Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN DISKUSI PEMICU 2 BLOK 10

Anakku lucu tapi giginya banyak yang hitam.....

DISUSUN OLEH:
Yolanda Elisa Siregar (190600197)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Early childhood caries terjadi pada gigi yang baru erupsi dan anak pra-sekolah.Gigi
rahang atas lebih sering terkena dibanding gigi rahang bawah karena di lindungi oleh lidah
selama gerakan menghisap atau minum susu. Early childhood caries (ECC) dapat didefinisikan
sebagai adanya satu gigi atau lebih yang terkena karies pada anak usia 6 tahun atau lebih muda.
Salah satu bakteri yang terdapat dalam Early childhood caries adalah streptococcus mutans. ECC
biasanya membutuhkan perawatan yang lama dan jika tidak diobati dapat merusak gigi anak dan
berpengaruh pada kesehatan umum anak Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras
gigi, yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam
suatu karbohidrat yang dapat difermentasikan. Karies yang terjadi tiba-tiba dan menyebar secara
cepat pada anak-anak disebut rampan karies. Rampan karies seringkali terlihat pada anak-anak di
bawah usia enam tahun yang mempunyai kebiasaan minum susu formula menggunakan media
botol.

B. Deskripsi Topik
Seorang anak laki-laki berusia 4,5 tahun dibawa ibu dan ayahnya ke RSGM FKG USU,
datang dengan keluhan gigi anaknya banyak yang berlubang hitam dan tinggal akar gigi. Hasil
anamnesis, ibu memberikan ASI (air susu ibu) dengan frekuensi kapan saja anak mau, dari lahir
sampai anak berusia 2 tahun. Setelah anak lepas dari ASI, anak mengonsumsi susu botol lebih
dari 5x sehari dan anak harus minum susu pada waktu tidur malam sampai bangun di pagi hari
sampai sekarang. Selain pemberian susu dalam botol, anak juga sekarang minum teh dalam
kemasan botol. Anak hanya mau menyikat giginya sendiri. Hasil pemeriksaan intraoral
menunjukkan:
Kebersihan mulut anak buruk. Terdapat oedem dan kemerahan pada gingiva gigi
belakang. Lidah anak terdapat gambaran berwarna keputihan di dorsal lidah, dan dapat mudah
dibersihkan. Hubungan oklusi gigi anak distal step. Gigi 54, 52, 51, 61, 62 dan 64 radiks. Gigi
55, 65, dan 74 karies dentin di hampir keseluruhan permukaan. Terdapat satu gigi anterior bawah
dengan mahkota gigi yang besar dan jumlah gigi bawah hanya 9 buah. Menurut orangtua anak
belum pernah dicabut giginya atau pernah lepas giginya akibat trauma gigi dan anak tidak pernah
merasakan sakit pada seluruh giginya. Hasil rontgen foto gigi 72 terdapat mahkotanya dua dan
akarnya juga dua. Gigi 73 tidak terlihat.
BAB II

Pembahasan

1. Tuliskan nomenklatur gigi-gigi yang ada pada anak ini dengan cara Zsigmondy, FDI
(International Dental Federation) dan Palmer. (BO)
Cara Zsigmondy
Penulisan dengan cara Zsigmondy ini menggunakan penomoran yang dimulai dari gigi
insisivus sentral pada masing-masing kuadran. Untuk menyatakan gigi tertentu, ditulis dengan
angka sesuai urutan kemudian diberi garis batas pada nomor sesuai dengan kuadran gigi tersebut.
Garis batas kuadran atas kanan disimbolkan dengan
 Gigi Susu
Penulisan pada gigi permanen menggunakan angka romawi. Adapun urutan
penomoran gigi susu adalah sebagai berikut:

V IV III II I I II III IV V
V IV III II I I II III IV V
Contoh: m1 atas kiri = IV
i2 atas kanan = III
Sistem Dua Angka International Dental Federation
Sistem ini menggunakan dua digit untuk setiap gigi permanen dan sulung. Digit pertama
menunjukkan kuadran, lengkung (atas atau bawah) dan geligi – geligi (permanen atau sulung). Seperti
berikut:
 Gigi Susu
55 54 53 52 51 61 62 63 64 65
85 84 83 82 81 71 72 73 74 75

Cara Palmer’s
Penulisan dengan cara Palmer’s hampir sama dengan penulisan dengan cara Zsigmondy,
hanya berbeda pada penulisan gigi susu. Cara ini dianggap cara yang paling mudah dan universal
untuk dental record.
 Gigi Susu
Penulisan pada gigi susu menggunakan alphabet secara kapital. Adapun urutan
penomoran gigi susu adalah sebagai berikut

E D C B A A B C D E
E D C B A A B C D E

Contoh: m1 atas kiri =D


i2 atas kanan=B
Kesimpulan: Berdasarkan skenario nomenklator gigi pada anak tersebut menggunakan cara
Sistem Dua Angka International Dental Federation.
 Jika menggunakan cara Zsigmondy maka diagnosa gigi anak tersebut:
Gigi IV(atas kiri), II(atas kiri), I(atas kiri), I(atas kanan), II(atas kanan), dan
IV(atas kanan), radiks. Gigi V(atas kiri), V(atas kanan), dan IV (bawah kanan)
karies dentin di hampir keseluruhan permukaan. Hasil rontgen foto gigi II (bawah
kanan) terdapat mahkotanya dua dan akarnya juga dua. Gigi III (bawah kanan)
tidak terlihat.
 Jika menggunakan cara Palmer’s maka diagnosa gigi anak tersebut:
Gigi D(atas kiri), B(atas kiri), A(atas kiri), A(atas kanan), B(atas kanan), dan
D(atas kanan), radiks. Gigi E(atas kiri), E(atas kanan), dan D (bawah kanan)
karies dentin di hampir keseluruhan permukaan. Hasil rontgen foto gigi B (bawah
kanan) terdapat mahkotanya dua dan akarnya juga dua. Gigi C (bawah kanan)
tidak terlihat.
Sumber:

Kusumadewi, S. Taksonomi dan Nomenklatur Gigi. Fakultas Kedokteran. Universitas


Udayana. Denpasar. 2017
2. Jelaskan perbedaan morfologi gigi desidui dan gigi permanen. (BO)

Morfologi Gigi desidui Gigi permanen


Jumlah, Bentuk, Perbedaan formula dan Perbedaan formula dan jumlahnya.
Warna, jumlahnya: Gigi tetap: I 2/2 C 1/1 P 2/2 M 3/3.
Formulasi, Gigi susu: i 2/2 c 1/1 m 2/2 = 10. Jumlah= 32
dan Ukuran Jumlah= 20
V IV III II I I II III IV V
V IV III II I I II III IV V

Ukuran mesio-distal korona Ukuran mesio-distal korona gigi


gigi sulung lebih lebar daripada permanen lebih sempit daripada ukuran
ukuran serviko- insisalnya, serviko-insisalnya.
kecuali incisivus sentral, lateral,
kaninus
bawah, dan incisivus lateral atas.

Pada gigi susu tidak ada gigi Pada gigi permanen terdapat gigi
premolar atau gigi yang premolar
menyerupai premolar.

Permukaan bukal dan lingual Permukaan bukal dan lingual lebih


lebih datar bergelombang

Gigi geligi susu lebih putih Gigi geligi susu lebih kuning

Mahkota Gigi Lebih pendek, Mengecil Lebih panjang


ukurannya di bagian servikal
dan lebih cembung
Enamel dan dentin lebih tipis enamel dan dentin lebih tebal

Daerah kontak antara gigi Daerah kontak antar gigi molar tetap
molar sulung lebar dan datar tidak lebar dan tidak datar

Pada gigi sulung Enamel Rod Pada gigi sulung Enamel Rod pada 1/3
pada 1/3 gingival sedikit ke gingival berjalan ke arah apikal
arah oklusal

Servikal Dilihat dari pandangan labial Dilihat dari pandangan labial dan
dan lingual, servikal ridge lingual,
dari enamel pada sepertiga servikal ridge dari enamel pada
servikal korona gigi depan sepertiga
susu kelihatan lebih servikal korona gigi depan permanen
prominent kelihatan lebih datar
Akar dan Ukuran mesio-distal akar- Ukuran mesio-distal akar-
Servikal akar gigi susu depan sempit akar gigi susu depan lebar

Akar-akar dan korona molar Akar-akar dan korona molar


susu mesio-distal dan susu mesio-distal dan
sepertiga servikal lebih sepertiga servikal lebih
sempit lebar

Akar-akar gigi susu mengalami Akar-akar gigi susu tidak


resorps mengalami resorps

Akar-akar molar susu relatif Akar-akar molar permanen lebih lebar ,


lebih sempit/ramping, pendek, dan lebih konvergen
panjang dan lebih divergen
(memancar)

Jaringan Tanduk pulpa lebih tinggi Tanduk pulpa lebih rendah


Pembentuk dan ruang lebih lebar. dan ruang lebih sempit.

Pulpa pada gigi sulung lebih Pulpa pada gigi permanen lebih kecil
besar dari gigi permanen jika dari
dibandingkan dengan ukuran gigi sulung jika dibandingkan dengan
mahkotanya ukuran mahkotanya

Pada gigi susu tidak Pada gigi susu terbentuk sekunder


terbentuk sekunder dentin dentin

Sumber:
(Nasution MI. Morfologi gigi desidui dan gigi permanen. Medan : USU Press, 2010
Nasution MI. Morfologi gigi desidui dan gigi permanen. Medan : USU Press, 2010)
3. Jelaskan patofisiologi gingiva anak terlihat oedem dan kemerahan. Jelaskan perbedaan
morfologi gingiva anak dan gingiva pada orang dewasa (IKGA dan BO)
Gingivitis disebabkan oleh akumulasi bakteri plak karena kebersihan mulut yang buruk,
kalkulus, iritasi mekanis, dan posisi gigi yang tidak teratur dapat menjadi faktor pendukung.
Bakteri plak dalam jumlah banyak mengganggu hubungan tuan rumah-parasit dan dapat
menyebabkan karies gigi dan penyakit periodontal (Laskaris, 2000; McDonald dan Avery, 2004).
Umumnya plak berakumulasi dalam jumlah yang sangat banyak di regio interdental yang sempit,
inflamasi gusi cenderung dimulai pada daerah papila interdental dan menyebar dari daerah
tersebut ke sekitar leher gigi. Respon setiap individu terhadap plak sebagai faktor penyebab
bermacam-macam, beberapa anak mempunyai respon yang minimal terhadap faktor lokal
(Pinkham, 1988; Manson dan Eley, 1993).
Gingivitis berawal dari daerah margin gusi yang dapat disebabkan oleh invasi bakteri atau
rangsang endotoksin. Endotoksin dan enzim dilepaskan oleh bakteri Gram negatif yang
menghancurkan substansi interseluler epitel sehingga menimbulkan ulserasi epitel sulkus.
Selanjutnya enzim dan toksin menembus jaringan pendukung di bawahnya. Peradangan pada
jaringan pendukung sebagai akibat dari dilatasi dan pertambahan permeabilitas pembuluh darah,
sehingga menyebabkan warna merah pada jaringan, edema, perdarahan, dan dapat disertai
eksudat.
Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang melekat pada prosessus alveolaris
dan gigi. Gingiva terbagi menjadi tiga yaitu marginal, interdental dan attached gingiva. Gingiva
marginal pada anak terletak ditepi gigi desidui, lembek dan dapat ditarik akibat jaringan ikat dan
serat gingiva yang belum dewasa serta adanya peningkatan vaskularisasi. Sulkus gingiva pada
anak lebih dangkal sekitar 1-2mm sedangkan pada dewasa berkisar 2-3mm. Interdental gingiva
pada bagian buccolingual lebih luas dibandingkan mesio distal, namun struktur interdental
gingiva pada anak sama dengan dewasa. Attached gingiva pada anak paling besar pada daerah
insisivus, menurun pada bagian cupids dan meningkat lagi pada daerah moalr. Stipping pada
attached gingiva anak lebih sedikit , biasa dimulai pada usia tiga tahun dan meningkat seiring
dengan peningkatan usia. Epitel junction pada masa gigi susu lebih tebal dibandingkan gigi
permanen, sehingga mengurangi permeabilitas jaringan bakteri. Secara radiografi, lamina dura
menonjol pada gigi susu dan ruangan periodontal lebih luas dibandingkan gigi permanen.
Sumber:
4. Jelaskan yang terjadi pada lidah anak, etiologi dan cara penanggulangannya (IKGA)
Pada skenario diatas terdapat gambaran berwarna keputihan di dorsal lidah pada anak
tersebut, dan dapat mudah dibersihkan. Kemungkinan diagnosis terbaik anak pada kasus
mengalami white coated tongue atau warna putih di lidah karena sisa susu/residu susu. Sisa susu
pada anak tersebut akan menempel pada lidah sehingga lidah pun perlu dibersihkan. Sisa susu
yang menimbulkan lidah putih pada anak dapat dengan mudah hilang dengan cara mengusap
lidah anak tersebut menggunakan kain kering atau basah yang lembut.Pada umumnya hal ini
terjadi pada balita ataupun anak-anak.
Alasan susu masih menempel pada yaitu karena produksi air liur yang sedikit. Semakin
sedikit air liur, semakin sulit bagi mulut untuk membersihkan susu. Penumpukan sisa susu juga
sering terjadi pada bayi dengan tongue tie. Karena gerak lidahnya terbatas, nyaris tidak ada
gesekan antara lidah dan langit-langit mulut, sehingga sisa susu menumpuk di lidah.
Kondisi lidah putih akibat residu susu ini tidak permanen, bisa hilang begitu mulut anak
menghasilkan banyak air liur atau saat dibersihkan menggunakan kain lembut dan lembab
setelah meminum susu.Bersihkan lidah anak yang putih dengan cara mencelupkan tepi kain yang
bersih atau kasa steril ke dalam mangkuk kecil air hangat, lalu buka mulut bayi dan usap
perlahan residu susu dengan gerakan melingkar lembut di lidah anak.
Cara penanggulangan gambar warna keputihan pada dorsal lidah tersebut adalah dengan :
 Menyikatnya secara lembut menggunakan bulu sikat yang lembut
 Menggunakan pembersih lidah khusus
 Minum banyak air juga dapat membantu menghilangkan bakteri dan sisa-sisa
makanan yang tersangkut di lidah yang menjadi penyebab lidah berwarna putih.
Sumber:
Coated or white tongue. NHS Choices. http://www.nhs.uk/conditions/coated-
tongue/Pages/Introduction.aspx. (diakses 13 Oktober 2020)

5. Jelaskan jenis karies yang diderita anak ini (IKGA)


Seperti diketahui pada kasus, saat anak beranjak 2 tahun anak mengonsumsi susu botol
lebih dari 5x sehari dan anak harus minum susu pada waktu tidur malam sampai bangun di pagi
hari sampai sekarang. Selain pemberian susu dalam botol, anak juga sekarang minum teh dalam
kemasan botol. Early childhood caries (ECC) atau karies dini adalah penyakit rampan gigi yang
paling banyak menyerang anak-anak. Menurut American Dental Association (ADA), ECC
ditandai dengan satu atau lebih kerusakan gigi, baik lesi dengan kavitas atau tanpa kavitas,
kehilangan gigi akibat karies, atau penambalan permukaan gigi sulung pada usia prasekolah
antara usia lahir hingga 71 bulan. Karies dini sering dipicu oleh pemaparan cairan yang
mengandung gula yang sering dan dalam waktu lama. Jenis asupan yang paling buruk, antara
lain jus, minuman campuran, soft drink, gelatrin, air gula atau cairan pemanis lainnya. Susu dan
formula juga dapat memperbesar kerusakan, khususnya jika anak- anak juga memperoleh
makanan yang manis dari sumber lain. Dan juga penggunaan dot dan botol susu pada bayi
merupakan predisposisi ECC karena dot dapat menghalangi akses saliva ke gigi insisivus atas
sedangkan gigi insisivus bawah yang dekat dengan glandula saliva terlindungi oleh lidah dari
kandungan cairan dari botol susu. Penggunaan botol bayi sepanjang malam dihubungkan dengan
penurunan aliran saliva dan kapasitas netralisasi saliva. Hal ini dapat menyebabkan
berkumpulnya makanan pada gigi dan terjadinya fermentasi karbohidrat.
Sumber:
F. Fazrayanti, Penatalaksanaan early childhood caries,Dentofasial, Vol.10, No.3, Oktober
2011:179-183

6. Jelaskan etiologi terjadinya karies pada anak ini dan bagaimana dental edukasi yang
dapat diberikan pada orangtua agar karies gigi anak tidak berlanjut. (IKGA)
Secara umum proses terjadinya karies pada gigi dipengaruhi oleh empat faktor penyebab
utama, yaitu host (gigi), bakteri, substrat dan waktu. Keempat faktor ini harus ada, bila salah satu
faktor tidak ada maka karies tidak akan terjadi. Ini disebabkan keempat faktor ini merupakan
lingkaran yang saling terkait, dengan karies ditengahnya.
Faktor Host
Faktor host berupa morfologi dan anatomi gigi serta saliva yang akan berpengaruh pada
pembentukan karies. Celah atau alur yang dalam pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan
karies. Bentuk lengkung gigi yang tidak teratur dengan adanya gigi berjejal kadang-kadang sulit
dibersihkan secara sempurna dan dapat menjadi tempat penumpukan plak.9 Perubahan dalam
kuantitas atau kualitas saliva juga memiliki efek yang besar pada lingkungan rongga mulut.
Contohnya pada waktu malam saat anak tidur, produksi saliva akan berkurang dan ini
mempercepat proses demineralisasi enamel terutama pada anak yang mempunyai kebiasaan
minum susu sambil tidur.
Faktor Bakteri
Mikroorganisme yang menempel pada permukaan gigi akan menghasilkan asam dengan
memfermentasi karbohidrat (substrat) lalu mengakibatkan penurunan pH rongga mulut, yang
akan menyebabkan demineralisasi enamel. Konsumsi karbohidrat diantara jam makan secara
berulang dapat membantu pertumbuhan Streptokokus mutans dan meningkatkan produksi asam
serta proses demineralisasi enamel di rongga mulut.
Faktor substrat
Sisa makanan terutama golongan karbohidrat (sukrosa,glukosa) apabila melekat terus
pada gigi, akan difermentasi oleh bakteri Universitas Sumatera Utara menjadi asam. Bila suasana
di rongga mulut menjadi asam (pH 5,5) maka mineral kalsium dan fosfor pada enamel gigi akan
terlepas dari gigi lalu gigi menjadi rapuh dan akhirnya terbentuk karies.
Untuk merawat kesehatan gigi anak, orang tua perlu mengetahui berbagai hal tentang
kesehatan gigi dan mulut. Dalam perawatan kesehatan gigi, anak perlu diajari oleh orang tua cara
menyikat gigi sedini mungkin, usia yang paling baik untuk mengajari anak menyikat gigi adalah
usia 2 tahun. Setelah anak diajarkan untuk menyikat gigi sebaiknya ketika anak menyikat
giginya, orang tua mengawasi apakah sudah dibersihkan dengan baik dan benar. Orang tua harus
menyediakan sikat gigi dengan ukuran yang sesuai dengan umur anak dan pasta gigi yang
mengandung fluoride. Pemberian edukasi mengenai pentingnya perawatan kesehatan gigi pun
sebaiknya diberikan kepada anak. Edukasikan kepada anak untuk menyikat gigi minimal dua kali
sehari yaitu pagi hari sebelum sarapan dan sebelum tidur.
Selain itu, orang tua sebaiknya memberitahu apa saja makanan dan minuman yang dapat
merusak gigi dan mengupayakan agar tidak terlalu sering mengonsumsi makanan atau minuman
tersebut. Anak juga sebaiknya dibiasakan untuk menyukai sayuran dan buahbuahan yang dapat
mendukung pertumbuhan tulang dan gigi anak. Orang tua perlu memeriksakan gigi anak ke
dokter gigi sejak dini yaitu mulai usia 2 tahun, bukan hanya membawa anak ke dokter gigi
karena ada keluhan. Anak sebaiknya dibawa ke dokter gigi secara rutin yaitu 6 bulan sekali
untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan gigi serta merawatnya jika diperlukan. Orang
tua juga harus dapat aktif memeriksa gigi dan mulut anak seperti melihat adanya gigi yang
berlubang, karang gigi, gigi yang goyang, dan pertumbuhan gigi yang tidak normal (gigi tumbuh
berlapis, gigi berjejal, dan lainnya)
Sumber:
Repository usu, early childhood caries,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/58679/chapterII.pdf?sequence=4&isAl
lowed=y
N. fetiara, peranan ibu dalam pemeliharan kesehatan gigi anak, jurnal kedokteran unila Vol
4 No 8, Nov 2015

7. Jelaskan proses terjadinya karies menurut kurva Stephen. (BO)


Salah satu etiologi dari karies yaitu frekuensi mengkomsumsi karbohidrat yang
dapat difermentasikan seperti gula. Karies gigi tidak akan berkembang jika tidak terdapat
karbohidrat yang dapat difermentasi pada makanan yang dikonsumsi. Karbohidrat yang
dapat difermentasikan seperti sukrosa berperan penting dalam mendukung aktivitas
plak sehingga menyebabkan turunnya pH dan merusak email. Dari percobaan yang
dilakukan oleh Stephan, terungkap bahwa frekuensi konsumsi gula sangat bermakna
dalam meningkatkan keaktifan karies gigi. Frekuensi konsumsi karbohidrat dianggap
lebih berpengaruh dalam menimbulkan karies gigi dibandingkan dengan konsentrasi
dan jumlah totalnya. Jika sukrosa ini dikonsumsi berulang kali dalam jangka waktu
singkat, hal ini dapat mempertahankan suplai substrat bagi bakteri sehingga
memungkinkan produksi asam oleh bakteri bertahan secara persisten pada tingkat
destruktif.

Gambar Kurva Stephan:pH plak setelah kumur glukosa


Pada pH fisiologis, saliva dan plak bersupersaturasi dengan baik pada hidroksiapatit
email. Namun, setelah mengkonsumsi makanan mengandung karbohidrat yang dapat
difermentasi, asam akan terbentuk dalam plak sehingga menyebabkan penurunan pH yang
digambarkan dalam kurva Stephan (Gambar). Ketika pH mengalami penurunan,
konsentrasi ion yang dibutuhkan untuk saturasi meningkat, dan dalam rentang pH sekitar 5,6
jaringan akan mulai larut untuk menjaga saturasi ini. Meskipun demikian, konsumsi
makanan ini juga ternyata dapat meningkatkan aliran saliva sehingga terjadi peningkatan
kekuatan dapar saliva serta kemampuan pembersihan terhadap gula dan asam yang tersisa
dari plak di dalam rongga mulut. Kedua hal ini akan mempengaruhi peningkatan pH saliva
dari kurva Stephan. Selama fase peningkatan pH saliva ke nilai normalnya ini, plak secara
bertahap akan tersupersaturasi dengan hidroksiapatit dan mineral yang sebelumnya hilang
dengan cepat akan tergantikan kembali dengan cepat pula.
Jenis gula seperti sukrosa dan glukosa bukan hanya memiliki kariogenitas yang
tinggi, tetapi juga sangat efektif dalam menimbulkan karies gigi. Segera setelah dikonsumsi,
sukrosa akan dengan cepat berdifusi ke dalam plak untuk dimetabolisme oleh bakteri di
dalamnya sehingga menghasilkan asam organik. Produksi ini menyebabkan turunnya pH
dengan cepat (2-5 menit) hingga mencapai nilai di bawah 5 atau 4,5. Suasana asam ini akan
bertahan cukup lama (16-21 menit) di dalam rongga mulut, sebelum akhirnya pH meningkat
secara perlahan kembali ke nilai normalnya (pH 6-7) dalam kurun waktu 1 jam. Pernyataan
ini didasarkan atas percobaan yang dilakukan oleh Stephan pada tahun 1994. Hasil percobaan
ini menunjukkan bahwa lamanya waktu yang dihabiskan untuk tetap bertahan pada pH di
bawah 5,5 akan mendukung terjadinya demineralisasi email.
Sumber:

Garg, N., & Garg, A. (2010). Textbook of operative dentistry. Boydell & Brewer Ltd

8. Jelaskan kemungkinan kelainan apa saja yang terjadi pada gigi 72. Berdasarkan
gambaran radiografi maka apakah kelainan yang diderita anak. Pada tahap odontogenesis
apa kelainan ini terjadi dan jelaskan etiologinya. (BO)
Berdasarkan skenario diatas diinformasikan bahwa anak tersebut memiliki satu gigi
anterior bawah dengan mahkota ggi yang besar dan jumalh gigi hanya 9 buah. Kemudian hasil
rontgen foto anak tersebut menujukkan bahwa gigi 72 terdapat mahkota dua dan akarnya juga
dua. Gigi 73 tidak terlihat. Berdasarka Informasi yang telah diberikan dapat dikatakan bahwa
anak tersebut memeliki kelainan pada fusi gigi (fussion teeth).
Fusi gigi adalah kelainan perkembangan berupa penyatuan embriologi gigi. Fusi
dibedakan dengan germinasi karena germinasi adalah dua gigi yang secara morfologi terpisah
terpisah akibat pembelahan benih gigi. Perbedaan antara fusi dan germinasi dapat ditemukan
dengan cara menghitung jumlah elemen gigi. Pada kasus fusi biasanya jumlah gigi berkurang
satu gigi karena fusi terjadi akibat bersatunya dua benih gigi dan membentuk satu gigi dengan
mahkota yang besar.
Gambaran klinis fusi menunjukkan adanya saluran mahkota gigi yang besar dan
mempunyai berbagai bentuk termasuk multiple akar dan saluran akar. Hal ini bergantung pada
tahap perkembangan gigi saat terjadi penyatuan tersebut. Fusi benih gigi yang terjadi secara
sempurna ditandai dengan adanya bentuk mahkota klinis yang besar dan tanpa adanya grooe
yang jelas. Keadaan ini terjadi pada tahap awal odontogenesis yaitu kemungkinan sebelum
proses klasifikasi jaringan gigi.
Etiologi fusi masih belum dipahami secara menyeluruh. Namun terdapat dugaan bahwa
fusi terjadi akibat adanya tekanan atau gaya fisik yang menyebabkan kontak pada saat
pembentukan gigi. Adanya kontak tersebut akan mengakibatkan terjadinya nekrosis jaringan
epitel yang memisahkan dua gigi sehingga terjadi fusi. Sedangkan dugaan lain adalah bahwa fusi
erjadi akibat persistensi lamina interdental dari dua benih gigi. Selain itu juga terdapat faktor
genetik dengan pola pewarisan autosomal dominan dengan penetrasi rendah.
Gambaran klinis fusi menunjukkan adanya ukuran mahkota gigi yang besar dan
mempunyai berbagai bentuk termasuk mutiple akar dan saluran akar. Hal ini bergantung pada
tahap perkembangan gigi saat terjadi penyatuan tersebut. Fusi benih gigi yang terjadi secara
sempuma ditandai dengan adanya bentuk mahkota klinis yang besar dan tanpa adanya groove
yang jelas. Keadaan ini terjadi pada lahap awal odontogenesis, yaitu kemungkinan sebelum
proses kalsifikasi jaringan gigi. Sedangkan fusi ridak sempurna adalah penyatuan sebagian benih
gigi. Secara klinis ditandai oleh adanya grove yang membelah mahkota gigi. Yang terjadi setelah
pembentukan mahkota. Secara radiografik, fusi gigi dapat memiliki saluran akar yang terpisah,
menvatu sebagian atau menyatu secara sempurna.Gigi yang mengalami fusi dapat
mengakibatkan beberapa komplilasi antara lain karies gigi, adanya spacing, penyakit periodontal
yang berkaitan dengan adanya ruangan akibat adanya garis fusi antara dua gigi, maloklusi gigi,
gigi tetangga mengalami erupsi yang tidak sempurna serta masalah estetik terutama apabila fusi
gigi terjadi pada regio anterior.
Sumber:

Nuraeni, N., Soemartono, S. H., Rizal, M. F. Fusi Gigi pada Regio Anterior Rahang Bawah.
IJD. 2006; 13(1): 117-119

9. Jelskan hubungan molar desidui pada anak ini, dan bagaimana prediksi hubungan
molar pada periode gigi permanen. (IKGA)
Kedudukan rahang atas di tengkorak kepala lebih ke anterior dibandingkan rahang
bawah. Dengan alasan tersebut, hubungan oklusi gigi-gigi molar sulung dan tetap dapat
merupakan suatu dasar untuk terjadinya ketidak harmonisan skeletal. Kunci utama untuk
mencegah terjadinya maloklusi adalah memperoleh oklusi normal, dengan cara memandu erupsi
molar-1 tetap, sehingga posisi tonjol mesiobukal gigi molar-1 atas kontak masuk ke dalam fosa
bukal gigi molar-1 bawah. Untuk itu diperlukan peran serta hubungan kontak oklusi bidang
permukaan distal gigi molar-2 sulung atas dan bawah yang ideal untuk memandu erupsi gigi
molar-1 tetap agar berada pada hubungan ini. Baume, membuat klasifikasi mengenai hubungan
kontak oklusi dari bidang terminal permukaan distal mahkota gigi molar-2 sulung, yang dapat
dilihat di gambar berikut.

A: Satu garis (flush), B: step medial, C: Step distal

Tipe maloklusi diperlihatkan pada gambar dibawah:


Pada gambar tersebut, skema memperlihatkan hubungan antara kontak oklusi gigi molar-2
sulung dengan molar-1 tetap sisi rahang kanan.

a. Gigi molar-2 bawah sulung di sebelah mesial gigi molar-2 atas yang menjadi
lawannya (step distal). Pada keadaan ini, hubungan kontak gigi molar-1 tetap dapat
menjadi maloklusi Angle kelas 2, atau hubungan tonjol dengan tonjol (satu garis
lurus)
b. Jika hubungan kontak oklusi bidang terminal permukaan distal mahkota gigi molar-2
sulung atas dan bawahnya satu garis, hubungan kontak gigi molar-1 tetap dapat
menjadi hubungan tonjol dengan tonjol, atau hubungan kontak kelas 1.
c. Hubungan kontak oklusi dari bidang terminal permukaan distal mahkota gigi molar-2
sulung atas dan bawahnya step mesial akan memandu erupsi molar-1 tetap ke
hubungan ontak oklusi kelas 1 atau ke maloklusi Angel kelas III.

Berdasarkan kasus, hubungan oklusi gigi anak adalah distal step. Maka, kemungkinan
hubungan molar pada periode gigi permanen adalah maloklusi Angle kelas 2, atau hubungan
tonjol dengan tonjol (satu garis lurus).

Sumber:

Muljono, G. Molar Dua Sulung Sebagai Salah Satu Pencetus Maloklusi Ditinjau Secara
Radiografis. JDUI. 1995; 2(2)
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Early childhood caries (ECC) atau karies dini adalah penyakit rampan gigi yang paling
banyak menyerang anak-anak. Menurut American Dental Association (ADA), ECC ditandai
dengan satu atau lebih kerusakan gigi, baik lesi dengan kavitas atau tanpa kavitas, kehilangan
gigi akibat karies, atau penambalan permukaan gigi sulung pada usia prasekolah antara usia lahir
hingga 71 bulan. Karies dini sering dipicu oleh pemaparan cairan yang mengandung gula yang
sering dan dalam waktu lama. Jenis asupan yang paling buruk, antara lain jus, minuman
campuran, soft drink, gelatrin, air gula atau cairan pemanis lainnya. Susu dan formula juga dapat
memperbesar kerusakan, khususnya jika anak- anak juga memperoleh makanan yang manis dari
sumber lain.
Untuk merawat kesehatan gigi anak, orang tua perlu mengetahui berbagai hal tentang
kesehatan gigi dan mulut. Dalam perawatan kesehatan gigi, anak perlu diajari oleh orang tua cara
menyikat gigi sedini mungkin, usia yang paling baik untuk mengajari anak menyikat gigi adalah
usia 2 tahun. Setelah anak diajarkan untuk menyikat gigi sebaiknya ketika anak menyikat
giginya, orang tua mengawasi apakah sudah dibersihkan dengan baik dan benar. Orang tua harus
menyediakan sikat gigi dengan ukuran yang sesuai dengan umur anak dan pasta gigi yang
mengandung fluoride. Pemberian edukasi mengenai pentingnya perawatan kesehatan gigi pun
sebaiknya diberikan kepada anak. Edukasikan kepada anak untuk menyikat gigi minimal dua kali
sehari yaitu pagi hari sebelum sarapan dan sebelum tidur.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nuraeni, N., Soemartono, S. H., Rizal, M. F. Fusi Gigi pada Regio Anterior Rahang
Bawah. IJD. 2006; 13(1): 117-119
2. Garg, N., & Garg, A. (2010). Textbook of operative dentistry. Boydell & Brewer Ltd
3. Repository usu, early childhood caries,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/58679/chapterII.pdf?sequence=4
&isAllowed=y
4. N. fetiara, peranan ibu dalam pemeliharan kesehatan gigi anak, jurnal kedokteran unila
Vol 4 No 8, Nov 2015
5. F. Fazrayanti, Penatalaksanaan early childhood caries,Dentofasial, Vol.10, No.3,
Oktober 2011:179-183
6. Coated or white tongue. NHS Choices. http://www.nhs.uk/conditions/coated-
tongue/Pages/Introduction.aspx. (diakses 13 Oktober 2020)
7. Nasution MI. Morfologi gigi desidui dan gigi permanen. Medan : USU Press, 2010)
8. Kusumadewi, S. Taksonomi dan Nomenklatur Gigi. Fakultas Kedokteran. Universitas
Udayana

Anda mungkin juga menyukai