Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KELOMOK

EKONOMI MONETER
“Ringkasan Materi Ekonomi Moneter 7 - 14”

Disusun Oleh:
Kelompok III
Azistian Assu’ Ta’dung
Bella Angel Lovely Sirken
Jericho Alroy Rotinsulu
Melda

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS EKONOMI
2020
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya , sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Ekonomi Moneter dalam hal “Meringkas
Tugas 7 sampai 14”.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarnakan terbatasnya pengalaman serta pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk araharan serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia Pendidikan.

Manado,16 Januari

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................................i
BAB VII BANK DAN LEMBAGA KEUUANGAN NON BANK.......................................................................3
BAB VIII KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA.......................................................................................5
BAB IX PROBLRM KEBIJAKAN MOONETER.............................................................................................6
BAB X JALUr KEBIJAKAN MONETER.......................................................................................................9
BAB XI PERMINTAAN UANG.................................................................................................................10
BAB XII PENGERTIAN INFLASI DAN PENYEBABNYA..............................................................................11
BAB XIII MONETER INTER NASIONAL...................................................................................................12
BAB XIV SISTEM MONETER ISLAM.......................................................................................................14

ii
BAB VII
BANK DAN LK NON-BANK
A.Pengertian bisnis perbankan
Bisnis perbankan adalah suatu kegiatan menerima dan menjaga uang yang dimiliki
oleh individu dan entitass lain kemudian, meminjamkan uang ini untuk melakukan kegitan
ekonomi seperti menghasilkan untung atau sekedar menutupi biaya operasional.

B.Industri perbankan

Beberapa layanan jasa perbankan yang diberikan oleh Lembaga keuangan bank
adalah sebagai berikut:

 Jasa pemindahan uang(transfer)


 Jasa penagihan(inkaso)
 Jasa kliring(clearning)
 Jasa penjualan mata uang asing(valas)
 Jasa save deposit box
 Travelers cheque
 Bank card
 Bank draft
 Letter Of Credit(L/C)
 Dan berbagai jasa bank lainnya .
Jenis-jenis lembaga keuangan bank:

a.Bank sentral

Bank sentral adalah lembaga keuangan yang memiliki tanggungjawab untuk harga-
harga dan nilai-nilai mata uang suatu negara.

b.Bank umum

Bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan usaha dibidang jasa keuangan,
baik secara konvensional atau dengan prinsip Syariah.

c.Bank Perkreditan Rakyat(BPR)

3
Bank perkreditan rakyat adalah bank yang memberikan jasa keuangan dalam
bentukdeposito berjangka dan lainnya berbentu sama,lalu menyalurkan dana tersebut untuk
keperluan modal usaha masyarakat.

C.Regulasi perbankan

Regulasi perbankan addalah pengaturan dalam dunia perbankan jika sebelumnya


otoritas moneter belum mengaturnya.Lembaga yang mengatur dan mengawasi bank umum
maupun BPR adalah OJK(otoritas jasa keuangan).

Tujuan pengaturan Bank:

 Safety
 Stability
 Structure

D.Lembaga kuangan bukan bank


 Pegadaian, merupakan perusahaan yang umum nilik pemerintah(BUMN) yang
memberikan pinjaman tanpa jaminan non bank yang diakui oleh negara melalui OJK.
 Koperasi simpan pinjam, merupakan lembaga keuangan bukan bank berbentuk
koperasi yang menghimpun dana dari para anggotanya kemudian menyalurkannya
kembali kepada anggota serta non-anggota.
 Perusahaan modal ventura ,merupakan perusahaan yang berperan memberikan modal
kepada perusahaan lain yang memikili kegiatan yang beresiko tinggi tetapi
membutuhkan modal besar untuk membangunnya dan memiliki prospek bisnis yang
baik.
 Perusahaan sewa guna(leasing), merupakan Lembaga keuangan bukan bank yang
memiliki system kontrak sewa yang digabungkan pembelian secara ansuran baik itu
kepada perorangan maupun perusahaan.
 Dana pension, merupakan jenis badan usaha yang memiliki kegiatan menyediakan
dana pension degancara mengumpulkan dana melalui pemotongan gaji pegawai setiap
bulannya ketika seseorang aktif berkeja.
 Pasar modal(bursa efek) ,adalah untuk mengamankan uang pribadi ketika terjadi
sesuatu yang beresiko.

4
BAB VIII
KEBIJAKAN MONETER DI INDONEISA

Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dilaksanakan oleh Bank Sentral atau
Otoritas Moneter dalam bentuk pengendalian besaran moneter dan atau suku bunga untuk
mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan (Warjiyo dan Solihin,
2003). Kebijakan moneter merupakan bagian dari kebijakan ekonomi makro dan memiliki
hubungan yang sangat terkait. Kebijakan moneter diarahkan untuk mencapai stabilitas inflasi
dan terciptanya sistem keuangan yang dapat melaksanakan fungsi intermediasi secara
seimbang. Kebijakan moneter berpengaruh terhadap sektor riil dan keuangan melalui
mekanisme berbagai jalur transmisi kebijakan moneter yaitu jalur uang, kredit, suku bunga,
nilai tukar yang berlangsung melalui sistem perbankan (Warjiyo, 2004).
Kebijakan moneter dalam rangka mencapai stabilitas perekonomian nasional atau
peningkatan pertumbuhan perekonomian nasional dilakukan dengan mempergunakan
sejumlah instrumen pilihan untuk mencapai sasaran akhir. Melalui kebijakan moneter
diharapkan dapat dicapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, penurunan tingkat
pengangguran, inflasi yang rendah, dan neraca pembayaran yang seimbang. Inflation
targeting merupakan kerangka kerja Bank Indonesia dalam mencapai dan memelihara
kestabilan harga dengan menentukan sasaran kebijakan moneter secara eksplisit dengan
berdasarkan pada proyeksi dan target inflasi Kerangka kerja Inflation Targeting menurut
Bernanke dan Woodford (2002), Taylor (2000), serta Svendson (2006) sebagai berikut :
1) Bank Indonesia menyatakan bahwa tujuan akhir kebijakan moneter adalah mencapai
dan menjaga inflasi yang rendah.
2) Mengumumkan target inflasi kepada publik karena Bank Indonesia berkomitmen dan
menjamin kepada publik bahwa setiap kebijakan Bank Indonesia akan mengacu pada
target tersebut dan bank sentral bertanggung jawab jika target tersebut tidak tercapai.
3) Bank Sentral adalah independen dan bebas dari campur tangan pemerintah
4) Tidak terdapat fiscal dominant yang mengganggu stabilitas perekonomian nasional.
Prinsip yang mendasari kerangka kerja tersebut adalah sasaran akhir kebijakan moneter
hanyalah mencapai dan memelihara laju inflasi yang rendah dan stabil dengan asumsi:
1) Laju inflasi yang tinggi adalah suatu bentuk biaya yang harus ditanggung oleh
perekonomian berupa pertumbuhan ekonomi yang rendah dan menurunnya nilai rill
dan pendapatan nasional.
2) Kebijakan moneter melalui pengendalian uang beredar tidak dapat mempengaruhi
pertumbuhan output rill dalam jangka waktu panjang.
3) Bertujuan stabilisasi dan menurunkan inflasi dalam jangka panjang.

Syarat-syarat agar berhasil melaksanakan inflation targeting, antara lain :

5
1) Bank Indonesia harus mandiri terutama dalam melaksanakan kebijakan moneter
2) Kebijakan nilai tukar adalah mengambang.
3) Keberadaan indikator harga adalah relevan dengan sasaran kebijakan
4) Metodelogi proyeksi inflasi yang baik.
5) Tidak ada dominasi sektor fiskal.
Konsep dasar kerja tersebut antara lain :
 Sasaran inflasi Dimulai dengan penetapan dan diumumkannya sasaran inflasi yang
ingin dicapai oleh bank sentral. Penetapan ini didasarkan dengan pertimbangan
berbagai faktor dan perkembangan ekonomi makro terutama kerugian sosial atau
social loss akibat trade off antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Penentuan inflasi
harus dapat dipergunakan sebagai ukuran atau anchor dari pelaksanaan kebijakan
moneter bank sentral dan penetapan itu untuk jangka panjang.
 Kebijakan moneter forward looking Kebijakan moneter awal bersifat antisipatif atau
bukan relatif karena adanya tenggang waktu antara pengaruh kebijakan moneter dan
inflasi. Seberapa lama tingkat inflasi tertentu ditetapkan adalah tergantung pada
tenggang waktu tersebut.
 Transparansi Kunci sukses penerapan inflation targeting oleh bank sentral adalah
transparan sehingga ekspektasi inflasi masyarakat yang terbentuk adalah sesuai
dengan yang diiniginkan oleh bank sentral. Bentuk transparansi tersebut adalah
penjelasan bank sentral kepada publik secara periodik tentang perkembangan
ekonomi terkini, proyeksi inflasi, kebijakan yang diambil untuk menjaga tetap pada
jalurnya.
 Akuntabilitas dan Kredibilitas Dengan mengumumkan target inflasi kepada publik
berarti melekat akuntabilitas karena bank sentral mempertanggungjawabkan target
tersebut. Kredibilitas bank sentral tergantung kepada komitmen bank sentral dalam
mencapai target inflasi yang ditetapkan sehingga penerapan target dilakukan dengan
dibangunnya mekanisme pengembalian keputusan dengan mengandalkan hasil
evaluasi dan penyusunan skenario proyeksi ke depan berdasarkan model-model
ekonomi.
Secara teoritis, pengertian inflasi merujuk pada perubahan tingkat harga umum
(barang dan jasa) yang terjadi secara terus-menerus. Data perkembangan harga barang
didasarkan pada cakupan barang dan jasa dalam komponen pembentuk PDB, indek harga
perdagangaan besar, atau indeks harga konsumen. Sasaran laju inflasi ditetapkan atas dasar
tahun kalender dengan memperhatikan perkembangan dan prospek ekonomi mikro.
Independensi Bank Sentral Bank Indonesia sebagai otoritas moneter ditugaskan
membangun sistem kelembagaan yang kuat dan independen dalam mengelola dan
mendayagunakan devisa. Di dalam mengelola keuangan nusantara yang sehat, Bank
Indonesia sebagai Bank Sentral harus mandiri, bebas dari campur tangan pemerintah atau
pihak lain serta kinerjanya tetap diawasi. Oleh karena itu agar independensi dapat dijalankan
dengan baik dan kinerja dapat dipertanggungjawabkan, independensi Bank Indonesia menjadi
prasyarat tercapainya kesejahteraan masyarakat.
Independensi Bank Indonesia memiliki dasar hukum sesuai dengan UndangUndang
Dasar Tahun 1945 Pasal 23D “Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan,

6
kewenangan, tanggung jawab dan independensinya diatur dengan undang-undang”. Di
samping itu juga dipertegas dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank
Indonesia, Pasal 4 ayat 2 “Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas
daric ampur tangan Pemerintah dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang
secara tegas diatur dalam undang-undang ini”. Meyer (2000) mendefinisikan independensi
bank sentral sebagai terbebasnya bank sentral dari pengaruh, intruksi/pengarahan, atau
control, baik dari badan eksekutif maupun dari badan legislative. Sementara itu, Fraser
(1994) mendefinisikan independensi bank sentral sebagai kebebasan bank sentral untuk dapat
melaksanakan kebijakan moneternya yang bebas dari pertimbanganpertimbangan politik.
Namun menurut Fraser, langkah bank sentral melakukan konsultasi/koordinasi dengan
pemerintah dalam rangka menyelaraskan kebijakan yang menjadi kewenangan masing-
masing tidak menyalahi prinsip bank sentral. Undang-undang tentang Bank Indonesia
mengatur independensi Bank Indonesia baik di bidang kelembagaan, sasaran moneter,
instrument kebijakan moneter, personal, maupun keuangan sebagai berikut :
1. Independensi Kelembagaan Bank Indonesia merupakan lembaga Negara yang
independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya serta bebas dari campur tangan
pemerintah dan/atau pihak lain. Bentuk campur tangan tersebut adalah segala perbuatan pihak
lain secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi kebijakan dan pencapaian
tujuan Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah sesuai dengan
amanat dalam Pasal 7 Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia,
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 dan terakhir UndangUndang
No. 6 Tahun 2009 dengan tugas-tugas kebijakan moneter, system pembayaran dan perbankan
dengan akuntabilitas dan transparan.
2. Independensi Sasaran Akhir Yaitu kebebasan bank sentral dalam menetapkan
sasaran akhir kebijakan moneter (seperti sasaran inflasi atau pertumbuhan ekonomi) sebagai
penjabaran dari tujuan yang ditetapkan dalam undang-undang.
3. Independensi Instrumen Yaitu kebebasan bank sentral dalam menggunakan
instrument moneter dan menetapkan sendiri target operasional kebijakan moneter untuk
mencapai sasaran akhir yang ditetapkan. Independensi instrumen dapat berupa kewenangan
penuh bank sentral dalam menetapkan jumlah uang beredar dan/atau suku bunga serta
larangan pemberian pinjaman oleh bank sentral kepada pemerintah. Pada umumnya, bank
sentral memiliki independensi sehingga dapat menentukan cara yang paling efektif dan
akuntabel dalam mengarahkan kebijakan yang ditempuh untuk mencapai sasaran akhir yang
telah ditetapkan. Misalkan bank sentral memiliki kewenangan penuh menetapkan instrument
seperti giro wajib minimum.
4. Independensi Personal Yaitu kemampuan dan kewenangan dewan gubernur bank
sentral sebagai badan pembuat kebijakan untuk menolak campur tangan pemerintah dan/atau
pihak lain dalam melaksanakan tugas-tugas yang ditetapkan dalam undang-undang.
5. Independensi Keuangan Yaitu kewenangan yang diberikan undang-undang
kepada bank sentral untuk menetapkan dan mengelola anggaran dan asset kekayaannya tanpa
perlu persetujuan dari pemerintah atau parlemen. Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan
bank sentral dilakukan melalui audit yang dilakukan oleh auditor independen yang hasilnya
dipublikasikan kepada masyarakat.

7
Kebijakan Moneter Berbasis Single Anchor Suku Bunga
Instrumen moneter yang digunakan Bank Indonesia adalah berbasis suku bunga BI
rate atau single anchor. BI rate merupakan suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap
atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan Bank Indonesia dan diumumkan kepada
publik oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia melalui rapat Dewan Gubernur yang diadakan
setiap bulan dan diimplementasikan pada operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas di
pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter dengan
mempertimbangkan perkembangan tingkat inflasi, stabilitas nilai rupiah dan perekonomian.
Perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) sebagai sasaran operasional
kebijakan moneter diharapkan direspon dengan pergerakan pada suku bunga deposito dan
suku bunga kredit perbankan. Bank Indonesia akan menaikkan BI rate apabila tingkat inflasi
diperkirakan melampaui sasaran yang ditetapkan dan sebaliknya. Selain inflasi sebagai
sasaran bagi Bank Indonesia dalam melaksanakan kebijakan moneter melalui suku bunga
adalah kestabilan nilai tukar rupiah dan kestabilan perekonomian. Agar pergerakan suku
bunga PUAB sesuai dengan koridornya, Bank Indonesia selalu berusaha untuk menjaga dan
memenuhi likuiditas perbankan secara seimbang sehingga tercipta suku bunga yang wajar
dan stabil melalui operasi moneter tersebut, sehingga mekanisme transmisi di sektor
keuangan dan di sektor riil dapat berjalan dengan efektif . Operasi moneter tersebut
dilaksanakan melalui Operasi Pasar Terbuka dan standing facilities.

Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter dan Target Inflasi


Kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral dalam mempengaruhi kegiatan
ekonomi selalu menjadi perhatian baik dari dimensi nasional maupun dimensi regional.
Kebijakan moneter secara structural dirancang untuk sebuah tujuan nasional namun dampak
atau respon dari berbagai koridor di indonesia berbeda-beda. Hal ini tergantung dari
pendalaman pasar keuangan, struktur keuangan daerah dan hubungan perdagangan.
Mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan proses kebijakan moneter dengan
menggunakan instrumen-instrumen moneter dalam mempengaruhi berbagai aktivitas
ekonomi dan keuangan melalui berbagai saluran transmisi sehingga pada akhirnya mencapai
tujuan akhir yang ditetapkan (Taylor,1995) . Mekanisme transmisi kebijakan moneter
merupakan proses yang kompleks dan karenanya dalam teori ekonomi moneter sering disebut
dengan “Black box (Mishkin, 2004). Mekanisme transmisi kebijakan moneter dalam
penelitian ini menggunakan saluran transmisi suku bunga dan nilai tukar sesuai Melalui
saluran suku bunga kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral akan berpengaruh
terhadap perkembangan berbagai suku bunga disektor keuangan dan selanjutnya akan
berpengaruh pada tingkat inflasi dan output real. Pada tahap awal kebijakan yang ditempuh
bank sentral akan berpengaruh terhadap perkembangan suku bunga jangka pendek seperti
suku bunga SBI dan suku bunga PUAB di pasar uang rupiah. Perkembangan selanjutnya akan
mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan melalui tenggat waktu.
Transmisi suku bunga dari sektor keuangan ke sektor riil akan tergantung pada pengaruhnya
terhadap konsumsi dan investasi. Selanjutnya akan berdampak pada permintaan agregat,
inflasi dan output real. Jalur nilai tukar relevan bagi negara yang menyatu dengan ekonomi
terbuka seperti Indonesia. Saluran nilai tukar menekankan pentingnya pengaruh perubahan
harga asset financial terhadap berbagai aktivitas ekonomi terutama pengaruhnya assets

8
financial dalam bentuk valuta asing yang timbul dari kegiatan ekonomi suatu negara dengan
negara lain. Pengaruhnya tidak saja terjadi pada perubahan nilai tukar tetapi juga pada aliran
dana masuk dan keluar suatu Negara karena aktivitas perdagangan luar negeri maupun aliran
dana luar negeri, selanjutnya akan berpengaruh pada inflasi dan output riil negara tersebut.
Semakin terbuka suatu perekonomian yang disertai dengan sistem nilai tukar yang
mengambang dan system devisa bebas maka semakin besar pengaruh nilai tukar dan aliran
modal luar negeri.
BAB X
JALUR KEBJAKAN EKONOMI MONETER
Pengertian Ekonomi Moneter Sejatinya dalam ilmu ekonomi, kebijakan moneter
merupakan sebuah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatur kestabilan
keuangan suatu Negara.Keuangan yang sering kali berubah-ubah dengan adanya berbagai
faktor yang mempengaruhi membuat sebuah Negara mengatur hal tersebut dengan suatu
kebijakan. Stabilitas finansial dibutuhkan setiap negara untuk menjaga harga, inflasi serta
output dalam keadaan stabil.
Kebijakan moneter juga merupakan usaha yang dilakukan untuk memperoleh
peningkatan pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas harga pasar. Agar hal ini bisa
dicapai, Bank Sentral yang juga dikenal sebagai otoritas moneter mengeluarkan kebijakan
untuk mengatur keuangan Negara agar lebih terkendali. Seperti ketersediaan uang, distribusi,
kesempatan kerja serta laju inflasi yang terkendali.Perekonomian Negara selalu mendapatkan
perhatian lebih karena sumbangsinya untuk Negara yang sangat besar. Pemerintah senantiasa
mengamati pembangunan ekonomi, dan jika diperoleh keadaan yang menyimpang maka
disinilah otoritas moneter mengambil tindakan.Pemerintah akan mengambil langkah
kebijaksanaan untuk mengatasi masalah tersebut melalui otoritas moneter yakni kebijakan
moneter.
Tujuan Ekonomi Moneter Otoritas moneter dalam hal ini Bank Sentral memiliki
tujuan tertentu dalam mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Tujuan dari otoritas moneter ini secara jelas tergambar dalam UU Nomor 3 tahun
2004, tepatnya pada pasal 7 yang membahas Bank Indonesia. Dalam pasal tersebut
tercantum kebijakan BI dalam menjaga stabilitas nilai rupiah.Kestabilan nilai rupiah atau
mata uang merupakan stabilitas harga barang atau jasa yang bisa dilihat dari tingkat
inflasinya.Tercatat sejak tahun 2005, setelah diresmikannya undang-undang tersebut, Bank
Indonesia telah melakukan usaha-usaha untuk menjaga stabilitas nilai rupiah. Kerangka yang
diterapkan adalah ekonomi moneter yang menjadikan inflasi sebagai sasaran utamanya.
Kebijakan yang disebut sebagai Inflation Targeting Framework ini menganut sistem
free floating yang memiliki berperan dalam kestabilan harga dan financial Negara. Bank
Indonesia hanya mengeluarkan kebijakan yang berkaitan dengan pengurangan volatilitas nilai
tukar rupiah yang berlebih tanpa mengarahkannya ke tingkat tertentu. Dalam operasionalnya,
otoritas moneter dalam hal ini BI berwenang dalam menerapkan ekonomi moneter terhadap
keuangan negara. Kebijakan ini nantinya akan diarahkan kepada sasaran-sasaran moneter
yang ditetapkan sebelumnya seperti suku bunga bank. Semua ini dilakukan untuk mencapai
laju inflasi yang seimbang melalui kebijakan pemerintah dengan instrument-instrumen
khusus.

9
BAB XI
PERMINTAAN UANG
Jenis-Jenis Ekonomi Moneter Tahun 1998 terjadi krisis moneter dan menyebabkan
perekonomian Indonesia terguncang, belum lagi aksi protes dari berbagai pihak dengan
segala tuntutannya. Untuk itu pemerintah mengambil kebijakan khusus yang digunakan untuk
mengatur peredaran uang untuk menjaga stabilitas ekonomi. Beberapa jenis ekonomi moneter
yang bisa diterapkan yakni:
1. Monetary Expansive Policy (Kebijakan Moneter Ekspansif) Monetary Expansive Policy
merupakan kebijakan pemerintah yang diluncurkan dalam rangka menambah jumlah uang
yang beredar di masyarakat. Kebijakan ekspansif ini dilakukan dengan menurunkan jumlah
suku bunga di bank, menurunkan persyaratan cadangan bank, dan membeli sirkuit
pemerintah. Monetary expansive juga disebut sebagai kebijakan yang longgar karena tidak
terlalu mengekang masyarakat.
Kebijakan ini dapat mengurangi tingkat pengangguran dalam Negara dan merangsang
pertumbuhan bisnis serta konsumsi masyarakat. Umumnya, kebijakan ini diterapkan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada suatu Negara dengan risiko inflasi yang juga akan
semakin meningkat. Kebijakan ekspansif dilakukan dengan meningkatkan peredaran uang
dalam masyarakat sehingga daya beli masyarakat semakin meningkat.
2. Monetary Contractive Policy (Kebijakan Moneter Kontraktif) Monetary Contractive Policy
merupakan kebijakan pemerintah yang diluncurkan dalam rangka mengurangi jumlah uang
yang beredar. Hal ini berbanding terbalik dengan kebijakan moneter ekspansif yang justru
menambah peredaran uang. Pengurangan peredaran jumlah uang ini juga dikenal dengan
politik uang ketat (Tight Money Policy).
Tujuan utama dari penerapan kebijakan ini adalah untuk menurunkan tingkat inflasi yang
dialami oleh Negara. Beberapa cara yang dilakukan pemerintah dalam penerapan kebijakan
ini adalah meningkatkan jumlah suku bunga bank. Selain itu, penjualan obligasi atau surat
berharga pemerintah dan meningkatkan persyaratan cadang bank juga termasuk cara
mengurangi peredaran uang.
Dalam penerapannya, pemerintah menggunakan beberapa langkah-langkah agar kebijakan ini
bisa berjalan dengan baik dan tepat sasaran. Beberapa instrumen yang digunakan Bank
Sentral sebagai otoritas moneter dalam menerapkan kebijakan moneter adalah sebagai
berikut.
a. Open Marketing Operation Instrument Instrumen yang digunakan pemerintah dalam
mencapai ekonomi moneter yang tepat adalah dengan melakukan operasi pasar terbuka.
Instrumen ini merupakan usaha pemerintah dalam mengendalikan peredaran uang dengan

10
jalan melakukan penjualan atau pembelian terhadap government securities atau surat
berharga pemerintah.
Jika ingin menambah peredaran jumlah uang, pemerintah akan membeli government
securities yang beredar di pasar. Dengan kata lain, pemerintah menambah jumlah uang yang
beredar di pasaran dengan pembayaran terhadap surat berharga tersebut.
Namun, jika ingin peredaran uang berkurang, pemerintah justru akan melakukan hal
sebaliknya yakni menjual government securities (SBI dan SBPU) tersebut kepada
masyarakat. Dengan demikian, uang yang ada di pasar akan diserap sehingga jumlahnya akan
berkurang.
b. Fasilitas Diskonto Discount Rate adalah upaya pemerintah dalam mengatur tingkat suku
bunga yang ada pada bank sentral maupun bank umum untuk mengatur peredaran rupiah.
Penurunan suku bunga pada bank sentral merupakan usaha pemerintah menambah peredaran
rupiah dalam Negara. Sebaliknya, jika pemerintah ingin mengurangi peredaran rupiah maka
menaikkan suku bunga adalah jalan yang harus ditempuh.
c. Suku Cadangan Wajib Reserve Requirement Ratio adalah cara mengatur, baik menaikkan
atau menurunkan jumlah suku cadang yang ada pada pengatur kebijakan. Menurunkan rasio
cadangan wajib yang diberlakukan di bank merupakan usaha pemerintah meningkatkan
peredaran rupiah. Hal ini berlaku sebaliknya saat pemerintah ingin menurunkan peredaran
rupiah.
d. Himbauan Moral Moral Persuasion adalah kebijakan oleh pemerintah untuk mengatur
peredaran jumlah uang di masyarakat melalui pemberian himbauan kepada pihak terkait.
Himbauan ini seperti menghimbau pihak bank untuk selektif dalam mengeluarkan kredit
untuk menekan peredaran jumlah uang. Hal ini juga berupa himbauan kepada bank
melakukan pinjaman uang dalam jumlah besar ke bank sentral untuk memperbanyak
peredaran rupiah.
e. Kebijakan Kredit Selektif Terakhir ada kebijakan kredit selektif yang juga diberlakukan
Bank Sentral dalam hal ini Bank Indonesia. Bank Sentral memiliki kebijakan untuk
menentukan jenis pinjaman yang boleh atau tidak, serta pinjaman yang perlu ditambah atau
dikurangi.
Contoh Penerapan Ekonomi Moneter Salah satu contoh penerapan ekonomi atau
kebijakan moneter dapat dilihat saat terjadi inflasi pada perekonomian Negara. Pada kondisi
ini, pemerintah dalam hal ini Bank Sentral akan meningkatkan cadangan kas untuk
mengurangi peredaran uang di masyarakat. Sedangkan jika kondisinya berbanding terbalik,
maka pemerintah akan menurunkan cadangan kasnya.
Peningkatan cadangan kas bank membuat masyarakat memilih untuk menabung uang
di bank sehingga peredaran uang menurun. Sedangkan penurunan cadangan kas bank
mendorong masyarakat untuk meminjam uang di bank sehingga tingkat konsumsi atau daya
beli masyarakat semakin tinggi. Itulah informasi seputar ekonomi moneter atau yang lebih
sering disebut sebagai kebijakan moneter yang menjadi pembahasan kali ini. Melalui ulasan
ini, pembaca kiranya bisa menjadikannya sebagai sumber bacaan dan menambah wawasan
perekonomian.Jika Anda adalah pemilik bisnis yang sedang mencari solusi untuk kemudahan
melakukan pembukuan dan operasional usaha, Anda bisa mencoba menggunakan software

11
akuntansi Accurate Online. Accurate Online adalah software akuntansi berbasis online yang
sudah terbukti, teruji dan memiliki harga yang terjangkau. Hanya dengan 200 ribu perbulan,
Anda bisa mendapatkan solusi pembukuan yang terintegrasi dangan keperluan operasional
Anda seperti perpajakan, payroll, asset, cabang dan masih banyak lagi.
BAB XII
INFLANSI
Definisi Inflasi Dikutip dari laman resmi Bank Indonesia (BI), inflasi secara
sederhana diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka
waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi,
kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
Nah kebalikan dari inflasi disebut deflasi. Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS)
mengartikan inflasi sebagai kecenderungan naiknya harga barang dan jasa, pada umumnya
yang berlangsung secara terus menerus. Jika harga barang dan jasa di dalam negeri
meningkat, maka inflasi mengalami kenaikan.Naiknya harga barang dan jasa tersebut
menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagai
penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum. Indikator yang sering
digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Yakni
indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu paket barang dan jasa yang
dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Perubahan IHK dari waktu ke
waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang
dan jasa. Penentuan barang dan jasa dalam keranjang IHK dilakukan atas dasar Survei Biaya
Hidup (SBH) yang dilakukan BPS. Kemudian BPS akan memonitor perkembangan harga
dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di 82 kota seluruh Indonesia, di pasar tradisional
dan modern terhadap beberapa jenis barang atau jasa di setiap kota. Inflasi yang diukur IHK
dikelompokkan ke 7 kelompok pengeluaran, yakni:
1. Kelompok bahan makanan
2. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
3. Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar
4. Kelompok sandang
5. Kelompok kesehatan
6. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga
7. Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.
Kenaikan harga barang atau jasa secara kontinyu dapat membuat daya beli masyarakat
turun. Gaji atau penghasilan yang mereka dapat tidak akan cukup membeli kebutuhan hidup.
Sebagai contoh biasanya emak-emak bisa membeli 1 kg cabai, begitu harga cabai melonjak,
mereka mengurangi pembelian jadi setengah kilo saja. Biasanya inflasi di Indonesia akan
tinggi menjelang Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, atau terganggunya produksi akibat cuaca,
dan momen lainnya. Kalau tidak ada upaya dari pemerintah, inflasi tersebut akan cenderung
bergerak tak terkendali. Faktor Penyebab Terjadinya Inflasi Kenaikan harga barang terus
menerus atau inflasi terjadi bukan tanpa sebab. Secara umum, ada beberapa faktor penyebab
terjadinya inflasi, antara lain:
a) Meningkatnya jumlah permintaan atau demand pada suatu jenis barang tertentu. Saat
permintaan naik, namun stok atau suplai terbatas, pasti akan terjadi lonjakan harga.

12
b) Biaya produksi sebuah barang atau jasa mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan
karena terjadi peningkatan harga bahan baku maupun upah pekerja. Dari situlah,
produsen akan mengambil tindakan mengerek harga jual barang atau jasa.
c) Saat jumlah uang yang beredar di masyarakat cukup tinggi. Ketika jumlah uang yang
ada di masyarakat meningkat hingga dua kali lipat, harga barang pun akan mengalami
peningkatan yang setara. Hal ini disebabkan karena kenaikan daya beli masyarakat,
tetapi stok barang tetap statis.
Jenis-jenis Inflasi Adapun jenis-jenis inflasi, antara lain:
 Inflasi dilihat dari tingkat keparahan.
 Inflasi ringan. Kenaikan harga barang masih di bawah angka 10% dalam setahun
 Inflasi sedang. Kenaikan harga hingga 30% per tahun
 Inflasi tinggi. Kenaikan harga barang atau jasa berkisar 30%-100%
 Hiperinflasi. Kenaikan harga barang melampaui angka 100% per tahun. Dalam situasi
tersebut, kebijakan fiskal dan moneter dari otoritas seringkali tak memberi dampak
signifikan.

2. Inflasi berdasarkan asalnya, dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:


 Inflasi yang berasal dari domestik (domestic inflation) Penyebabnya meningkatnya
jumlah uang beredar di masyarakat, kenaikan harga barang atau jasa, permintaan
masyarakat tinggi, suplai terganggu atau terbatas, biaya produksi naik, dan masih
banyak lainnya.
 Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation) Penyebabnya harga barang-
barang impor atau yang berasal dari luar negeri semakin mahal karena kenaikan harga
di negara asalnya.
Rumus Menghitung Inflasi Inflasi di suatu negara dapat dihitung berdasarkan Indeks
Harga Konsumen (IHK), Indeks Biaya Hidup, dan Indeks Harga Produsen. Rumus
menghitung inflasi berdasarkan IHK adalah: Pit adalah harga barang pada periode tertentu,
Qit adalah bobot barang pada periode tertentu, Pio adalah harga barang pada periode dasar,
dan Qio adalah bobot barang pada periode dasar. Setelah mendapatkan nilai IHK, baru nilai
inflasi dapat diketahui dengan menggunakan rumus: Inflasi = (IHK periode 1- IHK periode 2)
/ IHK periode 2) x 100 Dengan menggunakan rumus tersebut, nilai inflasi dalam suatu negara
dapat diketahui dengan tepat. Jadi, saat nilai inflasi berada pada tingkat yang melebihi target,
pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dapat mengambil langkah tepat agar inflasi tidak
semakin memburuk.
1) Dampak Inflasi Terhadap Perekonomian Inflasi memiliki dampak cukup signifikan
bagi perekonomian suatu negara, antara lain:Inflasi dapat menggerus daya beli
masyarakat. Kalau daya beli turun, masyarakat jadi irit belanja. Padahal motor
penggerak ekonomi Indonesia masih ditopang konsumsi masyarakat. Jika masyarakat
mengurangi belanja, otomatis pertumbuhan ekonomi nasional akan bergerak ke
lambat atau stagnan, bahkan lebih rendah.

13
2) Inflasi tentu saja merugikan konsumen karena gaji atau penghasilan stagnan, tapi
pengeluaran atau belanja membengkak lantaran kenaikan harga barang atau jasa yang
menjadi kebutuhan utama.
3) Inflasi juga mempengaruhi kemampuan ekspor sebuah negara. Akibat inflasi, biaya
ekspor jadi lebih mahal dan daya saing produk ekspor menurun. Akhirnya devisa jadi
berkurang.
4) Inflasi akan mengurangi minat orang menabung di bank. Penyebabnya bunga
simpanan tabungan yang kecil tergerus inflasi. Apalagi menabung di bank juga
mengeluarkan biaya administrasi setiap bulan, sehingga bunga yang diperoleh
nasabah makin minim, bahkan nyaris tak terasa.
5) Inflasi dapat mempengaruhi kestabilan mata uang rupiah. Kestabilan kurs rupiah
mengandung dua aspek, yakni kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa,
serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Aspek pertama tercermin pada
perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua berkaca pada perkembangan kurs
rupiah terhadap mata uang negara lain. Peran Pemerintah, BI, dan Masyarakat dalam
Mengatasi Inflasi
Dalam mengatasi laju inflasi, biasanya pemerintah dan BI memiliki target tahunan. Tahun
ini, inflasi dijaga pada level 3,5 plus minus 1%. Otoritas fiskal dan moneter ini bersinergi
dengan mengeluarkan jurus-jurus pengendalian inflasi. Sebagai contoh, pertama sinergi 4K,
yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan koordinasi
komunikasi yang efektif. Kedua, adaptasi dalam inovasi, dan ketiga, pengembangan bisnis
model kerja sama perdagangan antar daerah, serta strategi lainnya. Masyarakat juga dapat
berperan dalam menjaga inflasi. Salah satunya tidak berlebihan atau memborong sembako.
Misalnya saat produksi bawang putih merosot, harga melonjak, kemudian masyarakat panik
dan akhirnya membeli dalam jumlah banyak. Alibinya takut kehabisan. Padahal cara tersebut
justru dapat mendongkrak kenaikan harga lebih tinggi karena permintaan besar. Jadi bijaklah
dalam berbelanja karena pemerintah dan BI akan berupaya keras untuk menjaga inflasi sesuai
target.

14
Daftar Pustaka
Arsyad, Lincolin, 1999, Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah,
Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE. ______________, 2004, Ekonomi Pembangunan, Edisi
Keempat, Yogyakarta:
STIE YKPN. BPS, Statistik Kota Salatiga dalam Angka, Salatiga: Jawa Tengah,
Badan Pusat Statistik. ______________, Statistik Propinsi Jawa Tengah dalam Angka,
Semarang: Jawa Tengah, Badan Pusat Statistik.
Boediono, 1992, Pengantar Ilmu Ekonomi No. 4: Teori Pertumbuhan Ekonomi, Edisi
Pertama, Yogyakarta: BPFE.Google

15

Anda mungkin juga menyukai