Anda di halaman 1dari 15

RINGKASAN DISKUSI KELOMPOK 2 GLOBAL HEALTH

Nama Anggota Kelompok :

1. Purnomo Jarod Masrudin/ 10012682024002 (Ketua Kelompok)


2. Tamarakha Yumna/ 10012682024016
3. Bella Putri Lanida/ 10012682024018
4. Deasi Novia/ 10012682024037
5. Meliyanti/ 10012682024025
6. Salesika/ 10012682024020
7. Riska Umami/ 10012682024010
Waktu Pelaksanaan Diskusi : Rabu/ 14 Oktober 2020 pukul 19.00 WIB – 21.00 WIB

Dokumentasi kelompok 2 :

Ringkasan Presentasi :

1. Bella Putri Lanida/ 10012682024018


Judul Artikel Ilmiah :
Global Nutrition Challenges: Science, Public Health, Ethics
Pandemi Covid-19 yang berlangsung saat in memberikan dampak serius pada ekonomi dan
kesehatan dunia, anak-anak dan orang dewasa dengan penyakit penyerta seperti
oncommunicable Disease (NCD) yaitu hipertensi, diabetes, kanker, jantung dan kekurangan gizi.
Penanggulangan yang dilakukan pemerintah dalam rangka mencegah penyebaran virus covid-19
berupa isolasi diri, social distancing, pembatasan kegiatan sampai lockdown di sebuah daerah
maupun negara ternyata juga memiliki efek secara langsung dalam dunia kesehatan dunia selain
meningkatnya angka kejadian covid-19.
Dampak yang disebabkan oleh upaya pencegahan penyebaran tersebut yaitu adanya :
• Resiko diet yang tidak sehat disebabkan oleh terbatasnya kegiatan masyarakat;
• Aktivitas fisik yang kurang, apakah aktivitas yang dilakukan bisa seimbang dengan
aktivitas yang biasanya ia lakukan sebelum adanya covid-19;
• Akibat lockdown kerugian ekonomi dan kerawanan pangan terjadi;
• Macetnya program-program kesehatan yang seharusnya dilakukan Covid-19 sungguh
menjadi ancaman bagi program kesehatan yang sedang berjalan, dan dapat menurunkan
target capaian kerja yang telah diraih pada tahun atau bulan sebelumnya.
Faktor Risiko Kekurangan Gizi dalam Konteks Covid-19 :
Figure 1 memberikan gambaran bagaimana covid-19 dapat menyebabkan masalah gizi pada anak
dan ibu seperti berikut ini:
a. Basic Risk Driver
Faktor resiko ini menjelaskan bagaimana pemerintah memprioritaskan sumber daya dalam
menghadapi Covid-19 sehingga menyebabkan:
• Pelayanan difokuskan pada covid-19;
• Sektor sosial juga dialihkan pada covid-19;
• Adanya ketidakadilan.
b. Underlying Risk Drivers
Faktor resiko ini terdiri dari :
• Penurunan pendapatan dan terbatasnya sumber daya yang meningkatkan; kemiskinan
dan menurunkan daya beli, program bantuan sosial pada populasi beresiko terhenti dan
pendidikan terputus;
• Dari faktor nomor 1 selanjutkan akan menyebabkan dampak lain seperti:
- Kekurangan pangan dan ketidakamanan pangan;
- Pelayanan dan perawatan kesehatan dibatasi yang bisa menyebabkan kehamilan
berisiko tinggi akibat terbatasnya pelayanan KB dan pelayanan antenatal;
- Lingkungan yang tidak sehat.
c. Intermediate Risk Driver
Faktor resiko ini menjelaskan adanya dampak yang lebih berat yaitu pola makan buruk,
tingginya penyakit dengan durasi lebih lama, dan risiko kehamilan yang menyebabkan
gagalnya generasi kedepan. Perjalanan faktor resiko diatas dapat menyebabkan keragaman
penyakit akibat gizi yaitu stunting, wasting, kekurangan gizi, ada bayi yang lahir dengan berat
badan dibawah persentil 10% atau < 2 SD menurut usia kehamilannya dan defisiensi
mikronutrien ibu dan anak.
Upaya kedepannya yang dapat dilakukan :
1) Intervensi kerawanan panganUntuk stunting dapat belajar dari:
• Republik Kyrgyzstan, memobilisasi sektor pertanian: salah satunya pengalihan
kepemilikan tanah dari negara ke rumah tangga swasta;
• Solusi Ethiopia untuk kerawanan pangan yaitu Program Jaring Pengaman Produktif
ditujukan untuk memberikan bantuan pangan darurat kepada 15 juta orang yang
rentan.
2) Program perlindungan sosial
Di Peru terdapat program transfer tunai rumah tangga bulanan tetap ( ∼ $ 30 USD) untuk
memenuhi layanan pendidikan dasar, kesehatan, dan gizi bagi anak-anak.
3) Akses ke perawatan kesehatan
Health Extension Worker (HEW) Ethiopia dan Female Community Health Volunteer
(FCHV) Nepal berhasil dalam memobilisasi petugas kesehatan masyarakat (CHWs); yang
menerima pelatihan dasar dan komoditas untuk memberikan vaksin, suplemen gizi,
kesehatan dan gizi pendidikan, dan bahkan perawatan reproduksi, ibu, dan bayi baru
lahir.
4) Program Edukasi
Belajar dari pengalaman mereka dengan Ebola, program CHW Senega telah terbukti
menjadi mekanisme yang efektif untuk mengkomunikasikan praktik terbaik kesehatan
kepada masyarakat. Program FCHV Nepal dan HEW di Ethiopia juga memiliki komponen
konseling kesehatan dan gizi yang sangat sukses.
5) Lingkungan rumah tangga / komunitas yang aman dan sehat
Program Community Led Total Sanitation (CLTS) di Nepal, Ethiopia, dan Senegal berfokus
pada perubahan perilaku untuk menciptakan desa bebas buang air besar sembarangan.
Program CLTS di negara-negara contoh seperti Nepal memiliki dampak penting pada
pengurangan stunting pada masa kanak-kanak.

Dokumentasi pelaksanaan presentasi :

2. Meliyanti/ 10012682024025
Judul artikel ilmiah :
Nutrisi Ditengah Pendemic Covid 19,Kerangka Tindakan multi level
Pandemic Covid 19,menyebabkan banyak perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Gizi yang
baik juga sangat penting, sebelum, selama dan setelah infeksi. Menjaga pola makan yang sehat
dan gizi seimbang sangat penting selama pandemic covid 19 untuk meningkatkan daya tahan
tubuh dan imun dengan memperhatikan status gizi.
Yang dianggap sebagai indicator ketahanan terhadap destabilitas,nutrisi yang tidak memadai
dapat menyebabkan efek jangka panjang yang terkait kesehatan asupan zat besi, seng dan
vitamin A, E, B6 dan B12, yang sangat penting dalam pemeliharaan fungsi kekebalan tubuh.
Pandemic covid 19 merupakan tantangaan baru bagi individu, untuk mempertahankan pola
makan yang sehat,banyak buah dan sayur. Hal hal yang dapat meningkatkan dayabtahan tubuh
adalah Makan Makanan Bergizi Seimbang yaitu makanan yang sangat penting untuk membangun
kekebalan tubuh yang kuat agar terlindung dari infeksi virus dan memberikan perlindungan ekstra
bagi tubuh.
Dalam Isi Piringku tdd;
• Makanan Pokok
Adalah yang merupakan makananan sumber karbohidrat dapat berupa, nasi, jagung
• Lauk Pauk
Yang merupakan sumber protein dan mineral. Lauk Hewani antara lain : Daging, ikan,
ayam, telur. Lauk Nabati antara lain : tahu, tempe, kacang-kacangan
• Sayuran dan Buah
Yang merupakan sumber vitamin,mineral dan serat,terutama sayuran yang berwarna.
Banyak mengandung vitamin dan berfungsi sebagai anti oksidan yaitu vitamin A.C.E

Dokumentasi pelaksanaan presentasi :

3. Purnomo Jarod Masrudin/ 10012682024002


Judul artikel ilmiah :
Improper disposal practice of unused and expired pharmaceutical product in Indonesian
households
Dokumentasi pelaksanaan presentasi :

Penelitian menunjukkan bahwa sejumlah obat akhirnya tidak digunakan (kadaluwarsa).


Penyebab obat kadalwuarsa seperti resep berlebihan oleh dokter, sembuh lebih cepat atau
mengubah metode dengan terapi. Penyimpanan dan pembuangan obat secara tidak tepat
menyebabkan kesempatan penyalahgunaan dan keracunan tidak disengaja. Bahaya lingkungan
akibat pembuangan obat kadaluwarsa dapat dilihat dari beberapa kejadian :
• Antibiotik yang terakumulasi pada sistem akuatik akan menyebabkan virulensi
mikroorganisme
• Ethinyl estradiol dapat menyebabkan gangguan endokrin pada populasi kecoak
• Sumber air minum terlacak tercemar oleh kontaminan organik produk farmasi

Desain, pengaturan dan perekrutan responden :


• Studi deskriptif cross-sectional di Bandung
• Batasan usia responden minimal 18 tahun
• Persetujuan etika diperoleh dari Health Research Ethics Fakultan Kedokteran Universitas
Padjajaran

Metode penelitian :

• Wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur


• Kuesioner terdiri dari dua bagian: demografi karakteristik responden (usia saat
menyelesaikan kuesioner, jenis kelamin, tingkat pendidikan yang diselesaikan, pekerjaan,
dan pendapatan) dan informasi yang berkaitan dengan pembuangan obat (misalnya,
apakah mereka memiliki obat-obatan yang tidak terpakai disimpan di rumah mereka,
bagaimana obat-obatan tersebut diperoleh, golongan obat, alasan tidak digunakan,
apakah memeriksa tanggal kedaluwarsa sebelum membeli, apa yang mereka lakukan
dengan yang tidak terpakai dll)

Perhitungan ukuran sampel :

• Menggunakan rumus Slovin untuk menentukan ukuran sampel minimum


• Minimal 400 responden dengan P 95% dan Alpha 0,05
• Teknik pengambilan sampel non-probabilitas (metode aksidental) digunakan untuk
memilih responden.

Analisis Data :

• Data yang diambil dari kuesioner disajikan dalam angka dan proporsi. Statistik deskriptif
digunakan untuk mengkategorikan variabel.
• Analisis dilakukan dengan menggunakan Paket Statistik untuk Ilmu Sosial (SPSS)

Pemahaman terbatas responden tentang beberapa metode pembuangan obat kadaluwarsa hasil
penelitian :

82,7% responden menyatakan alasannya memiliki obat yang tidak diinginkan untuk
meningkatkan kondisi kesehatan. Temuan ini serupa dengan penelitian yang dilakukan di
Selandia Baru dan Ethiopia. Manajemen obat dan penggunaan pedoman klinis yang tepat penting
untuk mengurangi limbah obat.

6,2% responden menyatakan bahwa alasan obat tidak digunakan karena telah mencapai
tanggal kadaluwarsa. 72,8% responden memeriksa tanggal kedaluwarsa obat sebelum membeli.
Sangat penting untuk memeriksa tanggal kadaluwarsa untuk memastikan potensi penuh dan
keamanan obat serta menghindari kegagalan pengobatan.

Responden lazim membeli obat tanpa resep dari apoteker. Paling banyak pasien menyimpan
obat yang tidak terpakai di rumah sampai kadaluwarsa. Ini bisa dijelaskan sebagian oleh niat
responden untuk berbagi obat yang tidak terpakai kepada kerabat atau teman mereka
berdasarkan masalah medis yang serupa. Berbagi obat dapat membantu pasien mengurangi
biaya pengobatan. Namun, studi tentang berbagi pengobatan sebagian besar berfokus pada
konsekuensi yang merugikan, seperti peningkatan risiko efek samping dan alergi, resistensi
antimikroba, dan penurunan kemanjuran.

Obat yang tidak terpakai yang paling umum adalah NSAID, diikuti dengan vitamin atau
suplemen nutrisi, dan antibiotik. Hampir seperlima dari responden memiliki antibiotik di rumah
mereka. Menyimpan obat-obatan untuk gejala yang kambuh adalah tepat, tetapi menyimpan
antibiotikguna dikonsumsi untuk berbagai infeksi dapat menyebabkan perkembangan resistensi
antibiotik dan tidak efektif.

Metode pembuangan yang tidak aman bagi lingkungan digunakan oleh mayoritas dari
responden, menunjukkan kesadaran yang sangat rendah terhadap masalah pengelolaan limbah
obat. Tingkat pembuangan obat di tempat sampah mencapai 82,1%. Temuan ini sedikit lebih
tinggi dari studi yang dilakukan di Amerika Serikat dan Saudi Arab (63% -73%) tetapi relatif mirip
dengan Serbia (82,8%). 53,1 % responden tidak menyadari obat yang dibuang secara tidak benar
dapat merusak ekosistem dan kesehatan penduduk. 79,5% responden juga tidak pernah
mendapat informasi tentang praktik pembuangan obat yang aman.

Kesimpulan penelitian :

• Banyak ditemukan pembuangan obat kadaluwarsa di Bandung.


• Kurangnya kesadaran akan bahaya pembuangan obat kadaluwarsa warga Bandung.
• Dibutuhkan strategi untuk memperkuat program pengelolaan limbah obat kadaluwarsa.

4. Riska Umami/ 10012682024010


Judul artikel ilmiah :
Global Nutrition And The Pandemic Of Obesity In Developing Countries
Urbanisasi adalah pendorong utama obesitas global, dan kelebihan berat badan serta
obesitas muncul di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Perubahan dalam produksi
minyak nabati telah menciptakan minyak nabati murah yang memungkinkan masyarakat di
negara berpenghasilan rendah dan menengah untuk meningkatkan konsumsi energi mereka
pada tingkat pendapatan yang sangat rendah. Namun, pada saat itu dalam sejarah, diasumsikan
bahwa kelaparan dan malnutrisi global merupakan masalah yang dominan di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah; Oleh karena itu, sangat sulit untuk menarik perhatian
pada peran penting yang dimainkan oleh perubahan pola makan dan aktivitas fisik, yang
meningkatkan ancaman obesitas.
Pada 2008, kelebihan berat badan dan obesitas diperkirakan menimpa hampir 1,5 miliar
orang dewasa di seluruh dunia. Satu perkiraan, yang analisis terbaru dari data baru menunjukkan
terlalu kecil, memperkirakan bahwa pada tahun 2030 diperkirakan 2,16 miliar orang dewasa di
seluruh dunia akan kelebihan berat badan dan 1,12 miliar akan mengalami obesitas.
Obesitas di negara penghasilan rendah dan menengah Di negara-negara berpenghasilan
tinggi, tingkat obesitas yang lebih tinggi sering ditemukan di daerah pedesaan dan di antara
orang-orang miskin, kebalikan dari apa yang terlihat di negara-negara berpenghasilan rendah.
Namun, bukti baru menunjukkan bahwa pola-pola ini berubah, dan peningkatan angka obesitas
di kalangan masyarakat miskin memiliki implikasi penting bagi distribusi kesenjangan kesehatan.
Prevalensi obesitas tampaknya meningkat di semua negara berpenghasilan rendah dan
menengah, tidak jelas apa perbedaan perkotaan-pedesaan yang mungkin ada.
Obesitas mencerminkan ketidakseimbangan energi, sehingga area utama untuk intervensi
berkaitan dengan asupan makanan dan pengeluaran energi, di mana komponen utama yang
dapat dimodifikasi adalah aktivitas fisik. Menemukan cara untuk meningkatkan aktivitas fisik di
semua kelompok umur penting untuk kesehatan masyarakat, tetapi pilihan untuk meningkatkan
pengeluaran energi melalui aktivitas fisik mungkin terbatas di negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Misalnya, untuk mengatur peningkatan sekitar 110 kkal makanan atau minuman
dalam asupan energi harian rata-rata, seorang wanita dengan berat 54 kg harus berjalan cukup
cepat selama 30 menit dan seorang pria dengan berat 82 kg selama sekitar 25 menit. Tingkat
aktivitas fisik seperti itu mungkin terlalu banyak untuk diharapkan, jadi modifikasi diet adalah
pendekatan kunci untuk menurunkan prevalensi obesitas, terutama dengan penurunan aktivitas
fisik yang sedang berlangsung dan peningkatan waktu menetap (data tidak dipublikasikan).
Pola perubahan asupan makanan dan pengeluaran energi terkait dengan transisi nutrisi
global sangat penting dalam konteks teori terkini tentang asal mula perkembangan penyakit
orang dewasa. Sementara eksposur kehidupan awal dan penghinaan biologis tampaknya
meningkatkan efek merugikan dari perubahan pola makan, pada akhirnya, pergeseran
keseimbangan energi dan seluruh struktur makanan telah memainkan peran utama yang
bersamaan dan terpisah. Pemanis kalori. Pola makan di seluruh dunia saat ini jauh lebih manis
daripada sebelumnya. 65 Misalnya, 75% makanan dan minuman yang dibeli di Amerika Serikat
mengandung pemanis kalori tambahan dan rata-rata orang Amerika berusia 2 tahun ke atas
mengkonsumsi sekitar 375 kkal / hari. 66,67 Di Amerika Serikat, salah satu dari sedikit negara di
mana jumlah tambahan gula dalam makanan diperkirakan, 68 penelitian telah menunjukkan
stabilitas yang luar biasa dalam jumlah asupan gula tambahan dari makanan selama 30 tahun
terakhir, sementara jumlah tambahan gula dari minuman telah meningkat secara signifikan.
Peningkatan konsumsi produk makanan hewani memiliki dampak positif dan merugikan bagi
kesehatan. Di satu sisi, untuk individu miskin di seluruh dunia berkembang, beberapa gram
tambahan makanan hewani dapat secara signifikan meningkatkan profil mikronutrien dari
makanan. Di sisi lain, konsumsi makanan hewani yang berlebihan dikaitkan dengan asupan lemak
jenuh yang berlebihan dan peningkatan kematian. Akibat lain dari perubahan global dalam
konsumsi pangan adalah kebebasan perdagangan pangan terkait dengan Organisasi Perdagangan
Dunia. Misalnya, hambatan impor minyak nabati telah dikurangi, dan produksi minyak nabati
telah dipusatkan untuk bersaing dengan impor dan secara signifikan menurunkan harga minyak
nabati di negara-negara seperti Cina.
Transisi yang cepat dalam pendapatan dan pola makan dan pergeseran besar ke arah
konsumsi makanan sumber hewani menciptakan permintaan besar akan biji-bijian dasar untuk
pakan ternak, mengabaikan kebutuhan orang miskin akan persediaan makanan yang sama.
Sementara kekeringan, perubahan iklim, dan peningkatan permintaan etanol telah berkontribusi
pada harga pangan global, pergeseran struktural jangka panjang terkait dengan permintaan
pangan sumber hewani dan dampaknya terhadap harga jagung, beras, dan gandum. Keluarga
yang dihadapkan pada ketidakmampuan untuk menanam makanan atau pendapatan yang tidak
memadai untuk membeli makanan kemungkinan besar akan memilih biaya termurah per kalori
dari pilihan yang tersedia. Ketika harga makanan untuk biji-bijian menjadi dua atau tiga kali lipat,
tekanan untuk menyesuaikan pembelian makanan meningkat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan organisasi lain telah menyerukan peraturan untuk
meminimalkan atau menghilangkan pemasaran makanan yang kurang sehat dan
mempertimbangkan cara untuk mengontrol konsumsi minuman manis. Meksiko adalah salah
satu dari sedikit negara berpenghasilan rendah atau menengah yang secara agresif menentang
minuman yang dimaniskan dengan gula dan minuman berkalori tinggi lainnya yang kurang
menyehatkan (misalnya, susu murni penuh lemak versus susu rendah lemak 1%). Di Meksiko,
Kementerian Kesehatan membuat serangkaian pedoman minuman yang digunakan pemerintah
untuk mengubah prosedur dalam program pemberian makan dan kesejahteraan mereka dan di
sekolah.
Jika kita ingin mencegah obesitas dan mengurangi peningkatan cepat obesitas global, fokus
utama harus ada pada pasokan makanan dan peningkatan kualitas makanan sambil mengurangi
asupan kalori total. Dari segi intervensi, programatik, dan kebijakan, inilah wilayah yang paling
potensial. Salah satu target utama upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara
cepat adalah pajak atas makanan dan minuman tertentu, terutama minuman yang dimaniskan
dengan gula. Banyak negara telah memulai diskusi tentang penerapan, atau telah mencoba untuk
menambahkan, pajak minuman manis, dan beberapa organisasi global, seperti Dana Penelitian
Kanker Dunia dan Federasi Jantung Dunia, telah menjadikan ini sebagai tujuan utama dalam
pekerjaan mereka.
Dalam setengah abad terakhir, telah terjadi perubahan besar dalam cara makan dan minum
manusia, insiden ketidakseimbangan energi, kelebihan berat badan, dan obesitas. sangat penting
untuk berevolusi ke arah pola makan yang lebih sehat, dan dalam banyak kasus, pola makan yang
kurang diproses dengan makanan yang lebih padat nutrisi dan lebih sehat. Untuk mencegah
masalah di masa depan dan untuk menyediakan bagi mereka yang memiliki penyakit tidak
menular terkait nutrisi, baik itu obesitas, diabetes, kanker, atau lainnya, sangat penting untuk
memperbaiki pola makan di seluruh dunia. Berfokus pada perawatan medis, pengurangan
merokok, dan mengatur natrium dalam makanan tidak akan menghentikan peningkatan epidemi
obesitas dan banyak masalah kardiometabolik lainnya atau semua konsekuensi terkait ekonomi,
kesehatan, dan lainnya yang dihadapi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Dokumentasi pelaksanaan presentasi :

5. Salesika/ 10012682024020
Judul artikel ilmiah :
Epidemiology of obesity in developing countries: challenges and prevention
Hampir semu negara menghadapi endemik obesitas meskipun terdapat variasi yang besar
antar negara. Gaya hidup menetap dan diet tinggi lemak (kalori tinggi) telah meningkat secara
global sebagai akibat dari perubahan industri, perkotaan dan mekanik di negara berkembang.
• Kekurangan gizi penduduk di dunia telah menurun—1,2M dan Kelebihan gizi meningkat
1,2 M
• Terdapat >1 M orang dewasa yang mengalami obesitas
• Masalah obesitas meningkat di negara berkembang dengan kasus 115 juta jiwa
• Tingkat obesitas meningkat 3x lipat sejak th 1980 di Timur Tengah, Kepulauan Pasifik,
Australia, Asia dan Cina.
• Obesitas pada anak-anak meningkat di negara berkembang
• Kelebihan berat badan juga umumnya terjadi di perkotaan

BEBAN GLOBAL--BEBAN GANDA PENYAKIT


• Selama ribuan tahun obesitas jarang terlihat.
• Pada abad ke-20 obesitas menjadi hal yang umum
• tahun 1997 WHO mengakui obesitas sebagai epidemi global.
• Tahun 2008 who mengklaim 1,5 M orang dewasa (>20th) kelebihan berat badan
• >200juta pria dan >300juta wanita obesitas
• Satu-satunya wilayah di dunia dimana obesitas tdk nampak adalah APFRIKA SUB-SAHARA
• Selama ribuan tahun obesitas jarang terlihat.
• Pada abad ke-20 obesitas menjadi hal yang umum
• tahun 1997 WHO mengakui obesitas sebagai epidemi global.
• Tahun 2008 who mengklaim 1,5 M orang dewasa (>20th) kelebihan berat badan
• >200juta pria dan >300juta wanita obesitas
• Satu-satunya wilayah di dunia dimana obesitas tdk nampak adalah APFRIKA SUB-SAHARA
PENYEBAB UTAMA OBESITAS
1. Asupan makanan berenergi tinggi yang melibatkan lemak, gula dan garam
2. Gaya hidup menetap karena bentuk pekerjaan , peningkatan urbanisasi dan pergantian
moda tarnsportasi yg berakibat sedikit tindakan fisik
PENYAKIT AKIBAT OBESITAS
1. Penyakit kardiovaskuler (terutama stroke dan gagal jantung
2. Diabetes (terutama tipe 2)
3. Osteoartritis, yang merupakan kelainan degeneratif muskuloskeletal utama yang
mempengaruhi persendian
4. Kanker sperti prostas, usus besar dan payudara

PENCEGAHAN
A. Pada Bayi
• Mendorong pemberian asi
• Mengisntruksikan ibu untuk menerima kemampuan anaknya dalam mengatur asupan
energi daripada sampai piring kosong
• Menghindari tambahan gula dan pati saat memberi susu formula.
• Memastikan asupan mikronurien yg sesuai yg diperlukan untuk mendorong
pertumbuhan linier
B. Pada Anak dan Remaja
• Mempromosikan gaya hidup aktif
• Batasi penayangan televisi dan penggunaan perangkat elektronik seperti permainan
komputer
• Tingkatkan asupan buah dan sayur
• Batasi makan padat energi sperti snack
• Batasi asupan minuman ringan seperti Gula
KESIMPULAN
• Dalam beberapa dekade terakhir di negara berkembang, obesitas memiliki peningkatan
yang cepat yang mengarah pada peningkatan resiko CVD dan konsekuensi mobiditas dan
mortalitasnya.
• Karena kekurangan gizi bahkan kelebihan gizi terlihat bersama-sama di negara
berkembang dan beban ganda penyakit/komplikasi membuat nya semakit sulit diatasi.
• Intervensi kebijakan dan strategi kesehatan telah ditetapkan untuk mencegah atau
bahkan mengurangi morbiditas dan mortalitas: perlu ditujukan untuk orang dewasa dan
anak-anak
• Intevensi dengan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan dan meningkatkan
aktivitas fisik bersama dengan pola makan yang sehat dan berimbang.

Dokumentasi pelaksanaan presentasi :

6. Tamarakha Yumna/ 10012682024016


Judul artikel ilmiah :
Challenges for Indonesia Zero Hunger Agenda in the Context of COVID-19 Pandemic
Penyebaran cepat COVID-19 tidak hanya mengancam kehidupan orang yang terinfeksi,
tetapi juga secara sosial dan ekonomi memengaruhi komunitas yang lebih luas. The United
Nations Development Programme (UNDP) telah menyatakan kesehatan global dan krisis ekonomi
meningkat sebagai dampak pandemi COVID-19. Krisis ganda mungkin terus membebani
kebijakan dan sistem kepedulian-kesehatan. Pandemi ini juga menantang tujuan kedua dari 17
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) untuk menghilangkan semua bentuk kelaparan pada
tahun 2030. Orang yang paling kurang beruntung mungkin memiliki risiko lebih besar mengalami
malnutrisi dan kesehatan yang buruk karena mereka tidak dapat mengakses diet yang aman,
bergizi, terjangkau, dan berkelanjutan. Dalam situasi saat ini, pertanyaannya adalah, apa
konsekuensi COVID-19 terhadap SDGs ?.
Pertama, pandemi dapat mempengaruhi food security mengganggu sistem makanan.
Tuntutan konsumen terhadap berbagai produk makanan telah berkurang karena pembatasan
gerakan manusia, volatilitas harga yang tinggi, dan berkurangnya daya beli. Kedua, kelaparan bisa
terjadi ketika masyarakat sedang menghadapi severe food insecurity. Di negara bagian ini,
makanan tidak dapat diperoleh untuk waktu yang lama, baik secara grafis atau finansial. Bagi
yang masih bisa mengakses makanan, meskipun mungkin tidak selalu, moderate food insecurity
dapat berisiko terhadap kualitas dan kecukupan makanan. Lebih buruk lagi, kita tidak boleh lupa
orang yang terkena dampak sudah kekurangan makanan, atau anak-anak mengandalkan program
suplementasi makanan, atau pekerja informal berpenghasilan rendah.
Ketiga, anak merupakan kelompok yang paling rentan dipengaruhi oleh kelaparan. Dari
target Zero Hunger, disetujui secara global setuju untuk mengurangi wasting dan stunting
diantara balita. Akibat pandemi COVID-19, belakangan ini kekurangan makanan dapat
menyebabkan anak berisiko mengalami malnutrisi akut karena penurunan atau kehilangan berat
badan yang besar. Mengingat sifatnya yang kronis, risiko stunting tidak boleh ditinggalkan.
Pertumbuhan terhambat mungkin juga terjadi di antara anak-anak yang sudah lama mengalami
kelangkaan makanan. Defisiensi mikronutrien juga bisa meningkat. Kelaparan yang tersembunyi
mempengaruhi anak-anak dan wanita. Bentuk umum yang paling sering yaitu anemia defisiensi
besi dengan prevalensi penyakitnya sekitar 39% di antara anak-anak dan 49% di antara ibu. Pada
anak-anak, kekurangan zat besi dapat mengurangi kemampuan belajar dan prestasi sekolah,
sedangkan perempuan berisiko kematian selama atau setelah melahirkan.
Terakhir, masalah malnutrisi dapat diperluas selain masalah kelaparan, namun juga
kelebihan berat badan dan obesitas. Physical distancing menjadi terbiasa, konsumen
mengutamakan pembelian makanan yang tahan lama, terjangkau, dan mudah diakses dan
disiapkan. Panggilan ini mungkin menyebabkan peningkatan konsumsi makanan yang diolah ultra
dengan kadar gula, lemak, garam, dan energi tinggi, tetapi rendah serat. Selain itu, tinggal di
rumah juga dapat meningkatkan gaya hidup menetap dan mengurangi gerakan fisik. Baik asupan
energi yang berlebihan dan aktivitas fisik yang rendah merupakan penyebab pendorong utama
kelebihan berat badan dan obesitas.
Tidak akan ada hidup sehat tanpa makan sehat dan makan sehat tidak bisa ada tanpa
pertanian. Namun demikian, bagian kesehatan dan pertanian yang keberlanjutan. kurang
kooperatif dan sering kali diarahkan oleh prioritas yang berbeda dan bertentangan. Juga,
kurangnya data menggarisbawahi pentingnya pemantauan yang efektif dan sistem evaluasi di
setiap sektor, diikuti dengan berbagi data antar sektor. Tujuannya adalah deteksi dini dan respon
segera dengan penekanan pada efektivitas biaya dan kolaborasi lintas sektor.
Kesimpulannya, Pandemi COVID-19 dapat membalikkan kemajuan Indonesia dalam
mencapai tujuan kedua dari 17 SDGs pada tahun 2030. Krisis yang belum pernah terjadi
sebelumnya dapat memengaruhi agenda Zero Hunger di Indonesia yang termasuk food
insecurity, kelaparan, dan kekurangan gizi - terutama stunting pada masa kanak-kanak. Para
pembuat kebijakan didesak untuk membantu kelompok yang paling rentan yang tidak hanya
pasien yang terinfeksi atau anggota keluarga, tetapi juga orang yang kekurangan makanan dan
kurang gizi. Menyelamatkan nyawa adalah prioritas; Namun perhatian dan upaya harus
mempertimbangkan aspek lain seperti makanan dan pertanian, ekonomi, perlindungan sosial,
dan pendidikan agar tidak menimbulkan beban tambahan berupa kelaparan, malnutrisi, dan
kesehatan secara keseluruhan.
Dokumentasi pelaksanaan presentasi :

7. Deasi Novia/ 10012682024037


Judul artikel ilmiah :
PERSPECTIVE IN NUTRITIONAL SCIENCE COVID-19 : the older adult and the importance of vitamin
D suffiency

Covid-19 merebak mulai akhir bulan desember 2019 di Wuhan, Cina. Covid-19 menyebar
dan sekarang menjadi pandemi global.Secara global, virus SARS-CoV2 telah meninfeksi
20.439.814 oorang dan mengakibat 744.835 kematian (13 agustus 2020). Penelitian kohort
retrospektif di cina, menemukan bahwa usia lanjut memiliki angka kematian yang lebih tinggi.
Meskipun orangtua tidak memiliki peningkatan resiko tertular covid-19, mereka lebih rentan
untuk memiliki komplikasi serius dengan penyakit penyerta seperti penyakit jantung dan
diabetes memiliki tingkat kematian tertinggi. Namun, peningkatan kormobiditas ini saja tidak
sepenuhnya menjelaskan bagaimana infeksi covid-19 yang sangat parah bisa terjadi pada orang
tua. Hal ini berhubungan dengan imunoosenescence, dimana system kekebalan tubuh termasuk
kemampuan untuk mengenali, mengaktifkan system kekebalan, melenyapkan dan
menghilangkan virus seperti SARS-CoV2 akan menurun sejalan dengan pertambahan usia.
Studi ekologi telah menghubungkan tingkat kematian yang lebih tinggi pasien covid-19 pada
orangtua yang mempunyai riwayat penyakit jantung dan hipertensi yang memiliki prevalensi
kekurangan vitamin D lebih tinggi di daerah yang jaraknya semakin jauh dengan katulistiwa. Telah
dilaporkan, tingkat kematian akibat covid-19 di negara-negara yang berada di belahan bumi utara
memiliki kematian yang lebih tinggi. Kematian lebih tinggi di Negara eropa utara lebih tinggi
terjadi pada pasien yang memiliki kormobiditas kardiovaskulat dan metabolit serta mereka yang
menderita kekurangan vitamin D, terutama selama musim dingin.
Untuk menekan sifat multifaktorial pengendalian morbiditas dan penyebaran COVID-19,
pentingnya langkah-langkah kesehatan masyarakat baik kebersihan tangan, etika pernapasan,
kemampuan menguji dan melacak pasien, isolasi social serta ketersediaan dan penggunaan yang
benar dari alat pelindung diri. Infeksi SARS-CoV2 pada manusia terjadi akibat mutasi pada
lonjakan glikoproteinnya, masuk kedalam sel manusia, dan dalam protein N nukleokapsid yang
mengatur replikasi dan transkipsi virus. Vitamin D berpotensi mengurangi resiko infeksi dengan
menginduksi antimikroba dan peptide pertahanan tubuh (cathelicidins dan defensis) yang dapat
menurunkan tingkat replikasi virus, dan juga vitamin D juga meningkatkan sitokin antiinflamasi.
Mekanisme virulensi covid-19 belum sepenuhnya dijelskan, baru-baru ini ditunjukan bahwa
ikatan reseptor dipeptidil peptidase-4 manusia (DPP-4,CD26) berikatan dengan S1 dari lonjakan
glikoprotein SARS-CoV2. Koreksi defesiensi vitamin D telah terbukti secara signifikan mengurangi
aktivitas in vivo reseptor DPP-4/CD26.
Sebuah metaanalisis terbaru menyatakan bawa suplementasi vitamin D2/D3 harian secara
regular hingga 200iu mengurangi resiko infeksi saluran pernapasan akut. Efek proteksi
suplementasi vitamin D lebih kuat dengan kadar 25(OH)D<25 nmol/L. Autier dkk, meninjau
metaanalisi dari suplementasi vitamin D dan gangguan non-kerangka yang mengcakup penelitian
dari segala usia, termasuk wanita hamil, menunjukan bahwa suplementasi vitamin D dapat
membantu infeksi saluran pernapasan bagian atas dan eksaserbasi asma. Rejjmark dkk, secara
sistematis meninjau karakteristik dari 30 uji klinis acak termasuk dalam tujuh analisis meta apada
efek non-skeletal dari suplementasi vitamin D. Ditemukan bahwa resiko infeksi saluran
pernapasan cenderung dilemahkan dengan suplementasi vitamin D, khususnya mereka yang
memiliki kosentrasi serum awal 25(OH)D rendah. Komite Penasehat Ilmiah tentang Nutrisi
(SACN) Inggris merekomendasikan suplementasi vitamin D 10 µg (400IU) setiap hari untuk
mempertahankan nilai ambang serumnya.
Pada orang tua terjadi peningkatan resiko kekurangan vitamin D karena berkurangnya
kemampuan kulit mereka menghasilkan vitamin D 75 % berkurang daripada orang muda,
terjadinya resistensi usus terhadap 25(OH)D berkembang sesuai dengan pertambahan usia
sehingga terjadi gangguan penyerapan kalsium karna pengurangan reseptorvitamin D, gangguan
fungsi ginjal, termasuk asupan oral yang berkurang, diet yang kurang nutrisi.
Kekurangan vitamin D adalah masalah kesehatan global yang utama, terutama di negara-
negara di lintang utara dengan paparan matahari lebih sedikit, harus segera diatasi dengan
program yang baik seperti suplementasi vitamin D atau fortifikasi makanan. Suplementasi vitamin
D bertujuan untuk memperbaiki keparahan dan komplikasi bagi mereka yang menderita Covid-
19. Meskipun penting untuk melengkapi dengan vitamin D selama masa isolasi diri dengan
paparan sinar matahari yang minimal, masyarakat perlu diberi konseling tentang penggunaan
vitamin D dosis tinggi yang mungkin berbahaya. Meresepkan vitamin D dosis tinggi adalah domain
praktek klinis.
Walaupun uji klinis yang meneliti efek vitamin D secara spesifik terhadap SARS-CoV-2 belum
tersedia, berbagai studi telah menunjukkan hubungan antara status vitamin D dan luaran klinis
serta mortalitas akibat COVID-19. Oleh karena itu, vitamin D dinilai punya manfaat sebagai
profilaksis dan terapi COVID-19. Meskipun demikian, suplementasi vitamin D dalam dosis tinggi
(untuk mencapai efek protektifnya) masih menunjukkan hasil yang inkonklusif. Oleh karena itu,
uji klinis lebih lanjut dengan desain studi lebih baik dan sampel yang lebih besar perlu dilakukan
untuk mengonfirmasi lebih dalam lagi tentang manfaat vitamin D pada COVID-19.
Dokumentasi pelaksanaan presentasi :

----==----

Anda mungkin juga menyukai