case of (2015). Panduan SDGs Untuk
Argentina. The Xth EAAE Congress Pemerintah Daerah (Kota dan
Exploring Diversity in The Kabupaten) dan Pemangku
European Agri Food System Kepentingan Daerah. Jakarta:
Zaragoza (Spain), (28–31 August), International NGO Forum on
18. Indonesian Development (INFID).
BPS. (2015). Data dan Informasi Le, C. Q. (2008). An Empirical Study
48
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

of Food Demand in Vietnam. 227–236.


ASEAN Economic Bulletin, 25(3), https://doi.org/10.1016/j.foodpol.20
283–292. https://doi.org/10.2307/ 13. 09.017
41219833 Rohmanyu, J. (2009). Estimasi Fungsi
Li, Y., & Yu, W. (2010). Households Permintaan Rumahtangga
Food Security in Poverty-Stricken Indonesia Terhadap Pangan
Regions : Evidence from Western Sumber Protein Hewani.
Rural China, 1, 386–395. Universitas Indonesia.
https://doi.org/10.1016/j.aaspro.201 Sari, N. A. (2016). Analisis Pola
0.09.048 Konsumsi Pangan Daerah
Mankiw, N. G. (2007). Makroekonomi. Perkotaan dan Pedesaan Serta
Jakarta: Erlangga. Keterkaitannya Dengan
Moeis, J. P. (2003). Indonesia Food Karakteristik Sosial Ekonomi di
Demand System : An Analysis of the Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal
Impacts of the Economic Crisis On Ekonomi Dan Manajemen
Household Consumption and Indonesia (JEMI), 16
Nutritional Intake. Goerge No.2(Desember), 69–82.
Washington University. Ul Haq, Z., Nazli, H., & Meilke, K.
Nicholson, W. (2002). Mikroekonomi (2008). Implications of high food
Intermediate dan Aplikasinya (Edisi prices for poverty in Pakistan.
Kede). Jakarta: Erlangga. Agricultural Economics,
Pangaribowo, E. H., & Tsegai, D. 39(SUPPL. 1), 477–484.
(2011). Food Demand Analysis of https://doi.org/10.1111/j.15740862.
Indonesian Households with 2008.00353.x
Particular Attention to the Poorest. Widarjono, A. (2013). Food Demand in
Zentrum Für Yogyakarta : Susenas 2011. Jurnal
Entwicklungsforschung (ZEF) Bisnis Dan Ekonomi, 17
Center for Development Research, No.2(September), 104–118.
(151).
Regmi, A., & Meade, B. (2013). Widarjono, A., & Rucbha, S. M.
Demand side drivers of global food (2016). Household Food Demand in
security. Global Food Security, Indonesia : Journal of Indonesian
2(3), 166–171. https://doi.org/ Economy and Business, 31(2), 163–
10.1016/j.gfs.2013.08.001 177.
Rodriguez-takeuchi, L., & Imai, K. S. Yusdianto, S. (2016). Pola Konsumsi
(2013). Food price surges and Pangan Rumah Tangga Miskin di
poverty in urban Colombia : New Provinsi Sulawesi Tengah. Institut
evidence from household survey Pertanian Bogor.
data. Food Policy, 43(September),

49

Anda mungkin juga menyukai