Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH

TEORI KOMUNIKASI 13F1


COORDINATED MANAGEMENT OF MEANING

DISUSUN OLEH :
DYNISYA CHANTIKA (18071087)
HILDA NURULITA (18071098)
RENI WAHYUNING TIAS (18071103)
TARAN SUCITA NUR FADILA (18071282)
WANDA PUTRI PANGESTU (18071063)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI DAN MULTIMEDIA
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2019
A. Pengertian Coordinated Management of Meaning

Manajemen makna keselarasan berteori bahwa komunikasi adalah sebuah proses


dimana orang memahami dunia mereka dan menghasilkan realitas sosial. Teori ini
pertama kali dikembangkan oleh Barnett Pearce dan Vernon Cronen di
penghujung tahun 1980an. Mereka berpendapat bahwa komunikasi adalah inti
untuk menjadi manusia dan orang menciptakan realitas percakapannya sendiri.
Menciptakan makna dalam interaksi dicapai dengan cara menerapkan berbagai
aturan berdasarkan isi komunikasi, tindakan yang dinyatakan, situasi, hubungan
antar komunikator, latar belakang individu, dan pola-pola budaya. Lebih lanjut
mereka menyatakan bahwa tujuan komunikasi tidak begitu penting bagi orang-
orang untuk mencapai kesepakatan namun bagi komunikator adalah penting untuk
mencapai tingkat koordinasi.

B. Sejarah Coordinated Management of Meaning

Teori manajemen koordinasi makna dikembangkan oleh Bernett Pearce dan


Vernon Cronen pada tahun 1980. Berdasarkan teori manajemen koordinasi
makna, dua orang yang berinteraksi secara sosial akan membentuk makna dalam
percakapan yang mereka lakukan. Setiap individu juga terdiri dari sebuah sistem
interpersonal yang membantu menjelaskan aksi dan reaksi mereka. Teori
manajemen koordinasi makna berkaitan dengan beberapa teori lain seperti teori
speech act, teori interaksi simbolik, dan teori sistem.

Teori tindak tutur (speech act) – teori yang menyatakan bahwa makna sebuah
percakapan tidak terbatas pada makna kata-kata. Kata-kata dapat menambah
makna baru bergantung pada situasi dan bagaimana kata-kata digunakan. Bahasa
sebagai alat komunikasi adalah sebuah tindakan lebih dari sekedar berbagi
informasi.

Teori interaksi simbolik – teori atau perspektif yang memiliki pengaruh dalam
sosiologi yang mengenalkan berbagai tindakan manusia yang dipandu oleh
bagaimana mereka menilai berbagai hal yang pada akhirnya dipengaruhi oleh
masyarakat mereka.

Teori sistem – sebuah studi lintas disiplin tentang berbagai fenomena organisasi.

C. Asumsi-asumsi

1. Manusia hidup dalam komunikasi (konstruksi sosial) : asumsi pertama teori


manajemen koordinasi makna ini adalah inti komunikasi. Karenanya manusia
hidup dalam komunikasi. Teori manajemen koordinasi makna menggambarkan
bagaimana kita berkomunikasi dalam upaya untuk memahami dunia atau untuk
menemukan makna. Komunikasi menciptakan dunia sosial di sekitarnya.
Menciptakan makna bergantung pada koherensi, koordinasi, dan misteri yang
dialami seseorang, baik secara sadar atau tidak sadar, sendiri atau dalam
kombinasi. Variabel ini membantu menentukan bagaimana kita menciptakan
realitas sosial melalui percakapan yang dilakukan.

2. Manusia saling menciptakan realitas sosial : kepercayaan bahwa orang-orang


saling menciptakan realitas sosial mereka dalam percakapan disebut sebagai
konstruksionisme social (social construction). Realitas social (social reality)
adalah keyakinan seseorang mengenai bagaimana makna dan tindakan sesuai atau
tepat dalam sebuah interaksi sosial.

3. Transaksi informasi tergantung kepada makna pribadi dan interpesonal : makna


pribadi adalah sebagai makna yang dicapai ketika seseorang berinterkasi dengan
yang lain sambil membawa pengalamannya yang unik ke dalam interaksi. Makna
pribadi membantu orang-orang dalam penemuan, maksdunya, hal ini tidak hanya
membuat kita mampu menemukan informasi tentang diri kita sendiri, melainkan
juga membantu kita dalam penemuan kita mengenai orang lain. Ketika dua orang
sepakat mengenai interpretasi satu sama lain, mereka dikatakan telah mencapai
makna interpersonal (interpersonal meaning).
D. Konsep Dasar Manajemen Makna Keselarasan

Dalam teori manajemen koordinasi makna terdapat beberapa konsep dasar yang
harus dipahami, yaitu manajemen, koordinasi, dan makna. Masing-masing konsep
dapat membantu menjelaskan bagaimana realitas sosial diciptakan melalui
percakapan.

1. Manajemen

Jenis-jenis interaksi sosial yang kita lakukan dengan orang lain dipandu atau
dibatasi oleh berbagai aturan. Para interaktan harus memahami realitas sosial dan
kemudian memasukkan peraturan saat mereka memutuskan bagaimana bertindak
dalam situasi yang diberikan. Dari penggunaan aturan, masing-masing individu
mengatur dan mengkoordinasikan makna dalam percakapan. Teori manajemen
koordinasi makna memandang percakapan sebagai serangkaian kejadian yang
saling terhubung dimana masing-masing individu mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh orang lain.

2. Koordinasi

Koordinasi merujuk pada tingkatan dimana setiap orang melihat bahwa tindakan
mereka telah disesuaikan menjadi beberapa urutan atau pola tindakan yang dapat
saling dimengerti. Jika dalam interaksi setiap orang dapat menyadari apa yang
mitra mereka katakan maka dapat dikatakan bahwa percakapan yang terjadi
berubah menjadi koordinasi.

Konsep koordinasi berkaitan dengan kenyataaan bahwa tindakan kita tidak berdiri
sendiri berkaitan dengan komunikasi. Kata-kata atau tindakan yang kita gunakan
selama percakapan bersama-sama memproduksi pola-pola yang dikenal sebagai
kisah kehidupan. Pola-pola ini mempengaruhi perilaku yang digunakan selama
interaksi sebagai jalan untuk melakukan kolaborasi. Jika sebuah interaksi gagal
untuk mencapai koordinasi atau mencapai koordinasi secara sebagian, maka jalan
keluar yang mungkin adalah bergerak ke tingkatan makna yang lain.
3. Makna

Kita telah pahami bersama bahwa makna dibentuk melalui proses interaksi sosial.
Dalam teori manajemen koordinasi makna, dijelaskan bahwa orang mengatur
makna secara hierarkis. Adapun hierarki pengaturan makna, yaitu :

 Isi
Dalam teori ini, maksud dari isi adalah terkait dengan data mentah dan
informasi yang dikatakan selama komunikasi. Maknanya, isi adalah kata-
kata yang digunakan untuk berkomunikasi. Tetapi perlu diketahui bahwa
isi sendiri tidaklah cukup untuk membentuk makna dalam komunikasi.
“aku mencintai kamu” menyiratkan informasi mengenai reaksi A ke B
 Tindak tutur
Dalam mendiskusikan level makna yang kedua ini, Pearce (1994)
mendeskripsikan tindak tutur (speech act) sebagai ”tindakan-tindakan yang
kita lakukan dengan cara berbicara, misalnya: bertanya, memberikan
pujian, atau mengancam. Tindak tutur bukanlah benda; tindak tutur adalah
konfigurasi dari logika makna dan tindakan dari percakapan, dan
konfigurasi ini dibangun bersama. Oleh karena itu, kita harus menyadari
bahwa dua orang saling menciptakan makna dari tindak tutur. “ Aku
mencintai kamu” fase ini menyampaikan lebih dari sekadar sebuah
pernyataan.
 Episode
Untuk menginterpretasikan tindak tutur, Pearce dan Cronen (1980)
membahas episode atau rutinitas komunikasi yang dimiliki awal,
pertengahan, dan akhir yang jelas. Dapat dikatakan bahwa episode
mendeskripsikan konteks di mana orang bertindak. Pada level ini, kita
mulai melihat pengaruh dari konteks terhadap makna. Dalam percakapan
yang koheren dibutuhkan sutau tingkat penandaan (punctuation) yang
terkoordinasi. Pearce (1976) berpendapat bahwa episode merupakan hal
yang tidak pasti karena para aktor dalam situasi sosial sering kali
mendapati diri mereka berada dalam episode-episode yang benar-benar
beragam. Ia juga melihat bahwa episode-episode sebenarnya didasarkan
oleh budaya, dimana orang-orang membawa harapan, yang dipengaruhi
oleh kebudayaan mereka, akan bagaimana suatu episode harus
dilaksanakan.
 Hubungan
Dimana dua orang menyadari potensi dan batasan mereka sebagai mitra
dalam sebuah hubungan. Hubungan dapat dikatakan seperti kontrak,
dimana terdapat tuntunan dalam berperilaku. Para teoritikus menggunakan
istilah keterlibatan untuk menggambarkan batasan dimana orang
mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari suatu sistem.
 Identitas
Teori ini berpendapat bahwa identitas kita terus diciptakan melalui proses
komunikasi, dan pada gilirannya citra diri kita menjadi konteks bagaimana
kita mengelola makna.
 Life Scripts (Naskah Kehidupan)
Kelompok-kelompok episode masa lalu atau masa kini yang menciptakan
suatu sistem makna yang dapat dikelola bersama dengan orang lain. Skrip
kehidupan bisa juga dikatakan sebagai pola episode, dalam skrip
kehidupan ini, sejarah hubungan dan interaksi setiap individu akan
mempengaruhi aturan dan pola interaksi. Skrip kehidupan dapat dikatakan
memiliki kesamaan dengan otobiografi masing-masing individu.

 Budaya
Pearce dan Cronen (1980) menyatakan bahwa manusia mengidentifikasi
diri mereka dengan kelompok tertentu dalam kebudayaan tertentu.

4. Aturan

Teori ini menyangkut maksud dan tindakan, dalam hal ini maksud dan aturan
dibentuk oleh aturan. Ada dua jenis aturan. Aturan pertama Constructive rules
adalah aturan untuk makna yang digunakan oleh pelaku komunikasi untuk
menfsirkan atau memahami sebuah peristiwa atau pesan. Aturan kedua regulative,
aturan untuk tindakan yang digunakan untuk menenukan bagaimana cara
menanggapi dan berperilakuan.

Teori ini membahas bagaimana percakapan ditata bedasarkan perilaku, bagaimana


bahasa membangun percakapan, serta bagaimana manusia menggunakan
peraturan dan pola yang ada secara sosial untuk memahami dan berpartisipasi
dalam percakapan.

E. Esensi Teori

Para pengguna teori ini menyebut diri mereka sebagai social constructionist
karena mereka berpegang pada asumsi bahwa lingkungan atau dunia sosial itu
bukanlah sesuatu yang ditemukan begitu saja melainkan sesuatu yang diciptakan,
dibangun, atau dikonstruksi. Asumsi tersebut mengawali bahasan teori ini, yaitu
bahwa persons-in-conversation co-construct their own social realities and are
simultaneously shaped by the worlds they created.

Beberapa prinsipnya :

1. The experience of persons-in-conversation is the primary social process of


human life. Keterlibatan seseorang dalam sebuah percakapan adalah proses utama
dalam kehidupan manusia. Pearce mengatakan bahwa konsep dasar ini
dimunculkan untuk menyikapi pendapat yang mengatakan bahwa
“communication as an odorless, colorless vehicle thought that is interesting or
important only when it is done poorly or breaks down.” Menurutnya, komunikasi
bukan sekedar aktivitas atau alat bagi seseorang untuk mencapai tujuannya,
sebaliknya komunikasilah yang membentuk siapa diri mereka dan menciptakan
hubungan (relationship) di antara mereka.

2. The way people communicate is often more important than the content of what
they say. Cara seseorang berkomunikasi sering lebih penting dari pada isi
pembicaraannya. Mood dan cara seseorang berkomunikasi memainkan peran yang
besar dalam proses konstruksi sosial. Terkait dengan hal ini, bahasa disebut
Pearce sebagai salah satu alat yang paling powerful yang pernah ditemukan dalam
penciptaan dunia sosial. Dengan menggunakan bahasa orang saling menyebut
orang lain sebagai rasis, gila, buas dan sebagainya. Dengan bahasa pula orang bisa
memilih untuk menyebut sebuah peristiwa sebagai sebuah tindak kejahatan atau
hanya sebagai sebuah insiden, sakit jiwa daripada gila, dan sebagainya.

3. The actions of persons-in-conversation are reflexively reproduced as the


interaction continuous. Reflexivity dipahami dalam artian bahwa setiap apa yang
kita lakukan akan berbalik dan mempengaruhi kita. Tindakan seseorang dalam
percakapan akan menentukan kelanjutan dari interaksi mereka. Pearce dan Cronen
adalah social ecologist yang mengingatkan kita pada dampak jangka panjang dari
praktek komunikasi yang kita lakukan.

4. As social constructionists, CMM researchers see themselves as curious


participants in a pluralistic world. Mereka penuh rasa ingin tahu karena mereka
memandang konyol jika mengharapkan kepastian ketika berhadapan dengan
tindakan individu di luar kehidupan mereka dalam kondisi yang selalu berubah.
Mereka adalah partisipan karena mencoba untuk secara aktif terlibat dalam apa
yang mereka teliti. Mereka hidup dalam dunia yang plural karena mereka
berasumsi bahwa orang menciptakan kebenaran ganda daripada sebuah kebenaran
tunggal.

Contoh kasus :

Pada siang hari yang terik A membeli ice cream, saat A menikmati ice creamnya
tiba-tiba B datang. Si A langsung menawarkan ice creamnya kepada B, responnya
B pun mencicipi satu sendok ice cream si A. Tidak berselang lama C datang, hal
yang sama dilakukan oleh A menawarkan ice creamnya. Namun, respon yang
diterima C berbeda, C malah mengambil 1 cup ice cream milik A.
Daftar Pustaka

https://pakarkomunikasi.com/teori-manajemen-koordinasi-makna

Ebooks Comunication Theory Em Griffin

Little, Stephen W & Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi, edisi 9. Jakarta:
Salemba Humanika

Anda mungkin juga menyukai