Respirasi tumbuhan
Makalah Fisiologi Tumbuhan tentang Respirasi tumbuhan
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Respirasi
Respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan energi.
Respirasi dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan maupun sel
hewan dan manusia. Respirasi dilakukan baik pada siang maupun malam hari.
Sebagaimana kita ketahui dalam semua aktivitas makhluk hidup memerlukan energy
begitu juga dengan tumbuhan. Respirasi terjadi pada seluruh bagian tubuh
tumbuhan, pada tumbuhan tingkat tinggirespirasi terjadi baik pada akar, batang
maupun daun dan secara kimia pada respirasi aerobic pada karbohidrat (glukosa)
adalah kebalikan fotosintesis. Pada respirasi pembakaran glukosa oleh oksigen
akan menghasilkan energy karena semua bagian tumbuhan tersusun atas jaringan
dan jaringan tersusun atas sel, maka respirasi terjadi pada sel (Campbell, 2002).
Tumbuhan hijau bernapas dengan mengambil oksigen dari lingkungan, tidak semua
tumbuhan bernapas dengan menggunkan oksigen.Tumbuhan tak berklorofil
benapas tanpa memerlukan oksigen. Tujuan proses pernapasan, yaitu untuk
memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pelepasan energi. Tumbuhan
yang bernapas secara anaeraob mendapatkan energy dengan cara menguraikan
bahan – bahan tertentu dimana mereka hidup. Dalam proses pernapasan aerob /
anaerab.akan dihasilkan gas karbondioksida dan uap air. Gas dan uap air tersebut
dikeluarkan dari tubuh. Oksigen diperlukan dan karbondioksida yang dihasilkan
masuk dan keluar dari tubuh secara difusi. Gas – gas tersebut masuk dan keluar
melalui stomata yang ada pada permukaan daun dan inti sel yang ditemukan pada
kulit batang pegangan. Akar yang berada dalam tanah juga dapat melakukan proses
keluar masuknya gas. Tumbuhan yang hidup di daerah rawa/berlumpur mempunyai
akar yang mencuat keluar dari tanah. Akar ini disebut akar napas. Kandungan
katalis disebut juga enzim, enzim sangat penting untuk siklus reaksi respirasi
(sebaik-baiknya proses respirasi ). Beberapa reaksi kimia membolehkan mencampur
dengan fungsi dari enzim atau mengkombinasikan sisi aktifnya. Penggunaan ini
akan dapat dilihat hasilnya pada inhibitor dari aktivitas enzim (Kimball, 1983).
f. Persediaan air
Jika kadar air sedikit maka respirasi kecil. Jika biji (direndam air) maka respirasi
menjadi lebih giat. Pada daun yang layu maka respirasi lebih giat ++ gula (timbunan
tepung/KH)
g. Cahaya
Cahaya fotosintesis + substrat repirasi. Cahaya menambah panas , panas
menambah kegiatan respirasi.
BACA JUGA
b. Dekarboksilasi Oksidatif
Senyawa hasil glikolisis akan masuk ke tahapan dekarboksilasi oksidatif, yaitu
tahapan pembentukan CO2 melalui reaksi oksidasi reduksi (redoks) dengan O2
sebagai penerima elektronnya. Dekarboksilasi oksidatif ini terjadi di dalam
mitokondria sebelum masuk ke dalam siklus krebs. Oleh karena itu tahapan ini
disebut sebagai tahapan lanjutan antara glikolis dengan siklus krebs. Pada tahapan
ini asam piruvat hasil glikolisisdari sitosol diubah menjadi asetil KoA di dalam
mitokondria. Pada tahap 1 molekul piruvat melepaskan elektron (oksidasi)
membentuk CO2 (piruvat pecah menjadi CO2 dan molekul berkarbon 2). Pada tahap
2, NAD+ direduksi (menerima elektron menjadi NADH + H+. Pada tahap 3 molekul
berkarbon 2 di dioksidasi dan mengikat KoA sehingga terbentuk asetil KoA. Hasil
akhir tahapan ini adalah asetik KoA, CO2 dan 2NADH.
c. Siklus krebs
Nama siklus ini berasal dari orang yang menemukan secara rinci tahap ketiga
respirasi aerob ini, yaitu Hans Krebs (tahun 1930-an). Siklus ini disebut juga siklus
asam sitrat.
Tahap awal siklus kreb adalah 2 molekul asam piruvat yang dibentuk pada glikolisis
meninggalkan sitoplasma dan memasuki mitokondria. Siklus kreb terjadi di dalam
mitokondria. Selama reaksi tersebut dilepaskan 3 molekul karbon dioksida, 4 NADH,
1 FADH2 dan 1 ATP. Reaksi ini terjadi 2 kali karena pada glikolisis, glukosa di pecah
menjadi 2 molekul asam piruvat. Jadi siklus krebs menghasilkan 8 NADH, 2 FADH2
DAN 2 ATP.
d. Transport Elektron
Transport elektron terjadi di membran dalam mitokondria. Pelepasan atom H pada
waktu glikolisis, dan siklus Kreb’s jika tdak ditangkap oleh NAD atau FAD akan
menyebabkan peningkatan ion H di bagian dalam sel dan akan menyebabkan sel
keracunan. NAD ataupun FAD bisa berikatan dengan atom H adalah karena sifat
dari kedua molekul tersebut (NAD/FAD) bersifat sebagai oksidator yang kuat
sehingga sangat mudah untuk berikatan dengan H.
Selanjutnya NAD atau FAD harus tetap tersedia di dalam sel sebagai oksidator, oleh
karenanya NAD/FAD yang sudah berikatan dengan atom H menjadi bentuk
NADH/FADH harus segera melepas/membuang ion H tersebut. NADH atau FADH
akan melepaskan atom H sebagai elektron pada suatu sistem yang disebut Sistem
Trasnport Elektron.
Alasan harus digunakan Sistem Transport Elektron adalah karena sistem ini akan
melepas energi yang besar secara bertahap. Jika atom H langsung dilepaskan dari
NAD/FAD dan diterima oleh oksigen tanpa melalui Sistem Transport Elektron maka
akan terjadi ledakan energi di dalam sel. oleh karenanya agar tidak terjadi ledakan
dilepaskanlah energi itu perlahan-lahan dalam sistem ini.
ATP dapat dibentuk pada waktu elektron dipindahkan dari NADH dan FADH2 ke O2
adalah karena ada pembebasan energi yang cukup besar untuk menyatukan 1
gugus phosphat dengan 1 molekul ADP antara senyawa penerima elektron sebelum
dan sesudahnya.
Q-cytochrome c oxidoreductase iii. Q-sitokrom c oksidoreduktase juga dikenal
dengan, kompleks sitokrom bc1, atau kompleks III. setiap kompleks mengandung 11
subunit protein , sebuah[2Fe-2S] klaster besi-sulfur dan 3 cytochromes: 1
cytochrome c1 and 2 bcytochromes.[35] Sitokrom adalah semacam protein yang
bisa mentransfer elektron yang mengandung sekurang-kurangnya gugus heme.
atom besi yang terdapat pada kompleks III memberikan bentuk alternatif antara
ferro yang tereduksi dan feri yang teroksidasi karena elektron yang ditranser
sepanjang membran.
Reaksi yang dikatalisis oleh kompleks III adalah mengoksidasi satu molekul
ubikuinol dan mereduksi 2 molekul sitokrom c., Sebuah protein heme kehilangan
hubungan dengan mitokondria. Tidak sperti koenzim Q, yang membawa 2 elektron,
sitokrom c hanya memwabawa 1 elektron saja.
Karena hanya bisa mengangkut satu elektron saja dari OH2 ke sitokrom c dalam
sekali waktu makaharus terjadi dalam 2 tahap yang disebut siklus Q. Kemudian
karena koenzim Q tereduksi menjadi ubikuinol pada sisi dalam membran dan
teroksidasi menjadi bentuk ubikuinon di bagian luar, pengeluaran proton terjadi lagi
sehingga menambahkan kekuatan gradient proton.
Berikut ini adalah komponen –komponen yang terlibat dalam sistem transport
elektron :
1. NAD+ dan NADH
Nicotinamide Adenine Dinucleotide, dibentuk oleh penambahan inti Hidrogen dan
dua elektron hydride ion ke NAD+. Cincin Nicotinamide akan kurang stabil saat
menerima ion hidrida, akibatnya elektron ion hidrida dari NADH dapat dengan
mudah ditransfer.
2. Protein Fe-S(Besi Sulfur)
Berikatan dengan flavoprotein (metaflavoprotein) dan dengan sitokrom b
3. Ubiquinone/Coenzyme Q
Terdapat dalam mitokondria dalam bentuk kuinon teroksidasi (aerob) dan kuinol
tereduksi (anaerob), merupakan unsure pembentuk lipida, rumus bangun mirip
vitamin K dan E, menyerupai plastokuinon (pada kloroplas), rantai samping
poliisosprenoid, pengumpul ekivalen pereduksi dari suksinat kolinn, gliserol-3-fosfat,
sarkosin, dimetilglisin, asilkoa, yang berikatan langsung dengan rantai respirasi
lewat enzim (Flavoprotein dehidrogenase), menerima aliran ekivalen pereduksi dari
NADH Dehidrogenase, mengalirkan elektron melewati rangkaian sitokrom menuju
molekul Oksigen.
4. sitokrom c oksidase (kompleks IV)
.Complex IV: cytochrome c oxidase. Cytochrome c oxidase, dikenal juga sebagai
kompleks IV, merupakan kompleks protein yang terakhir dalam STE. mengandung
13 subunits protein, 2 gugus heme, 3 atoms ion metal yaitu 1 copper, 1 magnesium
and 1 zinc.
Enzim ini berfungsi mentransfer elektron ke oksigen, sementara memompa proton
melewati membran sehingga berkontribusi dalam menciptkan gradien proton.
Oksigen sebagai aseptor elektron terakhir akan direduksi menjadi air pada tahap ini.
reaksinya yaitu mengkatalisis oksidasi sitokrom c dan reduksi oksigen.Inter
membrane dehidrogenase, menerima aliran ekivalen pereduksi dari NADH
Dehidrogenase, mengalirkan elektron melewati rangkaian sitokrom menuju molekul
Oksigen.
2. Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob merupakan respirasi yang tidak membutuhkan oksigen bebas
sebagai penerima elektron akhir pada saat pembentukan ATP. Respirasi anaerob
juga memerlukan glukosa sebagai substrat. Respirasi anaerob merupakan proses
fermentasi.
Beberapa organism yang melakukan fermentasi diantaranya adalah bakteri dan
protista yang hidup di rawa, lumpur, makanan yang diawetkan atau tempat-tempat
lain yang tidak mengandung oksigen. Beberapa organisme dapat menggunaka
oksigen untuk respirasi tetapi juga melakuka fermentasi. Organisme ini melakukan
fermentasi jika lingkungannya miskin oksigen. Sel-sel otot juga dapat melakukan
fermentasi jika sel-sel otot kekuranga oksigen. Contoh fermentasi adalah fermentasi
alcohol dan fermentasi asam laktat.
Fermentasi alcohol dilakukan oleh jamur ragi secara anaerob. Sebagai substrat
fermentasi adalah asam piruvat. Molekul asam piruvat di fermentasi menjadi asetal
dehid. NADH memberikan elektron dan hydrogen kepada asetal dehid, sehingga
terbentuk produk akhir alcohol, yaitu etanol. Pada fermentasi ini dihasilkan 2 ATP.
Fermentasi asam laktat terjadi pada otot manusia saat melakukan kerja keras dan
persediaan oksigen kurang mencukupi. Pada fermentasi asam laktat, molekul asam
piruvat hasil glikolisis menerima elektron dan hydrogen dari NADH. Transfer elektron
dan hydrogen menghasilkan NAD+ kembal. Pada saat yang sama, asam piruvat
diubah menjadi asam laktat menghasilkan 2 ATP. Kerja otot terus-menerus akan
menimbulkan asam laktat dalam jumlah besar. Penimbunan asam laktat pada otot
menyebabkan elastisitas otot menjadi berkurang dan menimbulkan gejala kram dan
kelelahan.
2.3 Perbedaan Respirasi Aerob dengan Respirasi Anaerob
a. Respirasi Aerob
Secara sederhana, respirasi yang satu ini diartikan sebagai sebuah reaksi
katabolisme yang memerlukan suasana aerobic dengan demikian dalam prosesnya
keberadaan oksigen sangat dibutuhkan. Hasil dari reaksi ini adalah energi dengan
jumlah yang besar. Energi tersebut disimpan dalam bentuk energi kimiawi yang
dikenal dengan kode ATP. Energi ATP ini akan digunakan oleh sel di dalam tubuh
makhluk hidup untuk menunjang beberapa hal seperti pertumbuhan, gerak,
transportasi, reproduksi dan kegiatan lainnya. Secara sederhana, rumus yang
menggambarkan respirasi aerob adalah C6H12 + 6O2 = 6CO2 + 6H20.
Respirasi aerob ini dibagi ke dalam 3 tahapan, yang secara berturut-turut mencakup:
1) Glikolisis, yakni proses pemecahan molekul c6 atau glukosa menjadi senyawa
bernama asam piruvat atau dikenal dengan rumus kimia C3.
2) Siklus krebs, yakni reaksi CoA atau molekul asetil yang akan menghasilkan
oksalosetat dan juga asam sitrat.
3) Transpor electron, yakni reaksi reduksi atau oksidasi NADH2 dan molekul FADH2
yang pada akhirnya menghasilkan H2O juga energi berupa ATP.
b. Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob merupakan pernapasan yang tidak memerlukan oksigen atau
O2. Respirasi yang satu ini terjadi pada bagian sitoplasma dan tujuannya untuk
mengurai senyawa organik. Tidak seperti respirasi aerob, respirasi anaerob hanya
menghasilkan sejumlah energi yang jauh lebih kecil yakni 2 ATP. Proses respirasi
anaerob ini bisa dijumpai pada reaksi fermentasi juga pernapasan intra-molekul. Jika
pada reaksi aerob, terdapat pembebasan CO2 juga H2O secara sempurna, maka
pada respirasi anaerob glukosa dipecah secara tidak sempurna menjadi komponen
H2O dan juga CO2.
Pada respirasi anaerob ini pula , hodrogen bergabung bersama sejumlah komponen
yakni asam piruvat, asetaldehida yang kemudian membentuk asam laktat juga
etanol. Sementara itu pada respirasi aerob, hydrogen yang dibebaskan justru akan
bergabung bersama dengan 02 dan pada akhirnya membentuk H2O . Jika didata
secara detil, maka perbedaan respirasi aerob dan anaerob bisa dilihat pada list
berikut:
1) Respirasi Aerob: Memerlukan oksigen, prosesnya terjadi di dalam matriks
mitokondria, respirasi ini bertujuan untuk memecah senyawa organik ke an-organik,
menghasilkan energi dalam jumlah yang besar yakni 36 ATP.
2) Respirasi Anaerob: tidak memerlukan kehadiran oksigen dalam prosesnya,
berlangsung di dalam sitoplasma, tujuannya untuk mengurai senyawa organik, hasil
akhirnya berupa energi tapi dalam jumlah yang sedikit yakni 2 ATP.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan energi.
Respirasi dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan maupun sel
hewan dan manusia. Respirasi dilakukan baik pada siang maupun malam hari.
Berdasarkan ada tidaknya oksigen bebas, respirasi dibagi manjadi dua yaitu,
respirasi aerob dan anaerob. Glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs dan
transport elektron merupakan tahapan dari respirasi aerob, sedangkan fermentasi
merupakan tahap dari respirasi anerob.
3.2 Saran
Sebagai generasi penerus sebaiknya kita bias menjaga kelestarian lingkungan,
karena segala keistimewaan tumbuhan kita masih bisa menikmati indahnya
pepohonan dan menghirup udara yang segar.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kesalahan,
untuk itu diperlukan saran dan kritik yang membangun.