INTRANATAL
Disusun oleh:
SURASNO
NIM : 151490139250062
TAHUN 2015
A. DEFINISI
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Bandiyah, 2009, p.82).
Intensitas dan frekuensi kontraksi pada persalinan normal meningkat, tetapi tanpa
peningkatan tonus istirahat. Intensitas meningkat pada persalinan lanjut menjadi 60
mmHg dan frekuensi menjadi 2-4 kontraksi setiap menit. Durasi kontraksi juga
meningkat dari kira-kira 20 detik pada awal persalinan menjadi 40-90 detik pada akhir
kala pertama dan kala kedua (Llewellyn, 2001, p.68).
1. Teori Estrogen-Progesteron
Pada 1-2 minggu sebelum persalinan dimulai, terjadi penurunan kadar
hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-
otot polos rahim dan penurunan progesteron akan menyebabkan konstriksi
pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
2. Teori Oksitosin
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron menyebabkan oksitosin
yang dikeluarkan oleh hipofise part posterior dapat menimbulkan kontraksi
dalam bentuk Braxton Hicks.
3. Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenta.
4. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikal (Fleksus Frankenhauser). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul
kontraksi uterus.
5. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin yang dikeluarkan oleh desidua meningkat sejak
umur hamil 15 minggu. Prostaglandin dianggap dapat memicu persalinan,
semakin tua umur kehamilan maka konsentrasi prostaglandin makin meningkat
sehingga dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat
dikeluarkan.
6. Teori Hipotalhamus-Pituitari dan Glandula Suprarenal
Teori ini menunjukkan bahwa pada kehamilan dengan anensefalus sering
terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipothalamus dan
glandula suprarenal yang merupakan pemicu terjadinya persalinan.
7. Induksi Persalinan (Induction of Labour)
Partus yang ditimbulkan dengan jalan :
a. Memecahkan ketuban ( amniotomi)
Pemecahan ketuban akan mengurangi keregangan otot rahim sehingga
kontraksi segera dapat dimulai.
b. Induksi persalinan secara hormonal/kimiawi
Dengan pemberian oksitosin drip/prostaglandin dapat mengakibatkan
kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan.
c. Induksi persalinan dengan mekanis
Dengan menggunakan beberapa gagang laminaria yang dimasukkan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser.
d. Induksi persalinan dengan tindakan operasi
Dengan cara seksio caesaria.
D. MEKANISME PERSALINAN
Menurut Prawirohardjo (2008, p.310), pada minggu- minggu terakhir kehamilan,
segmen bawah lahir meluas untuk menerima kepala janin, terutama pada primipara.
Supaya janin dapat dilahirkan, janin harus beradaptasi dengan jalan lahir selama
proses penurunan. Putaran dan penyesuaian lain yang terjadi pada proses kelahiran
disebut mekanisme persalinan, yang terdiri dari :
1. Engagement
Apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul, kepala
dikatakan telah menancap (engaged) pada pintu atas panggul. Pada wanita
multipara hal ini terjadi sebelum persalinan aktif dimulai karena otot-otot
abdomen masih tegang, sehingga bagian presentasi terdorong ke dalam panggul.
2. Penurunan (decent)
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan
terjadi akibat tiga kekuatan, yaitu :
a. Tekanan dari cairan amnion
b. Tekanan langsung kontraksi fundus pada janin
c. Kontraksi diafragma dan otot-otot abdomen ibu pada tahap kedua
persalinan
3. Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul, atau
dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan ke arah
dada janin. Dengan fleksi, suboksipitobregmatika yang berdiameter lebih kecil
(9,5 cm) dapat masuk ke dalam pintu bawah panggul.
4. Putaran Paksi Dalam
Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika, tetapi
putaran ini belum selesai sampai bagian presentasi mencapai panggul bagian
bawah.
5. Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah anterior
oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah simfisis pubis,
kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi, pertama-tama oksiput, kemudian
wajah dan akhirnya dagu.
6. Restitusi dan putaran paksi luar
Setelah kepala lahir, bayi berputar hingga mencapai posisi yang sama dengan
saat ia memasuki pintu atas, gerakan ini dikenal sebagai restitusi. Putaran 450
membuat kepala janin kembali sejajar dengan punggung dan bahunya. Putaran
paksi luar terjadi saat bahu engaged dan turun dengan gerakan kepala.
7. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan
badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke arah simfisis pubis.
Ketika seluruh tubuh bayi keluar, persalinan bayi selesai. Ini merupakan akhir
tahap kedua persalinan.
E. ADAPTASI FISIOLOGIS PERSALINAN
1. Perubahan kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler wanita selama proses persalinan,
pada setiap kontraksi 400 ml darah akan dikeluarkan dari uterus dan masuk ke
sistem vaskuler ibu,hal ini akan meningkatkan curah jantung sekitar 10% sampai
15% pada tahap pertama persalinan dan sekitar 30% sampai 50% pada tahap
kedua persalinan,untuk mengantisipasi perubahan tekanan darah,ada beberpa
faktor yang mengubah tekanan darah ibu.Aliran darah yang menurun pada arteri
uterus akibat kontraksi dialirkan kembali ke pembuluh darah perifer,timbul tahana
perifer,tekanan darah meningkat dan frekwensi denyut nadi menurun.Pada
persalinan tahap pertama,kontraksi uterus meningkatkan tekanan sistolik 10
mmHg sedangkan pada tahap kedua sekitar 30 mmHg dan tekanan diastolik
sampai 25 mmHg.
2. Perubahan pernafasan
Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari
peningkatan frekuensi pernafasan,pada tahap kedua persalinan jika ibu tidak
diberi obat-obatan maka ia akan memakai oksigen hampir dua kali lipat.
3. Perubahan pada ginjal
Pada trimester kedua kandung kemih menjadi organ abdomen,apabila
terisi,kandung kemih akan teraba diatas simpisis pubis.Selama persalinan wanita
dapat mengalami kesulitan berkemih secara spontan akibat berbagai alasan :
edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi,perasaan tidak nyaman dan rasa
malu.
4. Perubahan integument
Adaptasi sistem integumen jelas terlihat khususnya pada daerah introitus
vagina,meskipun daerah itu dapat meregang namun dapat terjadi robekan-robekan
kecil pada kulit sekitar introitus vagina sekalipun tidak dilakukan episiotomi atau
tidak terjadi laserasi.
5. Perubahan musculoskeletal
Sistem ini mengalami stres selama persalinan,nyeri punggung dan nyeri
sendi terjadi sebagai akibat semakin renggangnya sendi pada masa aterm,proses
persalinan itu sendiri dan gerakan meluruskan jari-jari kaki dapat menimbulkan
kram tungkai.
6. Perubahan neurologi
Sistem neurologi menunjukkan bahwa timbul stres dan rasa tidak nyaman
selama persalinan,perubahan sensoris terjadi saat memasuki tahap persalinan
pertama dan masuk ke tahap berikutnya.
7. Perubahan pencernaan
Persalinan mempengaruhi sistem saluran cerna ,bibir dan mulut menjadi
kering akibat bernafas lewat mulut ,dehidrasi dan sebagai respons emosi terhadap
persalinan.selama persalinan motilitas dan absorpsi saluran cerna menurun dan
pada waktu pengosongan lambung menjadi lambat,seringkali ada rasa mual dan
memuntahkan makanan yang belum dicerna,mual dan sendawa juga terjadi
sebagai respons refleks terhadap dilatasi serviks lengkap.
8. Perubahan endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan,awal persalinan dapat diakibatkan
penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar estrogen,prostaglandin dan
oksitosin,metabolisme meningkat dan kadar glukosa darah dapat menurun akibat
proses persalinan.
3. Kala III
a. Pengkajian
1) Timbul kontraksi uterus
2) Uterus tampak membundar
3) Terlihat massa introitus
4) Tali pusat lebih menjulur
5) Pendarahan tiba-tiba dengan warna gelap
a) Observasi keadaan umum ibu dan tanda vital
b) Pengkajian jalan lahir
c) Mengkaji factor yang berkaitan dengan atonia
d) Pemberian utero tonika (k/p)
b. Diagnosa
1) Kurang efektifitas mengatasi masalah sehubungan dengan kurang
informasi tentang kejadian kala III
2) Perdarahan pervaginaan sehubungan dengan kontraksi uterus yang
kurang adekuat
3) Resiko relaksasi uterus sehubungan dengan kandungh kemih panuh
4) Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan luka episiotomy
c. Intervensi
1) Observasi perdarahan, shock, dan tanda vital
2) Observasi bayi dan identifikasi
3) Kaji TFU
4) Identifikasi pengeluaran plasenta
5) Upayakan kontak ibu dan bayi
4. Kala IV
a. Pengkajian
1) Kaji status fisiologis ibu
2) Kaji posisi dan tonus uteri
3) Kaji adanya perdarahan pervaginam
4) Kaji kondisi perineum
b. Diagnosa
1) Resiko tinggi injuri sehubungan dengan tonus uteri yang buruk dan
perdarahan
2) Gangguan eliminasi urin sehubungan dengan haluaran/ anestesi regional
3) Deficit volume cairan dan eliminasi sehubungan denagn kurangnya
intake oral, atonia, uteri, laserasi
4) Nyeri sehubungan dengan trauma perineal
5) Fatigue sehubungan dengan proses persalinan
c. Intervensi
1) Cegah perdarahan
2) Identifikasi perdarahan karena perlukaan
3) Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
4) Mencegah penekanan kandung kemih
5) Membantu ibu mengenal pengalamannya
6) Mencatat/melaporkan adanya kelainan
7) Memberikan rasa nyaman dan istirahat cukup
8) Pastikan tidak ada sisa plasenta
9) Luka epis tidak ada hemotom
DAFTAR PUSTAKA
Llewellyn, Derek. ( 2001 ).Dasar –Dasar Obstetri dan Ginekologi, edisi 6 (ed-6) Jakarta :
Hipokrates
Suririnah. (2009). Buku Pintar Kesehatan Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama