Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1              Latar belakang

Keluarga merupakan lingkungan social yang sangat dekat hubungannya


dengan seseorang. Di keluarga itu seseorang dibesarkan, bertempat tiggal,
berinteraksi satu dengan yang lain, sdibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran, dan
kebiasaannya dan berfungsi sebagai saksi segenap budaya luar, dan mediasi
hubungan anak dengan lingkungannya.
Perawatan keluarga yang komprehensip merupakan suatu proses yang rumit,
sehingga memerlukan suatu pendekatan yang logis dan sistematis untuk bekerja
dengan keluarga dan anggota keluarga . Pendekatan ini disebut proses
keperawatan. Menurut Yura dan Walsh (1978), “proses keperawatan merupakan inti
dan sari dari keperawatan”.
Sebagai seorang perawat/calon perawat tentunya kita harus mengetahui etika
dan hukum dalam profesi kita sebagai landasan kita untuk bekerja memberikan
layanan keperawatan kepada masyarakat sehingga kita dijauhkan dari hal-hal yang
tidak diinginkan. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam
melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu
objek etika adalah tingkah laku manusia
Legislasi (Registrasi dan Praktek Keperawatan) Keputusan Menteri
Kesehatan No.1239/Menkes/XI/2001, Latar belakang “Perawat sebagai tenaga
profesional bertanggung jawab dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan
secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya sesuai
dengan kewenangannya. Untuk itu perlu ketetapan yang mengatur tentang hak dan
kewajiban seseorang untuk terkait dengan pekerjaan/profesi.”

1.2  Rumusan Masalah
1.      Trend dan isu keperawatan keluarga pada lingkup nasional dan internasional

2.      Pertimbangan etik dalam keluarga

3.      Kebijakan legislasi dan pelayanan kesehatan keluarga

1.3 Tujuan
1.      Untuk mengetahui trend dan isu yang sedang berkembang pada saat ini baik di
luar maupun di dalam negri

2.      Untuk mengetahui pertimbangan etik pada saat melakukan peratan pada keluarga

3.      Untuk mengetahui kebijakan yang di peroleh keperawatan keluarga


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Definisi keluarga

Pengertian keluarga akan berbeda satu dengan yang lainnya, hal ini
bergantung kepada orientasi dan cara pandang yang digunakan seseorang dalam
mendefinisikan. Ada beebrapa pengertian keluarga yang perlu diketahui oleh
mahasiswa, antara lain adalah :
1.      Bussard dan Ball (1996)

            Keluarga merupakan lingkungan social yang sangat dekat hubungannya


dengan seseorang. Di keluarga itu seseorang dibesarkan, bertempat tiggal,
berinteraksi satu dengan yang lain, sdibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran, dan
kebiasaannya dan berfungsi sebagai saksi segenap budaya luar, dan mediasi
hubungan anak dengan lingkungannya.
2.         WHO (1969)

Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui


pertalian darah, adopsi atau perkawinan.

3.         Duval (1972)

        Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,


adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap
anggota keluarga.

4.      Helvie (1981)

Keluarga adalah sekelompo manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga
dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.

5.      Depkes RI (1988)

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan.
6.      Bailon dan Maglaya (1989)

       Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan
darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan
yang lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

7.      UU NO. 10 tahun 1992

       Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri atau
suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.

8.   Sayekti (1994)

       Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan
antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-
laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian degan atau tanpa anak, baik
anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

2.2 Trend dan Issue dalam Keperawatan Keluarga


2.2.1 Trend dalam keperawatan keluarga

Trend adalah sesuatu yang sedang booming, aktual, dan sedang hangat
diperbincangkan. Jadi, trend dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu
yang booming, actual, dan sedang hangat diperbincangkan serta desas-desus
dalam ruang lingkup keperawatan keluarga. Adapun trend dan isu dalam
keperawatan keluarga, diantaranya:

1. Global
a.       Dunia tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan pola perilaku
keluarga.

b.      Kemajuan dan pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin global
sehingga penyebarannya semakin meluas.

c.       Kemajuan teknologi di bidang transportasi sehingga tingkat mobilisasi penduduk


yang tinggi seperti migrasi yang besar-besaran yang berpengaruh terhadap interaksi
keluarga yang berubah.

d.      Standar kualitas yang semakin diperhatikan menimbulkan persaingan yang


ketak serta

menumbuhkan munculnya sekolah-sekolah yang mengutamakan kualitas


pendidikan.
e.       Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta pelayanan
kesehatan menuntut standar profesionalitas keperawatan yang tinggi.

f.       Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang
belum berkembang.

g.      Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang tapi kementrian kesehatan


sudah menyusun pedoman pelayanan keperawatan keluarga dan model keperwatan
keluarga di rumah yang perlu disosialisasikan.

h.      Keperawatan keluarga/ komunitas dianggap tidak menantang.

i.        Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas.

j.        Kerjasama lintas program dan lintas sektor belum memadai.

k.      Model pelayanan  belum mendukung peranan aktif semua profesi.

2.    Pelayanan
a.       Sumber daya manusia belum dapat menjawab tantangan global dan belum ada
perawat keluarga.

b.      Penghargaan / reward rendah.

c.       Bersikap pasif.

d.      Biaya pelayanan kesehatan rawat inap mahal.

e.       Pengetahuan dan keterampilan perawat masih rendah.

3.   Pendidikan
1.        Lahan untuk praktik klinik terbatas, namun institusi pendirian pendidikan
keperawatan cenderung mudah

2.        Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas.

3.        Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas.

4.        Rasio pengajar : mahasiswa belum seimbang.

5.        Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang.

4.   Profesi
a.    Standar kompetensi belum disosialisasikan.

b.   Belum ada model pelayanan yang dapat menjadi acuan.

c.    Kompetensi  berbagai jenjang pendidikan tidak berbatas.

d.   Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik.


e.     Peranan profesi di masa depan dituntut lebih banyak.

f.     Perlu pengawalan dan pelaksanaan undang-undang praktik keperawatan.

Beberapa permasalahan mengenai trend dan isu keperawatan keluarga yang


muncul di Indonesia :
a.       Sumber daya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing secara global serta
belum adanya perawat keluarga secara khusus di negara kita.

b.      Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenaga
kesehatan

2.2.2 Isu Terbaru Dalam Keperawatan Keluarga

      Menurut Friedman dkk (2013,hal. 41-42), berdasarkan kajian kami terhadap


literatur dan diskusi profesional dengan kolega di bidang keperawatan keluarga, 8
isu penting dalam keperawatan keluarga saat ini:

1. Isu Praktik:
a.    Kesenjangan bermakna antara teori dan penelitian serta praktik klinis.  Kesenjangan
antara pengetahuan yang ada dan penerapan pengetahuan ini jelas merupakan
masalah di semua bidang dan spesialisasi di keperawatan, meskipun kesenjangan
ini lebih tinggi dikeperawatan keluarga. Keperawatan yang berpusat pada keluarga
juga masih dinyatakan ideal dibanding praktik yang umum dilakukan. Wright dan
Leahey mengatakan bahwa faktor terpenting yang menciptkan kesenjangan ini
adalah “ cara perawat menjabarkan konsep masalah sehat dan sakit. Hal ini
merupakan kemampuan “berfikir saling memengaruhi”: dari tingkat individu menjadi
tingkat keluarga (saling memengaruhi)”. Penulis lain yaitu Bowden dkk menyoroti
bahwa kecenderungan teknologi dan ekonomi seperti pengurangan layanan dan
staf, keragaman dalam populasi klien yang lebih besar. Sedangkan menurut Hanson
kurangnya alat pengkajian keluarga yang komperehensif dan strategi intervensi yang
baik, perawat terikat dengan model kedokteran (berorientasi pada individu dan
penyakit), dan sistem pemetaan yang kita lakukan serta sistem diagnostik
keperawatan menyebabkan penerapan perawatan yang berfokus pada keluarga sulit
diwujudkan. 

b.   Kebutuhan untuk membuat perawatan keluarga menjadi lebih mudah untuk di


integrasikan dalam praktik.  Dalam beberapa tahun ini, terjadi restrukturisasi
pelayanan kesehatan besar-besaran, yang mencakup perkembangan pesat sistem
pengelolaan perawatan berupa sistem pemberian layanan kesehatan yang
kompleks, multi unit, dan multi level sedang dibentuk. Sebagian dari restruturisasi ini
juga termasuk kecenderungan pasien dipulangkan dalam “keadaan kurang sehat
dan lebih cepat” dan pengurangan jumlah rumah sakit, pelayanan dan staf, serta
pertumbuhan pelayanan berbasis komunitas. Perubahan ini me nyebabkan
peningkatan tekanan kerja dan kelebihan beban kerja dalam profesi keperawatan.
Waktu kerja perawat dengan klien individu dan klien keluarga menjadi berkurang.
Oleh karena itu, mengembangkan cara yang bijak dan efektif untuk
mengintegrasikan keluarga ke dalam asuhan keperawatan merupakan kewajiban
perawat keluarga. Menurut Wright dan Leahey, mengatasi kebutuhan ini dengan
menyusun wawancara keluarga selama 15 menit atau kurang. Pencetusan gagasan
dan strategi penghematan waktu yang realistik guna mempraktikan keperawatan
keluarga adalah isu utama praktik dewasa ini.

c.    Peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan kepada


keluarga.  Berdasarkan pembincangan dengan perawat dan tulisan yang disusun
oleh perawat keluarga, terdapat kesepakatan umum bahwa peralihan kekuasaan
dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan ke pasien atau keluarga perlu
dilakukan. Kami percaya hal ini masih menjadi sebuah isu penting pada pelayanan
kesehatan saat ini. Menurut Wright dan Leahey dalam Robinson, mengingatkan kita
bahwa terdapat kebutuhan akan kesetaraan yang lebih besar dalam hubungan
antara perawat dan keluarg, hubungan kolaboratif yang lebih baik, dan pemahaman
yang lebih baik akan keahlian keluarga. Perkembangan penggunaan Internet dan
email telah memberikan banyak keluarga informasi yang dibutuhkan untuk belajar
mengenai masalah kesehatan dan pilihan terapi mereka. Gerakan konsumen telah
memengaruhi pasien dan keluarga untuk melihat diri mereka sebagai konsumen,
yang membeli dan mendaptkan layanan kesehatan seperti layanan lain yang mereka
beli. Dilihat dari kecenderungan ini, anggota keluarga sebaiknya diberikan
kebebasan untuk memutuskan apa yang  baik bagi mereka dan apa yang mereka
lakukan demi kepentingan mereka sendiri.

d.   Bagaimana bekerja lebih efektif dengan keluarga yang kebudayaannya


beragam.  Kemungkinan, isu ini lebih banyak mendapatkan perhatian dikalangan
penyedia pelayanan kesehatan, termasuk perawat, dibandingkan isu lainnya pada
saat ini. Kita tinggal di masyarakat yang beragam, yang memiliki banyak cara untuk
menerima dan merasakan dunia, khusunya keadaan sehat dan sakit. Dalam
pengertian yang lebuh luas, budaya (termasuk etnisitas, latarbelakang agama, kelas
sosial, afiliasi regional dan politis, orientasi seksual, jenis kelamin, perbedaan
generasi) membentuk persepsi kita, nilai, kepercayaan, dan praktik. Faktor lainnya,
seperti pengalaman sehat dan sakit, membentuk cara

e. kita memandang sesuatu. Meskipun terdapat semua upaya tersebut guna dapat
bekerja lebih efektif dengan keluarga yang beragam, memberikan perawatan yang
kompeten secara budaya tetap menjadi tantangan yang terus dihadapi.
f. Globalisasi keperawatan keluarga menyuguhkan kesempatan baru yang menarik bagi
perawat keluarga.  Dengan makin kecilnya dunia akibat proses yang dikenal sebagai
globalisasi, perawat keluarga disuguhkan dengan kesempatan baru dan menarik
utnuk belajar mengenai intervensi serta program yang telah diterapkan oleh negara
lain guna memberikan perawatan yang lebih baik bagi keluarga. Globalisasi adalah
proses bersatunya individu dan keluarga karena ikatan ekonomi, politis, dan
profesional. Globalisasi mempunyai dampak negatif yang bermakna bagi kesehatan
yaitu ancaman epidemi diseluruh dunia seperti HIV/AIDS menjadi jauh lebih besar.
Akan tetapi sisi positifnya, pembelajaran yang diperoleh perawat amerika dari
perawat diseluruh dunia melalui konferensi internasional, perjalanan, dan membaca
literatur kesehatan internasional memberikan pemahaman yang bermanfaat.
Sebagai contoh, di Jepang, pertumbuhan keperawatan keluarga sangat
mengesankan. Disana, perawat telah mengembangkan kurikulum keperawatan
keluarga disekolah keperawatan dan telah menghasilkan teori keperawatan yang
berfokus pada keluarga dan sesuai dengan nilai dan konteks Jepang. Menurut
Sugishita Keperawatan keluarga mengalami pertumbuhan yang pesat di Jepang,
yang ditandai dengan publikasi dan upaya penelitian yang dilakukan di Jepang.
Negara lain, seperti Denmark, Swedia, Israel, Korea, Chili, Meksiko, Skotlandia, dan
Inggris juga mengalami kemajuan bermakna di bidang kesehatan keluarga dan
keperawatan keluarga. Kita harus banyak berbagi dan belajar dari perawat
dibeberapa negara ini.

2. Isu Pendidikan
Muatan apa yang harus diajarkan dalam kurikulum keperawatan keluarga dan
bagaimana cara menyajikannya?  Menurut Hanson dan Heims, yang melaporkan
sebuah survei pada sekolah keperawatan di Amerika Serikat yang mereka lakukan
terkait cakupan keperawatan keluarga di sekolah tersebut, terdapat perkembangan
pemaduan muatan keperawatan keluarga dan ketrampilan klinis kedalam program
keperawatan pascasarjana dan sarjana. Masih belum jelas muatan apa yang tepat
diberikan untuk program sarjana dan pascasarjana dan bagaimana cara
mengajarkan ketrampilan klinis. Tidak kesepakatan mengenai fokus program sarjana
dan pascasarjana terkait dengan keperawatan keluarga. Akan tetapi, terdapat
beberapa konsensus bahwa praktik keperawatan tingkat lanjut pada keperawatan
keluarga melibatkan pembelajaran muatan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk
bekerja dengan seluruh keluarga dan individu anggota keluarga secara bersamaan.
Perawat keluarga dengan praktik tingkat lanjut dapat bekerja sebagai terapis
keluarga pada keluarga yang bermasalah. Akan tetapi, masih belum jelas muatan
dan ketrampilan apa yang dibutuhkan dalam keperawatan keluarga untuk para
perawat yang dipersiapkan di program praktik tingkat lanjut lainnya (program
perawat spesialis klinis dan praktisi). Bahasa lebih lanjut mengenai cakupan dan
level muatan dan ketrampilan klinis perlu dilakukan.
3. Isu Penelitian
Kebutuhan untuk meningkatkan penelitian terkait intervensi keperawatan
keluarga.  Dibidang keperawatan keluarga, perawat peneliti telah membahas hasil
kesehatan dan peralihan keluarga yang terkait dengan kesehatan. Teori
perkembangan, teori stres, koping, dan adaptasi, teori terapi keluarga, dan teori
sistem telah banyak memandu penilitian para perawat penilti keluarga. Penelitian
dilakukan lintas disiplin, yang menunjukkan bahwa
 “tidak ada satupun disiplin yang memiliki keluarga” menurut Gillis dan Knafl dalam
Friedman dkk (2013, hal.42). Kelangkaan penelitian keperawatan yang nyata
terletak dibidang studi interveni. Menurut Knafl dalam Friedman dkk (2013, hal.42)
kurangnya studi intervensi dalam keperawatan keluarga “mengejutkan.” Menurut
Janice Bell dalam editor journal of family nursing, dalam editorial “Wanted :Family
Nursing Intervention,” mengeluhkan mengenai kurangnya naskah penelitian
intervensi keperawatan yang ia terima untu dikaji. Dengan tidak memadainya jumlah
studi intervensi,kita mengalami kekurangan bukti ilmiah yang dibutuhkan untuk
mendukung evikasi strategi dan program keperawatan keluarga. Selain
itu,dibutuhkan penelitian keperawatan keluarga yang sebenarnya: sebagian besar
penelitian keperawatan keluarga sebenarnya merupakan penelitian yang terkait
dengan keluarga ( yang berfokus pada anggota keluarga),bukan penelitian keluarga
(yang berfokus pada seluruh keluarga sebagai sebuah unit).

4. Isu kebijakan
Kebutuhan akan lebih terlibatnya perawat keluarga dalam membentuk kebijakan
yang memengaruhi keluarga.  Hanson, dalam bahasanya mengenai reformasi
pelayanan kesehatan, mendesak perawat keluarga lebih terlibat di tiap level sistem
politis guna menyokong isu keluarga. Kami setuju dengan beliau. Praktisnya, semua
legislasi domestik yang dikeluarkan ditingkat lokal, negara bagian atau nasional
mempunyai dampak pada keluarga. Sebagai advokat keluarga, kita perlu baik
secara sendiri-sendiri maupun bersama menganalisis isu dan kebijakan yang tengah
diusulkan dan membantu merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan dan
regulasi yang positif. Mendukung calon dewan yang mendukung calon keluarga dan
menjadi relawan untuk melayani komisi kesehatan dan komisi yang terkait dengan
kesehatan dan dewan organisasi adalah jalan penting lain untuk “ membuat suatu
perbedaan” kita perlu mendukung keluarga agar mempunyai hak mendapatkan
informasi, memahami hak dan pilihan mereka, serta lebih cakap dalam membela
kepentingan meraka sendiri.

2.3  Kebijakan dan legislasi dalam pelayanan kesehatan keluarga.


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG
KEPERAWATAN
a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai salah satu tujuan nasional
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 perlu diselenggarakan pembangunan kesehatan;
b. bahwa penyelenggaraan pembangunan kesehatan diwujudkan melalui
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan; c.bahwa
penyelenggaraan pelayanan keperawatan harus dilakukan secara bertanggung
jawab, akuntabel, bermutu, aman, dan terjangkau oleh perawat yang memiliki
kompetensi, kewenangan, etik, dan moral tinggi;
d. bahwa mengenai keperawatan perlu diatur secara komprehensif dalam Peraturan
Perundangundangan guna memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada
perawat dan masyarakat; e.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-
Undang tentang Keperawatan;
mengingat : Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 28C Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Pasal 1 dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1 . Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
2. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik
di dalam maupun di Iuar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundangundangan.
3. Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat, baik sehat maupun sakit.
4. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat
dalam bentuk Asuhan Keperawatan.
5. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan
Iingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian Klien
dalam merawat dirinya.
6. Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku peserta didik pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program studi
Keperawatan.
7. Sertihkat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi
Perawat yang telah lulus Uji Kompetensi untuk melakukan Praktik Keperawatan.
8. Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk melakukan praktik
Keperawatan yang diperoleh lulusan pendidikan profesi.
9. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Perawat yang telah memiliki
Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu
lainnya serta telah diakui secara hukum untuk menjalankan Praktik Keperawatan.
10. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Konsil Keperawatan kepada Perawat yang telah diregistrasi.
11. Surat lzin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada Perawat sebagai
pemberian kewenangan untuk menjalankan Praktik Keperawatan.
12. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan/atau masyarakat.
13. Perawat Warga Negara Asing adalah Perawat yang bukan berstatus Warga
Negara Indonesia.
14. Klien adalah perseorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang
menggunakan jasa Pelayanan Keperawatan.
15. Organisasi Profesi Perawat adaiah wadah yang menghimpun Perawat secara
nasional dan berbadan hukum sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
16. Kolegium Keperawatan adalah badan yang dibentuk oleh Organisasi Profesi
Perawat untuk setiap cabang disiplin ilmu Keperawatan yang bertugas mengampu
dan meningkatkan mutu pendidikan cabang disiplin ilmu tersebut.
l7. Konsil Keperawatan adalah lembaga yang melakukan tugas secara independen.
18.lnstitusi Pendidikan adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
Keperawatan.
19. Wahana Pendidikan Keperawatan yang selanjutnya disebut wahana pendidikan
adalah fasilitas, selain perguruan tinggi, yang digunakan sebagai tempat
penyelenggaraan pendidikan Keperawatan.
20. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah ne gara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
21. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, dan Wali Kota serta perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan.

2.4 Aspek Legal etik keperawatan keluarga

a.       Otoritas (authority), yakni memiliki kewenangan sesuai dengan keahliannya yang


akan mempengaruhi proses asuhan melalui peran professional.
b.      Akuntabilitas (accountability), yakni tanggung gugat terhadap apa yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan tanggung jawab
kepada klien,diri sendiri, dan profesi, serta mengambil keputusan yang berhubungan
dengan asuhan
c.       Pengambilan keputusan yang mandiri (independent decision ,making), berarti
sesuai dengan kewenangannya dengan dilandasi oleh pengetahuan yang kokoh dan
keputusan (judgment) pada tiap tahap proses keperawatan dalam menyelesaikan
masalah klien.
d.      Kolaborasi, artinya dapat bekerja sama, baik lintas program maupun lintas sector
dengan berbagai disiplin dalam mengakses masalah klien dan membantu klien
menyelesaikannya.
e.       Pembelaan atau dukungan (advokasi), artinya bertindak demi hak klien untuk
mendapatkan asuhan yang bermutu dengan mengadakan intervensi untuk
kepentingan atau demi klien, dalam mengatasi masalahnya, serta behadapan
dengan pihak-pihak lain yang lebih luas (sistem at large).

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Rasio Pengajar Dengan Mahasiswa

dilansir dari compas.com Mentri Kementrian Risat, Teknologi dan Pendidikan


Tinggi (MENRISTEK DIKTI) Muhammad nasir menegaskan bahwa, perbandingan
jumlah ideal dosen dengan mahasiswanya adalah 1:30 . untuk edukasinya
Adalah  dengan perbaikan mutu pendidikan akan terlaksana denganan baik,dengan
adanya perencanaan dan ealuasi dari berbagai kegiatan pengelolaan yang telah
dijalankan dalam kurun waktu tertentu baik dalam pengelolaan management
perguruan tinggi maupun pross pembelajan serta managemen sumberdaya
manusia.(Jurnal Penelitian Managemen Pendidikan,2016)
3.2 Pemberian Penghargan

Salah satu pengaruh paling kuat terhadap kinerja perawat adalah sistem
penghargaan extrinsik seperti pemberian pujian, honor/bonus, dan promosi jabatan.
Penghargaan intrinsik seperti penyelesaian prestasi, otonomi, pertumbuhan pribadi,
kepuasan diri dan terpenuhinnya kebutuhan.
Contohnya seperti di rumahsakit umum daerah dr.Zanoel Abidin Banda Aceh yang
melakukan penelitian pada 64 responden dan didapatkan hasil 35 responden menilai
penghargaan dengan kategori puas, sedangkan 26 responden menilai penghargaan
kategori kurang puas. Secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara pemberian penghargaan dengan motivasi kerja perawat pelaksana (Jurnal :
Hubungan pemberian penghargaan engan motivasi kerja perawat pelaksana di RS
dr.Zanoel Abidin Banda Aceh, 2012)
Untuk perawat keluarga yang tidak mendapat penghargaan kita sebagai perawat
harus bisa memahami kosekuensinya jika menolong tanpa diharga itu akan
mendapat pahala. “Tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan taqwa,
janganlah tolong menolong dalam perbuatan dosa dan bermusuhan. Bertaqwalah
kepada allah sesungguhnya allah (Qur-an Surat almaidah ayat 2).
3.3 Menangani Harga Rawat Inap yang Mahal

Menurut  Oscar Boldt-Chrismast, Jonathan Dimson, dan Cristian Kloss, dalam jurnal


Supply and Demand Strategies for Lowering Spending on Hospitals, 2010.
            1. menyiapkan dana darurat
            2. memiliki asuransi kesehatan
            3. Meminta sejumlah keringanan dari Rs

3.4 isue keperawatan keluarga

Dalam jurnal promosi kesehatan indonesia th 2009.


Personal dan sosial yang mempengaruhi sikap remaja terhadap hubungan seks pra
nikah, bahwa sikap seksualitas, teman mempunyai pengaruh yang paling besar
terhadap sikap remaja mengenai hubungan seks pranikah, baru kemudian jenis
kelamin. Dimana remaja yang mempunyai teman yang melakukan hubunga seks
pranikah mempunyai kecenderungan 32,5 kali besar untuk bersikap lebih permisif
terhadap hubungan sexs pranikah dari pada yang mempunyai teman yagn tidak
pernah melakukan hubngan seks pra nikah. Sedangkan laik-laki mempunyai
kecenderungan 4,9 kali lebih besar dari pada perempuan untuk bersikap permisif
(bersikap terbuka)
3.5 Legal Etik Home Care
A.        Proses Legalisasi Praktik Keperawatan
Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau
penyempurnaan perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan
kiat dalam praktik keperawatan (Sand,Robbles1981).
Legislasi praktek keperawatan merupakan ketetapan hukum yang mengatur
hak dan kewajiban seorang perawat dalam melakukan praktek
keperawatan.Legislasi praktek keperawatan di Indonesia diatur melalui Surat
Keputusan Menteri Kesehatan tentang registrasi dan praktek perawat.   
Legislasi (Registrasi dan Praktek Keperawatan) Keputusan Menteri
Kesehatan No.1239/Menkes/XI/2001, Latar belakang “Perawat sebagai tenaga
profesional bertanggung jawab dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan
secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya sesuai
dengan kewenangannya.Untuk itu perlu ketetapan yang mengatur tentang hak dan
kewajiban seseorang untuk terkait dengan pekerjaan/profesi.”
1.      Tujuan utama Legislasi adalah untuk melindungi masyarakat serta melindungi
perawat.
2.      Tujuan Yang lainnya adalah:
a.       Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
b.      Melidungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan
c.       Menetapkan standar pelayanan keperawatan
d.      Menapis IPTEK keperawatan
e.       Menilai boleh tidaknya praktik
f.       Menilai kesalahan dan kelalaian
3.      Prinsip dasar legislasi untuk praktik keperawatan
a.       Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan.
b.      Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatas system keperawatan.
c.       Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai
ketetapan.
d.      Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan perawat.
4.      Fungsi legislasi keperawatan
a.       Memberi perlindungan  kepada masyarakat terhadap pelayanan keperawatan
yang diberikan.
b.      Memelihara  kualitas layanan keperawatan yang diberikan
c.       Memberi kejelasan batas kewenangan setiap katagori tenaga keperawatan.
d.      Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.
e.       Memotivasi pengembangan profesi.
f.       Meningkatkan proffesionalisme tenaga keperawatan.
Legislasi Keperawatan ini dapat dibagi atas 3 tahap, antara lain :
1.      Surat Izin Perawat (SIP)
Surat ini diberikan oleh Departemen Kesaehatan kepada perawat setelah lulus
dari pendidikan keperawatan sebagai bukti tertulis pemberian kewenangan untuk
menjalankan praktek keperawatan.
Registrasi SIP adalah suatu proses dimana perawat harus (wajib) mendaftarkan
diri pada kantor wilayah Departemen Kesehatan Propinsi untuk mendapat Surat Izin
Perawat (SIP) sebagai persyaratan menjalankan pekerjaan keperawatan dan
memperoleh nomor registrasi. Sasarannya adalah semua perawat.Sedangkan yang
berwenang mengeluarkannya adalah Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana
institusi perawat itu berasal. Bagi perawat yang sudah bekerja sebelum ditetapkan
keputusan ini memperolah SIP dari pejabat kantor kesehatan kabupaten/kota
diwilayah tempat kerja perawat yang bersangkutan.
Jenis dan waktu registrasi :
a.       Registrasi awal dilakukan setelah yang bersangkutan lulus pendidikan
keperawatan selambat-lambatnya 2 tahun sejak peraturan ini di keluarkan.
b.      Registrasi ulang dilakukan setelah 5 tahun sejak tanggal registrasi sebelumnya,
diajukan 6 bulan berakhir berlakunya SIP.
2.      Surat Izin Kerja (SIK)
Surat ini merupakan bukti yang diberikan kepada perawat untuk melakukan
praktek keperawatan di sarana pelayanan kesehatan.SIK hanya berlaku pada satu
tempat sarana pelayanan kesehatan. Pejabat yang berwenang menerbitkan SIK
adalah kantor dinas kabupaten / kota dimana yang bersangkutan akan
melaksanakan praktek keperawatan.
3.      Surat Izin Praktek Perawat (SIPP)
Surat ini merupakan bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk
menjalankan praktek keperawatan secara perorangan atau kelompok.SIPP hanya
berlaku untuk satu tempat praktek perorangan atau kelompok dimana yang
bersangkutan mendapat izin untuk melakukan praktek perawat. Pejabat yang
berwenang menerbitkan SIPP adalah kantor dinas kabupaten / kota dimana yang
bersangkutan akan melaksanakan praktek keperawatan.
4.      Kredensial
Kredensial merupakan proses untuk menentukan dan mempertahankan
kompetensi keperawatan. Proses kredensial merupakan salah satu cara profesi
keperawatan mempertahankan standar praktik dan akuntabilitas persiapan
pendidikan anggotanya. Kredensial meliputi pemberian izin praktik (lisensi),
registrasi (pendaftaran), pemberian sertifikat (sertifikasi) dan akreditasi (Kozier Erb,
1990).
Proses penetapan dan pemeliharaan kompetensi dalam praktek keperawatan
meliputi:
a.      Pemberian lisensi
Pemberian lisensi adalah pemberian izin kepada seseorang yang memenuhi
persyaratan oleh badan pemerintah yang berwenag, sebelum ia diperkenankan
melakukan pekerjaan dan prakteknya yang telah ditetapkan. Tujuan lisensi ini:
1)      Membatasi pemberian kewenangan melaksanakan praktik keperawatan hanya
bagi yang kompeten
2)      Meyakinkan masyarakat bahwa yang melakukan praktek mempunyai
kompetensi yang diperlukan
b.      Registrasi
Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi lain pada badan
resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah. Perawat yang telah terdaftar
diizinkan memakai sebutan registered nurse. Untuk dapat terdaftar, perawat harus
telah menyelesaikan pendidikan keperawatan dan lulus ujian dari badan pendaftaran
dengan nilai yang diterima. Izin praktik maupun registrasi harus diperbaharui setiap
satu atau dua tahun. Dalam masa transisi professional keperawatan di Indonesia,
sistem pemberian izin praktik dan registrasi sudah saatnya segera diwujudkan untuk
semua perawat baik bagi lulusan SPK, akademi, sarjana keperawatan maupun
program master keperawatan dengan lingkup praktik sesuai dengan kompetensi
masing-masing.
Register Nurse:
1)      Mengkaji status kesehatan individu dan kelompok
2)      Menegakkan diagnosa keperawatan
3)      Menentukan tujuan untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan
4)      Membuat rencana strategi perawatan
5)      Menyusun intervensi keperawatan untuk mengimplementasikan strategi
perawatan
6)      Memberi kewenangan intervensi keperawatan yang dapat dilaksanakan orang
lain, dan tidak bertentangan dengan undang-undang
Tujuan registrasi:
1)      Menjamin kemampuan perawat untuk melakukan praktek keperawatan
2)      Mempertahankan prosedur penatalaksanaan secara objektif
3)      Mengidentifikasi jumlah dan kwalifikasi perawat yg akan melakukan praktek
keperawatan
4)      Mempertahankan proses pemantauan dan pengendalian jumlah dan kwalitas
perawat profesional
c.       Sertifikasi
Sertifikasi merupakan proses pengabsahan bahwa seorang perawat telah memenuhi
standar minimal kompetensi praktik pada area spesialisasi tertentu seperti
kesehatan ibu dan anak, pediatric, kesehatan mental, gerontology dan kesehatan
sekolah. Sertifikasi telah diterapkan di Amerika Serikat.Di Indonesia sertifikasi belum
diatur, namun demikian tidak menutup kemungkinan dimasa mendatang hal ini
dilaksanakan.
Tujuan sertifikasi:
1)      Menyatakan pengetahuan, keterampilan dan perilaku perawat sesuai dengan
pendidikan tambahan yg diikutinya
2)      Menetapkan klasifikasi, tingkat dan lingkup praktek perawat sesuai pendidikan
3)      Memenuhi persyaratan registrasi sesuai dengan area praktek keperawatan
d.      Akreditasi
Akreditasi merupakan suatu proses pengukuran dan pemberian status akreditasi
kepada institusi, program atau pelayanan yang dilakukan oleh organisasi atau badan
pemerintah tertentu. Hal-hal yang diukur meliputi struktur, proses dan kriteria hasil.
Pendidikan keperawatan pada waktu tertentu dilakukan penilaian/pengukuran untuk
pendidikan  DIII keperawatan dan sekolah perawat kesehatan dikoordinator oleh
Pusat Diknakes sedangkan untuk jenjang S 1 oleh Dikti. Pengukuran rumah sakit
dilakukan dengan suatu sistem akrteditasi rumah sakit yang sampai saat ini terus
dikembangkan.

3.6 Cara menjadi perawat keluarga

Secara umum keperawatan keluarga adalah ilmu yang mempelajari tentang cara
melindungi,memelihara,menjaga,kelompok keluarga dari bebbagai musibah yang
dihadapinya.Oleh karena keperawatan keluarga berkaitan dengan kesehatan, maka
yang dimaksud dengan keperawatan disini adalah seseorang yang hidup dalam
keluarga memiliki untuk melindungi,memelihara serta menjaga keluarga jika ada
salah seorang keluarga itu sakit . (Kompasiana,2017)

Banyak aspek yang ditangani oleh keperawatan, salah satunya adalah keluarga.
Keluarga memiliki peran yang signifikan bagi kesehatan, asupan perawatan keluarga
merupakan start point terbentuknya asuhan yang baik atau tidak. Perlindungan
keluarga terhadap lingkungannya bermula dari pemerhatian yang maksimal mulai
dari makanan, minuman,dll. Keperawatan keluargalah yang lebih maksimal dalam
penjagaan ketat keluarga dari berbagai serangan penyakit. (Kompasiana,2017)
Dan untuk menjadi perawat keluarga kita bisa mempelajari dan mendalami tentang
ilmu keperawatan keluarga yang didapatkan selama pendidikan dan kita bisa
mengaplikasikannya dilingkungan sekitar.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari kelompok kami keluarga adalah unit terkecil di masyarakat
yang secara umum terjadi kalau ada ikatan atau pernikahan (perkawinan),hubungan
darah,pengabdosian serta tiggal bersama dalam satu atap
yang mempunyai  peran dan fungsinya masing-masing.    
            Trend dan Issue yang terjadi di dalam keluarga sudah sangat familiar
dimasyarakat dan sering terjadi sehingga kita sebagai perawat dapat melakukan
intervensi keperawatan sesuai dengan masalah utama yang dihadapi oleh keluarga
tersebut.
            Legal etik yang di buat oleh pemerintah yang dicantumkan dalam Undang-
undang dapat membantu perawat untuk melaksanakan tindakan dan melindungi
tenaga kesehatan dari ancaman hukum.
4.2 Saran
Saran dari kelompok kami ,hal hal-yang perlu diperhatikan dalam
perkembangan keperatan keluarga ialah ,kita sebagai tenaga kesehatan harus
mengetahui trend dan isu yang berkembang tentang keperawatan keluarga pada
saat ini,dan kita juga harus memperhatikan legal etik khususnya pada keperawatan
keluarga , dan kita juga telah dilindungi oleh kebjakan dalam UU kesehatan yang
telah ada.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.


Jurnal Penelitian Managemen Pendidikan,2016
Jurnal : Hubungan pemberian penghargaan engan motivasi kerja perawat pelaksana di
RS dr.Zanoel Abidin Banda Aceh, 2012
Menurut  Oscar Boldt-Chrismast, Jonathan Dimson, dan Cristian Kloss, dalam jurnal
Supply and Demand Strategies for Lowering Spending on Hospitals, 2010
jurnal promosi kesehatan indonesia th 2009
Setiadi.2008.konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga.graha ilmu:Yogyakarta
Suprajitno.2004.Asuhan Keperawatan Keluarga:aplikasi dalam praktik.EGC:Jakarta
Makhfudli, F. E. (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Kuntoro, A. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wahid Iqbal Mubarak, N. C. (2012). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai