Prasasti Yupa
Transliterasi prasasti diatas adalah sebagai berikut:
śrīmatah śrī-narendrasya;
kuṇḍuṅgasya mahātmanaḥ;
putro śvavarmmo vikhyātah;
vaṅśakarttā yathāṅśumān;
tasya putrā mahātmānaḥ;
trayas traya ivāgnayaḥ;
teṣān trayāṇām pravaraḥ;
tapo-bala-damānvitaḥ;
śrī mūlavarmmā rājendro;
yaṣṭvā bahusuvarṇnakam;
tasya yajñasya yūpo ‘yam;
dvijendrais samprakalpitaḥ.
Artinya:
Sang Mahārāja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur,
Sang Aśwawarmman namanya, yang seperti Angśuman (=dewa Matahari)
menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aśwawarmman mempunyai
putra tiga, seperti api (yang suci). Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah
Sang Mūlawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang
Mūlawarmman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-
amat-banyak. Untuk peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini
didirikan oleh para brahmana.
Mulawarman
Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman
dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari
cara penulisannya. Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja)
yang datang ke Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama
Budha.
Aswawarman
Aswawarman mungkin adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia
juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar
Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang
putera, dan salah satunya adalah Mulawarman. Putra Aswawarman adalah
Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman,
Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir
seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya
komunikasi dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.
Nama-Nama Raja Kutai:
Kehidupan ekonomi di Kutai, tidak diketahui secara pasti, kecuali disebutkan dalam
salah satu prasasti bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara korban
emas dan tidak menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi untuk golongan
Brahmana. Tidak diketahui secara pasti asal emas dan sapi tersebut diperoleh.
Apabila emas dan sapi tersebut didatangkan dari tempat lain, bisa disimpulkan
bahwa kerajaan Kutai telah melakukan kegiatan dagang. Jika dilihat dari letak
geografis, Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India.
Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal
tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian.
Sementara itu dalam kehidupan budaya dapat dikatakan kerajaan Kutai sudah maju.
Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan (pemberkatan memeluk agama
Hindu) yang disebut Vratyastoma. Vratyastoma dilaksanakan sejak pemerintahan
Aswawarman karena Kudungga masih mempertahankan ciri-ciri keIndonesiaannya,
sedangkan yang memimpin upacara tersebut, menurut para ahli, dipastikan adalah
para pendeta (Brahmana) dari India. Tetapi pada masa Mulawarman kemungkinan
sekali upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh kaum Brahmana dari orang
Indonesia asli. Adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia membuktikan bahwa
kemampuan intelektualnya tinggi, terutama penguasaan terhadap bahasa
Sansekerta yang pada dasarnya bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari,
melainkan lebih merupakan bahasa resmi kaum Brahmana untuk masalah
keagamaan.