Asimilasi
Menurut Soerjono Soekanto, asimilasi merupakan proses sosial yang ditandai
dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat
antarindividu atau kelompok-kelompok masyarakat yang meliputi usaha-usaha
untuk mempertinggi kesatuan perilaku, sikap, dan proses mental dengan
memperhatikan tujuan dan kepentingan bersama.
Tetapi hal ini tidak semudah yang dibayangkan karena banyak faktor yang
memengaruhi suatu budaya itu dapat melebur menjadi satu kebudayaan.
1. Tidak adanya sikap toleransi dan simpati antara masyarakat asing dan
penduduk setempat karena kurangnya pemahaman terhadap kebudayaan
kelompok lain.
2. Perasaan superioritas (lebih unggul) dari individu-individu dari suatu
kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lainnya. Misalnya,
terhambatnya proses integrasi sosial antara pihak penjajah Belanda dan
rakyat Indonesia pada masa penjajahan karena pihak penjajah Belanda
merasa mampu menguasai dan mengalahkan rakyat Indonesia.
3. Terisolasinya suatu kelompok masyarakat sehingga menghambat terjadinya
interaksi sosial budaya dengan kelompok masyarakat lainnya. Kelompok
masyarakat yang terisolir akan mengembangkan pemahaman yang berbeda
terhadap kebudayaan kelompok masyarakat luar yang dianggap asing.
4. Adanya ingroup feeling atau perasaan yang kuat bahwa individu terikat pada
kelompok sosial atau suatu kebudayaan kelompok tertentu. Misalnya, sulitnya
terjadi asimilasi antara warga keturunan Tionghoa dengan penduduk
setempat karena warga Tionghoa merasa sangat terikat pada budaya dan
ikatan sosial sesama warga Tionghoa di Indonesia.
5. Rasa takut terhadap kebudayaan kelompok masyarakat lain yang dianggap
dapat merusak dan mengurangi kemurnian budaya masyarakat setempat.
Sikap ini timbul di dalam kelompok masyarakat pedalaman yang berusaha
untuk menutup kontak sosial dengan kelompok masyarakat lain. Misalnya,
upaya pembatasan kontak sosial yang dilakukan kelompok masyarakat Baduy
terhadap kelompok masyarakat lainnya.
Proses asimilasi mengenal adanya beberapa fase, antara lain sebagai berikut.
Contoh :
B. Akulturasi
Menurut Koentjaraningrat, akulturasi dapat diartikan sebagai suatu proses sosial
yang timbul apabila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu
dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa
sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke
dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan
itu sendiri.
Proses akulturasi sudah terjadi sejak zaman dahulu. Migrasi antara kelompok
manusia dengan kebudayaan yang berbeda telah menyebabkan individu dalam
kelompok tersebut mengenal kebudayaan asing.
Proses akulturasi yang berlangsung dengan baik dapat menghasilkan integrasi
unsur-unsur kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Pada
umumnya, unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima masyarakat, antara
lain sebagai berikut.
Pada umumnya, unsur-unsur kebudayaan asing yang sulit diterima oleh masyarakat
penerima, antara lain sebagai berikut.
Bangsa Indonesia telah mengalami kontak dengan kebudayaan asing, yaitu dengan
kebudayaan Hindu-Buddha pada abad ke-1.
Dengan budaya Islam abad ke-12 sampai ke-15 dan dengan kebudayaan Barat pada
abad ke-17 sampai ke-20. Dalam kontak dengan kebudayaan asing tersebut lahir
akulturasi budaya Indonesia- Hindu, Indonesia-Islam, dan Indonesia-Barat.
Proses akulturasi yang berjalan dengan baik dapat menghasilkan integrasi dari
unsur kebudayaan asing dengan unsur kebudayaan masyarakat penerima.
Dengan demikian, unsur-unsur kebudayaan asing tidak dirasakan lagi sebagai hal
yang berasal dari luar, tetapi dianggap sebagai unsur kebudayaan sendiri. Unsur
asing yang diterima tersebut, tentunya terlebih dahulu mengalami proses
pengolahan sehingga bentuknya tidak asli lagi.
Contoh akulturasi :
Selain antar etnis, pernikahan campuran beda agama atau kepercayaan juga memiliki cara-cara ritual
yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Dalam proses pernikahan beda kepercayaan ini, terjadi kesepakatan bersama antar keluarga yang
tentunya tanpa merugikan semua pihak. Walaupun ini masih jarang terjadi, tetapi tidak menutup
kemungkinan akan melahirkan sesuatu yang baru pula dalam kehidupan sosial.
Dampak Positif
Dampaj postif yang diadapatkan dari amalgamasi, antara lain;
Penekan Konflik
Contoh konflik sosial yang rentan muncul dalam kehidupan masyarakat ternyata ini bisa ditekan lewat
amalgamasi. Oleh karena itu, amalgamasi sebagai solusi upaya menekan beragam konflik yang
muncul di suatu lingkungan masyarakat melalui percampuran atau pembauran dua budaya yang
berbeda itu.
Bertukar Kehidupan
Setiap etnis tentu mempunyai kehidupan yang berbeda antar satu dengan yang lainnya, baik dalam
segi kehidupan, kepercayaan, adat istiadat, dan lain sebagainya yang menciptakan pengalaman
berbeda juga. Adanya pernikahan campuran tentu menghasilkan semacam penggabungan atau
pertukaran.
Dampak Negatif
Dampak negatif dari amalgamasi ini, antara lain;