Anda di halaman 1dari 7

Jurnal praktikum biofarmasetika-farmakokinetika

PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA OBAT SETELAH PEMBERIAN


DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA EKSKRESI URIN KUMULATIF
Aji Bayu Sahputra, Atikah Afifah, Atikah Haniyah, Emilia Contesa, Ina Suci Pratiwi,
Marcelin Anggraini Wistin
Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sriwijaya
Email : farmasiunsri2015@gmail.com

ABSTRAK
Parameter farmakokinetika adalah besaran yang diturunkan secara matematis dari model
berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh dan atau metabolitnya di dalam cairan hayati (darah, urin,
saliva, air mata, atau cairan hayati lainnya). Data eksresi obat lewat urine dapat dipakai untuk
memperkirakan bioavailabilitas. Jumlah kumulatif obat yang dieksresi dalam urine secara langsung
berhubungan dengan jumlah total obat yang terabsorbsi. Percobaan ini dilakukan untuk menetapkan dan
menghitung parameter farmakokinetika obat setelah pemberian dosis tunggal berdasarkan data ekskresi
urin kumulatif. Dalam percobaan ini terdapat dua data ekskresi urin kumulatif yang keduanya dihitung
dengan menggunakan 2 metode yakni metode ARE dan metode Rate. Pada data pertama hasil dengan
metode Rate diperoleh Kel sebesar 0,379 jam-1, t1/2 sebesar 1,828 jam dan K e sebesar -8,60057 sedangkan
pada data kedua hasil dengan metode ARE diperoleh K el sebesar 0,504 jam-1, t1/2 sebesar 1,267 jam, Ke
sebesar 0,0452 dan Fe sebesar 1,277. Dari perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa hasil
dari masing-masing data tidak jauh berbeda walaupun menggunakan dua metode yang berbeda.

Kata kunci : Parameter farmakokinetika, Data ekskresi urin kumulatif, Metode ARE, Metode rate

PENDAHULUAN lengkap. Jumlah kumulatif obat yang


Farmakokinetika merupakan ilmu dieksresi dalam urine secara langsung
yang mempelajari kinetika absorbsi obat, berhubungan dengan jumlah total obat
distribusi, dan eliminasi (ekskresi dan yang terabsorbsi. Di dalam percobaan,
metabolisme). Uraian dari distribusi dan cuplikan urinedikumpulkan secara
eliminasi obat sering diistilahkan sebagai berkala setelah pemberian produk obat.
disposisi obat. Data eksresi obat lewat Tiap cuplikan ditetapkan kadar obat bebas
urine dapat dipakai untuk memperkirakan dengan cara yang spesifik. Kemudian
bioavailabilitas. Agar dapat diperkirakan dibuat grafik yang menghubungkan
yang sahih, obat harus dieksresi dengan kumulatif obat yang dieksresi terhadap
jumlah yang bermakna di dalam urine dan jarak waktu pengumpulan
cuplikan urine harus dikumpulkan secara (Ganiswarna,2007).
Farmasi, FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitasSriwijaya
Jurnal praktikum biofarmasetika-farmakokinetika

Penetapan parameter tertentu sebagai cerminan adalah


farmakokinetika suatu obat ini berguna pergeseran nilai suatu ubahan fisiologi.
untuk mengkaji kinetika absorpsi, Contoh parameter farkokinetika sekunder
distribusi dan eliminasinya dalam badan. antara lain t1/2 (Waktu paruh eliminasi),
Hasil kajian ini diantaranya memiliki arti Kel (Konstanta kecepatan eliminasi), dan
penting dalam penetapan aturan dosis. Fe (Fraksi obat yang terekskresi).
Parameter farmakokinetika yang tepat Parameter farmakokinetika turunan
digunakan untuk mengkaji kinetika harganya semata-mata tidak tergantung
absorbsi suatu obat diantaranya adalah dari harga parameter farmakokinetika
tetapan kecepatan absorpsi (Ka), luas primer tapi juga tergantung dari dosis
daerah dibawah kurva (AUC), dan fraksi atau kecepatan pemberian obat terkait
obat yang diabsorpsi (Fa). Sedangkan (Mutschler, 1991).
untuk kinetika distribusi adalah (Vd dan
Vdss), dan untuk kinetika eliminasi Tetapan laju eliminasi, K, dapat

adalah klirens total (Clt), tetapan dihitung dari data ekskresi urine. Dalam

kecepatan eliminasi (Kel), dan waktu paro perhitungan ini, laju ekskresi obat

eliminasi (T1/2) (Shargel,1988) dianggap sebagai orde ke-satu. Ke adalah


tetapan laju ekskresi ginjal. Oleh karena
Pada hakekatnya parameter itu, eliminasi suatu obat biasanya
farmakokinetika ada 3 jenis antara lain dipengaruhi oleh ekskresi ginjal atau
parameter primer, parameter sekunder metabolism (biotransformasi). Laju
dan parameter turunan. Parameter ekskresi obat lewat urin (dDu/dt) tidak
farmakokinetika primer adalah parameter dapat ditentukan melalui percobaan
yang harganya dipengaruhi oleh segera setelah pemberian obat. Dalam
perubahan salah satu atau lebih perubahan praktek, urine dikumpulkan pada jarak
fisiologis yang terkait. Termasuk waktu tertentu dan konsentrasi obat
parameter tersebut adalah Ka (Konstanta dianalisis. Kemudian laju ekskresi urin
kecepatan absorbsi), Fa (Fraksi obat rata-rata dihitung untuk tiap waktu
terabsorpsi) dan Vd (Volume distribusi). pengumpulan. Harga dDu/dt rata-rata
Parameter farmakokinetika sekunder digambar pada suatu skala semilogaritmik
adalah farmakokinetika yang harganya terhadap waktu yang merupakan harga
tergantung pada harga parameter tengah (titik tengah) waktu pengumpulan
farmakokinetika primer. Perubahan harga (Sweetman,2007).
suatu parameter farmakokinetika
sekunder disebabkan berubahnya harga Rate adalah metode laju ekskresi

parameter farmakokinetika primer renal yang digunakan untuk menentukan

Farmasi, FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitasSriwijaya
Jurnal praktikum biofarmasetika-farmakokinetika

laju ekskresi obat. Metode ini dapat Dari data simulasi dibuatlah kurva
menentukan tetapan laju ekskresi (Ke) profil kadar obat dengan kertas semi
dan pengosongan kandung kemih pada logaritmik. Ditentuksn titik-titik tengah
metode ini harus sempurna serta tidak yang mewakili fase eliminasi yang
perlu sampai ke Du~. Metode ARE kemudian di buat regresi A hingga
( Amount of Drug Remaining to be diperoleh nilai dari B dan β (y = bx + a →
Excreted) adalah metode yang digunakan ln Cp = -β.t + ln B). Masukan t pada fase
untuk mengetahui jumlah obat yang absorbsi kedalam regresi A hingga
belum diekskresikan. Berbeda dengan diperoleh Cp ekstrapolasi kemudian
metode rate, metode ini tidak bisa hitung Cp residual (Cp – Cp ekstrapolasi).
menentukan tetapan laju ekskresi Selanjutnya buatlah regresi B antara Cp
(Ke),pengosongan kandung kemih tidak residual dan t fase absorbsi hingga
harus sempurna dan perhitungan perlu diperoleh A dan α (y = bx + a → ln Cp
~
sampai ke Du (Shargel,1988). ekstrapolasi α = -α.t + ln A). Hitung k dan
ka dengan persamaan Cp = B.e -k.t – A.e-
ka.t
. Selanjutnya hitung T max = ln
METODE PENELITIAN ka/k/(ka-k), AUC dengan metode trapeoid

A. Alat dan Bahan dan rumus (B/β – A/α), Vd =


F.D(Kel.AUC) nilai Cl= Kel.Vd dan
Alat dan bahan yang digunakan pada terakhir tentukan nilai Cp max dari data
praktium penetapan parameter urin kumulatif tersebut.
farmakokinetika obat setelah pemberian
dosis tunggal menggunakan data ekskresi Persiapan data

urin kumulatif antara lain alat tulis dan Pada praktikum kali ini tidak
juga alat hitung. dilakukan persiapan data secara langsung

Sedangkan bahan yang digunakan tetapi diberikan oleh asisten data urin

yaitu data urin yang didapat dari hasil yang terdiri dari nilai waktu (t) dan juga

pengukuran urin dalam waktu tertentu nilai dari jumlah kumulatif obat tidak

dengan spektrofotometri dan pada data berubah saat diekskresi dalam urin dalam

urin tersebut terdiri dari waktu (t) dan urin (Du). Sedangkan pada penentuan

jumlah kumulatif obat tidak berubah parameter farmakokinetika data urin

diekskresi dalam urin (Du). dilakukan dengan cara obat diberikan


secara oral akan ditentukan nilai dari K,
B. Prosedur Kerja waktu paruh (t1/2) dan klirens. Dimana
nilai K adalah kecetapan dari laju
eliminasi obat setelah masuk kedalam
Farmasi, FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitasSriwijaya
Jurnal praktikum biofarmasetika-farmakokinetika

sistem sirkulasi, waktu paruh adalah ln ke = 4,416 / 400.60


waktu yang dibutuhkan agar jumlah obat ln ke = 4,416 / 24000
dalam tubuh melarut setengah dari dosis ln ke = 1,84x10-5
dan klirens (Cl). Pada percobaan ini ke = -8,60057
dilakukan dengan data probandus yang
diambil urin awal/blanko (t = 0), setelah 2. Metode ARE
itu diberikan suatu obat yang kemudian Du’ – ln (Du’
t mid Du
urin tersebut ditampung dalam botol Du – Du At (f)
(jam) kum
cokelat dengan selisih waktu tertentu dan kum kum)
dicatat volumeny. Tahap berikutnya di 1 98,6 179,9 5,192 97,31
3 174,3 104,2 4,646 37,54
spektrofotometri sehingga didapatlah 5 227,9 50,6 3,923 17,72
suatu data dan dihitunglah parameter- 7 260,2 18,3 2,906 8,020
9 272 6,5 1,871 2,341
parameternya. 11 278,5 0 0 1,074
BB 45 Kg (70th), dosis 300mg
HASIL ANALISIS
 Regresi t mid vs ln Du’-Du kum
1. Metode RATE
a = 6,11
t Du t t ln b = -0,504
Du/t
(jam) (mg) mid selisih Du/t r = -0,97

2 125 1 2 62,5 4,135  - kel = b


4 96 3 2 24 3,178 kel = -b
8 52 6 4 6,5 1,871
10 37 9 2 3,7 1,308 kel = - ( -0,504)
12 19 11 2 1,583 0,459 = 0,504
14 6,4 13 2 0,457 -0,783
BB pasien 60 Kg dengan dosis 400  T1/2 = ln2 / kel

mg/KgBB = 0,639 / 0,504

 Regresi t mid vs ln Du/t = 1,267 jam

a = 4,416  At(f) = (1/kel x Du/t) + Du kum

b = - 0,379 2 = (1/0,504x 98,6/2) + 98,6

r = - 0,99 = 97,31

 - Kel = b 4 = (1/0,504x 174,3/4) + 174,3

Kel = -b = 37,54

Kel = 0,379 jam-1 6 = (1/0,504x 227,9/6) + 227,9


= 17,72
 T1/2 = ln2 / kel
8 = (1/0,504x 260,2/8) + 260,2
= 0,693 / 0,379
= 8,020
= 1,828 jam
10 = (1/0,504x 272/10) + 272
 ln ke = a/Db0
= 2,341
Farmasi, FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitasSriwijaya
Jurnal praktikum biofarmasetika-farmakokinetika

12 = (1/0,504x 278,5/12) + 278,5


= 1,074
 At(f)As = 97,81
ln Ke x Db = a
ln Ke = a / Db
= 6,11 / 300.45
= 6,11/ 13500
=0,0452
 Fe = Du’ / At(f)As
= 125/ 99,81 Dari data B didapati hasil yang

= 1,277 hampir sama dengan data A. Dimana

KURVA DAN PERBANDINGAN garis kurva yang terbentuk didapatkan


garis linear yang artinya kurva dengan
Data A metode ARE ini memliki orde 0.

PEMBAHASAN

Dalam percobaan mengenai


penetapan parameter farmakokinetika
obat setelah pemberian dosis tunggal
menggunakan data urin kumulatif
dilakukan terhadap dua data ,dimana data
tersebut masing-masing di hitung dengan
metode RATE(metode laju ekskresi
renal) dan metode ARE (sigma minus).
Dari Data A dengan metode RATE
Masing-masing metode ini bertujuan
didapati hasil kurva yang memiliki garis
untuk memperoleh parameter
miring ke bawah. Pada Metode RATE
farmakokinetik.
didapati garis linear yang lurus yang
merupakan maksud dari Metode RATE Dalam pengukuran parameter
yakni menggunakan kurva orde 0. farmakokinetik ini tidak hanya bisa
digunakan sampel darah namun pada
Data B
percobaan ini digunakan urin, dimana
sampel urin ini memilki keuntungan
diantaranya data urin ini dapat
menghitung jumlah obat langsung
didalam tubuh, keuntungan lainnya

Farmasi, FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitasSriwijaya
Jurnal praktikum biofarmasetika-farmakokinetika

adalah sampel urin termasuk memiliki dihitung dengan nilai t vs ln (Du~-Du


kadar yang besar jika dibandingkan kum),kemudian dicari nilai Kel dan t
dengan sampel darah dan yang lebih eleminasinya.
menguntungkan pengukuran dengan urin
Dari data pengujian yang kami
adalah untuk obat yang diekskresikan
lakukan dan dihitung dengan masing-
lewat urin tanpa perubahan seperti
masing metode ARE dan RATE, dari
parasetamol. Namun dari beberapa
masing-masing metode ini dihitung nilai
kelebihan tersebut sampel urin juga
Kel, t1/2, dan ke, namun untuk metode
memiliki kekurangan diantaranya dari
ARE juga ditentukan nilai Fe. Pada
sampel in idak dapat kita menentukan
metode ARE untuk mempeoleh harga
nilai vd, cp max selain itu kekurangan
tetapan kecepatan eleminasi(Kel) didapat
dari data urin ini sulit didapatkan
dari plot semilogaritma beberapa titik
pengosongkan kantung kemih yang
terakhir ARE lawan waktu. Dimana ARE
sempurna, sering terjadi dekomposisi obat
ini diperoleh dari pengurangan ARE
selama penyimpanan, dan terjadinya
sampai waktu tertentu. Pada metode ARE
hidolisis konjugasi metabolisme yang
ini juga dikerjakan untuk pengumpulan
stabil didalam urin. Metode ekskresi urin
cuplikan urin setelah pemberian suatu
kumulatif digunakan untuk menetapkan
obat,berlangsung sampai seluruh obat tak
parameter Kel, Ka, Fa, t1/2,serta jumlah
berubah praktis diekskresikan secara
obat yang diabsorpsi serta besar
sempurna dari badan ,dan harga kel dapat
ketersediaan hayati obat.
diperoleh dari plot logaritmik kecepatan
Metode RATE dan ARE ekskresi (dAe/dt) lawan waktu tengah.
memiliki perbedaan ,namun tujuan yang
Dalam penetuan nilai t1/2 pada
sama, kedua nya berbeda hanya dalam
kedua metode ini dihitung dengan
rumus yang digunakan yang sesuai
perbandingan antara nilai ln2 dengan nilai
sampel urin yang akan dihitung. Pada
kef yang telah dihitung sebelumnya.
metode RATE setelah menghitung nilai
Penghitungan nilai t1/2(waktu obat
Du ,selanjutnya dilakukan penghitungan
menrunkan kadarnya sebesar 50%)
nilai tmid, sedangkan pada metode ARE
bertujuan menghitung berapa lama waktu
dihitung Du kumulatif,dan itu membuat
yang diperlukan obat sehingga kehilangan
rumus untuk regresi pada kedua metode
50% kadarnya didala tubuh . sedangkan
ini berbeda, pada metode rate regresi
untuk perhitungan nilai ke tujuannya agar
dihitung menggunakan nilai tmid vs ln
dapat menetnukan ketetapan laju ekskresi
Du/t. Cari nilai Kel dan t eleminasi,
obat,dimana dari data yang sama namun
sedangkan untuk metode ARE regresi
di hitung dengan menggunakan metode
Farmasi, FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitasSriwijaya
Jurnal praktikum biofarmasetika-farmakokinetika

yang berbeda hasilnya sedikit berebeda, didapat kurva dengan garis linear yang
dimana dengan metode RATE hasilnya lurus yang maksudnya kurva ini
lebih besar dibanding dengan metode menggunakan orde 0. dari kedua data
ARE. tersebut didapat hasil yang tidak berbeda
jauh, yang artinya kedua metode ini tidak
Pada metode ARE dilakukan
berbeda jauh.
perhitungan fe, perhitungan fe ini
bertujuan untuk menentukan fraksi
eleminasi dimana dari data yang telah di DAFTAR PUSTAKA
lakukan di percobaan didapatkan 0,35 Ganiswarna.2007,Farmakologi dan
nilai ini didapatkan dari ln ke berbanding Terapi, Edisi kelima, Fakultas
lurus dengan perbandingan absorbansi Kedokteran Universitas Indonesia,
obat dengan dosis obat dan berat badan Jakarta, Indonesia.
pasien. Dari perhitungan yang dilakukan Mutschler,E.1991,Dinamika Obat, Edisi
disimpulkan bahwa kedua metode ini kelima, Institude Teknologi
memiliki perbedaan,dimana waktu di Bandung, Bandung, Indonesia.
gunakannya metode sesuai dengan Shargel,L.1988,Biofarmasetika dan
cuplikan urin di ekskresikan didalam Farmakokinetika Terapan, Edisi
tubuh. kedua, Airlangga University Press,
Surabaya, Indonesia
KESIMPULAN
Sweetman,S.C.2007, Martindale: The
Dalam percobaan mengenai Complete Drug Reference 35th
penetapan parameter farmakokinetika Edition, The Pharmaceutical
obat setelah pemberian dosis tunggal Press,London
menggunakan data urin kumulatif
dilakukan terhadap dua data ,dimana data
tersebut masing-masing di hitung dengan
metode RATE(metode laju ekskresi
renal) dan metode ARE (sigma minus).
Dimana masing-masing dilakukan
perbandingan data antara data A dan data
B. dari data A menghasilkan metode
RATE di dapati kurva garis linier yang
lurus yang merupakan maksud dari
metode RATE kurva orde 0 sedangkan
pada kurva data B dengan metode ARE

Farmasi, FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitasSriwijaya

Anda mungkin juga menyukai