Perlindungan Hukum Terhadap Pendaftaran Merek Nama Domain Dalam Tindakan
Perlindungan Hukum Terhadap Pendaftaran Merek Nama Domain Dalam Tindakan
Penulis karya ilmiah yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap
Pendaftaran Merek Nama Domain Dalam Tindakan Cybersquatting Di Indonesia” ini
merupakan ringkasan di luar skripsi.
Penulis Pertama adalah Ni Komang Lugra Mega Triayuni Dewi, Mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Udayana, Korespondensi: lugramega@gmail.com
Penulis Kedua adalah Nyoman A. Martana, SH.,MH. Dosen Fakultas
Hukum Universitas Udayana, Korespondensi: nyoman_martana@unud.ac.id
1
method with a legal approach and concept. The results of this study
indicate that legal protection for the owners of registered brands as
stipulated in Article 1 point 5 of the Trademark has the right to use their
brands and have exclusive rights to these brands and demand
compensation from those who register their brands as domain names
with bad intentions Article 23 of the ITE Law.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1 Dikdik M. Arief Mansur & Elisatris Gultom. (2005). Cyber Law. Aspek
2
dilakukan oleh salah satu pihak yang dapat mengakibatkan kerugian
bagi pihak lainnya dengan cara mendaftarkan nama domain oran lain
dan kemudian menjual nama domain tersebut kepada orang tersebut
dengan harga yang lebih tinggi sehingga menimbulkan kerugian bagi
pemilik nama domain aslinya.2 Nama Domain terdiri dari beberapa
karakter untuk menunjuk bidang, yang akan dengan mudah
mengidentifikasi pemegang alamat tersebut atau suatu website.3
Dalam dunia perekonomian para produsen yang khususnya pemilik
hak atas merek memakai nama domainnya yang sama dengan
mereknya.
2 Hukum Online,
URL:https://m.hukumonline.com/klinik/detail/cl6560/perlindungan-hukum-di-
indoesia-atas-tindakan-cybersquatting-, diakses tanggal 8 Maret 2019.
3 Putri, H. Y. Pengaturan Passing Off Dalam Penggunaan Domain Name
Terkait Dengan Merek. Jurnal Magister Hukum Udayana (Udayana Master Law
Journal), 5(3), 467-481.
3
penyelesaian sengketa domain.4 Maka dari itu untuk membahas lebih
dalam penulis mengambil judul jurnal yang berjudul “Perlindungan
Hukum Terhadap Pendaftaran Merek Nama Domain Dalam
Tindakan Cybersquatting Di Indonesia”.
1.3 Tujuan
4
Nama domain adalah suatu alamat dalam jaringan internet,
pada jaringan internet tersebut digunakan untuk mempermudah
pengguna dan mengingat nama server yang ingin dikunjungi. Nama
domain ini tidak berfungsi layaknya seperti pemerintahan dimana
tidak adanya suatu kewenangan yang tersentral.7 Pengertian Nama
domain juga telah tercantum dalam penjelasan Pasal 1 angka 20 UU
Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas UU Nomor 11 Tahun
2008 tentang ITE yang menyebutkan bahwa: “Nama Domain adalah
alamat internet penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha,
dan/atau masyarakat, yang dapat digunakan dalam berkomunikasi
melalui internet, yang berupa kode atau susunan karakter yang
bersifat unik untuk menunjukkan lokasi tertentu dalam internet”.
5
mengidentifikasi suatu website yang mereka gunakan berhubungan
dangan barang yang diingikan oleh konsumen. Walaupun keduanya
memiliki keterkaitan erat, namun tidak dapat dikatakan bahwa
keduanya identik, keduanya memiliki sistem dan syarat-syarat
pendaftaran serta pengakuan eksistensinya secara berbeda. 10
6
didasarkan pada pendaftaran pertama.13 Asas first to file tercantum
dalam Pasal 3 Undang-Undang Merek yang menyebutkan: “Hak atas
Merek diperoleh setelah Merek tersebut terdaftar”. Yang dimaksud
adalah melakukan permohonan melalui proses pemeriksaan yang
telah ditentukan, melakukan proses pemeriksaan substantif,
melakukan proses pengumuman dan mendapatkan persetujuan dari
Direktur Jendral agar dapat diterbitakanya seterfikat merek tersebut.
Hal ini menunjukan bahwa hak atas merek merupakan hak eksklusif,
yang perlindungan terhadap hak atas merek yang dilindungi
hanyalah merek yang sudah terdaftar dan merupakan pengakuan
atas pembenaran akan hak atas merek seseorang, dengan dibuktikan
melalui sertifikat pendaftaran merek sehingga dapat memperoleh
perlindungan hukum sesuai tercantum dalam Pasal 1 angka 5 UU
Merek.14 Sedangkan pada nama domain memaki asas first come first
serve. Mengenai asas tersebut tercantum pada penjelasan Pasal 23
ayat (1) UU ITE, yang menyatakan “ Nama Domain berupa alamat
atau jati diri . . . yang perolehannya didasarkan pada prinsip
pendaftaran pertama ( first come firsy serve ). Perlu diketahui dalam
pendaftaran pertama tersebut dalam ketentuan nama domain
dengan merek atau dalam bidang Kekayaan Intelektual berbeda. Hal
ini dikarenakan dalam ketentuan pendaftaran pertama nama domain
tidak diperlukan pemeriksan substantif, sebagaimana dalam
ketentuan pendaftaran pertama merek dan paten yang salah satu
ketentuannya harus melakukan pemeriksaan substantif.15
13Tomi Suryo Utomo. (2010). Hak kekayaan intelektual (HKI) di era global:
sebuah kajian kontemporer. Graha ilmu, Yogyakarta, h. 14.
14 Ida Ayu Citra Dewi Kusuma, Perlindungan Hukum Atas Hak Eksklusif
7
timbulnya beraneka macam kepentingan. Akibat meluasnya
penggunaan jaringan internet di bidang perekonomian, dapat
menimbulkan pengaruh terhadap perlindungan merek. Salah satunya
apabila nama domain biasanya digunakan sebagai merek dagang,
nama suatu perusahaan, barang dan jasa tanpa adanya ijin dari
pemilik hak aslinya.16 Menurut pendapat O.K Saidin “Pelanggaran ini
dapat terjadi saat pihak lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan
sebuah perusahaan atau dengan sebuah merek perusahaan ternyata
mendaftarkan nama dari perusahaan yang bersangkutan tersebut
sebagai nama domainnya di jaringan internet tanpa adanya ijin”.17
Sehingga sudah seharusnya jika hak merek yang dimiliki seseorang
dilindungi secara yuridis dari perbuatan-perbuatan yang mengarah
pada pemakaian merek secara salah atau melawan hukum. Tujuan
perlindungan hukum tersebut berfungsi untuk melindungi suatu hak
merek dari tindakan yang mengarah pada perbuatan melawan hukum
yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang
beritikad tidak baik.18
8
. a company’s trademark, and then seeking to profit by silling or
licensing the name to the company that has an interest in being
identified with it”.19 Dari pemaparan diatas Cybersquatting
merupakan tindakan yang di lakukan oleh suatu pihak dengan cara
mendaftarkan nama domain seseorang atau perusahaan orang lain
dengan menjualnya kembali kepada orang atau perusahaan tersebut
dengan harga yang lebih tinggi sehingga orang yang mendaftarkan
nama domain tersebut terlebih dahulu mendapatkan keuntungan dan
bagi pemilik nama domain aslinya akan mengalami kerugian.
9
sejenisnya yang pada intinya dapat menimbulkan kerugian bagi pihak
lain.
10
domain. Karena nama domain dimaksudkan sebagai suatu yang
mudah diingat dan dikenal yang berkaitan dengan pemiliknya. Faktor
ini sama halnya dengan tujuan dan fungsi merek”. 20 Apabila terjadi
sengketa nama domain yang berkaitan dengan merek dapat dituntut
baik secara perdata maupun pidana oleh pihak pemilik merek sesuai
dengan ketentuan Pasal 83, Pasal 100, dan Pasal 101 Undang-
Undang Merek.21
11
memiliki kekuatan hukum tetap terhadap perselisihan nama domain
yang telah diselesaikan oleh Pemerintah.22
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12
mereknya sebagai nama domain degan itikad tidak baik berdasarkan
Pasal 23 Undang-Undang ITE.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Arief Mansur, D. M., & Gultom, E. (2005). Cyber Law. Aspek Hukum
Teknologi Informasi, Bandung.
Asikin, A. (2004). Zainal, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Dharmawan, N. K. S. (2018). Harmonisasi hukum kekayaan
intelektual Indonesia. Swasta Nulus.
I Made Pasek Diantha, dan Ni Ketut Supasti Dharmawan, 2018,
Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Disertasi, Swasta
Nulus, Denpasr-Bali.
Jened, R. (2015). Hukum Merek (Trademark Law) Dalam Era Global
dan Integrasi Ekonomi. Kencana Prenadamedia Group, Jakarta.
Makarim, E. (2003). Kompilasi hukum telematika. Divisi Buku
Perguruan Tinggi, RajaGrafindo Persada, Jakarta
OK, H. (2003). Aspek hukum hak kekayaan intelektual:(intellectual
property rights). Penerbit Pt Raja Grafindo Persada, Jakarta,
Ramli, A. M. (2004). Cyber law & HAKI dalam sistem hukum
Indonesia. Refika Aditama, Bandung.
Utomo, T. S. (2010). Hak kekayaan intelektual (HKI) di era global:
sebuah kajian kontemporer. Graha ilmu, Yogyakarta.
JURNAL ILMIAH
13
Aris Ganang, 2012, “Aspek Perlindungan Hukum Nama Domain dan
Merek”, Jurnal Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas
Palangka Raya, Jilid 7, Nomor 1, April 2012, tanpa tempat
terbit.
Ashari Luthfan Ibnu, “Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Atas
Merek Terhadap Nama Domain Yang Sama Menurut Hukum
Positif Di Indonesia, Diponogoro Law Journal, Volume5, Nomor
3, Tahun 2016, tanpa tempat terbit.
Dharma, S. (2014). Perlindungan Merek Terdaftar Dari Kejahatan
Dunia Maya Melalui Pembatasan Pendaftaran Nama Domain.
Jurnal Cita Hukum, 2(2)
Fazari, S. L. (2014). Perlindungan Nama Domain Merek Terkenal
Terhadap Tindakan Cybersquatting Di Internet Menurut
Undang-Undang Nomer 15 tahun 2001 Tentang Merek.
Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum, 1(1),
Ferdinand Tommy, “Perlindungan Hukum Atas Hak Merek Pengguna
Nama Domain Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik Serta
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen”, Jurnal Fakutas Hukum Universitas Brawijaya,
Tahun 2015, Malang
Ida Ayu Citra Dewi Kusuma, Perlindungan Hukum Atas Hak
Eksklusif Pemilik Merek Di Indonesia Terhadap Pelanggaran
Merek Dalam Bentuk Perjanjian Lisensi, Jurnal Kertha Semaya
Fakultas Hukum Universitas Udayana.
Meliala, J. S. (2015). Perlindungan Nama Domain Dari Tindakan
Pendaftaran Nama Domain Dengan Itikad Buruk Berdasarkan
Hukum Positif Indonesia dan Uniform Domain Name Dispute
Resolution Policy. Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas
Hukum.
Putri, H. Y. Pengaturan Passing Off Dalam Penggunaan Domain Name
Terkait Dengan Merek. Jurnal Magister Hukum Udayana
(Udayana Master Law Journal), 5(3).
MAKALAH
Rahardjo Budi, 2000, ”Aspek Teknik dari Nama Domain di Internet”,
Makalah disampaikan pada Seminar Domain Name dan Anti
Persaingan Curang, Jakarta, 2 Oktober 2000
INTERNET
Hukum Online,
URL:https://m.hukumonline.com/klinik/detail/cl6560/perlind
ungan-hukum-di-indoesia-atas-tindakan-cybersquatting-,
diakses tanggal 8 Maret 2019.
14
PANDI, Berita Acara Penyerahan (BAP) Pengelolaan Domain Indonesia
no BA-43 43/DJAT/MKOMINFO/6/2007,
http://pandi.or.id/index.php/tentang-pandi/sejarah-pandi
diakses pada 30 April 2019 pukul 19.00 WITA. Tanpa tempat
terbit.
PERATURAN UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis
15