Anda di halaman 1dari 4

CRITICAL REVIEW TATA KELOLA PERUSAHAAN

TUGAS MATA KULIAH


SEMINAR AKUNTANSI SESI 4

OLEH:

NAMA: NOVRIO
NIM: 20200102120

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2021
1. PENDAHULUAN
Banyaknya skandal yang telah terjadi diperusahaan menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut tidak dikelola dengan profesional. Skandal tersebut terjadi banyak
diakibatkan oleh tidak dipatuhinya atau tidak dilaksanakan prinsip-prinsip corporate
governance. Diantara skandal yang terjadi salah satunya diakibatkan oleh tidak
transparannya pengelola perusahaan (Agent) dalam memberikan informasi terkait dengan
perusahaan. Secara teoritis, pelaksanaan Corporate Governance dapat meningkatkan nilai
perusahaan, dengan meningkatkan kinerja keuangan mereka, mengurangi risiko yang
mungkin dilakukan oleh dewan komisaris dengan keputusan-keputusan yang
menguntungkan diri sendiri dan umumnya good corporate governance dapat
meningkatkan kepercayaan investor.
Peningkatan kinerja perusahaan diperlukan sebagai salah satu dasar dalam menilai
kualitas perusahaan. Perusahaan dituntut secara hukum untuk menerapkan prinsip GCG
seperti yang ada dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang
dikeluarkan oleh Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) (2010) diantaranya:
Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, Kewajaran dan Kesetaraan
Dengan menerapkan Corporate Social Responsibility, perusahaan membangun citra
yang baik sehingga menimbulkan penilaian positif dari konsumen yang mampu
meningkatkan loyalitas mereka terhadap produk yang dihasilkan perusahaan. Semakin
baik pengungkapan Corporate Social Responsibility maka loyalitas konsumen terhadap
perusahaan akan semakin tinggi sehingga dapat meningkatkan penjualan yang dapat
memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

2. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


a. Teori Keagenan
Teori keagenan (agency theory) merupakan dasar yang digunakan untuk
menjelaskan tentang corporate governance. Teori ini berisi tentang penjelasan mengenai
hubungan antara agent (manajer) dan principal (pemilik) (Wijayanti dan Mutmainah,
2012). Dalam pelaksanaannya, pemilik akan memberikan wewenang kepada manajer
dengan harapan agar manajer tersebut akan memberikan yang terbaik untuk mencapai
tujuan dari pemilik, yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Namun timbul masalah dari
adanya pemisahan kepemilikan dan pengelolaan yang disebut sebagai masalah agensi.
Masalah agensi timbul akibat adanya konflik kepentingan (conflict of interest) antara
pemilik (pemegang saham) dan agen (manajemen). Untuk mengurangi masalah atau
konflik yang terjadi antara pemilik dan manajemen, maka diperlukan suatu mekanisme
pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan. Mekanisme yang dapat dipakai adalag
GCG (Good Corporate Governance). GCG diharapkan dapat menjadi sistem yang
memberikan petunjuk dan prinsip untuk menyelaraskan perbedaan kepentingan manajer
dan pemegang saham.

b. Prinsip-prinsip Corporate Governance


- Fairness, menjamin adanya perlakuan adil dan setara di dalam memenuhi hak-
hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Prinsip ini menekankan bahwa semua pihak, yaitu baik
pemegang saham minoritas maupun asing harus diberlakukan sama.
- Transaparency, menjamin adanya perlakuan adil dan setara di dalam memenuhi
hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Prinsip ini menekankan bahwa semua
pihak, yaitu baik pemegang saham minoritas maupun asing harus diberlakukan
sama.
- Accountability, menjelaskan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban
organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
- Responsibility, memastikan kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang
berlaku.
- Independency, agar pelaksanaan Good Corporate Governance berjalan lancar,
perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak
lain.
-
Semakin banyak pemonitor akan semakin baik karena terjadinya konflik semakin
rendah dan akhirnya menurunkan agency cost. Pengawasan komisaris terhadap
manajemen umumnya tidak efektif dikarenakan proses pemilihan dewan komisaris yang
kurang demokratis, kandidat dewan komisaris sering dipilih sendiri oleh manajemen
sehingga setelah terpilih tidak berani mengkritik kebijakan manajemen. Dalam menjamin
terciptanya tata kelola yang baik maka komisaris independen diharuskan mempunyai
kredibilitas, profesional, integritas yang baik. Komisaris independen memikul tanggung
jawab untuk mendorong secara proaktif agar komisaris dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pengawas dan penasihat direksi dapat memastikan perusahaan memiliki strategi
bisnis yang efektif, memastikan perusahaan mematuhi hukum perundangan yang berlaku
maupun nilainilai yang ditetapkan di perusahaan, sehingga perusahaan perusahaan
memiliki corporate governance yang baik.

3. KESIMPULAN
Dengan semakin besar proporsi dewan komisaris independen fungsi pengawasan
perusahaan akan terlaksana dengan baik sehingga kinerja keuangan perusahaan juga
meningkat.

Anda mungkin juga menyukai