Anda di halaman 1dari 10

Dini Qurrata Ayuni, Almahdy, Esi Afriyanti / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.

1 (2019) 163-172 | 163

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PARIAMAN
Dini Qurrata Ayuni a*, Almahdy a, Esi Afriyanti a
a Mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan Universitas Andalas Padang
a Dosen Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang
a Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

Abstrak

Timbang terimaadalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat
pada pergantian shift jaga. ketidak akuratan informasi dalam melakukan timbang terima dapat
menimbulkan dampak yang serius pada pasien, hampir 70% kejadian yang menyebabkan kecacatan atau
kematian disebabkan karena buruknya komunikasi. Peneltian ini bertujuan mengetahui faktor – faktor
yang berhubungan dengan pelaksanaan timbang terima pasien. Desain penelitian ini adalah cross
sectional. Penelitian dilakukan di RSUD Pariaman Sampel 86 perawat dengan teknik pengambilan
sampel Total sampling. Penelitian dilakukan bulan Juni 2016. Peneltian menggunakan kuesioner, analisa
data menggunakan univariat, bivariat dan multivariat. Hasilpenelitian faktor pengetahuan rendah (57,0%),
dengan Sikap perawat pelaksana baik (61,6%), (59,3 %) mendapat dukungan dari pimpinan. (60,5 %)
tidak mendapat dukungan dari teman sejawat. sebagian besar dari perawat(65,3 %) kurang baik dalam
pelaksanaan timbang terima pasien. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan dukungan
teman sejawat dengan pelaksanaan timbang terima, tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dan
dukungan pimpinan dengan pelaksanaan timbang terima. Pengetahuan lebih dominan berhubungan
dengan pelaksanaan timbang terima pasien.Saran untuk pelayanan keperawatan agar melakukan audit
keperawatan tentang kualitas pelaksanaan timbang terima dan melakukan supervisi berjenjang pada
semua aspek dalam pelaksanaan timbang terima.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Dukungan Pimpinan,dukungan teman sejawat, pelaksanaan timbang
terima

Daftar pustaka : 26 (2000 – 2015)

Abstrak
Weighing is oral communication from information about patients performed by nurses at the turn
of the shift. inaccurate information in weighing up can have a serious impact on patients, almost 70% of
events that cause disability or death are caused by poor communication. The research aims to find out the
factors that are related to the implementation of patient weighing. The design of this study was cross
sectional. The study was conducted in RSUD Pariaman. Samples were 86 nurses with a total sampling
technique. The study was conducted in June 2016. The study used a questionnaire, data analysis using
univariate, bivariate and multivariate. The results of the study of knowledge factors were low (57.0%),
with the attitude of nurses implementing good (61.6%), (59.3%) receiving support from the leadership.
(60.5%) did not receive support from colleagues. most of the nurses (65.3%) were not good at
implementing patient weighing. There is a meaningful relationship between knowledge and support of
peers with the implementation of the weighing scale, there is no meaningful relationship between the
attitude and support of the leadership with the implementation of the weighing scale. Knowledge is more
dominant related to the implementation of patient weighing. Suggestions for nursing services in order to
conduct a nursing audit about the quality of implementation of weighing scale and conducting tiered
supervision on all aspects of the implementation of weighing scale.

Keywords: Knowledge, Attitude, Leadership Support, peer support, implementation of weighing

Daftar pustaka : 72 (2000 – 2015)


164 |. Dini Qurrata Ayuni, Almahdy, Esi Afriyanti ./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 163-172
terdapat kelalaian 12% yang berkaitan
PENDAHULUAN dengan timbang terimadalam pemberian
Pelayanan keperawatan menjadi faktor asuhan keperawatan ( Friesen, 2008 ).
penentu keberhasilan pelayanan kesehatan di Alvarado, et all. 2006 menyatakan
rumah sakit . Hal ini disebabkan karena bahwa ketidak akuratan informasi dalam
tenaga keperawatan merupakan tulang melakukan timbang terima dapat
punggung rumah sakit dan subsistem dalam menimbulkan dampak yang serius pada
pelayanan kesehatan serta menjadi bagian pasien, hampir 70% kejadian yang
integral dari pelayanan rumah menyebabkan kecacatan atau kematian
sakit(Depkes,2006)Salah satu faktor yang disebabkan karena buruknya komunikasi.
mendukung keyakinan tersebut adalah Studi yang dilakukan oleh Andrew (2005)
kenyataan yang dapat dilihat di unit dalam Leonard (2014) di Amerika Serikat,
pelayanan kesehatan rumah sakit, dimana menunjukkan bahwa 45% pasien yang
tenaga kesehatan yang selama 24 jam harus dirawat di rumah sakit pernah mengalami
berada disisi klien adalah keperawatan. Oleh medical mismanagement dalam pemberian
karena itu pelayanan keperawatan obat, dan sekitar 17 % memerlukan hari
berkontribusi dalam menentukan mutu rawat inap yang lebih panjang atau
pelayanan di rumah sakit, sehingga setiap mengalami efek samping yang serius. Salah
upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan satu penyebab terjadinya medication error
di rumah sakit harus disertai upaya adalah adalah timbang terima antar shift yang
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan tidak jelas dan tidak adanya validasi data ke
( Triwibowo, 2013 ). pasien. Berdasarkan data JCHO (2006), di
Adapun salah satu komunikasi yang 36 rumah sakit dan nursing home di
dilakukan perawat secara rutin yaitu kegiatan Colorado dan Georgia 7 USA dari 3216 jenis
timbang terima pasien saat pertukaran shift pemberian obat 4% diberikan obat yang salah
keperawatan yang juga merupakan salah satu (Joint Commission on Accreditiation of
dari enam sasaran keselamatan pasien. Health Organization/JCAHO, 2006). Di
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, Indonesia belum dapat ditemukan pencatatan
lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh yang pasti tentang akibat kesalahan timbang
resipien/penerima akan mengurangi terima, namun Maryan (2009) menyatakan
kesalahan, dan menghasilkan peningkatan bahwa kasus pemberian obat yang tidak
keselamatan pasien. Alvarado, et al (2006) benar maupun tindakan medis yang
mengatakan adanya standar komunikasi berlebihan atau kurang sering terjadi di
efektif yang terintegrasi dengan keselamatan Indonesia, hanya saja tidak terekspos media
pasien dalam timbang terima pasien dan massa.
disosialisasikan secara menyeluruh pada Hasil penelitian Mayasari (2011) di
perawat pelaksana akan meningkatkan Ruang Kelas I Irna Non Bedah (Penyakit
efektifitas dan koordinasi. Efektifitas dapat Dalam) RSUP DR. M. Djamil Padang
ditingkatkan dengan mengkomunikasikan ditemukan pada pelaksanaan timbang terima
informasi penting sehingga meningkatkan yang diobservasi pada pergantian shift pagi-
kesinambungan pelayanan dalam mendukung sore – malam yang dilaksanakan tiga kali
keselamatan pasien. pertemuan tidak ada yang dilaksanakan
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan efektif dengan rata – rata persentase
dengan pelaksanaan timbang terima pasien yang diperoleh adalah 60.3%. Hasil
diantaranya adalah timbang terima yang penelitian Hardianti Anthon (2012) masih
terlalu lama, informasi yang diberikan lebih ada 25,6% perawat yang belum
banyak berkaitan dengan medis, dan hanya melaksanakan sepenuhnya timbang terima
sedikit informasi yang diberikan diruang rawat inap di RSUD Kabupaten
berhubungan dengan keperawatan. Selain itu Majene.
juga terdapat keprihatinan terhadap Timbang terima pasien merupakan suatu
pelaksanaan timbang terimapasien yang tindakan atau perilaku perawat. Konsep
dalam penelitian ditemukan 70% kesesuaian umum yang digunakan untuk mendiagnosis
antara laporan dengan kondisi sebenarnya,
Dini Qurrata Ayuni, Almahdy, Esi Afriyanti / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 163-172 | 165

perilaku adalah konsep dari Lawrence Green. pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap
Menurut Green dalam Notoatmodjo ( 2014 ), berjumlah 110 orang. (bidang Keperawatan,
perilaku ditentukan atau dibentuk oleh 3 2016). Kekuatan tenaga keperawatan yang
faktor utama yakni : faktor predisposisi, begitu besar di Rumah sakit akan
faktor pendukung dan faktor pendorong. berpengaruh terhadap pelayanan yang
Faktor predisposisi yang tewujud dalam diberikan oleh tenaga keperawatan, kinerja
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan perawat yang baik dan profesional pada
nilai-nilai dan sebagainya. Faktor pendukung gilirannya akan meningkatkan mutu
yang mencangkup dalam lingkungan fisik, pelayanan keperawatan yang diberikan oleh
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas – tenaga keperawatan secara keseluruhan
fasilitas atau sarana – sarana kesehatan . dirumah sakit.
Faktor pendorong terwujud dalam sikap dan
prilaku petugas kesehatan lainnya yang HASIL PENELITIAN
merupakan kelompok referensi dari prilaku Penelitian ini menggunakan metode cross
masyarakat. sectional dimana hasil penelitian di dapat
RSUD Pariaman merupakan Rumah Sakit lebih separuh 49 (57,0%) pengetahuan
milik Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera perawat rendah, lebih separuh 53 (61,6%)
Barat yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit sikap perawat baik, lebih separuh 51
kelas B berdasarkan Surat Keputusan (59,3 %) ada dukungan pimpinan dan lebih
Gubernur No. 445-304 / 2016 pada tanggal separoh 49 (57 ,0%) tidak ada dukungan
15 maret 2016. RSUD Pariaman sebagai teman sejawat. serta menunjukkan bahwa
pusat rujukan pelayanan kesehatan untuk lebih separuh 48 (55,8 %) perawat kurang
masyarakat Kabupaten Padang Pariaman dan baik dalam melaksanakan timbang terima.
Kota Pariaman. Dengan jumlah perawat
Tabel 1.
Hubungan faktor – faktor Dengan Pelaksanaan Timbang Terima Pasien DiruangRawat Inap RSUD Pariaman
Tahun 2016 ( n = 86 )
Pelaksanaan Timbang terima
Kurang baik Baik Total p
f % f % f %
Pengetahuan 32 65,3 17 34,7 49 100 2,471
Tinggi 16 43,2 21 56,8 37 100
Rendah

Sikap 19 57,6 14 42,4 33 100 -


Baik 29 54,7 24 45,3 53 100
Kuran Baik

Dukungan Pimpinan
Ada 20 57,1 15 42,9 35 100 -
Tidak Ada 28 54,9 23 45,1 51 100

Dukungan
TemanSejawat 32 65,3 17 34,7 49 100
Ada 16 43,2 21 56,8 37 100 2,471
Tidak Ada

Berdasarkan hasil tabel 5.4 di atas, dari 49 56,8 % baik dalam melaksanakan timbang
peerawat yang berpengetahuan rendah, terima. Hasil uji chi square didapatkan bahwa
terdapat 65,3 % perawat kurang baik dalam ada hubungan yang bermakna antara
melaksanakan timbang terima, sedangkan pengetahuan dengan pelaksanaan timbang
dari 37 perawat pengetahuan tinggi, terdapat terima ( p = 0, 039 ).
166 |. Dini Qurrata Ayuni, Almahdy, Esi Afriyanti ./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 163-172
Dari 33 perawat yang mempunyai sikap Hasanuddin, yang mana pengetahuannya
kurang baik, terdapat 57,6% responden kurang (48,5%).
kurang baik dalam melaksanakan timbang pengetahuan akan tetap menjadikan
terima, sedangkan dari 53 perawat yang kontrol terhadap seseorang untuk berperilaku
mempunyai sikap baik terdapat 54,7% baik Pengetahuan seseorang dalam bekerja
responden kurang baik dalam melaksanakan senantiasa berubah ubah sesuai keinginan,
timbang terima. Hasil uji chi square kemauan kebutuhan dan tuntutan hidupnya
didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang yang dipengaruhi oleh faktor intrinsik
bermakna antara sikap perawat dengan maupun ekstrinsik (Suarli dkk, 2009).
pelaksanaan timbang terima ( p = 0,971 ). Analisa peneliti banyaknya responden
Dari 35 perawat yang tidak ada berpengetahuan rendah dikarenakan oleh
mendapatkan dukungan dari pimpinan beberapa faktor yaitu pendidikan yang mana
terdapat sebanyak 57,1 % yang kurang baik masih banyaknya perawat yang
dalam melaksanakan timbang terima, berpendidikan D III Keperawatan ( 60,5% )
sedangkan dari 51 perawat yang pendidikan merupakan salah satu institusi
mendapatkan dukungan dari pimpinan yang mana seseorang dilatih dan dibekali
terdapat sebanyak 54,9% kurang baik dalam dengan ilmu pengetahuan yang relevan
melaksanakan timbang terima. Hasil uji dengan kehidupan manusia itu sendiri, bila
csquare didapatkan bahwa tidak ada seseorang mempunyai pengetahuan yang
hubungan yang bermakna anata dukungan rendah akan menyebabkan seseorang
pimpinan dengan pelaksanaan timbang mengalami keterbelakangan wawasan, dan
terima ( p = 1.000 ). cara berfikir. Kemudian rendahnya
Dari 49 perawat yang tidak mendapat informasi atau sosialisasi yang dilakukan
dukungan dari teman sejawat terdapat sehingga tidak berkembangnya hal – hal
sebanyak 65,3 kurang baik dalam yang baru, isu – isu yang baru tentang
melaksanakan timbang terima, sedangkan pelaksanaan timbang terima kemudian
dari 37 perawat yang ada dukungan dari lingkungan yang tidak mendukung juga
teman sejawat terdapat sebanyak 56,8 % sangat berpengaruh pada pengetahuan
perawat baik dalam melaksanakan timbang perawat penyebabnya adalah lingkungan
terima. Hasil uji csquare terdapat hubungan merupakan tempat berintekrasi dalam hal
yang bermakna antara dukungan berkomunikasi dan bergaul dalam dunia kerja,
teman sejawat dengan pelaksanaan jika interaksi dan komunikasi dalam dunia
timbang terima ( p = 0,039). kerja mengalami gangguan pengetahuan bila
seseorang tidak menyadari untuk memiliki
PEMBAHASAN keingin tumbuh dan maju orang tersebut
Gambaran Pengetahuan Perawat mengalami keterlambatan dalam hal
Berdasarkan hasil univariat terhadap pengetahuan baik secara wawasan, pemikiran
pengetahuan perawat dapat dilihat bahwa dan kemajuan. Serta rendahnya motivasi diri
lebih dari separoh responden memiliki akan menyebabkan seseorang akan
pengetahuan yang rendah dalam mengalami kekurangan dalam hal
pelaksanaan timbang terima (57,0%). pengetahuan, penyebab lain juga dikarenakan
Hasil penelitian sama dengan hasil kurangnya dukungan teman sejawat dan
penelitian yang di lakukan oleh Yudianto adanya dorongan dari pimpinan seperti
(2005) yaitu faktor – faktor yang wawancara dengan kasi keperawatan yang
berhubungan dengan pelaksanaan operan mengatakan bahwa tidak pernah dilakukan
pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin seminar, workshop, dan pelatihan tentang
Bandung, dimana pengetahuan perawat timbang terima sehingga banyak responden
dalam timbang terima pasienbanyak yang yang mempunyai pengetahuan rendah dalam
kurang yaitu (57,6 %), dan juga hampir pelaksanaan timbang terima.
sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Menurut analisis peneliti pengetahuan
Kesrianti di Rumah Sakit Universitas awal perawat mengenai pekerjaannya
dipengaruhi oleh banyak faktor yang ada
Dini Qurrata Ayuni, Almahdy, Esi Afriyanti / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 163-172 | 167

dalam suatu organisasi. Perkembangan dan Sikap merupakan faktor penentu perilaku,
pertumbuhan organisasi menimbulkan karena sikap berhubungan dengan persepsi,
konsekuensi pada organisasi untuk kepribadian, dan pengetahuan. Sikap
melakukan berbagai strategi untuk (Attitude) adalah kesiap-siagaan mental,
membangun pengetahuan SDM mengenai hal yang dipelajari dan diorganisasi melalui
– hal yang harus dilakukan oleh staf terkait pengalaman, dan mempunyai pengaruh
pekerjaannya. Upaya pengembangan SDM tertentu atas cara tanggap seseorang terhadap
yang didukung oleh kebijakan merupakan orang lain, obyek, dan situasi yang
salah satu cara inovasi yang tepat untuk berhubungan dengannya.
memungkinkan staf memiliki kemampuan Sikap perawat dalam timbang terima
dan tanggung jawab sesuai tuntutan sudah lebih separuh (61,6%) baik dalam
perubahan pada era globalisasi yang disertai melaksanakan timbang terima merupakan hal
dengan persaingan diberbagai bidang. yang penting dalam keperawatan yang
Upaya meningkatkan pengetahuan tetap merupakan pertanggung jawaban perawat
merupakan suatu hal yang penting khususnya dalam melakukan asuhan keperawatan yang
dalam konteks keselamatan pasien melalui membutuhkan kemampuan perawat dalam
pelaksanaan timbang terima pasien. Hal ini berkomunikasi secara efektif, setuju
didukung oleh pendapat Notoatmodjo (2009) melaporkan situasi terkini, riwayat alergi,
menyatakan bahwa pengetahuan yang diagnosa dan alasan masuk pasien disaat
menunjang keterampilan perlu diberikan agar timbang terima. Dimana menurut
staf dapat melakukan tugasnya berdasarkan notoatmodjo (2011) berpendapat bahwa
teori – teori yang dapat dipertanggung pengetahuan merupakan domain yang sangat
jawabkan, sejalan dengan hal ini juga penting untuk terbentuknya perubahan
Hendriksen,Joseph dan Zayas-caban (2009) perilaku, terbentuknya suatu perilaku
menyatakan bahwa keterbatasan pengetahuan terutama pada orang dewasa dimulai pada
SDM memiliki peran penting dalam doamin kognitif, yaitu terlebih dahulu
menyebabkan keterbatasan institusi mengetahui stimulus (materi atau objek,
pelayanan yang berorientasi pada dalam hal ini timbnag terima pasien) yang
keselamatan pasien melalui pelaksanaan akan menimbulkan pengetahuan baru.
timbang terima. Hal ini berarti bahwa Selanjutnya pengetahuan tentang supervise
keterbatasan pengetahuan merupakan hal tersebut menimbulkan respon bathin dalam
kunci yang sangat perlu dipertimbangkan bentuk sikap terhadap objek yang diketahui.
demi keamanan asuhan yang diberikan oleh Pada tahap selanjutnya akan timbul respon
tenaga kesehatan termasuk perawat. prilaku yaitu melaksankan timbnag terima
Gambaran Sikap Perawat pasien sesuai dengan standar ( SOP) yang
Berdasarkan hasil univariat terhadap sikap ada. Respon prilaku yang timbul dari
responden dapat dilihat bahwa dari lebih individu tersebut merupakan usaha sadar dan
separuh 53 responden memiliki sikap yang sengaja dari indvidu tersebut yang disadari
baik terhadap pelaksanaan timbang terima oleh yang bersangkutan bahwa dalam dirinya
(61,6 %). telah terjadi perubahan dalam hal sikap
Hasil penelitian tidak sejalan dengan hasil dalam timbang terima pasien.
penelitian yang di lakukan oleh Kesrianti Terkait dengan pembahasan diatas peneliti
(2014) dimana sikap perawat banyak yang berpendapat meskipun secara nya sikap
negatif dalam timbang terima pasien(57.3%). perawat baik dalam melakukan timbang
Dan tidak sama dengan hasil penelitian terima pasien, namun masih diperlukan suatu
Yudianto menyatakan sikap perawat negatif tindak lanjut program sosialisasi dan
(40,0%) dalam pelaksanaan timbang terima, pelatihan yang berkesinambungan dengan
serta tidak sejalan dengan penelitian yang monitoring dan evaluasi secara periodik agar
dilakukan oleh Abugar R (2013) dimana hasil pelatihan atau sosialisasi dapat
hasil penelitiannya terdapat sikap tidak diterapkan dalam memberikan pelayanan
peduli perawat dalam melaksanakan timbang keperawatan. Alasan yang mendasar peneliti
terima. dalam hal ini adalah untuk mengetahui
168 |. Dini Qurrata Ayuni, Almahdy, Esi Afriyanti ./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 163-172
seberapa lama dan seberapa baik hasil kepala ruangan membentuk team work untuk
penelitian ini bertahan serta dapat menghindari tekanan pekerjaan.
menimbulkan perubahan sikap dan perilaku Dukungan teman sejawat
perawat dalam penerapan timbang terima. Berdasarkan hasil univariat terhadap
Pendapat ini di dukung oleh (Marison,1991 dukungan teman sejawat dapat dilihat dari 49
dalam Yuli 2010) mengemukankan bahwa responden tidak mendapatkan dukungan dari
efektifitas ingatan terhadap objek pelatihan teman sejawat dalam pelaksanaan timbang
dapat dioptimalkan dengan melakukan terima (57,0%).
pelatihan atau sosialisasilanjut maksimal 6 Hasil penelitian ini tidak sama dengan
bulan dari pelatihan atau sosialisasi penelitian yang dilakukan oleh Yudianto
sebelumnya, karena retensi pengetahuan, (2005) bahwa teman sejawat sudah
sikap staf setelah mendapat pelatihan atau memberikan dukungan yang tinggi terhadap
sosialisasi berada pada rentang tersebut. pelaksanaan operan (72,9%) begitu juga
Dukungan Pimpinan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Berdasarkan hasil univariat terhadap Kesrianti (2014). Penelitian o’connel
dukungan pimpinan dapat dilihat bahwa menyatakan 64% perawat dapat berdiskusi
lebih separoh 51 dari responden (59,3 %) dengan teman sejawat mengenai
mendapat dukungan dari pimpinan dalam perkembangan pasien dan isu – isu tentang
pelaksanaan timbang terima. beban kerja.
Hasil penelitian hampir sama dengan hasil Orang lain di sekitar kita merupakan salah
penelitian yang di lakukan oleh Yudianto satu diantara komponen sosial yang ikut
(2005 ) bahwa 71,8 % responden mendapat mempengaruhi sikap kita ( Azwar, 2005 ).
dukungan dari pimpinan dalam Seseorang yang kita anggap penting,
melaksanakan operan pasien, serta sejalan seseorang yang kita harap persetujuannya
dengan penelitian yang dilakukan oleh bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita,
Roifah Ifa ( 2014 ) menyatakan dukungan seseorang yang berarti khusus bagi kita akan
pimpinan dikategorikan baik sebanyak banyak mempengaruhi pembentukan kita
56,1 %. terhadap sesuatu, dukungan teman sewajat
Suatu organisasi dan manajemen suatu merupakan suatu bentuk motivasi tersendiri
organisasi, kepemimpinan merupakan hal e.Gambaran Pelaksanaan Timbang terima
yang penting karena ada bukti bahwa Berdasarkan hasil univariat terhadap
kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja timbang terima dapat dilihat bahwa sebagian
dan kepemimpinan berarti kemampuan untuk besar dari responden pelaksanaan timbang
mengendalikan organisasi melalui terima dikategorikan kurang baik (67,4 %).
perencanaan, pengorganisasian, Hasil penelitian sama dengan hasil
penggerakkan dan pengawasan dalam rangka penelitian yang di lakukan oleh Monopo
mencapai tujuan. (Mangkunegara, 2005) (2013) yang mana terdapat kategori kurang
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa baik dalam menerapkan timbang terima
banyaknya perawat yang mengatakan bahwa pasien oleh responden ada 36,7 %, dan tidak
mendapat dukungan dari pimpinan yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
mana sebagai pimpinan atau kepala ruangan, Dewi (2012) yang mana terjadi peningkatan
perawat dapat membantu dalam memperbaiki pelaksanaan timbang terima setelah
kualitas perawatan pasien, selain itu juga dilakukan pelatihan timbang terima pasien
memperbaiki lingkungan kerja perawat dan (8,14%).
profesional lainnya. Dalam pelaksanaan Timbang terima harus dilakukan seefektif
timbnag terima kepala ruangan sangat mungkin dengan menjelaskan secara singkat,
berpengaruh terhadap pelaksanaan timbang jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
terima seperti melaksanakan kegiatan perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dan
supervisi meliputi pengarahan, bimbingan yang belum dilakukan serta perkembangan
dan pengawasan yang diberikan secara pasien saat itu. Informasi yang disampaikan
sistematis dan berkelanjutan. Kemudian harus akurat sehingga kesinambungan
timbang terima dapat berjalan dengan
Dini Qurrata Ayuni, Almahdy, Esi Afriyanti / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 163-172 | 169

sempurna. Dalam melaksanakan timbang dalam komunikasi pada saat timbang terima
terima, timbang terima dilakukan oleh pasien dapat menimbulkan resiko efek
perawat primer keperawatan kepada perawat samping yang sangat besar, terputusnya
primer (penanggung jawab) dinas sore atau pelayanan keperawatan, terjadinya duplikasi
dinas malam secara tertulis dan lisan layanan sehingga mengakibatkan ketidak
(Nursalam , 2014). puasan pasien (Murray,2009).
Timbang terima merupakansuatu bukti Pengalaman dari beberapa penelitian yang
pelayanan keperawatan profesional berkaitan dengan pelaksanaan timbang
yangmencakup Perencanaan, terima pasien diantaranya adalah proses
pendokumentasiaan, organisasai, tindakan timbang terima pasien yang terlalu lama,
dan evaluasi,sehingga menggambarkan informasi yang diberikan lebih banyak
kondisi kesehatan pasiensecara keseluruhan. berkaitan dengan medis, dan hanya sedikit
Akan tetapi pada kenyataannya dalam informasi yang diberikan berhubungan
tatanan pelayanan keperawatan sehari-hari dengan keperawatan. Selain itu juga terdapat
masih ditemukan banyaknya timbang terima keprihatinan terhadap pelaksanaan timbnag
pasien yang kurang maksimal. (Sedarmayanti, terima pasien yang didalam penelitian
2001). ditemukan 70% kesesuaian antara laporan
Pelaksanaan timbang terima pasien pada dengan kondisi pasien yang sebenarnya,
dasarnya mentransfer perawatan dan terdapat kelalaian 12% yang berkaitan
tanggung jawab dari suatu perawat ke dengan timbanng terima pasien dalam
perawat lainnya sehingga dapat memberikan pemberian asuhan keperawatan (Friesen, et
perawatan yang aman dan berkualitas. al,2009). Pendapat lain juga mengatakan
Menurut Suffolk Mental Health bahwa pelaksanaan timbang terima hanya
PartnershipNHS trust (2010) pelaksanaan merupakan rutinitas biasa dan berdasarkan
timbang terima adalah suatu tindakan kebiasaan sebelumnya (Evans,et al, 2008).
keperawatan dalam rangka memberikan Fento (2006) melakukan observasi
informasi penting kepada tim keperawatan terhadap timbang terima yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya kesalahan dan perawat, Feton menyatakan bahwa timbang
memastikan pemberi asuhan keperawatan terima yang dilakukan kurang terstandar,
yang berkesinambungan. laporan timbang terima dibuat beragam,
Pada saat pelaksanaan perawat tidak inkonsistensi dalam cara berkomunikasi,
terbiasamenyapa atau memberikan salam standar operasional prosedur timbnag terima
kepada pasien, perawat tidak sangat diperlukan sebagai acuan bagi perawat
memperkenalkan tim perawat yang akan dalam melaksanakan timbang terima.
masuk dinas, tapi langsung menyebutkan Timbang terima yang tidak memiliki
data – data pasien untuk disampaikan pada standar/petunjuk pelaksanaan sebagai
perawat yang akan masuk dinas berikutnya. penuntun timbang terima dapat menyebabkan
Sehingga perkenalan dilewatkan dan informasi yang disampaikan tidak relevan
langsung masuk pada pertukaran informasi. dan tidak akurat untuk kelangsungan
Perawat tidak menyebutkan hasl pengamatan pelayanan (Athwal,et al,2009). Belum
ataupun pemeriksaan dan langsung adanya standar atau petunjuk timbang terima
menyampaikan rekomendasi tindakan yang menyebabkan informasi yang disampaikan
akan dilanjutkan oleh tim perawat yang akan berdasarkan apa yang diketahui dan dingat
masuk dinas berupa tindakan medis seperti perawat saja.
melanjutkan pemberian obat dan terapi cairan. Menurut analisa peneliti kurangnya
Informasi tentang rekomdasi ini tidak tertulis keterampilan perawat dalam melaksanakan
pada buku laporan timbang terima, hanya timbang terima dipengaruhi beberapa faktor
disebutkan oleh perawat pada saat timbang diantaranya tersimpatnya protap timbang
terima. terima, kurangnya sosialisasi dan pelatihan
Miskinnya informasi dalam timbang tentang timbang terima serta belum
terima pasien dapat merugikan pada terlaksananya fungsi manajemen
perawatan pasien, miskinnya informasi keperawatan dengan baik. Fungsi
170 |. Dini Qurrata Ayuni, Almahdy, Esi Afriyanti ./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 163-172
perencanaan merupakan proses penentu maksimal lagi apabila dalam pengelolaan
tujuan dan pedoman pelaksanaan dengan pelayanan keperawatan ini menerapkan
memilih alternatif yang ada, menurut fungsi manajemen keperawatan. Disamping
Handoko (2003) perencanaan adalah penentu fungsi perencanaan juga harus diperhatikan
tujuan organisasi dan penentu strategi, fungsi pengorganisasian. Kepala ruangan
kebijakan, proyek, program, prosedur, bertanggung jawab dalam menyusun
metoda, sistem, anggaran serta standar yang pekerjaan demi tercapainya tujuan suatu
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Dengan organisasi. Pada fase pengorganisasian
demikian suatu perencanaan dibuat untuk meliputi pembentukan struktur untuk
mengurangi ketidak pastian dimasa datang, melaksanakan rencana peningkatan
dapat memusatkan perhatian pada satu unit, kemampuan perawat dalam pelaksanaan
membuat kegiatan lebih ekonomis, serta timbnag terima, menentukan tugas apa yang
memungkinkannya dilakukan pengawasan. harus dikerjakan, siapa yang mengerjakan,
Perencanaan dalam timbang terima pasien bagaimana mengelompokkan tugas tersebut,
adalah untuk menciptakan lingkungan siapa melapor kepada siapa dan pada
dimana perawat akan memberikan asuuhan tingkatmana keputusan harus diambil
keperawatan yang diharapkan dan ( robbins &coulter, 2005). Kepala ruangan
dibutuhkan oleh pasien (Chaboyer,2008). dalam menjalankan tugasnya pada fase ini
Dalam hal ini peran kepla ruangan adalah membagi tugas pelaksanaan timbang terima
yang membuat rencana untuk meningkatkan kepada Katim berdasarkan kesepakatan
kemampuan perawat dalam melaksankan bersama antar perawat pelaksana untuk
timbang terima dengan metoda yang tepat tercapainya asuhan keperawatann yang
seperti sosialisasi atau pelatihan, karena berkesinambungan.
perawat belum pernah mendapatkan ilmu
atau informasi dalam hal timbnag terima dan SARAN
penetapan standar timbang terima pasien. Saran Untuk Bidang Keperawatan
Rendahnya keterampilan perawat dalam a. Menetapkan kebijakan tentang
pelaksanaan timbang terima pasien juga tatalaksana timbang terima pasien
disebabkan oleh standar yang belum tersedia dalam bentuk standar dan prosedur
menyebabkan perawat masih melaksanakan timbang terima yang diaplikasikan
timbang terima dengan metode tradisional diseluruh ruangan rawat inap Rumah
dengan menggunakan komunikasi satu arah Sakit Umum Daerah Pariaman.
dan belum menjelaskan tentang kondisi b. Adanya sosialisasi yang dilakukan
terkini pasien secara akurat. Hal ini di oleh bidang keperawatan terkait tata
dukung oleh pendapat kassean dan Jagoo laksana timbang terima pasien pada
(2005) menggungkapkan timbang terima perawat dalam rangka meningkatkan
seringkali dilakukan hanya sebagai kegiatan pengetahuan, sikap dan keterampilan
rutinitas setiap pergantian shif dimana perawat dalam melaksanakan timbang
komunikasi yang terjadi hanya satu arah, terima.
informasi yang disampaikan tidak lengkap, c. Melakukan supervisi secara berkala
yang sering menyebabkan ketidak terhadap pelaksanaan timbang terima
sinambungan pelayanan yang akhirnya pasien keruangan, baik secara
berdampak pada ketidak puasan pasien. Hal langsung pada saat dilakukan timbang
ini juga sejalan dengan pendapat Athwal,et al terima pada saat pergantian shift
(2009) menyataka timbang terima yang tidak maupun secara tidak langsung dengan
memiliki standar atau petunjuk pelaksanaan memanfaatkan pertemuan rutin
sebagai penuntun timbang terima dapat kepala ruangan maupun perawat
menyebabkan informasi yang disampaikan pelaksana yang dilakukan setiap
tidak relevan dan tidak akurat untuk bulan.
kelangsungan pelayanan.
Saran Untuk Kepala ruangan
Untuk meningkatkan kemampuan perawat
a. Kebijakan dan kedisiplinan untuk
dalam pelaksanaan timbang terima akan lebih
melaksanakan timbang terima
Dini Qurrata Ayuni, Almahdy, Esi Afriyanti / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 163-172 | 171

b. dengan pendekatan komunikasi Issue. Longwoods Publising .Diakses


efektif yang diintegrasikan dengan tanggal 15 Februari 2016.
penerapan keselamatan pasien secara Azwar,S. 2005. Sikap manusia ( teori dan
bertahap diruangan. pengukurannya ). Yogyakarta, Pustaka
c. Memotivasi dan memberikan Belajar Offset
dukungan pada perawat pelaksana
d. dalam melaksanakan timbang terima Cahyono. 2008. Membangun budaya
pasien secara efektif saat pelaporan. keselamatan pasien dalam praktek
e. Melakukan evaluasi terhadap timbang kedokteran. Yogyakarta : Kanisius
terima untuk mengetahui faktor Dewi, M. 2012. Pengaruh pelatihan timbang
pendukung dan penghambat terima pasien terhadap penerapan
penerapan timbnag terima. keselamatan pasien oleh perawat
Saran untuk peneliti selanjutnya pelaksana di RSUD Raden Mataher
Perlu adanya penelitian lanjut tentang Jambi, Tesis
faktor – faktor yang berhubungan dengan Friesen, M.A.White,V.S & Byers F.J
pelaksanaan timbang terima pasien dengan ( 2008 ).Handsoffs : Implication For
waktu yang lebih lama, sehingga dapat Nurse.
terlihat faktor apa saja yang mempengaruhi
pelaksanaan timbang terima pasien. Selain Http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK26
itu disarankan untuk memperluas penelitian 49/. Di unduh 6 Maret 2016
dengan meneliti pengaruh tentang pelatihan
timbang terima dengan metoda komunikasi
SBAR. Haastono, S.P. 2007. Analisa data kesehatan.
Fakultas kesehatan masyarakat
Saran untuk keilmuan Manajemen Universitas Indonesia. Diktat Tidak
keperawatan dipublikasikan
Mengembangkan teori metode timbang
terima selain dari metode tradisional, metode Handoko, T. H. 2000. Manajemen Personalia
bedside handover, metode komunikasi SBAR dan Sumber Daya Manusia Edisi Dua
dan menciptakan panduan khusus untuk Cetakan Keempat Belas. Yogyakarta:
memudahkan penerapan metode tersebut BPFE
dalam tatanan pelayanan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA Kaasean M, Jagoo ZB. 2005. Managing
Abugar Rahmah, 2013, Pelaksanaan change in the nursing handover from
Handover pasien di ruang VIP dan ruang traditional to bedside handover- a case
rawat penyakit dalam badan Rumah study from Mauritius. BMC Nursing 4
Sakit Daerah Kabupaten Banggai, Pasca (1):1
Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Kerisyanti Maya A, Noor Bahry, Maidin
Gadjah mada Yogyakarta, Tesis Alimin. 2014. Faktor – faktor yang
Alim Yolanda. 2015. Hubungan pengarahan mempengaruhi komunikasi pada saat
kepala ruangan dengan pelaksanaan Handover di ruang rawat inap Rumah
timbang terima perawat di ruang rawat sakit Universitas Hasanuddin. Tesis
inap di RSUD Toto Kabila Kabupaten Universitas Hasanuddin Makasar
Bone Bolango. Tesis Universitas Mayasari, F. ( 2011 ). Gambaran
Gorontalo Keefektifan timbang terima ( operan ) di
Alvarado,K. Lee,R.Christoffersen,E. Fram,N, ruang kelas I Irna Non Bedah ( Penyakit
Boblin,S. 2006. Transfer of dalam ) RSUP DR. M. Jamil Padang
acountability : Transforming shift Tahun 2011. Jurnal Vol 1 No. 12-21.
handover to enhance patient Mangkunegara, (2013). Perilaku Dan Budaya
safety.Health Care Quarterly. Special Organisasi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
172 |. Dini Qurrata Ayuni, Almahdy, Esi Afriyanti ./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 163-172
Mangkunegara, (2013). Manajemen Sumber standar prosedur operasional timbang
Daya Manusia Perusahaan. Bandung : terima,STIKes Bina Sehat PPNI
PT Remaja Rosdakarya. Mojokerto.
Notoadmodjo, S. 2010. Pendidikan dan Street and Manias .2001. The handover :
prilaku kesehatan, Jakarta : Rhineka Uncovering the hidden practices of nurse.
Cipta Intensive crit Care Nurse ; Intensive and
critical care Nursing.16, 373-383
Notoadmodjo, S. 2014. Promosi kesehatan
dan perilaku kesehatan. Jakarta :Rineka Tan Amil Kusain . ( 2015 ). Emphasizing
Cipta Caring Components in Nurse-Patient-
Nurse Bedside Reporting. University de
Nursalam, 2013. Manajemen Keperawatan
Oviedo, Spain. Di akses tanggal 15
Aplikasi dalam praktik Keperawatan.
Februari 2016
Profesional edisi 3 Jakarta : Salemba
Medika Triwibowo,C.2013.Manajemen pelayanan
Keperawatan di rumah
Nursalam, 2014. Manajemen Keperawatan
Sakit.Jakarta.TIM
Aplikasi dalam praktik Keperawatan
Profesional Edisi 4. Jakarta : Salemba Tucker, A. (2009). ‘Improved record-keeping
Medika with reading handovers’, Journal of
O’Connel, Kate MD, Kelly C. 2008. Nursing Nursing Management, vol. 16(8).
handover : it’s time for achennge. Vestal.KW. 2007. Managent Concept for the
Journal Contenpory Nurse. Diakses new Nurse. Philadelpia, SB. Lippincat
tanggal 23 Februari 2016 Campany
Roifah Ifa, Susanti Dwi Anggraini. 2014, Yudianto K. 2005. Faktor – faktor yang
Anallisa hubungan persepsi perawat berhubungan dengan pelaksanaan operan
pelaksana tentang fungsi pengawasan pasien perawat pelaksana dirumah sakit
kepala ruangan dengan pelaksanaan hasan sadikin Bandung. Tesis

Anda mungkin juga menyukai