Anda di halaman 1dari 14

Tugas Kesehatan Global

Kelompok 2
“Global Nutrition Challenges: Science, Public Health, Ethics”

Nama : Bella Putri Lanida


Nim : 10012682024018
Dosen MK : Dr. Rostika Flora, S.Kep.M.Kes
COVID-19 Pandemic and Mitigation Strategies: Implications for
ANALISIS
JURNAL Maternal and Child Health and Nutrition

Introduction
Dampak:
• (COVID-19) memberikan dampak serius pada kesehatan dunia.
• Anak-anak dan orang dewasa dengan penyakit penyerta seperti noncommunicable
Disease (NCD)
• Isolasi diri, jaga jarak, dan pembatasan kegiatan komunitas akan menyebabkan:
1. Resiko diet tidak sehat dan aktivitas fisik yang kurang.
2. Kemerosotan ekonomi, kerawanan pangan, dan
3. Terhambatnya program deteksi berbasis komunitas dan manajemen malnutrisi
Bagaimana dengan program gizi?
• Ada asumsi bahwa pada saat pandemi global, kebutuhan nutrisi bisa jadi diremehkan
khususnya pada ibu dan anak
• Program gizi walau lambat tetapi ada kemajuan dalam mengurangi stunting selama
dekade terakhir.
• Perkiraan saat ini menunjukkan bahwa 149 juta anak di bawah usia 5 tahun
mengalami stunting, turun dari 166 juta pada tahun 2012 tetapi masih jauh dari target
global.

Ancaman
• Terpinggirkannya program kesehatan ibu dan anak yang dapat berdampak pada
pertumbuhan linier dan stunting
• COVID-19 sekarang dapat merugikan kinerja yang telah di raih selama ini
• Dampak pada pertumbuhan linier stunting bisa jauh lebih penting daripada
kekurangan gizi.
Faktor Risiko Kekurangan Gizi dalam Konteks COVID-19
BASIC RISK IMMEDIATE
UNDERLYYNG RISK DRIVERS Compromsed
DRIVERS RISK DRIVERS
Maternal &
Child Nutrition

Deprioritized Reduced Poor Feeding


Practices & Food Poor Diatery
Context & Income & Stunting
Compromised Limited Insecurity
Wasting
Enablers Resources
Higher Disease Underweight
Limited Care &
Incidennce With
Restricted Health
Longer Durations Small Foe
Services
Gestational Age

Unhealthy Higher Risk Of


Household Matrenal & Child
Intergenerationa Micronutrient
Environment l Transfer Deficiencies
(Compromsed
Maternal Health)
FIGURE 1 COVID-19 direct effects on basic, underlying, and immediate drivers of acute and chronic
malnutrition. COVID-19, coronavirus disease 2019
Faktor Risiko Kekurangan Gizi dalam Konteks COVID-19

1. Kerawanan pangan dan pola makan berkualitas buruk

 Hilangnya pendapatan rumah tangga membuat keluarga rentan terkena


lonjakan harga dan kekurangan pangan

 Akses terbatas ke produk segar dan cenderung menggunakan makanan


olahan dan kemasan yang lebih murah dan lebih terjangkau.
Faktor Risiko Kekurangan Gizi dalam Konteks COVID-19

2. Kekurangan pendapatan dan sumber daya keuangan yang terbatas

➢ Dana dialihkan untuk kebutuhan mendesak yang diperparah oleh mobilitas


terbatas dan akses ke layanan.
➢ Kesehatan dan risiko gizi buruk pada ibu dan anak dapat meningkat drastis.
➢ Di Pakistan data yang tersedia menunjukkan penurunan dramatis dalam
akses dan penyediaan layanan perawatan antenatal.
Faktor Risiko Kekurangan Gizi dalam Konteks COVID-19

3. Pendidikan terputus untuk anak-anak dan orang dewasa


• Terhentinya program gizi sekolah, yang menjadi andalan dalam mengatasi
kerawanan pangan di beberapa bagian populasi termiskin.

4. Lingkungan rumah tangga yang tidak sehat


• Misalnya, di daerah kumuh perkotaan (beberapa dari komunitas paling
rentan), penguncian dan mobilitas terbatas telah mempengaruhi akses ke
air bersih dan layanan sanitasi yang aman.
1
Upaya kedepan?

Intervensi kerawanan pangan

Untuk stunting dapat belajar dari:

a. Republik Kyrgyzstan, memobilisasi sektor pertanian: salah satunya pengalihan


kepemilikan tanah dari negara ke rumah tangga swasta.

b. Solusi Ethiopia untuk kerawanan pangan yaitu Program Jaring Pengaman Produktif
ditujukan untuk memberikan bantuan pangan darurat kepada 15 juta orang yang
rentan
2
Upaya kedepan?
Program perlindungan sosial
Di Peru terdapat program transfer tunai rumah tangga bulanan tetap (∼$ 30 USD)
untuk memenuhi layanan pendidikan dasar, kesehatan, dan gizi bagi anak-anak

3
Upaya kedepan?
Akses ke perawatan kesehatan
Health Extension Worker (HEW) Ethiopia dan Female Community Health Volunteer
(FCHV) Nepal berhasil dalam memobilisasi petugas kesehatan masyarakat (CHWs);
yang menerima pelatihan dasar dan komoditas untuk memberikan vaksin, suplemen
gizi, kesehatan dan gizi pendidikan, dan bahkan perawatan reproduksi, ibu, dan bayi
baru lahir.
4
Upaya kedepan?

Program Edukasi

 Belajar dari pengalaman mereka dengan Ebola, program CHW Senega


telah terbukti menjadi mekanisme yang efektif untuk mengomunikasikan
praktik terbaik kesehatan kepada masyarakat. Program FCHV Nepal dan
HEW di Ethiopia juga memiliki komponen konseling kesehatan dan gizi yang
sangat sukses.
5
Upaya kedepan?

Lingkungan rumah tangga / komunitas yang aman dan sehat

 Program Community Led Total Sanitation (CLTS) di Nepal, Ethiopia, dan Senegal
berfokus pada perubahan perilaku untuk menciptakan desa bebas buang air
besar sembarangan.

 Program CLTS di negara-negara contoh seperti Nepal memiliki dampak penting


pada pengurangan stunting pada masa kanak-kanak.
Upaya kedepan?

FIGURE 2 Investments to prioritize both within and beyond the health sector to mitigate COVID-19 consequences on nutrition. COVID-19, coronavirus disease 2019; MNCH, maternal and child health
Kesimpulan

 Ketika negara-negara berusaha kembali dari dampak penguncian skala besar


ke kondisi normal secara bertahap, transisi akan lambat dan normal baru sangat
berbeda dari masa lalu. Menjaga kesehatan dan gizi perempuan dan anak-
anak yang rentan merupakan respons kebijakan utama sehingga keuntungan
dalam kelangsungan hidup serta kesehatan dan gizi perempuan dan anak-anak
tidak terbalik.
 Pelaksanaan strategi yang efektif akan membutuhkan uang, kemauan politik,
dan komitmen, serta persatuan internasional; ini akan menjadi pendorong yang
sangat penting, tidak hanya mengamankan keuntungan khusus COVID-19 tetapi
juga perlindungan kesehatan global secara keseluruhan dan penurunan
kekurangan gizi.
REFERENCE
Akseer, N. et al. (2020) ‘COVID-19 pandemic and mitigation strategies : implications for maternal
and child health and nutrition’, The American Journal of Clinical Nutrition. Oxford University Press,
112(2), pp. 1–6.

Anda mungkin juga menyukai