Anda di halaman 1dari 54

TUGAS PANUM MANAJEMEN KEPERAWATAN

“MANAJEMEN KEPERAWATAN ISLAMI”

DI SUSUN OLEH :
NERS XVIII
KELOMPOK 7
SYAHRA RAMADHANI
ISLAMIAH
MUHAMMAD FARID ABIDIN
NURANNISA BERLIN

PRODI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Karena atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah kita diberikan nikmat
kesehatan hingga sampai sekarang ini. Dan tak lupa pula selawat serta salam
kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw serta para
sahabat-sahabat-Nya, pengikut-pegikutnya hingga akhir zaman yang telah
mengajarkan iman dan islam kepada kita, sehingga kita dapat menikmati
indahnya keimanan dan Islam. Dengan penuh rasa syukur penulis ucapkan
karena dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul : “Manajemen
Keperawatan Islami”. Proses penyusunan ini diselesaikan secara bersama-
sama.
Dalam penyusunan tugas ini, kami membahas mengenai manajemen
keperawatan islami. Makalah ini bersumber dari berbagai referensi berupa
buku, e-book, textbook, ataupun artikel.
Semoga tugas ini dapat memberikan pemahaman dan bermanfaat bagi
pembaca. Jika terdapat kesalahan tulisan pada makalah maka saran dan
kritik yang konstruktif dari pembaca sangat diharapkan demi penyempurnaan
tugas makalah selanjutnya.

Gowa, 24 Maret 2021

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Deskripsi Materi................................................................................2
B. Tujuan Materi...................................................................................2
C. Topik Materi.....................................................................................2
D. Latar Belakang.................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP........................................................5
A. kebutuhan Spiritual...........................................................................5
B. Keperawatan Islami..........................................................................6
C. Terapi Dalam Keperawatan Islami....................................................13
D. Manajemen Keperawatan Islami Pada Rumah Sakit Berbasis Syariah. 22
BAB III EXERCISE....................................................................................30
BAB IV KESIMPULAN……………………………………………...…………………………….33
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................34

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Materi
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan diharapkan
secara komprehensif bio, psiko, sosio, spiritual. Akan tetapi pada
kenyataannya pemenuhan kebutuhan spriritual pasien belum dilakukan
secara optimal. Berdasarkan penelitian (Murtiningsih & Nedra, 2019 ).
Keperawatan Islami adalah pelayanan keperawatan sebagai bentuk
ibadah berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis untuk mencari Ridho Allah
SWT, dengan karakteristik professional ramah, amanah,istiqomah,
sabra dan Ikhlas (Sudalhar, 2011).Sebagai seorang perawat Muslim
diharapkan dapat membantu pasien memenuhi kebutuhan spiritual.
Salah satu pemenuhan kebutuhan spiritual adalah pasien dapat
melakukan ibadah sholat lima waktu yang merupakan kewajiban
seorang muslim.
Islam telah mengajarkan tentang pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan komprehensif baik bio-psikososio-kultural
maupun spritual yang ditujukan kepada individu maupun masyarakat.
Kegiatan medis dan keperawatan dalam Islam merupakan manifestasi
dari fungsi manusia sebagai khalifah dan hamba Allah dalam
melaksanakan kemanusiaannya, menolong manusia lain yang
mempunyai masalah kesehatan dan memenuhi kebutuhan dasarnya
baik aktual maupun potensial. Permasalahan klien (pasien) dengan
segala keunikannya tersebut harus dihadapi dengan pendekatan
silaturrahmi (interpersonal) dengan sebaik-baiknya didasari dengan
iman, ilmu dan amal. Untuk dapat memberikan asuhan medik dan
asuhan keperawatan kepada pasien, dokter dan perawat dituntut
memiliki ketrampilan intelektual, interpersonal, tehnikal serta memiliki
kemampuan berdakwah amar ma’ruf nahi mungkar. Walaupun jumlah
rumah sakit yangbernuansa islam masih belum banyak, namun rumah
sakit islam harus tetapmeningkatkan mutu pelayanan agar dapat
bertahan di kompetesi global dan pemenuhan kebutuhan pelayanan
kesehatan islami untuk masyarakat (Saputra, 2020)
Menurut keperawatan Indonesia “Keperawatan adalah suatu
bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio, spiritual yang komprehensif,
ditunjukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sakit
maupun sehat yang mencakup selurug proses kehidupan manusia.
Menurut keislaman adalah suatu Manifestasi dari ibadah yang
berbentuk pelayanan profesional dan merupakan bagian integral dari

1
pelayanan kesehatan yang didasarkan pada keimanan, keilmuan dan
amal serta kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-
spiritual yang kompehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh siklus
kehidupan manusia.

B. Tujuan Materi
1. Untuk mengetahui apa itu manajemen keperawatan islami
2. Untuk mengetahui apa itu keperawatan islami
3. Untuk mengetahui apa saja terapi dalam keperawatan islami

C. Topik Materi
1. Kebutuhan spiritual
2. Keperawatan islami
3. Terapi dalam keperawatan islami

D. Latar Belakang
Praktik-praktik kesehatan Islam pada abad keenam sampai abad
ketujuh merupakan gabungan antara pelayanan kesehatan kuratif
(curative health care) dan pelayanan pencegahan atau preventif
(preventive health care). Praktik kesehatan Islam masa awal ini juga
tidak membedakan antara perawat dan dokter, karena fakta-fakta
telah menunjukan bahwa hampir seluruh proses itu dilakukan oleh
perawat sekaligus dokter. Maka, istilah atau sebutan khusus dan
klasifikasi perawat maupun dokter tidak dikenal pada masa ini.
Kesehatan Islam ini sejak awal dipengaruhi oleh dua tradisi kesehatan
dari peradaban sebelumnya, yakni Barat dan Timur. Tradisi Barat ini
mewariskan dasar-dasar pengobatan yang dipelopori oleh Hippocrates.
Pelayanan keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan
profesional sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
mempunyai daya ungkit besar terhadap pembangunan bidang
kesehatan (PPNI, 2012). Perawat merupakan sumber daya manusia
terbesar dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit, di mana perawat
bekerja selama 24 jam setiap harinya secara bergilir dan
berkesinambungan untuk memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif dan profesional dan siap membantu pasien setiap saat.
Perawat memiliki posisi yang vital di mana sehari-harinya perawat
kontak langsung dan mempunyai waktu terbanyak dalam berinteraksi
dengan klien sehingga tinggi rendahnya mutu pelayanan kesehatan di
rumah sakit salah satunya ditentukan oleh tenaga keperawatan
(Farida, 2011).

2
Kebutuhan agama setelah dikaji lebih lanjut, tidak hanya dalam
dunia kesehatan jiwa, tetapi sudah merambah pada dunia kesehatan
secara umum. Seiiring dengan berbagai kajian dan fakta yang
mendukung hubungan antara kesehatan fisik dan kesehatan psikis.
Salah satunya melalui psikoneuroimonologi yaitu cabang ilmu baru
dalam dunia kedokteran. Menurut ilmu ini kondisi psikologis yang
positif mampu mendorong kerja susunan saraf pusat (otak) untuk
menghasilkan hormon endokrin yang mampu meningkatkan sistem
kekebalan alami tubuh, kemudian mampu mempengaruhi derajat
kesehatan seseorang dalam proses penyembuhan penyakit. Faktor-
faktor psikologis yang negatif (cemas, stress, depresi) melalui jaringan
psiko– neuro–endokrin, secara umum mengakibatkan kekebalan tubuh
menurun, tubuh mudah terserang berbagai penyakit dan
berkembangnya sel-sel radikal dalam tubuh seperti kanker. Sementara
dipihak lain faktor-faktor psikologis yang positif (bebas dari cemas,
stress, depresi) melalui jaringan psiko – neuro–endokrin justru
meningkatkan imun tubuh sehingga orang tidak mudah sakit bahkan
mempercepat proses penyembuhan sembuhan. Terapi psikoreligius
(doa dan zikir) memegang peranan penting sebagai faktor psikologis
yang bersifat positif (Hawari, 2008).
Asuhan keperawatan yang diberikan perawat tidak bisa lepas
dari aspek spiritual yang merupakan bagian integral perawat dengan
klien. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang
dibutuhkan oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan
sakit, maka hubungan dengan Tuhan pun semakin dekat, mengingat
seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak
ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang
Pencipta. Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas
kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan
spiritual. Penting bagi perawat untuk memahami konsep yang
mendasari kesehatan spiritual. Spiritualitas merupakan suatu konsep
yang unik pada masing-masing individu yang akhir-akhir ini banyak
dipertimbangkan dalam proses perawatan. Hal ini didasari asumsi
bahwa aspek spiritual berkontribusi dalam menentukan kebahagiaan
hidup seseorang. Dengan demikian, perawat juga perlu memahami
keterkaitan dimensi fisik, psikologis, dan kebudayaan dengan aspek
spiritual dalam upaya perbaikan kualitas hidup pasien. Perawat
sebagai orang pertama yang secara konsisten selama 24 jam menjalin
kontak dengan pasien, berperan dalam memberikan pemenuhan
kebutuhan spiritual bagi pasien. Salah satu implementasi atau
pelaksanaan dari perawatan spiritual adalah dengan menjadi media

3
perantara untuk menghubungkan pemuka agama dengan pasien
sesuai dengan keyakinan pasien. Selain itu, sistem asuhan
keperawatan yang secara inklusif telah memasukkan aspek spiritualitas
mampu mengintegrasikan asuhan yang holistik dengan
menghubungkan perawat dengan pemuka agama. Dimensi spiritual
merupakan salah satu dimensi penting yang perlu diperhatikan oleh
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Bahkan, keimanan
diketahui sebagai salah satu faktor yang sangat kuat dalam
penyembuhan dan pemulihan fisik individu. Mengingat pentingnya
peranan spiritual dalam penyembuhan dan pemulihan kesehatan,
maka penting bagi perawat untuk meningkatkan pemahaman tentang
konsep spiritual agar dapat memberikan asuhan spiritual dengan baik
kepada semua klien. Spiritualitas adalah keyakinan dasar adanya
kekuatan tertinggi yang mengatur seluruh kehidupan, dan memiliki
makna ataupun arti serta tujuan dalam kehidupan (Talibu, 2014).
Spiritualitas menjadi sumber dukungan dan kekuatan bagi
pasien dalam menghadapi penyakitnya. Praktik pemenuhan kebutuhan
spiritual pasien memiliki berbagai manfaat, diantaranya meningkatkan
pemulihan yang cepat, pencegahan penyakit, dan memberikan
ketenangan bagi pasien. Studi yang dilakukan oleh Abu El Noor pada
pasien yang dirawat di Intensive Coronary Care Unit dari jalur Gaza
menunjukkan bahwa perawatan spiritual dapat menurunkan
kecemasan, stress, psikologis, depresi, kesedihan, dan dapat
meningkatkan kualitas hidup (Abu et al, 2014).

4
BAB II
TINJAUAN TEORI DAN KONSEP
A. Konsep Dasar Keperawatan Spiritual
1. Definisi Keperawatan Spiritual
Kata spiritual berasal dari bahasa Latin yaitu spiritus yang
berarti hembusan atau bernafas, kata ini memberikan makna
segala sesuatu yang penting bagi hidup manusia (Reed,1992
dalam Kozier, 2008). Spiritual Care adalah praktek dan prosedur
yang dilakukan oleh perawat terhadap pasien untuk memenuhi
kebutuhan spiritual pasien Perawat dalam memberikan pelayanan
asuhan keperawatan kepada klien secara holistic, tidak hanya fisik
saja tetapi juga memberikan asuhan terhadap spiritual klien.
Pemenuhan kebutuhan spiritual klien akan menurunkan
ataumeningkatkan penyembuhan fisik dan mental pasien. Perawat
perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus untuk
memenuhi kebutuhan spiritual klien ketika dirawat di Rumah Sakit
(Kozier, at all, 2008). Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan
dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Spiritualitas adalah
keyakinan dasar adanya kekuatan tertinggi yang mengatur
seluruh kehidupan, dan memiliki makna ataupun arti serta tujuan
dalam kehidupan (Hendrawan, 2009).
Spiritualitas menjadi sumber dukungan dan kekuatan bagi
pasien dalam menghadapi penyakitnya. Praktik pemenuhan
kebutuhan spiritual pasien memiliki berbagai manfaat, diantaranya
meningkatkan pemulihan yang cepat, pencegahan penyakit, dan
memberikan ketenangan bagi pasien (Abu et al, 2014).
Kebutuhan spiritual membantu seseorang dalam menentukan
makna atau tujuan dalam kehidupan seseorang. Perawat
memahami pentingnya keluarga dalam memberikan dukungan
spiritual namun masih banyak perawat yang belum memfasilitasi
pemenuhan kebutuhan spiritual. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan spiritual
pasien adalah dengan memberikan pengetahuan pada perawat
terkait kebutuhan spiritual pasien (Murtiningsih, 2020).
2. Tujuan Pelayanan Spiritual
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Keperawatan
Spiritual
Menurut Sherry (2006) dalam Sianturi (2015), faktor - faktor
yang mempengarui perawat dalam dalam memberikan spiritual
care dibagi menjadi dua yaitu faktor intrinsik terdiri dari
ketidakmampuan perawat berkomunikasi, ambigu, kurangnya

5
pengetahuan tentang spiritual, hal yang bersifat pribadi, dan takut
melakukan kesalahan, faktor ekstrinsik terdiri dari organisasi dan
manajemen, hambatan ekonomi berupa kekurangan perawat,
kurangnya waktu, masalah pendidikan perawat. Faktor intrinsik
dan ekstrinsik dijelaskan sebagai berikut :
a. Ketidakmampuan Perawat untuk Berkomunikasi.
Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif dapat
mengakibatkan pasien tidak mampu mengungkapkan
kebutuhan spiritualnya, sedangkan ada tidaknya kebutuhan
spiritual pasien dapat diketahui perawat dari pasien itu sendiri,
hal ini akan berakibat pula pada ketidakmampuan perawat
menilai atau menafsirkan keadaan, hal ini akan mengakibatkan
pasien dan perawat putus asa, situasi ini tidak mudah diatasi,
karena tidak ada solusi yang mudah. Perawat dapat mencoba
mengatasi keadaan ini dengan berbagai tehnik untuk mencoba
menemukan apa yang menjadi kebutuhan spiritual pasien.
b. Ambigu
Ambigu muncul ketika perawat berbeda keyakinan dengan
pasien yang dirawatnya. Hal ini dapat mengakibatkan rasa
tidak aman, sehingga perawat menghindar dari keadaan ini.
McSherry (1998) mengatakan ambigu mencakup kebingungan
perawat, takut salah, dan menganggap spiritual terlalu sensitif
dan merupakan hak pribadi pasien.
c. Kurangnya Pengetahuan tentang Spiritual Care
Ambigu juga dapat muncul ketika perawat tidak mengetahui
tentang spiritual care . Ozbasaran et al., (2011) dan Hubbell et
al., (2006) mengatakan bahwa persepsi perawat tentang
spiritual care dapat menjadi penghalang perawat dalam
memberikan spiritual care. Jika mereka percaya bahwa
pemberian spiritual care adalah ibadah maka persepsi ini akan
secara langsung mempengaruhi kemampuan untuk mengatasi
kebutuhan spiritual pasien. Kozier et al (2004) mengatakan
bahwa perawat yang memperhatikan spiritualitas dirinya dapat
bekerja lebih baik dalam merawat pasien yang memiliki
kebutuhan spiritual. Memberikan spiritual care pada pasien,
penting untuk menciptakan kondisi yang nyaman akan
spiritualitas diri sendiri. Spiritual perawat itu sendiri juga
merupakan faktor yang mempengaruhi pemberian spiritual
care, karena hal ini dapat digunakan sebagai strategi dalam
intervensi dan kekuatan yang mendukung ditempat kerja.
Persepsi perawat terhadap spiritualitas secara langsung dapat

6
mempengaruhi bagaimana mereka berperilaku, bagaimana
menangani pasien, dan bagaimana berkomunikasi dengan
pasien pada saat perawat memberikan spiritual care
(Mahmoodishan, 2010).
d. Hal yang Bersifat Pribadi
Perawat berpendapat bahwa spiritual merupakan hal yang
bersifat pribadi, sehingga sulit untuk ditangani oleh perawat.
Dalam mengekspresikan kebutuhan spiritualnya pasien
mengharapkan tersedianya ruangan atau kamar yang tenang
dimana pasien dapat dengan tenang menceritakan tentang
masalah – masalah pribadinya (McSherry, 1998).
e. Takut Melakukan Kesalahan
Perawat merasa takut jika apa yang dilakukannya merupakan
hal yang salah, dalam situasi yang sulit hal ini dapat
mengakibatkan penolakan dari pasien
f. Organisasi dan Manajemen
Jika profesi perawat akan memberikan perawatan spiritual
yang efektif, maka manajemen harus mampu mengatasi hamb
atan ekstrinsik. Manajemen harus bertanggung jawab dan
mendukung pemberian spiritual care.
g. Hambatan ekonomi berupa kekurangan perawat, kurangnya
waktu, dan masalah pendidikan. McSherry (1998) dan Sartory
(2010) menyimpulkan bahwa hambatan ekonomi termasuk
didalamnya adalah kekurangan perawat, waktu dan masalah
pendidikan, dimana perawat mengungkapkan bahwa mereka
kurang percaya diri dalam memberikan spiritual care karena
kurangnya wawasan dan pengetahuan.
4. Faktor Pendorong dan Penghambat Penghambat Pelayanan
Keperawatan Spiritual

7
B. Konsep Dasar Manajemen Keperawatan Islami
1. Definisi Manajemen Keperawatan Berbasis Syariah Islam
Keperawatan Islami adalah pelayanan keperawatan sebagai
bentuk ibadah berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis untuk mencari
Ridho Allah swt., dengan karakteristik professional ramah, amanah,
istiqomah, sabar dan Ikhlas. (Sudalhar, 2011). Sebagai seorang
perawat Muslim diharapkan dapat membantu pasien memenuhi
kebutuhan spiritual. Salah satu pemenuhan kebutuhan spiritual
adalah pasien dapat melakukan ibadah sholat lima waktu yang
merupakan kewajiban seorang Muslim. Dalam AlQur’an Surat Az-
Zariyat (51) ayat 56 yang artinya “tidak Aku ciptakan jin dan
manusia kecuali untuk beribadah”. Seorang perawat Muslim ketika
membantu pasien melakukan ibadahnya itu merupakan ibadah juga
baginya jika dilakukan dengan ikhlas dan sesuai dengan syariat.
Dalam Al Qur’an Surat An-Nisa (4) ayat 103 “Sesungguhnya salat
adalah satu ketetapan yang diwajibkan kepada orang-orang yang
beriman yang telah ditentukan waktunya”. Sholat merupakan rukun
Islam yang pertama kali diwajibkan, dan merupakan ibadah
pertama yang akan dihisab ketika hari kiamat. Setiap Muslim
wajib melaksanakan sholat lima waktu dalam sehari yaitu
Subuh, Zuhur, Ashar, Magrib dan Isya. Kewajiban salat
tidak boleh ditinggalkan jika tidak mampu berdiri boleh
duduk, berbaring atau dengan isyarat mata dan hati. Bagi
pasien yang dirawat di rumah sakit mempunyai hambatan
dalam melaksanakan ibadah salat tersebut, maka tugas
perawat muslim adalah membantu pasien untuk melakukan
ibadah. (Jais Kamus, 2013).
2. Prinsip-Prinsip Islam Dalam Pelayanan Keperawatan
Adapun pelayanan dengan prinsip-prinsip syariah yang diterapkan
dalam rumah sakit Islam yaitu:
a. Pelayanan Kesehatan Islami dalam Sumber Daya Manusia
(Dokter, perawat dan lain-lain)
Islam membebaskan pengobatan medis dari cengkeraman
tokoh-tokoh agama dan meletakkan hubungan yang harmonis
antara ilmu dan agama. Islam menempatkan di antara keduanya
pada proporsi dan profesi masing-masing. Islam menyatakan
bahwa pelayanan kesehatan sebagai berikut:

8
1) Profesionalisme. Menurut Islam pelayanan kesehatan tidak
boleh dilakukan oleh orang yang bukan ahli atau bukan
profesinya. Rasulullah saw., bersabda yang artinya: Telah
menceritakan kepada kami Nashr bin Ashim Al Anthaki dan
Muhammad bin Ash Shabbah bin Sufyan bahwa Al Walid bin
Muslim mengabarkan kepada mereka, dari Ibnu Juraij dari
Amru bin Syu'aib dari Bapaknya dari Kakeknya bahwa
Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa mengobati
sedangkan ia dikenal bukan seorang dokter, maka ia garus
nertanggung jawab (jika terjadi kecelakaan).” Nashr berkata,
Ibnu Juraij menceritakan kepadaku, Abu Dawud berkata,
“Hadits ini tidak ada yang meriwayatkannya kecuali Al Walid,
dan kami tidak tahu hadits ini shahih atau tidak.”
2) Pertanggung jawaban. Hadis ini juga bermakna lain yang
tidak kalah penting dalam pelayanan kesehatan, yaitu
pertanggung jawaban atas kesalahan dalam melayani
seorang pasien tanpa adanya unsur kesengajaannya atau
keteledoran.
3) Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ada penyakit yang
hingga sekarang belum bisa disembuhkan oleh medis, karena
memang keterbatasan ilmu. Karena itu, Islam menganjurkan
agar melakukan penelitian sehingga menemukan obat yang
dapat menyembuhkannya. Dalam arti, dokter di anjurkan
lebih cekatan dan meneliti gejala-gejala lebih mendalam
hingga menemukan solusi untuk kesembuhan seorang
pasien.
4) Spesialisasi. Islam mendorong spesialisasi (keahlian khusus)
dalam pelayanan kesehatan. Hal ini dimaksudkan agar setiap
dokter benar-benar ahli dalam bidang yang ditekuninya.
Itulah sebabnya maka setiap kali Rasulullah melihat beberapa
dokter yang merawat pasien beliau bertanya: “Siapakah di
antara kalian yang lebih menguasai spesialisas tentang
penyakit ini?”.
5) Tidak mengobati sebelum meneliti dengan cermat. Dilarang
mengobati sebelum meneliti pasien dengan tepat sehingga
akan tahu jenis penyakit dan sebab-sebabnya.

9
6) Perilaku caring. Menurut Watson dalam Dwidiyanti, caring
adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam memberikan
dukungan kepada individu secara utuh, tindakan dalam
bentuk perilaku caring seharusnya diajarkan kepada manusia
sejak lahir, masa perkembangan, masa pertumbuhan, masa
pertahanan sampai dengan meninggal. Perawatan dan
pengobatan dikerjakan dengan berpedoman tuntutan Islam.
Memberi makan, minum, obat baik per-oral maupun
parenteral dan lain-lain, dibiasakan diawali dengan bacaan
“Bismillahirrohmanirrohim” dan diakhiri dengan bacaan
“Alhamdulillahirobbil alamin”.
b. Pelayanan kesehatan Islami dalam nutrisi (makanan/gizi)
Islam tidak sekedar menitikberatkan pada aspek materi
semata dan juga tidak sekedar menitik beratkan aspek
pembinaan tubuh semata, akan tetapi Islam juga
memperhatikan sesuatu yang berpengaruh terhadap akhlak, jiwa
(kepribadian) dan perilakunya. Kemuliaan akhlak dan adat
istiadat suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh jenis makanan
dan cara memperolehnya. Karena itu, Islam sangat
memperhatikan makanan kaum muslimin sejak abad 14 yang
silam. Maka dalam kitab-kitab fiqh atau norma-norma tentang
ilmu gizi tidak pernah terlewatkan apa yang umum disebut
dengan “Ath’imah wal Asyribah” (tentang makanan dan
minuman). Gizi dalam ajaran Islam, bukan sekadar
mengharamkan makanan yang berbahaya bagi kesehatan
seperti bangkai, darah, dan daging babi. Tetapi lebih dari itu,
Islam juga memperhatikan kualitas bentuk makanan yang
dihidangkan. Islam memberikan motivasi kepada umat Islam
agar menyediakan menu-menu yang bergizi seperti daging
binatang darat dan daging binatang laut serta segala sesuatu
yang dihasilkan bumi seperi biji-bijian, buah-buahan, termasuk
juga minum madu dan susu karena nilai gizi yang tinggi.
Pelayanan rumah sakit Islam memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu akan pemberian makanan yang sesuai
dengan keadaan seorang pasien dan sesuai dengan aturan-
aturan Islam yaitu in syaa Allah halal, bergizi, tata makanan
yang tidak berlebihan dan serta memberikan santunansantunan
agama akan etika makan untuk meningkatkan kesehatan

10
seorang pasien. Islam memperhatikan etika makan, sebagai
berikut:
1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
2) Makan dengan tangan sebelah kanan, sedang tangan kiri di
gunakan untuk hal lain seperti istinja’ (cebok). Tujuan dari
etika ini yaitu agar tangan sebelah kiri tidak membawa
bakteri atau kuman ke mulut, maka gunakanlah tangan
sebelah kanan.
3) Meraih dan mengunyah makanan dengan baik
4) Menutup tempat makanan dan minuman sehingga bakteri
dan lalat tidak jatuh ke dalamnya.
c. Pelayanan kesehatan Islami dalam kebersihan personal dan
lingkungan
Yang dimaksud dengan “Bersih” adalah kebersihan jasmani,
pakaian dan kebiasaan seseorang, kebersihan jalan, rumah,
saluran air serta kebersihan makanan dan minuman. Islam tidak
mencukupkan upaya preventif kebersihan hanya dengan wudhu
sebelum shalat, tetapi mengharuskan mandi pada waktu-waktu
tertentu. Suatu penyakit akan dengan mudah berpindah dari
orang sakit kepada orang yang sehat, atau akan berpindah
ketika mengambil makanan, atau setelah ia pergi dari tempat
kotor (WC). Sebagian pindah melalui tangan, melihat gejala-
gejala seperti ini maka Islam menganjurkan agar senantiasa
menjaga kebersihan tangannya dengan membasuh kedua
tangan, membersihkan.
Rumah sakit Islam memberikan pelayanan kebersihan secara
personal maupun lingkungan, adanya pembersihan lingkungan
akan taman, ruanganruangan pada rumah sakit dan tentu saja
pada ruangan pasien agar kebersihan lingkungan terjaga dan
memberikan dampak positif kepada pasien baik yang dalam
keadaan rawat inap ataupun rawat jalan yang sedang berobat di
rumah sakit. Kebersihan akan kamar kecil (WC) merupakan hal
yang paling isu pada setiap tempat yang dikunjungi, karena
merupakan sebuah tempat yang sangat kursial untuk ditentukan
bagaimana keadaan pelayanan dengan hanya melihat
kebersihan kamar kecil pada tempat tersebut.
Seperti yang telah diuraikan di atas akan anjuran-anjuran
Islam, maka pelayanan kesehatan Islami akan kebersihan pada
personal maupun lingkungan merupakan hal yang sangat
penting.
d. Pelayanan Kesehatan Islami dalam tarif pelayanan rumah sakit

11
Tarif merupakan seluruh biaya yang harus dikeluarkan untuk
memperoleh pelayanan kesehatan. Untuk dapat menjamin
kesinambungan pelayanan, setiap sarana kesehatan harus dapat
menetapkan besarnya tarif yang dapat menjamin total
pendapatan yang lebih besar dari total pengeluaran. Apabila tarif
terlalu rendah, dapat menyebabkan total pendapatan (income)
yang rendah pula, yang apabila ternyata juga lebih rendah dari
total pengeluaran (expenses), pasti akan menimbulkan kesulitan
keuangan. Tarif inilah sangat berperan penting terhadap
pelayanan kesehatan pada rumah sakit, yang dimana tarif
merupakan seluruh biaya kesehatan. Biaya kesehatan ialah
besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan
dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Maka besarnya dana yang dikeluarkan oleh seluruh
pemakai jasa pelayanan (pasien) mempunyai hubungan yang
positif terhadap penyedia pelayanan kesehatan (rumah sakit)
yaitu hubungan keuntungan antara satu dengan yang lain.
Pelayanan kesehatan sangatlah spesifik, sekalipun telah
diberlakukan sebagai suatu kegiatan usaha, namun hukum dunia
usaha tidak sepenuhnya berlaku dalam pelayanan kesehatan ini.
Meskipun demikian pada suatu kegiatan usaha harusdiselimuti
oleh etika-etika bisnis Islam. Memberikan kemudahan untuk
dijangkau oleh masyarakat yang membutuhkan pelayanan
kesehatan baik yang tak mampu maupun sebaliknya.
Mengedepankan keselamatan pasien yang merupakan bagian
dari mutu pelayanan kesehatan.
e. Pelayanan Kesehatan Islami dalam fasilitas-fasilitas rumah sakit
Bidang pemeliharaan kesehatan primer khususnya dalam hal
pelayanan kesehatan Islami, peran masjid juga patut
diperhitungkan. Sebagai pusat kegiatan umat Islam, masjid
dapat menjadi tempat yang ideal untuk pertemuan jama’ah
mulai dari anak-anak sampai pada orang tua, baik laki-laki
maupun perempuan. Baik masjid sebagai bangunan fisiknya
maupun umat Islam yang memanfaatkannya, keduanya
memegang peranan penting sebagai pembinaan kesehatan
masyarakat. Pembinaan kesehatan masyarakat dengan menjaga
kebersihan akan tempat wudhu, kelancaran airnya, dan serta
terjaganya program MCK (Mandi, Cuci dan Kakus). Rangkaian
tempat menjalankan ibadah sholat, mengaji dan lain-lain dapat
dirangkaikan dengan pembinaan kesehatan masyarakat.

12
Fasilitas-fasilitas inilah memudahkan untuk umat muslim yang
sedang berada di rumah sakit khususnya yang berpredikat
Islami, pelayanan akan orang yang berkunjung dan keluarganya
memberikan amenity atau rasa nyaman dan aman. Bukan hanya
masjid, pelayanan parkir yang dapat dipercaya dan memberikan
rasa aman pun meningkatkan kepuasan pasien dan keluarganya,
dan serta adanya akses yang mudah untuk berbelanja seperti
halnya supermarket ataupun wartel. Fasilitas-fasilitas yang lain
seperti stiker yang ditata baik pada ruangan-ruangan di rumah
sakit, stiker tersebut berupa larangan merokok dan lain-lain
serta stiker Islami. Bukan hanya itu, berupa petunjuk arah kiblat
yang diletakkan pada ruang rawat inap untuk pasien dan
keluarga pasien. Hal tersebut merupakan kegiatan dakwah
kesehatan Islami kepada pasien-pasien yang berada pada rumah
sakit dan sangat memudahkan segala kegiatan.
3. Peran Keperawatan Islam
Sebagai seorang perawat islam perlu adanya peran terhadap
ilmu keperawat tersebut. Peran yang dapat kita lakukan antara
lain:

13
a. Mengintegrasikan Nilai-nilai Keislaman dalam Ilmu
Keperawatan.
Islam mengajarkan kita beberapa aspek nilai-nilai yang dapat
menjadikan manusia itu terlihat baik disisi Allah SWT. Oleh
karena itu nilai-nilai keislaman perlu di integrasikan terhadap
ilmu keperawatan yang berkembang pada saat ini. Adanya
pengintegrasian ini dimaksudkan akan terciptanya seorang
perawat yang bercirikan agama Islam.
b. Mengaplikasikan Nilai-nilai Keislaman dalam Ilmu
Keperawatan.
c. Setelah adanya pengintegrasian maka perlu adanya realisasi
dari pada nilai-nilai tersebut untuk diaplikasikan terhadap
praktik keperawatan. Misalnya ketika seorang perawat
mendapati pasien yang beragama islam, dan pasien tersebut
memiliki penyakit yang apabila terkena air maka penyakit
tersebut bertambah. Maka seorang perawat tersebut perlu
untuk mengajarkan bertayamum kepada pasien/klien agar
klien tidak bertambah sakitnya, namun tidak pula
meninggalkan ibadahnya (Sudalhar, 2011).
4. Karakteristik Keperawatan Islami
Keperawatan Islami adalah pelayanan keperawatan sebagai
bentuk ibadah berdasar Al-Quran dan Hadis untuk mencari Ridho
Allah swat., dengan karakteristik: Profesional, Ramah, Amanah,
Istiqomah, Sabar, dan Ikhlas. Menurut Widarti (2010), implementasi
nilai Islami dalam pelayanan kesehatan mencangkup beberapa
karakteristik.
a. Profesional
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan
kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu
yang dimilikinya dan diperoleh melalui pendidikan keperawatan.
Seorang perawat dikatakan profesional jika memiliki ilmu
pengetahuan, keterampilan keperawatan professional serta
memiliki sikap profesional sesuai kode etik profesi.Keperawatan
Islami mengutamakan bekerja dengan cerdas dan dilandasi ilmu
sesuai dengan Al Quran surat Al Mujadalah:11

ِ‫سح‬َ ‫حوا يَ ْف‬ َ ‫س َفاف‬


ُ ‫ْس‬ ِ ِ ‫ج ال‬َ ‫م‬َ ‫حوا فِي ا ْل‬ ُ ‫س‬ ْ ‫ل لَك‬
َّ ‫ُم تَ َف‬ َ ‫ين آ َم ُنوا إِذَا قِي‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذ‬
َ ‫ُم َوالَّ ِذ‬
‫ين‬ َ ‫ش ُزوا يَ ْر َفعِ اللَّ ُه الَّ ِذ‬
ْ ‫ين آ َم ُنوا ِم ْنك‬ ُ ‫ش ُزوا َفا ْن‬ ُ ‫ل ا ْن‬
َ ‫ُم ۖ َوإِذَا قِي‬ ْ ‫اللَّ ُه لَك‬
‫ير‬
ٌ ِ‫خب‬
َ َ‫ملُون‬ َ ‫ما تَ ْع‬ َّ
َ ِ‫جاتٍ ۚ َوالل ُه ب‬ َ ‫م َد َر‬َ ‫ُأو ُتوا ا ْل ِعل‬
ْ

Artinya :

14
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Nilai - Nilai Islami dalam Peran dan Fungsi Perawat Profesional:
1) Peran Pelaksana
Peran ini dikenal dengan istilah care giver. Peran perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung
atau tidak langsung kepada klien sebagai individu keluarga
dan masyarakat. Dalam melaksanakan peran ini perawat
bertindak sebagai comforter, protector, dan advokat,
communicator, serta rehabilitator.
a) Sebagai comforter, perawat berusaha memberi
kenyamanan dan rasa aman pada klien. Islam
mengajarkan bagaimana umat manusia dapat menolong
terhadap sesamanya, pertolongan itu diberikan secara
tulus ikhlas dan holistic, sehingga kita dapat merasakan
apa yang klien kita rasakan. Ibarat orang mukmin saling
mencintai kasih mengasihi dan saling menyayangi adalah
lukisan satu tubuh jika salah satu angggota tubuhnya
sakit maka selruh tubuh akan merasa sakit.( HR.Muttafaq
Alaih)
b) Peran sebagai protector, lebih berfokus pada kemampuan
perawat melindungi dan menjamin agar hak dan
kewajiban klien terlaksana dengan seimbang dalam
memperoleh pelayanan kesehatan. Misalnya, kewajiban
perawat memenuhi hak klien untuk menerima informasi
dan penjelasan tentang tujuan dan manfaat serta efek
samping suatu terapi pengobatan atau tindakan
keperawatan. Dalam islam kita tidak boleh membuka aib
sausara kita sendiri karena jika kita membukanya sama
saja kita memakan bangkai saudara kita yang mati
sebagaimana dalam surah Al- Hujurat ayat 12 yang
artinya:

ٌ ‫ن إِ ْث‬
‫م ۖ َواَل‬ ِّ َّ‫ض الظ‬ َ ‫ن إِنَّ بَ ْع‬ِّ َّ‫ن الظ‬ َ ‫اج َتنِ ُبوا َكثِي ًرا ِم‬ ْ ‫ين آ َم ُنوا‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذ‬
‫م‬
َ ‫ح‬ْ َ‫ل ل‬ َ ‫ُم أَنْ يَ ْأ ُك‬ْ ‫ح ُدك‬َ َ‫ضا ۚ أَ ُيحِبُّ أ‬ ً ‫ُم بَ ْع‬ْ ‫ضك‬ ُ ‫ب بَ ْع‬ ْ ‫سوا َواَل يَ ْغ َت‬ ُ ‫س‬ َّ ‫ج‬ َ َ‫ت‬
‫م‬
ٌ ‫ي‬‫ح‬ ِ ‫ر‬ ‫اب‬ ‫و‬
َ ٌ َّ َ َ‫ت‬ ‫ه‬ َّ ‫ل‬‫ال‬ َّ‫ن‬ ‫إ‬
ِ َۚ ‫ه‬ َّ ‫ل‬‫ال‬ ‫وا‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫و‬ ۚ ‫ه‬ ‫و‬
ُ َّ َ ُ ُ ُ ْ ِ‫م‬ ‫ت‬ ‫ه‬ ‫ر‬ َ
‫ك‬ َ
‫ف‬ ‫ا‬ ‫ت‬‫ي‬
ًَْ‫م‬ ‫ه‬ ِ ‫ي‬ ‫خ‬ِ َ‫أ‬

15
Artinya :
”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah
dosa dan janganlah mencari-cari kesalah orang lain dan
jangan lah sebahagian kamu menggunjing sebagian yang
lain. Sukakah salah seseorang diantara kamu memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima lagi Maha
Penyayang.”
c) Peran sebagai communicator, akan nampak bila perawat
bertindak sebagai mediator antara klien dengan anggota
tim kesehatan lainnya. Peran ini berkaitan erat dengan
keberadaain perawat mendampingi klien sebagai pemberi
asuhan keperawatan selama 24 jam. Perawat dalam
islam harus memberikan dukungan.
d) Rehabilitator berhubungan erat dengan tujuan pemberian
askep yakni mengembalikan fungsi organ atau bagian
tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi normal.
2) Peran Sebagai Pendidik (Health Educator)
Sebagai pendidik, perawat berperan mendidik individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat serta tenaga
keperawatan atau tenaga kesehatan yang berada dibawah
tanggung jawabnya. Peran ini dapat berupa penyuluhan
kesehatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat).

‫حوا‬ُ ‫ْس‬ َ ‫جالِسِ َفاف‬ َ ‫م‬َ ‫حوا فِي ا ْل‬ ُ ‫س‬ ْ ‫ل لَك‬
َّ ‫ُم تَ َف‬ َ ‫ين آ َم ُنوا إِذَا قِي‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذ‬
َ ‫ش ُزوا َي ْر َفعِ اللَّ ُه الَّ ِذ‬
‫ين آ َم ُنوا‬ ُ ‫ش ُزوا َفا ْن‬ ُ ‫ل ا ْن‬ َ ‫ُم ۖ َوإِذَا قِي‬ ْ ‫سحِ اللَّ ُه لَك‬ َ ‫يَ ْف‬
‫ير‬
ٌ ‫خ ِب‬َ َ‫ملُون‬ َ ‫ما تَ ْع‬َ ِ‫جاتٍ ۚ َواللَّ ُه ب‬ َ ‫م َد َر‬ ُ
َ ‫ين أو ُتوا ا ْل ِع ْل‬
َ ‫ُم َوالَّ ِذ‬
ْ ‫ِم ْنك‬

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan
kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan”.

16
3) Peran Sebagai Pengelola
Dalam hal ini perawat mempunyai peran dan tanggung
jawab dalam mengelola pelayanan maupun pendidikan
keperawatan yang berada dibawah tanggung jawabnya
sesuai dengan konsep manajemen keperawatan dalam
kerangka paradigma keperawatan. Sebagai pengelola
perawat berperan dalam memantau dan menjamin kualitas
asuhan/pelayanan keperawatan serta mengorganisasi dan
mengendalikan sistem pelayanan keperawatan. sesuai yang
termaktub dalam Q.S Al- Baqarah ayat 11 :

َ‫حون‬
ُ ِ‫صل‬
ْ ‫ن ُم‬
ُ ‫ح‬
ْ َ ‫ما ن‬ ِ ‫س ُدوا فِي اأْل َ ْر‬
َ َّ‫ض َقالُوا إِن‬ ْ ‫ل لَ ُه‬
ِ ‫م اَل ُت ْف‬ َ ‫َوإِذَا قِي‬

Artinya :
“Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab:
“Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan
perbaikan”.
4) Peran Sebagai Peneliti
Sebagai peneliti dibidang keperawatan, perawat diharapkan
mampu mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan
prinsip dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil
penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan
dan pendidikan keperawatan.
b. Ramah
Keperawatan Islami menuntut bekerja dengan muka cerah,
senyum, komunikasi yang baik, sikap yang menyejukan. Hadist
riwayat Al-Tarmidzi : “Senyumu terhadap saudaramu adalah
merupakan suatu kebajikan”. Ramah dan santun seorang
perawat yang patut kita hadirkan adalah wajah Yang Selalu Ceria
Entah kenapa wajah yang cerah ceria selalu tampak
menyenangkan, sebaliknya wajah yang cemberut, angkuh,
masam, selalu saja terlihat tidak menyenangkan. Rasulullah saw.
bahkan bersabda “Janganlah selalu membebani jiwamu dengan
sesungguh hati. Hiburlah dirimu dengan hal-hal yang ringan dan
lucu. Sebab, bila hati terus dipaksakan dengan memikul beban-
beban yang berat, ia akan menjadi buta”. (HR Abu Dawud).
Marilah kita bertekad sekuatnya agar setiap berjumpa dengan
orang lain terutama pasien upayakan berwajah secerah-
cerahnya. Senyuman yang tulus Rasulullah saw. senantiasa
tersenyum manis, bila dipandang beliau terlihat menyenangkan

17
hati. Senyum merupakan sunnah rasul. Senyum, selain akan
membahagiakan kita juga akan membahagiakan orang yang
melihat kita. QS.Al-Imran, 159 :

‫ن‬
ْ ‫ضوا ِم‬ُّ ‫ب اَل ْن َف‬ِ ‫ت َفظً ّا َغلِيظَ ا ْل َق ْل‬
َ ‫م ۖ َولَ ْو ُك ْن‬ ْ ‫ت لَ ُه‬َ ‫ه لِ ْن‬ ِ َّ‫ن الل‬ َ ‫ة ِم‬
ٍ ‫م‬ َ ‫ح‬ ْ ‫ما َر‬ َ ِ‫َفب‬
‫ت‬ ‫م‬ ‫ز‬
َ ْ َ َ‫ع‬ ‫َا‬‫ذ‬‫إ‬ َ
‫ف‬
ِ ِ ْ ۖ ‫ر‬ ‫م‬ َ ‫أْل‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ر‬‫او‬ ‫ش‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ه‬ َ ‫ل‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫غ‬
ِ ْ ُ ِْ َ َ ْ ُ ْ ِ ْ َ ْ َ ْ ُ َْ ُ ْ ‫ت‬ ‫اس‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ن‬‫ع‬ ‫ف‬ ‫اع‬ ‫ف‬ َ ۖ ‫ك‬
َ ِ ‫ح ْو‬
‫ل‬ َ
َ ِ‫م َت َو ِكّل‬
‫ين‬ ُ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ُّ‫ِب‬‫ح‬ ‫ي‬
ُ ‫ه‬
َ َّ ‫ل‬‫ال‬ َّ‫ن‬ ِ ‫إ‬ ۚ ‫ه‬
ِ َّ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬‫ع‬َ ‫َّل‬
ْ ‫ك‬ ‫و‬
َ ‫ت‬
َ ‫َف‬

Artinya :
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan
itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. Kata-kata yang
santun dan lembut pilihlah kata-kata yang paling sopan, dengan
cara paling santun dalam berkomunikasi dengan pasien.
bahasanya baik dan bersih, serta disampaikan dengan cara yang
lembut. sikap seperti inilah yang dicontohkan oleh rasulullah
ketika berbicara dihadapan para sahabatnya sehingga
menimbulkan suasana menyenangkan dan penuh keakraban.
selalu menyapa dan senang mengucapkan salam upayakan diri
kita agar menjadi orang yang selalu terlebih dahulu
mengucapkan sapa dan salam. Sampaikan salam dengan penuh
kesungguhan, rama dan cerah. Jabatlah tangan pasien kita
dengan penuh kehangatan. Hati-hati jangan berlebihan sehingga
menyakitinya. Kemudian lepaslah tangan kita ketika tangan
pasien mulai melepaskannya.
c. Amanah
Keperawatan Islami mengembangkan sifat amanah yaitu:
jujur, bertangung jawab, terpercaya. Menyimpan rahasia sabda
Nabi Muhammad saw. : Bila seorang menutup rahasia/keaiban
orang lain di dunia, pasti Allah menutup pula rahasia keaibannya
di hari kiamat. QS An Nisa 58 :

‫ن‬ َ ‫م بَ ْي‬
ْ ‫م ُت‬ َ ‫ح‬
ْ ‫ك‬ ْ َ‫ى أ‬
َ ‫ه ِل َها َوإِذَا‬ ٰ َ‫ت إِل‬ ِ ‫ُم أَنْ ُت َؤدُّوا اأْل َ َمانَا‬ْ ‫إِنَّ اللَّ َه يَ ْأ ُم ُرك‬
َ‫ه ۗ إِنَّ اللَّ َه َكان‬
ِ ِ‫ُم ب‬
ْ ‫ظك‬ُ ‫ما يَ ِع‬ َّ ‫ل ۚ إِنَّ اللَّ َه نِ ِع‬ِ ‫ُموا بِا ْل َع ْد‬
ُ ‫حك‬ ْ َ‫اس أَنْ ت‬ِ ‫ال َّن‬
‫صي ًرا‬ ِ َ‫ميعًا ب‬ ِ ‫س‬ َ

18
Artinya :
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. Bertanggung jawab
“Dan janganlah engkau menurut saja apa-apa yang tidak engkau
ketahui, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, hati itu
masing-masingnya adalah bertanggung jawab”
d. Istiqomah
Keperawatan Islami mengajarkan bekerja dengan sunguh-
sunguh, konsisten, komitmen tinggi, bekerja keras, ulet, tidak
mengenal lelah, yang sesuai dengan salah satu sifat Rasulullah
saw. Qs Al ahqaf 13-14 :

َ‫ح َز ُنون‬
ْ ‫م َي‬
ْ ‫ه‬ ْ ‫خ ْوفٌ َعلَ ْي ِه‬
ُ ‫م َواَل‬ َ ‫اس َتقَا ُموا فَاَل‬ ْ ‫م‬َّ ‫ين َقالُوا َربُّ َنا اللَّ ُه ُث‬َ ‫إِنَّ الَّ ِذ‬
َ‫ملُون‬َ ‫ما َكا ُنوا يَ ْع‬
َ ِ‫ج َزا ًء ب‬
َ ‫ين فِي َها‬
َ ‫خالِ ِد‬ َ ‫ة‬ َ ‫اب ا ْل‬
ِ ‫ج َّن‬ ُ ‫ح‬ َ ‫ص‬ َ ِ‫ُأو ٰلَئ‬
ْ َ‫ك أ‬

Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:”Robb kami ialah
Allah”, kemudian mereka tetap beristiqomah, maka tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka
cita, mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di
dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan
(di dunia)”
e. Sabar
Sabar adalah sikap positif yang dianjurkan dalam Islam.
Sabar merupakan sistem mekanisme pertahanan psikologis yang
dinamis untuk mengatasi ujian yang dihadapi manusia sebagai
khalifah Allah di muka bumi. Sebagai sistem, tinjauan tentang
pengertian sabar dapat dibagi dalam ancangan masukan
(stimulus), proses, keluaran (respons), yang memiliki mekanisme
kontrol dan umpan balik. Elemen sistem ini berinteraksi secara
integratif menghasilkan mekanisme untuk mempertahankan diri
dalam lingkungannya (Hasan, 2008).
Keperawatan Islami mengajarkan bekerja dengan tenang,
tidak tergesa-gesa tetapi cepat dan tepat, tetap sabar,terus
berupaya sampai saat tawakal, sabar tidak berarti lamban,
Innallaaha ma’ashobiriin (Sesungguhnya Allah menyukai orang
yang sabar). Sikap sabar merupakan sesuatu yang mulia dan

19
merupakan sifat terpuji, yang dengannya Allah Swt. Membedakan
antara manusia dengan binatang adalah sifat sabar ketika marah.
Dan ini bukan sesuatu yang aneh, sifat sabar adalah penghulu
dari segala kemuliaan dan sumber segala kebaikan serta sumber
segala ketenangan. Sabar adalah sebuah sifat yang apabila
berpegang padanya, maka akan mendapat cinta Allah dan Allah
juga akan menaruh cinta kepada setiap hati bagi orang yang
sabar. Sabar dan tak lekas marah bila seorang perawat sedang
kesal, waspadalah, karena kemarahan dan kekesalan yang tidak
terkendali biasanya menghasilkan kata dan prilaku yang keji,
yang akan melukai orang lain. Hal itu bisa membuat pasien
merasa takut dan disa berakibat patal bagi penya kitnya. Kita
harus senantiasa bersabar dan menyayangi pasien seperti
keluarga sendiri. Penyabar dan pemaaf adalah salah satu dari
budi pekerti yang luhur, yang sangat penting dipelihara. QS.Asy-
Syura 43 :

ِ ‫ن َع ْز ِم اأْل ُ ُم‬
‫ور‬ ْ ‫م‬ َ ِ‫صبَ َر َو َغ َف َر إِنَّ ٰ َذل‬
ِ َ‫ك ل‬ َ ‫ن‬ َ َ‫َول‬
ْ ‫م‬
Artinya :
“Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya
(perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diutamakan.”
f. Ikhlas
Ikhlas disini dalam artian sikap yang murni, semata-mata
demi memperoleh ridha dan perkenaan Allah dalam proses
keperawatannya. Bekerja dengan niat ikhlas akan mendapatkan
pahala dan bila tidak ikhlas tidak berpahala. Allah menerangkan
dalam QS Al Bayyinah 5 :

‫صاَل َة َو ُي ْؤ ُتوا‬
َّ ‫يموا ال‬
ُ ‫ح َن َفا َء َو ُي ِق‬
ُ ‫ين‬
َ ‫د‬ِّ ‫ين لَ ُه ال‬
َ ‫ص‬ ْ ‫َو َما ُأ ِم ُروا إِاَّل لِيَ ْع ُب ُدوا اللَّ َه ُم‬
ِ ‫خ ِل‬
‫ة‬
ِ ‫م‬َ ّ ‫ين ا ْل َق ِي‬
ُ ‫ك ِد‬َ ِ‫ال َّز َكا َة ۚ َو ٰ َذل‬

Artinya :
“Dan tidaklah mereka disuruh, kecuali supaya menyembah Allah
dengan mengiklhaskan ketaatan kepadaNya dalam menjalankan
Agama dengan lurus”.
Hindari penghinaan terhadap pasien segala sesuatu yang
bersifat merendahkan, mengejek, menghina dalam bentuk
apapun terhadap seseorang, baik tentang postur tubuhnya,
keadaan penyakitnya, kepribadiannya, keadaan sosial dan
sebagainya. Sedikitpun jangan pernah kita lakukan kalau kita

20
sebagai seorang perawat. Akibat perbuatan itu akan muncul
perasaan sakit hati atau sampai bisa mendendam. Tolonglah
pasien dengan ikhlas karena diahadapan Allah manusia adalah
sama.

C. Fiqih Manajemen Keperawatan

D. Keterampilan Kritis Dalam Manajemen Keperawatan Islami


Sebelumnya kita kenalkan Spiritual Islamic Nursung Care atau
sering disebut SINC yang merupakan suatu aplikasi penuntun ibadah
bagi pasien muslim. Aplikasi ini dapat mudah diakses melalui
Playstore di handphone pasien. Aplikasi Spritual Islamic Nursing Care
(SINC) adalah milik atau hak paten dari Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jurusan
Keperawatan.
1. Terapi Murottal
a. Definisi
Terapi murottal adalah lantunan ayat-ayat suci al Qur’an
yang dibacakan oleh Qari’ , direkam dan diperdengarkan
dengan tempo yang sedang (102-120 bpm). Mekanisme
terapi murottal pada tubuh yaitu : saat mendengarkan
murottal, gelombang suara akan ditransmisikan melalui
ossicles di telinga tengah dan melalaui cairan cochlear
berjalan menuju telinga dalam. Selanjutnya rambut silia
sebagai sensori reseptor akan mengubah frekuensi getaran
menjadi getaran elektrit dan langsung terhubung dengan
ujung nervus pendengaran. Nervus auditori menghantarkan
sinyal ini ke korteks auditori menghantarkan sinyal ini ke
korteks auditori di lobus temporal. Korteks auditori primer
menerima input dan mempersepsikan murottal Ar-Rahman
tersebut. Berdasarkan pengalaman pasien. Persepsi auditori
dari Surah Ar-Rahman bekerja dipusat auditori di lobus frontal
yang selanjutnya mengirimkan sinyal ke thalamus dan
prefrontal cortex (PFC) sehingga akan mempengaruhi persepsi
pasien menjadi positif. Persepsi positif akan mempengaruhi
perepsi pasien menjaidi positif akan mempengaruhi amigdala
yang akan diteruskan ke hypotalamus untuk menghasilkan
cortitocropin relasing relasing factor (CRF), selanjutnya CRF
merangsang kelenjar pituitary (hipofise) untuk mensekresikan
endorphin sebagai neurotransmitter yang mempengaruhi
suasana hati menjadi rileks (Yusuf,2016)

21
b. Manfaat Terapi Murottal
1) Memberikan rasa rileks (Upoyo, 2012)
2) Meningkatkan rasa rileks (Heru, 2012)
3) Menyebabkan otak memancarkan gelombang theta yang
menimbulkan rasa tenang (assegaf, 2013)
4) Memberikan perubahan fisiologis (Siswantinah, 2011)
5) Menurunkan kecemasan (Gray, 2010)
c. Standar Operasional Prosedur
1) Mencuci tangan
2) Menghubungkan earphone dengan
MP3/handphone/tablet berisikan ayat-ayat al Qur’an
3) Pasien berbaring di atas tempat tempat tidur dalam
posisi rileks
4) Letakkan earphone di telinga kiri dan kanan
5) Dengarkan murottal selama 15-30 menit
2. Terapi Bekam
a. Definisi
Terapi bekam adalah proses penghisapan kulit, penyayatan
dan pengeluaran darah dari permukaan kulit yang kemudian
ditampung dalam gelas/cup.
b. Manfaat Terapi Bekam
1) Menjalankan sunnah Rasulullah saw
2) Meringankan penyakit seperti hipertensi, nyeri punggung,
DM, dll
c. Sejarah Bekam
1) Timur Tengah
Bekam sudah dikenal bangsa-bangsa purba sejak
kerajaan Sumeria berdiri, sejak 4000 tahun sebelum
masehi. Lalu berkembang ke Babilonia, Mesir, Saba’, dan
Persia.
2) Cina
2500 tahun sebelum masehi, sebelum berkuasanya
Kaisar Yao. Berkembang berdasarkan titik-titik akupuntur.
3) Mesir
Sudah ada sejak kekuasaan Fir’aun, sekitar 2500 tahun
SM. Kemudian berkembang ke Yunani, Romawi, Bulgaria,
Isbanji.
4) Zaman Rasulullah saw.
Dikerjakan oleh para sahabat, bahkan menjadi sunnah
dan kebiasaan mereka.
5) Baghdad

22
Sekitar tahun 300 Hijriyah. Dilakukan oleh orang yang
terlatih secara turun temurun, sampai ahli bekam yang
berpendidikan tinggi di lembaga kedokteran.
d. Pengobatan Dengan Berbekam
Ibnu Abbas RA berkata: sesungguhnya Rasulullah saw.
berbekam pada bagian kepalanya dalam keadaan beliau
sebagai muhrim (orang yang berihram) karena sakit pada
bagian kepalanya “ (HR. Bukhari No. 5701). Rasulullah saw
bersabda: “Obat/kesembuhan itu (antara ain) dalam tiga
(cara pengobatan): minum madu, berbekam dan dengan kay,
namun aku melarang umatku ddari kay” (HR. Bukhari no.
5680)
e. Tata Cara Melakukan Bekam
1) Mencari titik untuk melakukan pembekaman
2) Cup diletakkan di atas titik pada tubuh yang sudah
ditentukan
3) Lakukan penghisapan 3-5 menit
4) Lakukan bekam kering
5) Lakukan penyayatan
6) Lakukan bekam basah 3-5 menit
7) Lepaskan cup secara hati-hati
3. Terapi Doa
Ketika seseorang dalam keadaan sakit, maka bukan hanya
biologis yang bermasalah, tetapi juga pada psikologisnya. Respon
psikologis diperlukan untuk membangun persepsi terhadap
kejadian stres yang terjadi, coping yang digunakan, kemampuan
dalam mengandalikan keadaan, dan pembelajaran terhadap
stress yang terjadi. Dengan adanya stres, perasaan tidak senang,
sedih, atau depresi dapat mengakibatkan supresi terhdap
immunoglobin (ig)A.. Perasaan sedih dapat menurunkan aktivitas
limfosi darah dan penurunan immunoglobin humoral maupun
seluler. Lebih lanjut, sesuatu yang menentukan orang akan
mudah sakit, baik karena infeksi atau bukan, tidak hanya
dipengaruhi oleh mekanisme koping masing-masing individu.
Mekanisme koping adalah usaha kognitif dan perilaku behavior
untuk menguasai, menurunkan, atau mentoleransi kebutuhan
internal dan /atau eksternal yang dihasilkan oleh situasi stress.
Dengan doa dan ritual agama lainnya yang dilakukan dapat
membangkitkan haapan dan rasa optimis paa diri seseorang yang
sedang sakit., sehingga dapat meningkatkan imunitas

23
(kekebalan) tubuh sehinga memudahkan dalam proses
penyembuhan.
a. Definisi
Terapi doa adalah tindakan menyerahkan hati dan jiwa
kepada Sang Pencipta, Allah swt., cara berkomunikasi dengan
Allah swt., Pendekatan diri kepada Allah swt dengan sepenuh
hati.
b. Tipe Doa
1) Mengakui kebesaran Allah swt.
2) Mengadu
3) Memohon sesuatu
4) Mendoakan orang lain yang membutuhkan
5) Meminta yang terbaik dalam situasi tertentu
6) Mengungkapkan kesyukuran
c. Manfaat Berdoa
1) Memberikan efek positif dalam mengurangi stres dan
meningkatkan sistem imun (Mueller, Plevak, and
Rummans, 2001)
2) Mengurangi ketergantungan pada venstilator,
penggunaan antibiotik dan diuretik (Byrd, 1997)
3) Menurunkan skor critical care outcomes (Harris and
Colleagues, 1999)
4) Menurunkan angka kematian (Fitzpatrick et al, 2007)
5) Menurunkan depresi pada pasien yang menjalani
pembedahan jantung (Ai et al, 1998).
Dengan demikian artinya seseorang sakit diwajibkan untuk
beikhtiar maksimal dengan berobat pada ahlinya, dan berdoa
dengan penuh keyakinan kepada Allah SWT karena Dia lah
yang menyembuhkan. Sebagaimana firmanNya dalam QS
Asy- Syua’raa ayat 80 yang berbunyi ”dan bila aku sakit,
Dialah yang menyembuhkan”. Dalam ayat lain disebutkan
pula bahwa Allah berjanji mengabulkan setiap permintaan
hambaNya. Sebagaimana ditegaskan dalam QS al-Mukmin :
60), berdoalah kepada-Ku, pasti Aku kabulkan”. Namun
demikian doa yang dikabulkan bukan tanpa syarat. Artinya
Dia akan mengabulkan permintaan hambaNya jika ia
mengakui keesaanNya, menaati perintahNya dan menjauhi
laranganNya (Hidayanti, 2017).
4. Terapi Dzikir
Dzikir ditinjau dari aspek kesehatan memberikan dampak
positif dalam mekanisme keseimbangan tubuh agar tetap baik.

24
Ketidakseimbangan dalam tubuh akan menyebabkan gangguan
secara fisiologis (Utami,2017). Menurut Yusuf (2016) mekanisme
dzikir terhadap tubuh yaitu : mendengarkan dzikir memberikan
suara yang akan ditangkap oleh indra pendengaran untuk
diteruskan ke lobus temporalis yang selanjutnya akan ditangkap
oleh God Spot (circuit of god). God spot merupakan suatu lokasi
tertentu dibagian dibagian otak yang mengontrol keyakinan
religios. Stimulus pada God Spot akan dikirimkan ke prefrontal
korteks untuk dilakukan proses pembelajaran. Hasil proses
pembelajaran yang baik berupa respon kognisi (persepsi) yang
positif, baik secara emosional maupun spiritual. Respon kognisi
yang positif akan dikirim oleh amigdala sebagai umpan balik
menuju hipokampus. Selanjutnya amigdala akan menstimulus
bagian ventromedial hipotalamus untuk mengaktifkan sistem
saraf parasimpatis melalui stimulus vagal
5. Terapi Shalat
Salat merupakan pernyataan rasa syukur atas segala
karunia dan rahmat Allah swt. Dengan salat dapat
mendekrelasikan sebagai mahluk ciptaan Allah yang tunduk dan
taat pada setiap peritah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
(Halimang, 2016). Wujud kesehatan dalam salat adalah
penjelasan mengenai rasionalitas hubungan antara gerakan salat
dan organ tubuh serta kemampuan mencegah penyakit. Manfaat
Salat dapat dirasakan ketika seseorang menjalankan dengan
penuh kekhusukan, artinya mengerti dan memahami apa yang
diucapkan. Manfaat tersebut antara lain ketenangan hati,
perasaan aman dan terlindungi, serta berperilaku saleh. Salat
juga membebaskan manusia dari stres dari segala urusan dunia.
Ketika Salat sesaat jiwa tenang, ada kedamaian dalam hatinya.
Menurut Hawari, hal ini sejalan dengan pendapat pakar stres
yang menganjurkan para pemeluk agama menghayati dan
mengamalkan ajaran agamanya agar memperoleh ketenangan.
Setiap hari seseorang harus meluangkan waktu menenangkan
diri. Bila semua orang Islam melakukan Salat lima waktu, akan
muncul ketenangan hati yang berarti meningkatkan kekebalan
diri terhadap stres kehidupan (Hidayanti, 2017).
Sementara menurut Anwar Sutoyo, salat yang diawali
dengan berwudhu memberikan makna bimbingan yang luar biasa
bagi yang mengerjakan. Berangkat dari mengkaji beberapa
pendapat ulama besar, dapat disimpulkan bahwa berwudhu bisa
membersihkan fisik dan psikis dari segala kotorannya, dan

25
menanamkan benih keikhlasan dalam hati dan salat yang
dikerjakan sesuai dengan syarat dan rukun serta sunnahnya akan
memiliki dampak pencegahan bagi pelakunya dari perbuatan keji
dan hal-hal yang bertentangan dengan norma masyarakat, serta
mengurangi atau menurunkan berbagai penyakit. Sedangkan
salat berjamaah membimbing individu dalam membentuk
hubungan sosial yang sehat, membantu individu
mengembangkan kepribadian dan kematangan emosionalnya
(Sutoyo, 2009).
6. Thaharah
Thahrah dalam bahasa arab bermakna An-Nadhzafah yang
berarti kebersihan. Menurut ahli fiqh, thaharah buka hanya
sekedar berarti mencuci anggota tubuh tertentu dengan cara
tertentu, dan mengangkat hadits dan menghilangkan najis.
Thaharah menduduki hal yang paling penting dalam islam. Tanpa
adanya thaharah, ibadah kepada Allah swt tidak akan diterima.
Sebab beberapa ibadah utama mensyaratkan taharah secara
mutlak. Islam memperhatikan pencegahan penyakit dengan cara
memperhatikan kebersihan diri. Sebab wudhu dan mandi itu
secara fisik terbukti dalam menyegarkan tubuh, mengembalikan
fitalitas, dan membersihkan diri dari segala kuman penyakit yang
setiap saat dapat menyerang tubuh. Secara ilmu kedokteran
mern terbukti bahwa upaya yang paling efektif untuk mencegah
terjadinya penyakit dengan cara menjaga kebersihan (Sarwat,
2010).
7. Terapi Ruqyah
a. Definisi
Pengertian terapi ruqyah adalah sebagai pengobatan
traditional, yang mengobati serta menyembuhkan suatu
penyakit mental, spritual, moral, maupun fisik dengan melalui
bimbingan Al-qur’an dan Al-Sunnah. Berbagai macam penyakit
pasien yang melakukan terapi ruqyah dengan latar belakang
penyakit yang berbeda-beda, namun mereka mempunyai satu
tujuan yakni ingin sembuh dari penyakitnya dan ingin
menenangkan hati. Semua penyakit fisik maupun non fisik,
medis maupun non medis bisa diruqyah karena pada
hakekatnya yang menyembuhkan segala jenis penyakit adalah
Allah swt. Dalam pengobatan menggunakan metode ruqyah,
kita berdoa kepada Allah swt untuk semua penyakit yang kita
rasakan.
b. Proses pelaksanan terapi ruqyah

26
Dalam pelaksanaan terapi ruqyah bagi pasien proses
pelaksanaan terapinya yang dilakukan berlandaskan nilai-nilai
keislaman, bacaannya terdiri dari kalam Allah (Al-quran) atau
doa-doa Rasulullah, serta yakin bahwa ruqyah hanyalah sarana
karena menyembuhkan adalah Allah swt. Pasien yang datang
melakukan ruqyah melakukan pendaftaran terlebih
dahulu,administrasi dan sebagainya, kemudian akan dijelaskan
tentang ruqyah bagi yang balum tau, disarankan untuk
berwudhu bagi yang tidak berhalangan setelah itu masuk
keruangan ruqyah dan melakukan shalat sunnah 2 rakaat, lalu
peruqyah mencari informasi latar belakang penyakit pasien
dengan cara menanyakan keluhan pasien. Kemudian diawali
dengan membaca istigfar bertobat kepada Allah dengan
harapan agar doa dijabah oleh Allah swt. Kemudian membaca
ayat-ayat ruqyah biasanya dibacaan itu ada yang bereaksi,
misalnya seperti kesemutan, muntah-muntah, teriak-teriak.
Proses pengobatan terapi ruqyah terdiri dari tiga tahapan :
1. Tahapan awal
Tahapan awal adalah tahapan sebelum pengobatan dimulai
a) Mengambil air wudhu
b) Jika penderita wanita diharuskan untuk menutup
auratnya ataupun memakai mukena yang sudah
disediakan
c) Shalat sunnah 2 rakaat (shalat hajar)
d) Memberi pengertian tentang ruqyah, dan meminta
pasien utuk memperbaiki niat
e) Pasien harus melepaskan jimat apapun yang melekat di
badannya, sebab itu adalah syirik yang wajib ingkari,
baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan
f) Mendiagnosis keadaan dengan mengajukan beberapa
peratanyaan kepada penderita untuk mengecek
gejalanya misalnya : apakah kamu bermimpi melihat
binatang yang mengejarmu? Apakah kamu bermimpi
dengan mimpi seolah-olah kamu akan jatuh dari tempat
tinggi
g) Jika pasien seorang akhwat maka dia harus didampingi
oleh salah satu muhrimnya. Ia juga tidak boleh
menggunakan perhiasan dan wangi-wangian ketika itu,
tapi hatus memakai pakaian yang islami serta
mengeluarkannya agar tidak mudah terlepas sewaktu
diadakan pengobatan terhadap dirinya.

27
2. Tahapan inti
a) Peruqyah berlindung kepada Allah dari kejahatan setan
serta memohon bimbingannya agar tidak terjebak
dalam tipu daya setan yang licik
b) Peruqyah memohon pertolongan kepada allah swt agar
diberi kemudahan dalam melakukan terapi ruqyah
c) Peruqyah memberi peringatan keras kepada jin yang
mengganggu pasien agar bertaubat kepada allah swt
serta tunduk dan patuh kepada syariatnya
d) Peruqyah membacakan ayat-ayat dan doa ruqyah
dengan suara yang keras atau terdengar oleh pasien
bisa juga disela-sela bacaan ruqyah diselingi dengan
peringatan-peringatan kepada jin pengganggu untuk
keluar dengan sendirinya karena taat kepada allah
e) Peruqyah meletakkan tangannya diatas kepala
penderita dan membacakan ayat-ayat al-quran
ditelinganya dengan tartil.
3. Tahapan akhir
Tahapan akhir adalah tahapan setelah pengobatan, kalau
saat ini proses pengobatan, kalau saat itu proses
pengobatan belum tuntas atau belum membuahkan hasi
maka sang terapis mengulangi kembali proses terapi atau
menyuruh pasien untuk datang lagi dilain waktu. Dan
terapis memberikan nasehat kepada pasien suapaya:
a) Menjaga shalat lima waktu
b) Menjaga wudhu
c) Membaca Al-quran
d) Berwudhu dan membaca ayat kursi sebelum tidur
e) Berwudhu dan membaca ayat kursi sebelum tidur
f) Membaca surat Al-Mulk sebelum tidur
g) Berteman dengan orang-orang saleh dan menjauhi
orang-orang rusuh
h) Jika wanita perintahlahkanlah memakai busana yang
menutup aurat karena setan lebih dekat keada wanita
yang membuka aurat
i) Setiap selesai shalat subuh membaca wirid
j) Membaca bismillah setiap hari
k) Melakukan hal-hal yang sunnah
l) Menjaga ibadahnya
c. Dampak Terapi Ruqyah
1. Dampak positif

28
Ruqyah pun dapat dijadikan salah satu alternatif dalam
pembinaan mental pasien. Terapi ruqyah dalam pemilihan
kesehatan mental pasien sangat bagus, karena terapi
ruqyah dapat memberikan dampak positif bagi pasien, dan
ruqyah ini bisa membantu pasien untuk membangun mental
yang sehat dan dibarengi dengan kekuatan tauhid pasien
kepada Allah swt dampak positif yang dialami pasien adalah
pasien yang sebelumnya merasakan gelisah, cemas,
emosional, susah tudur, takut dan gangguan mental
lainnya.
2. Dampak negatif
Terapi ruqyah selain memberikan dampak positif ia juga
dapat memberikan dampak negatif pada pasien. Dampak
negatif adalah dampak buruk yang terjadi pada pasien
ketika proses pelaksanaan ruqyah, seperti reaksi yang
dialami pasien ketika proses ruqyah. Pada saat proses
ruqyah, pasien biasanya sering mengalami reaksi seperti
kesemutan, muntah-muntah, teriak-teriak, menangis,
pusing, dan kepanasan, ada juga yang kesurupan.
Tergantung dengan penyakit pasien, jika penyakit yang
dialami pasien penyakit yang ringan maka dia hanya akan
merasakan reaksi-reaksi ringan, sebaliknya jika penyakit
pasien tergolong berat maka dia akan merasakan reaksi-
reaksi berat juga. Setiap pasien yang melakukan ruqyah
pasti mengalami reaksi, reaksi ringan atau berat. Dan dapat
disimpulkan bahwa dampak negatif terapi ruqyah adalah
tergantung akan penyakit yang diderita pasien, namun yang
sering dialami pasien adalah reaksi ringan seperti mual,
muntah-muntah, kesemutan, kepala pusing, punggung
terasa berat, menangis, ngantuk yang berlebihan ada juga
yang tidak sadarkan diri.
8. Terapi Massage
a. Definisi
Massage adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menunjukkan manipulasi tertentu dari jaringan lunak tubuh.
Manipulasi tersebut sebagian besar efektif dibentuk dengan
tangan diatur guna tujuan untuk mempengaruhi saraf, otot,
sistem pernapasan, peredaran darah dan limphe yang bersifat
setempat dan menyeluruh (Alimah, 2012). Massage
merupakan salah satu manajemen nyeri non farmakologi untuk
membuat tubuh menjadi rileks, bermanfaat mengurangi rasa

29
sakit atau nyeri, menentramkan diri, relaksasi, menenangkan
saraf dan menurunkan tekanan darah (Maryunani, 2010).
b. Teknik Massage
Teknik Massage adalah teknik pijatan yang dilakukan untuk
membantu mempercepat proses pemulihan nyeri dengan
menggunakan sentuhan tangan untuk menimbulkan efek
relaksasi. Effleurage merupakan manipulasi gosokan yang
halus dengan tekanan relatif ringan sampai kuat, gosokan ini
mempergunakan seluruh permukaan tangan satu atau
permukaan kedua belah tangan, sentuhan yang sempurna dan
arah gosokan selalu menuju ke jantung atau searah
dengan jalannya aliran pembulu darah balik, maka mempunyai
pengaruh terhadap peredaran darah atau membantu
mengalirnya pembuluh darah balik kembali ke jantung karena
adanya tekanan dan dorongan gosokan tersebut (Alimah,
2012).
c. Efek Massage
Menurut Wijanarko dan Riyadi (2010), ada beberapa efek
massage yaitu:
1) Efek terhadap peredaran darah dan lymphe
Massage menimbulkan efek memperlancar peredaran
darah. Manipulasi yang dikerjakan dengan gerakan atau
menuju kearah jantung, secara mekanis akan membantu
mendorong pengaliran darah dalam pembulu vena menuju
ke jantung. Massage juga membantu pengaliran cairan
limphe menjadi lebih cepat, ini berarti membantu
penyerapan sisa-sisa pembakaran yang tidak digunakan
lagi.
2) Efek terhadap otot
Massage memberikan efek memperlancar proses
penyerapan sisa-sisa pembakaran yang berada di dalam
jaringan otot yang dapat menimbulkan kelelahan. Dengan
manipulasi yang memberikan penekanan kepada jaringan
otot maka darah yang ada di dalam jaringan otot, yang
mengandung zat-zat sisa pembakaran yang tidak
diperlukan lagi terlepas keluar dari jaringan otot dan
masuk kedalam pembuluh vena. Kemudian saat
penekanan kendor maka darah yang mengandung bahan
bakar baru mengalirkan bahan tersebut ke jaringan,
sehingga kelelahan dapat dikurangi. Selain itu massage

30
juga memberi efek bagi otot yang mengalami ketegangan
atau pemendekan karena massage pada otot berfungsi
mendorong keluarnya sisa-sasa metabolisme, merangsang
saraf secara halus dan lembut agar mengurangi atau
melemahkan rangsang yang berlebihan pada saraf yang
dapat menimbulkan ketegangan.
3) Efek massage terhadap kulit
Massage memberikan efek melonggarkan perlekatan dan
menghilangkan penebalan-penebalan kecil yang terjadi
pada jaringan di bawah kulit, dengan demikian
memperbaiki penyerapan.
4) Efek massage terhadap saraf
Sistem saraf perifer adalah bagian dari sistem saraf yang
di dalam sarafnya terdiri dari sel-sel saraf motorik yang
terletak di luar otak dan susmsum tulang belakang. Sel-sel
sistem saraf sensorik mengirimkan informasi ke sistem
saraf pusat dari organorgan internal atau dari rangsangan
eksternal. Sel sistem saraf motorik tersebut membawa
informasi dari sistem saraf pusat (SSP) ke organ, otot, dan
kelenjar. Sistem saraf perifer dibagi menjadi dua cabang
yaitu sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom.
Sistem saraf somatic terutama merupakan sistem saraf
motorik, yang semua sistem saraf ke otot, sedangkan
sistem saraf otonom adalah sistem saraf yang mewakili
persarafan motorik dari otot polos, otot jantung dan sel-sel
kelenjar. Sistem otonom ini terdiri dari dua komponen
fisiologis dan anatomis yang berbeda, yang saling
bertentangan yaitu sistem saraf simpatik dan parasimpatik,
dapat melancarkan sistem saraf dan meningkatkan kinerja
saraf sehingga tubuh dapat lebih baik.
5) Efek massage terhadap respon nyeri
Menurut Alimul (2009), prosedur tindakan massage
dilakukan 10 menit untuk mengurangi nyeri. Stimulasi
massage dapat merangsang tubuh melepaskan senyawa
endorphin yang merupakan pereda sakit alami dan
merangsang serat saraf yang menutup gerbang sinap
sehingga transmisi impuls nyeri ke medulla spinalis dan
otak di hambat. Selain itu teori gate control mengatakan
bahwa massage mengaktifkan transmisi serabut saraf
sensori A – beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses

31
ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut dan delta A
berdiameter kecil (Fatmawati, 2017).
9. Terapi Herbal
a. Definisi
Terapi herbal (herbalism) adalah pengobatan tradisional
atau pengobatan rakyat mempraktekkan yang didasarkan pada
pemakaian tumbuhan-tumbuhan dan ekstrak tumbuhan.
Herbalism adalah juga dikenal sebagai pengobatan berkenaan
dengan penggunaan tumbuhan untuk pengobatan ,  medis
secara herbal, obat herbal, herbology, dan phytotherapy.
Kadang-kadang lingkup dari obat bahan tumbuhan yang
dipergunakan diperluas termasuk produk-produk jamur dan
lebah, mineral-mineral, kulit/kerang-kulit/kerang dan bagian
binatang tertentu. Pengobatan Herbal dan Kembali ke alam
adalah dua phrase kata yang banyak kita dengar akhir akhir
ini. Pengobatan secara herbal merupakan pilihan alternatif
yang banyak diminati masyarakat terutama dalam bidang
pengobatan.
b. Manfaat Terapi Herbal
Obat-obatan herbal berfungsi melemahkan racun untuk proses
penyembuhan penyakit pada manusia, yaitu mengendalikan
dan membunuh kandungan racun dalam tubuh manusia.
Selain itu obat-obatan herbal juga dapat membentuk zat
kekebalan tubuh (antibodi) yang tidak dimiliki tubuh manusia,
dengan tujuan melindungi dari unsur yang merusak organ
tubuh. Obat-obatan herbal juga dapat memperbaiki jaringan
tubuh yang rusak,sebagai contoh obat herbal yang berasal dari
ramuan mahkota dewa dapat menyembuhkan penyakit kanker,
tumor dan jantung. Terapi pengobatan dengan herbal
(tumbuhan berkhasiat) bermanfaat untuk memperbaiki sel-sel
organ tubuh yang rusak akibat radang dengan
penyembuhannya bersifat permanen.
c. Efek Samping
Pada prinsipnya, obat-obatan herbal memiliki potensi efek
samping yang sama dengan obat-obatan sintetis atau
konvensional. Tubuh kita tidak bisa membedakan antara
pengobatan menggunakan herbal dengan pengobatan sintetis.
Produk obat herbal merupakan bagian-bagian dari tumbuhan
(misalnya akar, daun, kulit, dll) dan mengandung banyak

32
senyawa kimia aktif. Senyawa ini, selain mempunyai khasiat
penyembuhan juga dapat memiliki efek samping yang dapat
merugikan. Para ahli pengobatan herbal meyakini bahwa
penggunaan kombinasi ekstrak tumbuhan memiliki efek
penyembuhan yang lebih ampuh dibanding dengan hanya
menggunakan satu komponen tumbuhan saja. Kombinasi dari
tumbuh-tumbuhan ini memiliki efek sinergi, yang saling
melengkapi dan bahkan menambah daya khasiatnya.
Kombinasi ini juga diklaim dapat mengurangi efek samping
yang tidak diinginkan, misalnya dapat mengurangi kejadian
keracunan dibanding hanya dengan menggunakan satu jenis
herbal. Namun, secara teoritis, kombinasi zat kimia aktif dalam
beberapa jenis herbal juga bisa berinteraksi untuk membuat
ramuan herbal menjadi lebih beracun daripada menggunakan
satu jenis herbal. Efek samping ini dapat terjadi dalam
beberapa cara, misalnya keracunan, kontraindikasi dengan
obat lain, dan lain-lain.
d. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
obat-obatan herbal antara lain:
1) Keamanan obat herbal pada umumnya
2) Kandungan racun yang mungkin dikandung tanaman
herbal yang digunakan
3) Efek yang merugikan pada organ tertentu, seperti sistem
kardiovaskuler, sistem saraf, hati, ginjal dan kulit
4) Keamanan obat-obatan herbal untuk pengguna yang
rentan, misalnya: anak-anak dan remaja, lansia, wanita
selama kehamilan dan menyusui, pasien dengan kanker dan
pasien bedah
5) Interaksi yang mungkin terjadi di antara komponen obat
herbal
6) Waktu penggunaan yang tepat.
e. Contoh penggunaan obat herbal yang perlu
diperhatikan :
1. Daun Seledri (Apium graveolens)
Tanaman ini telah terbukti mampu menurunkan tekanan
darah, tetapi pada penggunaannya harus berhati-hati
karena pada dosis berlebih (over dosis) dapat menurunkan

33
tekanan darah secara drastis sehingga jika penderita tidak
tahan dapat menyebabkan shock. Oleh karena itu
dianjurkan agar jangan mengkonsumsi lebih dari satu gelas
perasan seledri untuk sekali minum. Indikasi : dapat
menurunkan tekanan darah (hipertensi). Seledri
mengandung phthalide yang mampu untuk mengendurkan
otot arteri sehingga menurunkan tekanan darah bagi
penderita hipertensi dan juga mengurangi produksi hormon
stres. Kontra indikasi : dapat menyebabkan shock jika
penggunaan berlebihan
2. Gambir
Gambir umum digunakan untuk menghentikan diare. Akan
tetapi penggunaan lebih dari ukuran satu ibu jari justru
bukan hanya menghentikan diare tetapi akan menimbulkan
kesulitan buang air besar selama berhari-hari. Indikasi :
dapat menghentikan diare. Kontra indikasi : dapat
menimbulkan kesulitan BAB jika penggunaan berlebihan.
3. Minyak Jarak (Oleum recini)
Minyak ini biasa digunakan untuk mengobati urus-urus.
Akan tetapi jika penggunaannya tidak terukur akan
menyebabkan iritasi saluran pencernaan. Indikasi : Dapat
Mengobati urus-urus. Kontra indikasi : menyebabkan iritasi
saluran pencernaan jika penggunaan berlebihan.
4. Keji beling atau pecah beling (Strobilantus crispus)
Tanaman ini digunakan untuk mengobati batu ginjal. Akan
tetapi jika pemakaian melebihi 2 gram serbuk sekali minum,
bisa menimbulkan iritasi saluran kemih. Selain itu, pada
beberapa pasien yang mengonsumsi keji beling untuk
mengobati sakit batu ginjal, ternyata ditemukan adanya sel-
sel darah merah dengan jumlah melebihi batas normal pada
urinenya. Kemungkinan hal ini disebabkan daun kejibeling
merupakan diuretik kuat sehingga dapat menimbulkan iritasi
pada saluran kemih. Akan lebih tepat bagi mereka jika
menggunakan daun kumis kucing (Ortosiphon aristatus)
yang efek diuretiknya lebih ringan dan dikombinasi dengan
daun tempuyung (Sonchus arvensis) yang tidak mempunyai
efek diuretik kuat tetapi dapat melarutkan batu ginjal
berkalsium. Indikasi : Dapat mengobati batu ginjal. Kontra
indikasi : bisa menimbulkan iritasi pada saluran kemih jika
penggunaan berlebihan.
10. HU Care

34
Husnul Khatimah Care (Hu Care) sebagai Islamic Palliative
Care dewasa ini ada kecenderungan meningkatnya pasien
penyakit terminal, dimana penyakit ini secara medis sulit
disembuhkan dan sering kali berujung pada kematian bagi para
penderitanya. Berbagai penyakit tersebut antara lain penyakit
kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis,
cystic fibrosis, stroke, Parkinson, gagal jantung/heart failure,
penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS. Pasien
penyakit tersebut yang memerlukan perawatan paliatif,
disamping kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Terutama pada stadium lanjut masalah pasien tidak sebatas pada
keluhan fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan,
gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial
dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan
keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu
penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun
juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial
dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin
yang dikenal sebagai perawatan paliatif (Menteri Kesehatan RI
Nomor: 812/Menkes/SK/ VII/2007).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
812/Menkes/ SK/VII/2007 tentang Kebijakan Perawatan Paliatif,
menyebutkan bahwa perawatan paliatif adalah pendekatan yang
bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan
melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta
penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial
dan spiritual (Menteri Kesehatan RI Nomor:
812/Menkes/SK/VII/2007). Dari pengertian ini, secara eksplisit
terlihat adanya kebutuhan pasien terhadap pelayanan atau terapi
holistik dalam rangka mengatasi masalahnya baik
biologis,psikologi, sosial dan spiritual. Dengan demikian, artinya
sudah menjadi kewajiban berbagai pihak pemberi jasa medis
memenuhi kebutuhan pasien tersebut, terutama tersedianya tim
terapi psikososial dan terapi spiritual. Berangkat dari pemahaman
palliative care yang telah berkembang sebelumnya, kemudian dr
Sagiran mencoba menawarkan konsep yang berbeda. Konsep
palliative care yang memberikan ruang bagi terapi religius bagi
pasien terminal secara lebih luas dan total hingga akhir hayat
pasien. Karenanya ia menyebut konsep palliative care yang

35
religius ini sebagai Islamic Palliative Care atau disebut Hu Care
(perawatan paliatif yang digabungkan dengan nilai-nilai Islam).
Bahkan keterlibatkan berbagai pihak sebagaimana idelanya
palliative care ditekankan demi tercapainya tujuan palliative care
yang diharapkan pasien dan keluarga, bahkan mencapai ideal
sebagaimana amanah undang-undang.
1. Pengertian Husnul Khatimah Care (Hu Care)
Bimbingan rohani Islam sebagai aktivitas dakwah “khas”
yang dikembangkan di rumah sakit semakin berkembang
pesat dewasa ini. Hal ini dibuktikan dengan eksistensi
pelayanan ini yang semakin kokoh di berbagai rumah sakit,
terutama rumah sakit Islam. Dalam prakteknya pelayanan
rohani Islam bagi pasien ini diterapkan secara beragam pada
masing-masing rumah sakit. Namun terjadi kecenderungan
secara umum bahwa bimbingan rohani Islam bagi pasien
hanya sebatas pada pemberian motivasi dan layanan doa.
Jenis penyakit yang diderita pasien berpengaruh pada
reaksi psikologis yang muncul. Pasien penyakit terminal yaitu
pasien yang menderita penyakit yang mematikan artinya
kemungkinan kecil tertangani secara medis, sehingga sering
kali harus berujung pada kematian. Pasien jenis ini tentunya
mengalami dinamika psikologis yang kompleks bahkan
berdampak pula pada keluarganya. Pelayanan bimbingan
rohani Islam disini tidak hanya terfokus pada pasien saja,
namun juga harus menyetuhkan keluarganya. Salah satu
model bimbingan rohani Islam bagi pasien penyakit terminal
adalah Hu-Care atau Husnul Khatimah Care. Model ini
dikembangkan oleh Dr. dr. Sagiran, Sp. B., M. Kes., FINACS,
yaitu model pelayanan psikospiritual bagi pasien terminal
khususnya gagal ginjal. Latar belakang pengembangan model
ini didasarkan pada kenyataan bahwa pasien penyakit
terminal yang sudah dinyatakan tidak ada harapan sembuh
sering kali putus asa, marah, cari alternative perdukunan,
sampai bersikap acuh tak acuh dan membabi buta dengan
sisa hidupnya. Memang bukan lagi terapi medis yang
dibutuhkan, terapi spiritual dan religius yang terarah dan
dipadukan dengan perawatan paliatif terhadap gejala-gejala
yang menyiksa pasien di akhir hidupnya. Hal itulah yang
harus menjadi perhatian, supaya pasien dapati “ good death”
atau husnul khatimah (Sagiran, 2013).
2. Tujuan Husnul Khatimah Care (Hu Care)

36
Hu Care mendampingi setiap pasien dan keluarganya
dalam kondisi apapun. Ketika pasien dan keluarga belum bisa
menerima keadaan sakitnya atau pasien dan keluarganya
belum beribadah dengan baik maka pendampingan yang
lebih intensif akan dilakukan, sedikit berbeda dengan pasien
dan keluarga yang telah menerima kondisi sakitnya dan telah
terbiasa beribadah. Hu Care merupakan pengembangan
perawatan paliatif yang sudah dikenal sebagai sistem
perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas
hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan
lainnya, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai
saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan
terhadap keluarga yang kehilangan/berduka.
Layanan Hu Care akan berusaha menjawab kebutuhan
pasien dan keluarganya dalam mempersiapkan akhir hidup
yang baik dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam pada
titik-titik strategis terutama dalam hal memahami konsep
sehat-sakit, ikhtiar-tawakal, keyakinanamalan yang
bermanifestasi pada sikap dan perilaku pasien. Husnul
Khatimah adalah keadaan di mana seorang hamba sebelum
akhir hayatnya mendapatkan taufik guna menjauhi segala
sesuatu yg dibenci Allah, bertaubat dari segala perbuatan
maksiat dan dosa serta bersegera melakukan amal kebajikan
secara kontinyu hingga tarikan nafas terakhirnya. Ketika
pasien memasuki fase kritis, tim Hu Care akan mendampingi
perawatan medis secara intensif. “Pada kondisi ini merupakan
titik kritis. Pada keluarga yang kurang memahami pentingnya
waktu di akhir kehidupan biasanya hanya menunggu dan
mendoakan semampunya. Namun tim Hu Care akan
melakukan (dengan melibatkan keluarga) prosedur
penatalaksanaan sakaratul maut yang baik sehingga ada
upaya terpadu untuk membantu pasien menjalani proses
sakaratul maut dan menghembuskan nafas terakhirnya dalam
keadaan khusnul khotimah, bahkan disiapkan sampai
pelaksanaan rukti jenazah jika diinginkan (Hidayanti, 2015).
3. Program Hu Care dan Standar Operasional Pelayanan
Dalam studi terhadap Husnul Khatimah Care (HU Care) di
rumah sakit Nur Hidayah Bantul Yogyakarta, layanan Hu Care
yang konsen pada peningkatan spiritualitas pasien memiliki
beberapa program berikut :
a) Kunjungan Pasien

37
Kunjungan pasien merupakan layanan yang diberikan
kepada semua pasien selama menjalani rawat inap.
Perbedaannya terletak pada pasien lama dan baru. Pada
pasien baru, petugas Hu Care akan terlebih dahulu
melakukan diagnosis spiritual yang akan dijadikan acuan
untuk kunjungan di hari berikutnya. Sementara pada
pasien lama, petugas akan menindaklanjuti hasil
diagnosis spiritual dan melakukan pemantauan terhadap
perkembangan spiritual pasien terutama kedisplinan salat
lima waktu dan menambah hafalan surat pendek, doa,
dzikir harian.
b) Konsultasi Agama
Konsultasi agama diperuntukkan bagi pasien rawat inap
dan juga rawat jalan. Konsultasi agama bagi pasien rawat
inap dan keluarganya bisa dilakukan include dalam setiap
kunjungan pasien yang dilakukan petugas Hu Care. Atau
jika menghendaki kelurga bisa menghubungi dan datang
ke kantor petugas Hu Care diluar jam kunjungan pasien.
Sementara bagi pasien rawat jalan konsultasi agama
dilakukan di gerai/stand Hu Care.
c) Rukti Jenazah
Rukti jenazah adalah layanan pemulasaran jenazah
lengkap dengan layanan antar ke rumah duka. Petugas
Hu Care menjadi penanggung jawab utama saat
penyerahan jenazah pada keluarga ke rumah duka.
Beberapa hal biasa dilakukan seperti ucapan bela
sungkawa atas nama rumah sakit, mendoakan jenazah,
memberikan motivasi dan menguatkan keluarga yang
dtinggalkan, dan mengingatkan kewajiban keluarga
terhadap jenazah.
d) Home Care
Home Care adalah layanan ke rumah. Petugas Hu Care
akan datang ke rumah pasien pasca keluar rumah sakit
sesuai dengan permintaan pasien dan keluarga. Petugas
Hu Care akan melakukan pendampingan selama
dibutuhkan pasien dan keluarganya terutama untuk
penguatan spiritual.
e) ISC (Intensive Spritual Care)
Layanan ini sebagaimana telah dijelaskan di atas
merupakan layanan intensif bagi pasien yang
membutuhkan penanganan khusus. Pasien yang

38
mendapatkan layanan ini atas rekomendasi dokter atau
permintaan sendiri tetapi atas persetujuan dokter.
f) Talqin
Talqin adalah layanan pendampingan terhadap pasien
yag sedang dalam keadaan sakaratul maut. Petugas Hu
Care akan mendampingi dan menuntut pasien untuk
mengucapkan kalimah tahlil untuk mengantarkan pasien
meninggal dengan khusnul khatimah.

E. Manajemen Keperawatan Islami Pada Rumah Sakit Berbasis


Syariah
1. Akad Rumah Sakit Syariah
Akad merupakan perikatan antara ijab dengan qabul secara
yang dibenarkan syara’ yang menetapkan keridhaan kedua belah
pihak. Akad dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang sengaja
dilakukan atau dibuat oleh dua orang atau lebih atas dasar
keridhaan masing-masing pihak yang melakukan akad tersebut dan
memmpunyai akibat hukum yang baru bagi mereka yang
melakukannya. Pada sebuah rumah sakit syariah, apa saja yang
berhubungan dengan transaksi keuangan yang dilakukan oleh pihak
rumah sakit pada pasien, tenaga kesehatan, pemasok obat dan lain
sebagainya yang terlibat di dalamnya rumah sakit harus
menggunakan akad yang sesuai dengan syariah. Mulai dari
transaksi penerimaan, pencatatan penyimpanan dan penggunaan
harus jelas menggunakan akadnya, untuk menghindari hal-hal yang
sifatnya merugikan bagi kedua belah pihak atau lebih. Seperti yang
telah tercantum dalam fatwa DSN-MUI No. 107/DSN-MUI/X/2016
bahwasanya dalam penyelenggaraan rumah sakit yang menerapkan
prinsip-prinsip syariah harus menggunakan beberapa akad dalam
transaksinya, yaitu sebagai berikut:
a. Akad ijarah yaitu transaksi sewa menyewa antara pihak penyewa
dengan yang mempersewakan sesuatu harta atau barang untuk
mengambil manfaatnya dengan harga tertentu dan dalam waktu
tertentu. Pengunaan akad ijarah ini berlaku bagi sejumlah pihak,
yaitu:
1) Pihak rumah sakit dengan tenaga kesehatan, di mana rumah
sakit sebagai pengguna jasa dan tenaga kesehatan sebagai
pemberi jasa.
2) Pihak rumah sakit dengan pasien, di mana rumah sakit sebagai
pemberi jasa dan pasien sebagai pengguna jasa atas upaya
pengobatan penyakit yang dialami pasien.

39
3) Pihak rumah sakit dengan pemasok alat kesehatan, di mana
rumah sakit sebagai penyewa dan pemasok alat kesehatan
sebagai pihak yang menyewakan.
b. Akad Ijarah Muntahiyah bi al-tamlik yaitu sewa menyewa barang
yang di akhiri dengan pemindahan kepemilikan barang sewa dari
pihak yang menyewakan kepada pihak yang menyewa. Akad ini
berlaku bagi pihak rumah sakit dengan pemasok alat kesehatan
dan pemasok alat laboratorium.
c. Akad bai’ yaitu akad jual beli yang dilakukan oleh rumah sakit
sebagai pihak pembeli dan pemasok sebagai penjual.
d. Akad Mudharabah yaitu akad antara pihak pemilik modal dengan
pengelola untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan. Akad
ini berlaku bagi pihak rumah akit sebagai pengelolah dan
pemasok sebagai pemilik modal.
e. Akad Musyarakah Mutanaqishah yaitu kerjasama yang dilakukan
oleh kedua belah pihak untuk menyatukan kepemilikan asset atau
modal usaha, yang mana saat akad ini berlangsung kepemilikan
modal usaha salah satu pihak akan berpindah ke pihak yang
satunya, yang dilakukan melalui mekanisme pembayaran secara
bertahap. Dalam hal ini kepemilikan modal usaha pemasok
berkurang karena pemindahan kepemilikan modal kepada rumah
sakit secara bertahap.
f. Akad Wakalah bi al-ujrah yaitu akad penyerahan kekuasaan, yang
pada akad itu seseorang atau badan menunjuk orang lain sebagai
penggantinya dalam bertindak. Dalam hal ini rumah sakit
bertindak sebagai wakil, dan pemasok obat sebagai pemberi
kuasa untuk menjual obat kepada pasien.
2. Pelayanan Rumah Sakit Syariah
Rumah sakit syariah merupakan rumah sakit yang dalam
pengelolaannya mendasarkan pada maqashid syariah (tujuan
diadakannya syariah) yaitu seperti penjagaan agama, jiwa,
keturunan, akal dan penjagaan harta. Rumah sakit syariah
dilaksanakan berpedoman pada fatwa dewan syariah nasional
majelis ulama Indonesia No. 107/DSN-MUI/X/2016 menjelaskan
tentang pedoman penyelenggaraan Rumah Sakit berdasarkan
prinsip syariah (Mukisi, 2017). Rumah sakit dengan label syariah
memiliki tanggung jawab yang lebih, karena tidak hanya sekedar
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Namun,
pelayanan kesehatan yang diberikan dengan upaya untuk menjaga
akidah, ibadah, dan serta muamalah sesuai dengan nilai-nilai islam
(Puspita, 2018).

40
Praktek hubungan sosial dan kepedulian merupakan suatu
praktek yang dilakukan sesama didalam suatu ajaran tertentu yang
mengandung unsur aqidah dan syariah seperti akhlaq yang
diamalkan/dipraktekkan sesuai dengan islam yang telah
mengajarkannya. Salah satu bagian kecil dari pelajaran dan
pengalaman akhlaq yaitu praktek yang ada di suatu pelayanan
kesehatan rumah sakit. Pelayanan kesehatan merupakan suatu
bagian dari ibadah dimana seorang muslim harus mampu berjalan
sesuai dengan fungsi manusia sebagai hamba Allah SWT dan
mampu menjalankan fungsi khalifahnya, dan asuhan keperawatan
juga termasuk dari bagian akhlaq (Rahayu, 2016). Kompetisi yang
semakin ketat dan pelanggan semakin mempunyai pilihan yang
selektif dapat mempengaruhi pertumbuhan rumah sakit, sehingga
hal ini merupakan suatu tantangan yang akan mempengaruhi
keberlanjutan suatu rumah sakit. Tantangan seperti ini
mengharuskan para pelaku pelayanan kesehatan untuk
berkompetisi dengan melakukan perubahan strategi dan perbaikan
serta peningkatan kualitas pelayanan (Puspita, 2018).
Pelayanan dapat diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang
menghasilkan waktu, tempat, bentuk dan kegunaan psikologi. Jasa
atau pelayanan juga merupakan kegiatan, proses dan interaksi serta
merupakan perubahan dalam kondisi orang atau sesuatu dalam
kepemilikan pelanggan. Keberadaan pelayanan pada rumah sakit
sangatlah penting, jika tidak ada pelayanan rumah sakit tidak akan
berjalan. Karena hakikatnya rumah sakit memiliki tugas untuk
memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat yang sedang sakit.
Pelayanan pada rumah sakit harus dilakukan dengan baik supaya
konsumen atau pasien akan merasa puas dan mendapakan hasil
yang baik. Pelayanan pada rumah sakit syariah tidak hanya sekedar
untuk memberikan hasil yang baik berupa kesembuhan pasien dan
kepuasan pasien saja, namun pelayanan ini harus memperhatikan
prinsip-prinsip syariah atau kaidah islam dalam pelayanan
kesehatan. Begitu juga dengan tindakan medis harus sesuai dengan
kaidah islam seperti pemeriksaan terhadap pasien harus sesuai
dengan jenis kelamin tenaga kesehatan, pemisahan ruangan bagi
pasien laki-laki dan perempuan untuk menghindari hal yang tidak
seharusnya terjadi, pemakaian hijab atau penutup kepala bagi
pasien perempuan. Seperti yang telah tercantum dalam fatwa DSN-
MUI No. 107/DSN-MUI/X/2016 bahwasanya dalam penyelenggaraan
rumah sakit yang menerapkan prinsip-prinsip syariah, pelayanannya

41
harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam fatwa, yaitu
sebagai berikut:
a) Rumah sakit wajib mengedepankan aspek keadilan, dan
kewajaran dalam membuat perhitungan biaya yang akan
dibebankan pada pasien.
b) Rumah sakit wajib memberikan pelayanan dan konsultasi spritual
keagamaan yang sesuai kebutauhan untuk kesembauhan pasien.
c) Pasien dan penanggung jawab pasien wajib mematuhi semua
peraturan dan prosedur yang berlaku di rumah sakit.
d) Rumah sakit, pasien dan penanggung jawab pasien wajib
mewujudkan akhlak karimah.
e) Rumah sakit wajib menghindarkan diri dari perbuatan maksiat,
risywah, zhulm dan hal-hal yang bertentangan dengan syariah.
f) Rumah sakit wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah.
g) Rumah sakit wajib memiliki panduan terkait tatacara ibadah yang
wajib dilakukan pasien muslim (antara lain terkait ketentuan tata
cara bersuci dan shalat bagi yang sakit).
h) Rumah sakit wajib memiliki panduan terkait standar kebersihan
rumah sakit.
3. Obat-obatan, Makanan, Minuman, Kosmetika dan Barang gunaan
Rumah Sakit Syariah
Obat merupakan bahan atau paduan bahan, termasuk produk
biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Makanan merupakan
barang yang dimaksudkan untuk dimakan atau diminum oleh
manusia, serta bahan yang digunakan dalam produksi makanan dan
minuman. Makanan yang baik untuk dikonsumsi antara lain semua
makanan yang baik-baik dan tidak menjijikan, semua makanan yang
tidak mendatangkan mudharat bagi tubuh seperti makanan empat
sehat lima sempurna, bangkai ikan dan belalang serta hati dan
limpa binatang yang halal, dan binatang ternak dan binatang yang
hiduo di laut. Untuk memenuhi asupan gizi dan obat sebagai
penyembuhan penyakit, maka pihak rumah sakit harus
memperhatikan dalam penggunaan bahan obat-obatan dan
makanan yang akan di konsumsi oleh pasien. Berdasarkan fatwa
DSN-MUI No. 107/DSN-MUI/X/2016 bahwasanya dalam
penyelenggaraan rumah sakit yang menerapkan prinsip-prinsip
syariah, penggunaan obat-obatan, makanan dan minuman,

42
kosmetik dan barang gunaan harus sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam fatwa. yaitu sebagai berikut :
a) Rumah sakit wajib menggunakan obat-obatan, makanan dan
minuman, kosmetika dan barang gunaan halal yang telah
mendapat sertifikast halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
b) Apabila obat yang digunakan belum mendapat sertifikat halal dari
MUI, maka boleh menggunakan obat yang tidak mengandung
unsur yang haram.
c) Dalam kondisi terpaksa (dharurat), penggunaan obat yang
mengandung unsur yang haram wajib melakukan prosedur
informed consent (persetujuan tindakan medis atau persetujuan
yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah
mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan medis
yang akan dilakukan terhadap pasien).
4. Penempatan, Penggunaan dan Pengembangan Dana Rumah Sakit
Syariah
Pengelolaan dana suatu lembaga perlu diketahui bagaimana
mekanisme dana tersebut diolah, bagaimana penempatannya,
penggunaan dan pengembangan dananya. Untuk itu pada rumah
sakit syariah pengelolaan dana rumah sakit telah ditentukan dalam
sebuah fatwa untuk menghindari hal-hal mendatangkan kerugian.
Berdasarkan fatwa DSN-MUI No. 107/DSN-MUI/X/2016 bahwasanya
dalam penyelenggaraan rumah sakit yang menerapkan prinsip-
prinsip syariah, penempatan, penggunaan dan pengembangan dana
rumah sakit harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
fatwa, yaitu sebagai berikut:
a) Rumah sakit wajib menggunakan jasa Lembaga Keuangan
Syariah dalam upaya penyelenggaraan rumah sakit, baik bank,
asuransi, lembaga pembiayaan, lembaga penjaminan, maupun
dana pensiun.
b) Rumah sakit wajib mengelola portofolio dana dan jenis-jenis
asset lainnya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
c) Rumah sakit tidak boleh mengembangkan dana pada kegiatan
usaha dan atau transaksi keuangan yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip syariah.
d) Rumah sakit wajib memiliki panduan pengelolaan dana zakat,
infaq, sedekah, dan wakaf.
5. Pelayanan Kesehatan Islami terhadap Pemberdayaan dalam
Pengobatan.

43
Dari hasil penelitian tentang aspek pelayanan kesehatan Islami
terhadap pemberdayaan dalam pengobatan di rumah sakit islam
berbasis syariah yaitu:
a) Rumah sakit islam tidak menarik uang muka pelayanan
b) Pada awal pendaftaran pasien, petugas memberikan penjelasan
tentang besaran tarif kamar dan tarif-tarif pelayanan lainnya
kepada keluarga pasien.
c) Bila diperlukan tindakan operasi atau pembedahan, pasien atau
keluarga pasien dimintai persetujuannya dengan menandatangani
blangko persetujuan yang dikenal dengan istilah inform concern
d) Bila pasien atau keluarganya tidak dapat memenuhi
kewajibannya
kepada rumah sakit berupa membayar penuh biaya pengobatan,
maka sikap yang ditempuh petugas rumah sakit adalah persuasif.
Rumah sakit islam tidak pernah berbuat kasar kepada pasien atau
keluarga pasien yang masih memiliki tanggungan hutang ke
rumah sakit dengan menyita barang-barang berharga milik
pribadi pasien atau keluarganya.
e) Rumah sakit memberikan kelonggaran dengan membuka diri
untuk menerima pengajuan permohonan keringanan beaya
pengobatan.
f) Tarif pelayanan yang ditetapkan di rumah sakit masih dalam
kategori wajar, tidak melampaui dari tarif rumah sakit swasta
yang lainnya
6. Pelayanan Kesehatan Islami dalam Administrasi Pengelolaan Data
Pasien
Pengelolaan data pasien di rumah sakit, dikelompokkan dalam
dua bagian yaitu pengelolaan data pasien yang berkaitan dengan
rekam medis dan pengelolaan data pasien yang berkaitan dengan
pemberdayaan. Kedua jenis pelayanan pengelolaan data diatas,
masing-masing ditangani oleh unit kerja khusus dan dengan sistem
kerja yang khusus pula. Dalam pengelolaan data pasien, tidaklah
membuat standar pengelolaan berdasarkan asumsi dan penilaian
sendiri, tetapi mendasarkan sistem pengelolaannya pada standar
akreditasi Kementerian Kesehatan. Hal ini mengingat kompleksitas
cakupan data pasien yang perlu dikelola dan adanya kebutuhan
standarisasi pengelolaan data pasien yang berlaku secara nasional.
Sehingga model pengelolaan data pasien seluruh rumah sakit yang
ada di Indonesia, semuanya mengacu pada model dan sistem
pengelolalaan yang sama. Untuk mewujudkan pelaksanaan
penyimpanan data rekam medis pasien tersebut, telah memiliki

44
ruangan khusus penyimpanan dalam ukuran yang mencukupi untuk
menampung seluruh data rekam medis pasien.
7. Pelayanan Kesehatan Islami dalam Lingkungan Fisik
Untuk menangani urusan kesehatan lingkungan fisik
manajemen rumah sakit islam telah membentuk suatu unit kerja
yang dinamakan sub bagian pelayanan sanitasi dan infeksi
nosokomial (INOS). Tugas utama unit kerja ini meliputi :
pengelolaan kebersihan air bersih dan air limbah, pengelolaan
kebersihan ruang dan bangunan, sterilisasi ruang, pengelolaan
sampah, pengendalian vektor dan binatang pengganggu, dan
pengawasan kebersihan lingkungan. Dengan bidang tugas yang
sedemikian luas tersebut, menjadikan pekerjaan pengelolaan
kesehatan lingkungan fisik akan tetapi tidak dapat ditangani
sepenuhnya oleh unit sanitasi dan infeksi nosokomial (INOS) saja.
Maka manajemen dari rumah sakit islam menjalin kerjasama
operasional dengan sub bagian cleaning service yang dikelola oleh
perusahaan lain yaitu dibawah manajemen Koperasi Karyawan
(Kopkar) Rumah sakit untuk melaksanakan tugas membersihkan
ruangan dan lingkungan sekitar rumah sakit. Pengelolaan
lingkungan fisik Rumah sakit tidak hanya berkaitan dengan
pengendalian kuman dan bakteri saja, akan tetapi juga berkaitan
denganpengelolaan masalah najis dan sarana untuk menghilangkan
najis ataumensucikannya.Terdapat 13 hal yang perlu mendapatkan
perhatian dari para pengelola rumah sakit yaitu pakaian, tubuh,
makanan, minuman, tempat makanan, tanah ghirfah, tanah jalanan,
menimba air tenang yang digunakan untuk minum, untuk mandi,
untuk wudlu, air sumur, air sungai, air dari mata air (Ahmad Syauqi
Al Fanjari (terj.), 1999:10), untuk dikelola Terhadap hal yang
menjadi kepentingan (hajat hidup) orang banyak tersebut telah
diupayakan dengan berbagai macam cara , yaitu :
a) Pakaian yang terkena kotoran najis, sebelum dicuci direndam
terlebih dahulu dengan disinfektan, baru dicuci.
b) Distribusi linen bersih dipisahkan jalur penerimaannya dengan
linen kotor yang masuk ke bagian loundry. Itu salah satu cara
mencegah terjadinya penularan atau terkontaminasinya lagi linen
yang telah bersih dan akan dikirim ke bangsal-bangsal perawatan
dengan bakteri-bakteri atau virus-virus yang kemungkinan bisa
menular lagi ke tubuh pasien.
c) Untuk makanan dan minuman, setiap sebulan sekali dilakukan
inspeksi mendadak (sidak) ke bagian gizi untuk mengevaluasi
bagaimana pengelolaan makanannya, penyimpanannya,

45
peracikannya sampai penyajiannya. Dan dalam kurun waktu
setiap 6 bulan dilakukan pengujian mikrobiologinya.
d) Untuk tempat makanan sebelum dicuci direndam terlebih dahulu
dengan disinfektan dengan salah satunya direndam kaporit, baru
dibilas dengan air panas. Hal ini untuk sterilisasi tempat makanan
dan menghindarkan tempat makanan dari mikroorganisme. Untuk
air bersih, setiap 3 bulan sekali dilakukan pemeriksaan di
laboratorium.
e) Untuk pengelolaan limbah, dilakukan dalam Instalasi Pengolahan
Limbah (IPAL) yang distandarisasi Kementerian Kesehatan dan
ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup. Untuk masalah
sampah medis dan non medis, ada pemisahan wadah dan
pengangkutannya, agar tidak terjadi pencemaran lingkungan.
f) Untuk pengelolaan kebersihan ruangan dan lingkungan sekitar
bangsal keperawatan dilakukan sub bagian cleaning service untuk
mengusahakan terwujudnya lingkungan rumah sakit yang bersih
dan bebas dari najis yang didalamnya mengandung unsur-unsur
pencemaran kuman atau bakteri. Untuk menguji aplikasi
pengelolaan lingkungan fisik

BAB III
EXERCISE (SOAL BERDASARKAN TUJUAN PEMBELAJARAN)

1. Seorang perawat dalam memberikan pelayanan hendaknya dengan


segenap kemampuan, tidak meminta dan mengharapkan
pujian/imbalan, serta menjaga privasi klien. Contoh akhlak apa yang
diterapkan perawat tersebut ?
a. Ikhlas
b. Ramah
c. Istiqomah
d. Sabar
e. Profesional
2. Pasien A meminta bantuan perawat B untuk mengajarkan tata cara
salat ketika sakit. Pasien A merupakan pasien dengan diagnosa
penyakit asma. Pasien tersebut mengatakan bahwa dirinya tidak
mampu melakukan salat dengan cara berdiri. Apa yang harus
dianjurkan perawat C ?
a. Menganjurkan pasien untuk salat berdiri

46
b. Menganjurkan pasien untuk salat duduk
c. Menganjurkan pasien untuk salat jongkok
d. Menganjurkan pasien untuk salat miring
e. Menganjurkan pasien untuk tidak usah salat
3. Pelayanan keperawatan sebagai bentuk ibadah berdasarkan Al-
Qur’an dan Hadis untuk mencari Ridho Allah swt., dengan
karakteristik profesional ramah, amanah, istiqomah, sabar dan
ikhlas merupakan pengertian dari ?
a. Kebutuhan Spiritual
b. Pelayanan keperawatan
c. Profesional
d. Karakteristik keperawatan Islami
e. Keperawatan Islami
4. Perawat I menganjurkan pasien R untuk melakukan kombinasi
pengobatan dengan terapi doa. Sebelum menganjurkan pasien
untuk melakukan pengobatan tersebut perawat I terlebih dahulu
harus memperhatikan ?
a. Keyakinan pasien kepada Allah swt. yang maha
menyembuhkan
b. Memastikan obat yang digunakan baik
c. Memastikan pasien mengetahui pengobatan
d. Terapi yang digunakan tidak membawa mudharat
e. Menganjurkan pasien untuk yakin berhasil
5. Keperawatan Islami mengajarkan bekerja dengan sunguh- sunguh,
konsisten, komitmen tinggi, bekerja keras, ulet, tidak mengenal
lelah, yang sesuai dengan salah satu sifat Rasulullah saw. tercermin
dalam surah ?
a. Qs An Nisa 58
b. Qs Al A’raf 31
c. Qs Al ahqaf 13-14
d. Qs Al Bayyinah 5
e. Qs Al A’raf 13-14
6. Perawat S menjumpai pasien L sedang mengalami sakaratul maut.
Sebagai orang yang paling dipercaya keluarga perawat S harus
melakukan ?
a. Membasuh kerongkongan pasien dengan air yang sudah
didoakan
b. Membimbing pasien untuk mengucapkan kalimat tauhid
c. Menganjurkan keluarga untuk tidak panik
d. Menganjurkan pasien relaksasi
e. Menganjurkan pasien untuk salat taubat

47
7. Dalam islam dianjurkan untuk mengikuti pola pengobatan Rasulullah
saw. yaitu terapi bekam yang artinya ?
a. Menampung darah kotor dalam gelas/cup
b. Mendengarkan gelombang suara melalui lantunan ayat suci
c. Merujuk pada anjuran dokter
d. Pengeluaran darah kotor ke dalam wadah yang telah disediakan
e. Penghisapan kulit, penyayatan dan pengeluaran darah
dari permukaan kulit yang kemudian ditampung dalam
gelas/cup
8. Perawat I diamanahkan merawat 5 pasien. Terdapat satu pasien
dengan Ca pada humerusnya yang membuatnya tidak mampu
melakukan kegiatan bersuci dengan air, apabila terkena air maka
akan memperburuk keadaannya. Apakah yang harus dilakukan
perawat I terhadap pasien tersebut agar tetap bisa melaksanakan
ibadahnya ?
a. Menganjurkan pasien untuk bersuci dengan air secara perlahan
b. Menganjurkan pasien bersuci dengan air mengalir
c. Menganjurkan pasien untuk melakukan tayamum
d. Menganjurkan pasien untuk bersuci dengan niat
e. Menganjurkan pasien untuk bersuci dengan air hangat
9. Manfaat terapi murottal dibawah ini, kecuali ?
a. Menjaga keamanan pasien
b. Memberikan rasa rileks
c. Meningkatkan rasa rileks
d. Memberikan perubahan fisiologis
e. Menurunkan kecemasan
10. Seorang perawat muslim dituntut untuk amanah dan
menyimpan rahasia pasien dalam memberikan pelayanan terhadap
pasien. Hal tersebut merupakan akhlak terpuji yang terdapat
penjelasannya dalam Quran surah ?
a. Qs An Nisa 50
b. Qs Al A’raf 31
c. Qs Al ahqaf 13
d. Qs Al Bayyinah 5
e. Qs An Nisa 58

48
BAB IV
KESIMPULAN
Makna menerima takdir ternyata mampu mengarahkan manusia
untuk pasrah terhadap segala ikhtiar yang dilakukan terutama dalam
menjalani pengobatan. Pasien yang menerima takdir akan dengan
senang hati menjalankan semua anjuran dokter untuk kesembuhan
penyakitnya, tanpa lupa berdoa dan menyerahkan hasil ikhtiarnya kepada
Allah swt. Jika berbagai upaya yang dilakukan berhasil, maka munculah
kesyukuran yang luar biasa atas kekuasaan Allah swt. Namun jika
takdirnya mengantarkan pada usaha pengobatan atas penyakitnya tidak
berhasil maksimal, maka mereka tetap tenang tidak stress atau frustasi.
Karena adanya kesadaran penuh bahwa apa yang terjadi adalah
ketetapan Allah. Manusia diwajibkan berikhtiar maksimal untuk mencapai
termasuk pasien melakukan ikhtiar maksimal berobat, kemudian ikhtiar
tersebut harus diimbangi dengan tawakal. Kepasrahan diri kepada Allah
swt. atas usaha yang dilakukan dan bersenang hati terhadap segala
takdirnya disanalah makna tawakal yang sebenarnya. Pasien menyadari

49
bahwa takdir adalah hak prerogatif Allah swt. yang tidak bisa diganggu
gugat oleh seorang hamba. Dengan demikian makna menerima takdir
didalamnya memberi ruang adanya keseimbangan antara ikhtiar dan
tawakal yang dilakukan manusia.

DAFTAR PUSTAKA

El-Noor Abu. 2018. “Importance Of Spritual Care Of Cardiac Patient Admitted


To Coronay Care Units In The Gaza Strip Patient Participant.” Holist Ners
32(2) 104-.
PPNI. 2012. Undang-Undang Keperawatan. Naskah Akedemik.
Talibu, Norman Alfiat dkk. 2019. “Penerapan Bentuk Perilaku Islami Terhadap
Kemampuan Perawat Mengimplementasi Asuhan Keperawatan Islami Di
Ruang Rawat Inap.” Volume 01
Murtiningsih, dan zaly Nedra Wati. 2018. “Penilaian Mahasiswa Terhadap
PemebelajaranMata Kuliah Keperawatan Islami Di Stikes Jogyakarta Pkp DKI
Jakarta.” Volume 6 No.1
Farida. 2011. “Effective Leadership and Work Motivation In The Aplication
Nursing Therepeutik Communacating.” Journal Ners 6(1), 31-4.

50
Hadiyanti, Ema. 2015. “Representasi Nilai-Nilai Islam Dalam Pelayanan
Kesehatan (Studi Terhadap Husnu Khotimah Care Bagi Pasien Rawat Inap Di
RS Nur Hidayah Bantul Yogyakarta).”
Sagiran. 2013. “Bimbingan Teknis Pelayanan Psikospritual Bagi Pasien
Terminal . Makalah Workshop Bintek Bimrohis RSI Sultan Agung Semarang.”
Sudalhar. 2011. Keperawatan Islami. Jawa Timur: CV. Duta Ilmu Indonesia.
Saputra, dan Abdul Hamid. 2020. “Rufaida Al-Islamiyah Perawat Pertama Di
Dunia Islam (Abad 6-7 M).” Volume 4
Hidayanti, Ema. 2017. “Nilai-Nilai Sufistik Dalam Pelayanan Kesehatan: Studi
Terhadap Husnul Khatimah Care (Hu Care) Di Rumah Sakit Nur Hidayah
Bantul Yogyakarta.”
Rahmat. 2017. “Implementasi Keperawatan Islami Perawat Pelaksana
Terhadap Pasien Safety Di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.” Jurnal
Ilmu Kesehatan Bakti Husada Volume 09.
Sutoyo, Anwar. 2009. Bimbingan Dan Konseling Islam (Teori Dan Praktek) .
Semarang: Widya Karya.
Hawati, Dadang. 2008. Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: Dhana Bakti Primayasa.
Hasan, Aliah B Purwakania. Psikologi Kesehatan Islami. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

51

Anda mungkin juga menyukai