Anda di halaman 1dari 18

BAB SKRIP DAN

6 PENGEMBANGANNYA

TUJUAN :
Peserta dapat mengerti dan memahami tentang pembuatan skrip serta
pengembangannya, dari mulai menggali ide sampai menuangkannya
dalam struktur cerita dan skenario

6.1 IDE, SUMBER IDE DAN PENCERITAAN


Bentuk film apapun, baik fiksi ataupun non fiksi, tentunya membutuhkan ide
untuk dituangkan ke dalam sebuah film. Sama halnya ketika kita akan menulis
untuk novel, cerita film juga membutuhkan penuangan ide dalam bentuk naskah
sebelum difilmkan.

Sumber Ide
Ide dapat bersumber dari banyak hal, pengalaman diri sendiri, atau pengalaman
orang lain dapat menjadi sumber ide. Di sini tergantung kejelian menggali ide
cerita dari diri sendiri. Menggali ingatan dari pengalaman dan perjalanan hidup
diri sendiri. Tentu kita pernah mengalami kejadian yang unik, aneh, lucu atau
mungkin kejadian atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat kita lupakan.
Kejadian di sekolah, di kampus, di tempat kerja dengan teman yang
menyenangkan, menggelikan, mengharukan, menyedihkan, menyebalkan dan
pertengkaran, atau kejadian lain yang terjadi di keluarga kita, ini semua dapat
menjadi sumber ide cerita menarik. Semua ini tergantung bagaimana meramu
dan memanfaatkan pengalaman itu menjadi ide cerita yang menarik.

Contoh: novel Laskar Pelangi karangan Andrea Hirata yang sukses diangkat dalam
layar lebar, sumber idenya ini tak lain adalah mengenai pendidikan. Mengambil
suka dan duka pengalaman hidup Andrea Hirata dan teman-temannya sendiri
ketika masa sekolah dasar. Setelah menemukan ide cerita atau topik pendidikan
ini, maka sang penulis Andrea Hirata mengembangkan tema novel, yaitu
kegigihan dalam menempuh perjuangan pendidikan.

SKRIP DAN PENGEMBANGANNYA Page 1


- Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi seseorang bisa dijadikan ide film. Ini tentunya berkaitan
dengan kejadian yang mengandung bobot ‘menghebohkan’, misalnya, film
Ari Hanggara. Ide film ini jelas diambil dari pengalaman keluarga Ari
Hanggara yang selalu keras menghukum sang anak sampai meninggal dunia.
Selain itu ada juga film Sum Kuning, dan lainnya. Dalam film indie,
pengalaman jauh lebih mudah untuk diwujudkan dalam bentuk film sebab
hal ini dapat ditembus dengan mudah sebagai ekspresi kehidupan
seseorang.

- Percakapan Sehari-hari
Jika kita amati, dinamika masyarakat dalam aktivitas sehari-hari bisa menjadi
inspirasi bagi penulis film. Obrolan antar karyawan di sebuah perusahaan
sering menimbulkan hal-hal baru yang menarik sehingga bisa
dijadikan ide cerita. Ketika sedang makan di warung makan, sering beberapa
orang terlibat dalam percakapan, dari hal-hal lucu hingga yang serius. Dari
obrolan warung makan ini, tentunya kita bisa mengambil salah satunya yang
unik dan menarik untuk dijadikan cerita film. Dengan mengambil ide cerita
semacam ini, cenderung calon penonton film akan merasa ada kedekatan
dengan tema film. Dalam istilah jurnalistik, ada nilai proximity, yaitu sesuatu
itu diangkat karena ada unsur kedekatan tempat dan kejadian dengan
penontonnya. Selain unsur tersebut, sebuah film indie dengan tema
percakapan sehari-hari bisa menyiratkan unsur intemacy, yakni aspek
keintiman antara tema dengan penontonnya. Jika film independen yang
anda garap sudah mempunyai dua unsur tersebut, bisa dipastikan para
penonton pun merasa ‘terlibat’ di dalam film tersebut.

- Biografi Seseorang
Kisah hidup seseorang sering menimbulkan haru atau suka cita. Antara
keharuan dan suka cita inilah biasanya biografi seseorang diangkat dalam
sebuah film. Hal yang mengandung keharuan biasanya dapat menguras air
mata penontonya, sedangkan yang penuh suka cita membuat penontonnya
girang tidak karuan. Akan tetapi, sering tragedi dalam kehidupan seseorang
menarik untuk difilmkan karena menyiratkan sesuatu. Mungkin karena dia
seorang pemikir, penemu iptek, politikus, penyanyi, pelukis, bahkan seorang
penjahat besar sekalipun. Penulisannya cenderung nonfiksi karena sering

SKRIP DAN PENGEMBANGANNYA Page 2


memperlihatkan sejarah hidup seseorang secara utuh. Dengan pendekatan
tema film seperti ini, para filmmaker dapat menampilkan siapa pun,
termasuk para selebritis. Apalagi saat ini hampir seluruh stasiun tv
menyiarkan acara infotainment. Itu artinya khalayak kita bisa disuguhi film
indie tentang artis tertentu.

- Komik Strip
Komik-komik yang banyak beredar di masyarakat juga bisa menjadi
sumber ide cerita. Banyak komik Amerika diboyong menjadi tema film. Juga
beberapa komik dalam negeri diangkat menjadi film seperti Wiro Sableng
atau Si Buta dari Goa Hantu. Sebuah film anak-anak yang cukup sukses di
pasaran adalah Dennis in the Manace. Film ini diangkat dari komik strip
sebuah media massa Amerika yang mengisahkan nakalnya anak-anak. Jika
kita, banyak komik strip mutahir yang bisa diolah menjadi film indie.

- Novel
Kini banyak film dirilis berdasarkan novel laris, baik dalam negeri maupun
luar negeri. Novel-novel karya John Grisham banyak sekali diangkat menjadi
film dan hasilnya cenderung sukses, diantaranya, film The Firm. Film yang
dimainkan dengan baik oleh Tom Cruise ini menarik dari aspek  cerita 
ataupun penokohannya. Namun, novel-novel karya orang barat cenderung
dikerjakan oleh para ahlinya. Artinya, seorang John Grisham tidak seenaknya
menulis aspek hukum karena dia sendiri adalah seorang ahli hukum.
Mungkin anda tidak perlu menjadi penulis novel terlebih dahulu, tetapi dari
sebuah novel yang sudah beredar, anda bisa mentransfernya dalam bentuk
film indie.

- Musik
Kegemaran seseorang terhadap musik tertentu bisa membuahkan hasil
berupa film bertema musik. Ada beberapa film yang diangkat berdasarkan
kajian musik atau profesi pemusik bagi seseorang. Apalagi kini hampir di
sudut kota ada kelompok-kelompok band indie yang kini mulai beranjak ke
band industri. Jika anda piawai memboyong anak band tersebut dalam
bentuk film indie, paling tidak penggemarnya akan menikmatinya. Olahraga
dan Beladiri Prestasi seseorang dalam bidang olah raga sering mengilhami
penulis film untuk mengangkatnya menjadi film menarik. Demikian juga
dengan keahlian beladiri seseorang yang menonjol juga bisa membuahkan
sebuah film bertema beladiri. Semua itu bias diwujudkan dalam film yang

SKRIP DAN PENGEMBANGANNYA Page 3


dikemas secara menarik. Film Ali yang dimainkan Will Smith (37) malah
mendapat nominasi oscar 2002. Film-film laga seperti diperankan oleh Van
Damme dan Steven Siegel mampu menjadikan ilmu beladiri menjadi
komoditi film. Untuk jenis film ini, anda mudah sekali mewujudkannya.
Misalnya, jika anda anggota klub beladiri, andapun bisa membuat film
tentang beladiri yang sedang ditekuni.

- Sastra
Bidang sastra juga tidak kalah menariknya jika diangkat menjadi film. Romeo
and Juliet serta Hamlet merupakan bukti sastra dapat diusung dalam format
film. Tinggal bagaimana penggarapannya sehingga memaksa penonton
hanyut dalam alunan cerita filmnya. Contoh-contoh film yang dinukil itu
memang lebih sebagai film panjang (mainstream), tetapi sebagai
perbandingan saja bahwa film pendek pun bisa dikemas dengan tema-tema
tersebut, asal anda siap dengan proses penggarapannya kelak. Menurut
kurator film Islam, Rayya Makarim, melihat begitu banyaknya ‘calon’ ide film
maka bagi seseorang yang ingin terjun menulis naskah film setiap hari
diusahakan membaca koran dan majalah, menonton tv, sering ‘nguping’
obrolan banyak orang, dan rajin ke perpustakaan untuk membaca. Dari
sumber-sumber inilah, seseorang akan bisa mengekspresikan gagasan dalam
bentuk ide film.

Penceritaan
Ide yang sudah dipat kemudian diceritakan kembali berdasarkan peristiwa yang
akan dikembangkan. Namun cerita didapat dari hasil pengembangan sendiri
menjadi cerita original, atau mengambil dari cerita yang sudah adauntuk
dikembangkan menjadi cerita film. Original Screenplay, adalah sknario asli yang
dikembangkan, sedangkan adapted screenplay adalah skenario adaptasi dari
cerita yang sudah ada dikembangkan untuk kebutuhan film.

6.2 ALUR DAN PLOT CERITA


Alur cerita adalah pergerakan cerita dari waktu ke waktu, atau rangkaian
peristiwa demi peristiwa dari awal sampai akhir cerita. Ada alur progresif yang
bergerak runtut dari awal sampai akhir (A-B-C). Alur kilas balik (flash back) yang
dimulai dari akhir cerita kemudian bergerak ke awal cerita (C-B-A). Dan, ada alur
percampuran antar kedua alur yang disebutkan di atas.

Alur dibangun oleh narasi, deskripsi, dialog, dan aksi/laku (action) dari tokoh-

SKRIP DAN PENGEMBANGANNYA Page 4


tokoh cerita. Alur yang baik akan sangat membantu pembaca untuk menangkap
gambaran utuh dari cerita yang disajikan. Penguasaan alur cerita sangat
menolong agar tidak kehilangan jejak, atau terhenti di tengah jalan.
Sedangkan plot adalah hubungan kausalitas (sebab-akibat) sebuah peristiwa
dengan peristiwa yang mendahuluinya atau peristiwa setelahnya. Bahasa
sederhananya, hubungan sebab-akibat antar peristiwa dalam sebuah cerita.

Perhatikan kalimat berikut: “Ibu meninggal dunia, satu bulan kemudian ayah
menyusulnya”. Kalimat tersebut belumlah cukup dikatakan mengandung unsur
plot, karena sekedar menunjukan urutan waktu (kronologis) kejadian saja.
Peristiwa kematian ayah belum tentu disebabkan oleh kematian ibu. Bisa saja
ayah meninggal dunia karena tertabrak motor, misalnya. Sehingga tak ada
hubungannya dengan kematian ibu. Akan berbeda apabila kalimatnya diubah
menjadi: “Ibu meninggal dunia, satu bulan kemudian ayah menyusulnya karena
tak kuasa menanggung kesedihan”. Pada kalimat yang kedua ini, selain terdapat
urutan waktu kejadian, juga mengandung unsur sebab akibat. Peristiwa kematian
ibu menjadi penyebab kematian ayah. Inilah yang disebut plot.

UNSUR PEMBANGUN PLOT


Seperti yang telah disebutkan di awal, plot dibangun oleh unsur peristiwa.
Namun, sebuah peristiwa tidak begitu saja hadir. Peristiwa hadir akibat dari
aktivitas tokoh-tokoh di dalam cerita yang memiliki konflik atau pertentangan
dengan dirinya sendiri, tokoh lainnya, atau dengan lingkungan di mana tokoh itu
berada. Namun peristiwa juga bisa disebabkan oleh aktivitas alam yang
menimbulkan konflik dengan manusia. Tanpa adanya konflik, sebuah peristiwa
hanya akan menjadi narasi tak sempurna. Setiap konflik akan bergerak menuju
titik intensitas tertinggi, di mana pertentangan tak dapat lagi dihindari. Itulah
yang disebut sebagai klimaks. Dengan demikian dapat dikatakan, sebuah plot
dibangun oleh peristiwa, konflik, dan klimaks.

a. Peristiwa
Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke keadaan lainnya
(Luxemburg dkk, 1992: 150). Sebuah karya fiksi tentunya tidak terbangun hanya
dari satu peristiwa saja, tetapi banyak peristiwa. Namun, tidak semua peristiwa
di dalam karya fiksi berfungsi sebagai pembangun plot. Berdasarkan fungsi
terhadap pengembangan plot itulah, peristiwa dapat dibedakan menjadi
peristiwa fungsional, kaitan, dan acuan.

SKRIP DAN PENGEMBANGANNYA Page 5


1. Peristiwa fungsional adalah peristiwa-peristiwa yang sangat mempengaruhi
pengembangan plot. Rangkaian peristiwa-peristiwa fungsional merupakan
inti dari cerita. Jika sebuah peritiwa fungsional dihilangkan akan
menyebabkan cerita itu menjadi lain, atau bahkan menjadi tidak logis. 

Gelas ditangan ayah tiba-tiba saja terjatuh. Hatinya menjadi gelisah. Dia
merasa sesuatu yang buruk akan terjadi. Telepon di ruang tengah berbunyi.
Seorang polisi mengabarkan sebuah kecelakan bus yang terjadi beberapa
jam lalu. Ibu meninggal dunia dalam kecelakaan itu. Semenjak kematian ibu,
ayah sering mengurung diri di dalam kamarnya. Satu bulan kemudian, ayah
menyusul ibu karena tak kuasa menanggung kesedihan.

Paragraf di atas menyuguhkan kepada kita rangkain peristiwa yang


membentuk plot. Terdapat dua peristiwa fungsional di dalam paragraf
tersebut. Yaitu peristiwa kematian ibu, yang disusul oleh kematian ayah.
Peristiwa kematian ibu menjadi penyebab kematian ayah (perhatikan
kalimat yang ditebalkan). Apabila kalimat-kalimat lainnya dihilangkan tidak
akan mempengaruhi bangunan cerita. Namun sebaliknya apabila salah satu
dari peristiwa fungsional itu dihilangkan, maka cerita akan bergerak ke arah
yang berbeda, atau menjadi kurang logis.

2. Peristiwa kaitan adalah peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengaitkan


peristiwa-peristiwa fungsional dalam pengurutan penyajian cerita. Gelas
ditangan ayah tiba-tiba saja terjatuh. Hatinya menjadi gelisah. Dia merasa
sesuatu yang buruk akan terjadi. Telepon di ruang tengah berbunyi. Seorang
polisi mengabarkan sebuah kecelakan bus yang terjadi beberapa jam lalu.
Ibu meninggal dunia dalam kecelakaan itu. Semenjak kematian ibu, ayah
sering mengurung diri di dalam kamarnya. Satu bulan kemudian, ayah
menyusul ibu karena tak kuasa menanggung kesedihan.

Perhatikan kalimat yang ditebalkan pada paragraf di atas. Peristiwa


mengurungdirinya ayah di dalam kamar semenjak kematian ibu, hanya
berfungsi mengait peristiwa kematian ibu dengan peristiwa kematian ayah.
Peristiwa tersebut tidak mempengaruhi pengembangan plot, tetapi hanya
sebagai penyeling, sehingga apabila dihilangkan tidak akan merusak logika
cerita.

SKRIP DAN PENGEMBANGANNYA Page 6


3. Peristiwa acuan adalah peristiwa-peristiwa yang tidak secara langsung
berhubungan dengan plot, tetapi lebih berkaitan dengan unsur-unsur lain
seperti perwatakan atau suasana yang melingkupi batin seorang tokoh
sebelum terjadi peristiwa penting. 

Gelas ditangan ayah tiba-tiba saja terjatuh. Hatinya menjadi gelisah. Dia
merasa sesuatu yang buruk akan terjadi. Telepon di ruang tengah berbunyi.
Seorang polisi mengabarkan sebuah kecelakan bus yang terjadi beberapa
jam lalu. Ibu meninggal dunia dalam kecelakaan itu. Semenjak kematian ibu,
ayah sering mengurung diri di dalam kamarnya. Satu bulan kemudian, ayah
menyusul ibu karena tak kuasa menanggung kesedihan.

Peristiwa jatuhnya gelas ditangan ayah dan kegelisahan yang melingkupi


batin ayah sebelum mendapat telepon dari polisi, memberikan isyarat akan
terjadinya sebuah peristiwa penting; kematian ibu.

b. Konflik
Konflik memiliki pengertian pertarungan atau pertentangan antara dua hal yang
menyebabkan terjadinya aksi reaksi. Pertentangan itu bisa berupa pertentangan
fisik, ataupun pertentangan yang terjadi di dalam batin manusia. Konflik
merupakan unsur terpenting dari pengembangan plot. Bahkan bisa dikatakan
sebagai elemen inti dari sebuah karya fiksi. Stanton dalam An Introduction to
Fiction membedakan konflik menjadi dua, yaitu konflik eksternal dan konflik
internal.

1. Konflik eksternal adalah pertentangan yang terjadi antara manusia dengan


sesuatu yang berada di luar dirinya. Konflik ini dibagi lagi menjadi dua
macam. Konflik elemental, yaitu konflik yang terjadi akibat adanya
pertentangan antara manusia dengan alam; manusia lawan alam. Misalnya
saja konflik yang timbul akibat adanya banjir besar, gempa bumi, gunung
meletus, dsb. Sedangkan konflik sosial terjadi disebabkan adanya kontak
sosial antarmanusia, atau masalah yang muncul akibat adanya hubungan
sosial antarmanusia. konflik sosial bisa terjadi antara manusia lawan
manusia atau manusia lawan masyarakat. Misalnya saja berupa masalah
penindasan, peperangan, penghianatan, pemberontakan terhadap terhadap
adat lama, dan sebagainya.

SKRIP DAN PENGEMBANGANNYA Page 7


2. Konflik Internal adalah konflik yang terjadi di dalam hati atau jiwa seorang
tokoh cerita. Pertentangan yang terjadi di dalam diri manusia. Manusia
lawan dirinya sendiri. Misalnya saja konflik yang terjadi akibat adanya
pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda,
harapan-harapan dan masalah-masalah lainnya. 

c. Klimaks 
Menurut Stanton dalam An Introduction to Fiction klimaks adalah saat konflik
telah mencapai titik intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan sesuatu yang tak
dapat dihindari kejadiannnya. Artinya, berdasarkan tuntutan dan kelogisan
cerita, peristiwa itu harus terjadi, tidak boleh tidak. Klimaks merupakan
pertemuan antara dua hal yang dipertentangkan dan menentukan bagaimana
konflik itu akan diselesaikan. 

KAIDAH PENGEMBANGAN PLOT 


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar plot yang kita bangun tidak saja
menjadi menarik, tetapi juga sesuai dengan logika cerita, dan tidak melebar ke
mana-mana sehingga kehilangan fokus cerita. Dalam buku How to Analyze
Fiction, Kenny mengemukakan kaidah-kaidah pemlotan meliputi masalah
plausibilitas (plausibility), adanya unsur rasa ingin tahu (suspense), kejutan
(suprise), dan kesatupaduan (unity). 

a. Plausibilitas 
Plausibilitas memiliki pengertian suatu hal yang dapat dipercaya sesuai dengan
logika cerita. Plot sebuah cerita harus memiliki sifat plausibel atau dapat
dipercaya oleh pembaca. Pengembangan cerita yang tak plausibel dapat
membingungkan dan meragukan pembaca.

Sebuah cerita dikatakan memiliki sifat plausibel jika tokoh-tokoh cerita dan
dunianya dapat diimajinasikan dan jika para tokoh dan dunianya tersebut serta
peristiwa-peristiwa yang dikemukakan mungkin saja dapat terjadi. Plausibilitas
cerita tidak berarti peniruan realitas belaka, tetapi lebih disebabkan ia memiliki
keberkaitan dengan pengalaman kehidupan. Apakah jika seseorang berada
dalam persoalan dan situasi seperti yang dialami tokoh cerita akan bertindak
seperti yang dilakukan tokoh itu? Misalnya saja, mungkinkah seorang tokoh
cerita yang mengalami keterbelakangan mental mampu menjawab soal-soal
pertanyaan dalam olimpiade fisika? Dalam sebuah cerita fiksi itu mungkin saja,

SKRIP DAN PENGEMBANGANNYA Page 8


namun tentunya hal ini sangat tidak bisa dipercaya, oleh sebab itu ia tak memiliki
sifat plausibel. 

b. Suspense 
Suspense memiliki pengertian pada adanya perasaan semacam kurang pasti
terhadap peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, khususnya yang menimpa tokoh
protagonis atau yang diberi simpati oleh pembaca. Sebuah cerita yang baik
tentunya harus mampu membangkitkan rasa ingin tahu pembaca. Suspense tidak
semata-mata hanya berurusan dengan ketidaktahuan pembaca, tetapi lebih dari
itu, mampu mengikat pembaca seolah-oleh terlibat dalam kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi dan dialami oleh tokoh cerita. Suspense akan
mendorong, menggelitik dan memotivasi pembaca untuk setia mengikuti cerita,
mencari jawaban dari rasa ingin tahu terhadap kelanjutan dan akhir cerita. 

c. Suprise 
Plot sebuah cerita yang menarik tidak saja harus mampu membangkitkan rasa
ingin tahu pembaca, tetapi juga mampu memberika kejutan atau
ketakterdugaan. Plot sebuah karya fiksi dikatakan memiliki sebuah kejutan
apabila sesuatu yang dikisahkan atau kejadian-kejadian yang ditampilkan
menyimpang atau bahkan bertentangan dengan harapan pembaca. Jadi, dalam
karya itu terdapat suatu penyimpangan, pelanggaran atau pertentangan apa
yang ditampilkan dalam cerita dengan apa yang telah menjadi kebiasaan, atau
mentradisi. 

d. Kesatupaduan 
Kesatupaduan memiliki pengertian keberkaitan unsur-unsur yang ditampilkan,
khususnya peristiwa-peristiwa fungsional, kaitan, dan acuan, yang mengandung
konflik atau pengalaman kehidupan yang hendak disampaikan. Ada benang
merah yang menghubungkan berbagai aspek cerita sehingga seluruhnya dapat
terasa sebagai satu kesatuan yang utuh dan padu. 

PENAHAPAN PLOT 
Peristiwa awal yang ditampilkan dalam sebuah karya fiksi mungkin saja langsung
berupa adegan-adegan yang memiliki kadar konflik dan dramatik tinggi, bahkan
merupakan konflik yang amat menentukan plot karya yang bersangkutan.
Padahal, pembaca belum dibawa masuk dalam suasan cerita, belum tahu awal
dan sebab-sebab terjadinya konflik. Hal yang demikian dapat terjadi disebabkan
urutan waktu penceritaan yang sengaja dimanipulasi dengan urutan peristiwa

SKRIP DAN PENGEMBANGANNYA Page 9


untuk mendapatkan efek artistik tertentu, yang memberikan kejuta dan
membangkitkan rasa ingin tahu pembaca. Kaitan antarperistiwa haruslah jelas,
logis dan dapat dikenali urutan kewaktuannya terlepas dari penempatannya yang
mungkin di awal, tengah, atau akhir.

Aristoteles mengemukakan bahwa tahapan plot harus terdiri dari tahapan awal,
tahapan tengah, dan tahapan akhir. 

1. Tahap awal sebuah cerita merupakan tahap perkenalan. Pada umumnya


berisi informasi yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan
pada tahap-tahap berikutnya. Fungsi pokok tahapan awal adalah
memberikan informasi dan penjelasan seperlunya yang berkaitan dengan
pelataran dan penokohan. Pada tahapan ini, juga sudah dimunculkan sedikit
demi sedikit masalah yang dihadapi tokoh yang menyulut konflik,
pertentangan-pertentangan dan lain-lain yang akan memuncak di bagian
tengah. 

2. Tahap tengah sebuah cerita sering juga disebut sebagai tahap tikaian. Pada
tahap ini konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap awal mengalami
peningkatan, semakin menegangkan, hingga mencapai titik intensitas
tertinggi atau klimaks. 

3. Tahap akhir sebuah cerita biasa juga disebut sebagai tahapan peleraian yang
menampilkan adegan tertentu sebagai akibat dari klimaks. Tahapan ini
merupakan tahapan penyelesaian masalah atau bisa juga disebut sebagai
tahapan anti klimaks. Penyelesaian sebuah cerita dapat dikatagorikan
menjadi dua: penyelesaian tertutup dan penyelesaian terbuka. Penyelesaian
tertutup menunjuk pada keadaan akhir sebuah karya fiksi yang memang
sudah selesai. Sedangkan penyelesaian terbuka lebih membuka peluang bagi
kelanjutan cerita sebab konflik belum sepenuhnya selesai dan membuka
peluang untuk berbagai penafsiran dari pembacanya. 

Demikianlah perkenalan kita dengan salah satu elemen penting dalam


penulisan fiksi, yaitu plot. Kualitas plot sangat ditentukan oleh kadar
masalah yang menghadang langkah tokoh cerita dalam menemukan
penyelesaian. Bagaimana hambatan-hambatan tersebut membuat tokoh-
tokoh cerita anda bertindak dengan gigih demi terwujudnya akhir cerita.
Perpaduan antara perjuangan keras dan ancaman nyata berupa kegagalan

SKRIP DAN PENGEMBANGANNYA Page 10


akan membuat pembaca terpikat untuk terus menikmati tulisan anda hingga
akhir cerita.
Membangun sebuah plot untuk cerita film tentunya harus diperhatikan bahwa
tidak semua detail narasi dalam bentuk naskah tersebut dapat divisualkan. Film
hanya disajikan dalam bentuk shot, sehingga sangat penting mempertimbangkan
plot cerita yang nantinya dapat tervisualkan dengan baik.

6.3 RUANG DAN WAKTU DALAM PENCERITAAN


Peristiwa yang diceritakan dan dituangkan ke dalam sebuah naskah tentunya
memiliki ruang dan waktu kejadian yang berlangsung. Ruang dan waktu
merupakan tempat para pelaku berada, bergerak dan beraktivitas. Ruang dapat
dapat ditandai dengan lokasi yang nyata, keadaan lokasi dan lingkungan
sesungguhnya yang ada dimuka bumi ini, atau memang ruang fiktif hasil rekaan
pembuat cerita, akan tetapi dalam dimensi yang nyata untuk dapat membangun
sebuah set film.

Film bergenre apapun selalu ditetap lokasi atau wilayah yang senyata mungkin
dapat dibangun, walau sekalipun nama kota atau wilayah tersebut tidak ada
dimuka bumi ini. Seperti pada beberapa adegan film Artificial Intelligence,
mengambil latar kota Manhattan ribuan tahun ke depan, sementara film-film
yang menceritakan luar angkasa tentunya menceritakan lokasi diluar bumi.
Batman dengan kota Gotham, merupakan kota fiktif yang tidak ada dibumi ini.

Walau ruang yang dibangun fiktif, namun pada dasarnya tetap memiliki dimensi
ruang yang harus dikembangkan guna kebutuhan visualisasi film.

Waktu dalam sebuah peristiwa merupakan bagian dalam hubungan sebab akibat
yang timbul. Sebuah cerita dapat dipastikan memiliki unsur waktu, sebuah
kejadian dengan waktu masa lalu, saat ini ataupun masa yang akan datang.
Menurut Pratista (2008:36), "Terdapat beberapa aspek waktu yang berhubungan
dengan naratif sebuah film, yakni: (1) Urutan waktu, menunjuk pada pola
berjalannya waktu cerita sebuah film, dengan pola linier dan nonlinier. Pola linier
dituturkan berdasarkan plot film dengan menggunakan waktu berjalan sesuai
dengan urutan aksi peristiwa tanpa adanya jeda waktu yang signifikan.
Penuturan cerita secara linier memudahkan untuk melihat hubungan sebab
akibat jalinan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Jikan cerita film
berlangsung dalam satu hari, dituturkan secara berurut dari pagi, siang, sore,
hingga malam. Pendek atau panjangnya rentang waktu cerita jika tidak ada jeda

SKRIP DAN PENGEMBANGANNYA Page 11


waktu yang signifikan, walau menggunakan multi plot (tiga cerita atau lebih)
tetap dikatakann pola linier. Sedangkan pola nonlinier menggunakan pola urutan
waktu yang tidak berurutan, dengan memanipulasi urutan waktu kejadian.
Urutan itu dapat berlangsung siang, malam, padi, dan sore. Biasanya pola seperti
ini sering menyulitkan penonton untuk memahami film; (2) Durasi waktu,
berdasarkan tuntutan naratif, seorang pembuat film harus mampu memanipulasi
durasi waktu cerita film. Durasi untuk film layar lebar biasa berkisar antara 90
hingga 120 menit. Durasi waktu dalam film dapat disamakan dengan durasi
waktu sesungguhnya atau akan dipersempit, dan dipanjangkan. Durasi yang
bercerita dalam satu hari dari pagi sampai sore hanya akan dibuat dalam durasi
waktu antara 90 sampai 120 menit, bahkan sebuah cerita memliki rentan waktu
puluhan tahun dalam kisahnya; (3) Frekuensi waktu, kemunculan adegan dalam
penuturan sepanjang cerita, umumnya setiap adegan muncul sekali, namun ada
juga yang muncul beberapa kali dengan kasus kilas balik atau kilas depan, dan
adegan yang sama muncul kembali bahkan berkali-kali.

6.4 PENCERITAAN DAN STRUKTUR CERITA


Setiap cerita film memiliki bentuk naratif yang berbeda-beda, terkadang memiliki
kemiripan antara satu cerita dengan cerita lain, akan tetapi dengan penuturan
cerita, pelaku, lokasi, permasalahan, konflik, dan penyelesaiannya dapat
membedakan satu sama lainnya. Elemen naratif itu antara lain adanya karakter
yang dibangun, permasalahan yang menimbulkan konflik, serta tujuan
penyelesaian permasalahannya. Hadirnya motivasi dalam penceritaan dimana
pelaku dengan aksi dari peristiwa yang terjadi selalu memiliki tujuan untuk
penyelesaiannya. Tiga elemen naratif yang secara umum dikembangkan dalam
pembuatan cerita film antara lain (pratista, 2008:43-44):
 Pelaku Cerita
Setiap film cerita secara umum memiliki karakter pelaku utama dan
pendukung. Karakter utama sebagai motivator utama yang menjalankan alur
naratif dari awal hingga akhir cerita. Sedangkan pelaku pendukung dapat
bertindak sebagai pemicu konflik atau membantu pelaku utama
menyelesaikan permasalahan.
 Permasalahan dan konflik
Permasalahan sebagai penyebab yang dihadapi pelaku utama untuk
mencapai tujuannya. Permasalahan hadir karena sebuah pertentangan,
perlawanan, atau hal lainnya demi tujuan yang ingin dicapai. Permasalahan
akan memicu konflik baik secara fisik ataupun batin dari para pelaku.
 Tujuan

SKRIP DAN PENGEMBANGANNYA Page 12


Akhir dari permasalahan akan memunculkan tujuan dan harapan. Cerita
yang dibangun akan membawa pada akhir cerita yang berbeda-beda,
umumnya cerita diakhiri dengan membahagiakan (happy ending), namun
tidak sedikit diakhiri dengan hal yang menyedihkan (sad ending), atau
bahkan membuka pikiran untuk akhir yang tidak jelas kemana arahnya (open
ending) yang membuka pemikiran dan interpretasi penonton selanjutnya.
Tujuan cerita yang dibangun dapat berupa fisik (materi) yang sifatnya jelas
atau nyata, atau berupa nonfisik (non materi) yang sifatnya tidak nyata
(abstrak). Tujuan secara fisik dapat dilihat dari beberapa kasus film dengan
pelaku utama berhasil menumpas kejahatan mengalahkan musuh-
musuhnya. Secara nonfisik biasanya tujuan akhir dengan mendaoatkan
kebahagiaan, kepuasan batin, atau lainnya.

Pengembangan plot cerita film memilki pola struktur naratif yang secara umum
dibagi dalam tiga tahap yakni; permulaan, pertengahan, dan penutupan. Tiga
tahapan plot yang dikembangkan ini mulai dari karakter, masalah, tujuan, serta
aspek ruang dan waktu ditetapkan dan dikembangkan menjadi alur cerita secara
utuh.
Permulaan Pertengahan Penutupan

Aspek Ruang dan Konflik Konfrontasi akhir


Waktu para Pelaku Konfrontasi Resolusi
Masalah Pengembangan masalah Tujuan

Diagram II.2 Pola struktur naratif (Pratista, 2008:45)

6.5 SKENARIO FILM


Skenario atau Screenplay  menurut Syd Field dalam bukunya The Foundations of
Screenwriting adalah :
”A screenplay is a story told with pictures, in dialogue and description, and placed within the
context of dramatic structure. A screenplay is a noun – it is about a person, or persons, in a place
or places, doing his or her or their thing. All screenplays execute this basic premise. The person is
the character, and and doing his or her thing is the action. (1994:8).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa skenario itu adalah


sebuah naskah cerita yang menguraikan urutan adegan aksi dan reaksinya,
tempat, keadaan, dan dialog, yang disusun dalam konteks struktur dramatik.
Seorang penulis skenario dituntut untuk mampu menerjemahkan setiap kalimat
dalam naskahnya menjadi sebuah gambaran imajinasi visual yang dibatasi oleh
format pandang layar bioskop atau televisi. Adapun fungsi dari skenario adalah

SKRIP DAN PENGEMBANGANNYA Page 13


untuk digunakan sebagai petunjuk kerja untuk memudahkan dalam pembuatan
film.
TEKNIK PENULISAN SKENARIO
1. Inti Cerita
Tahap awal dalam penulisan skenario adalah menetukan inti cerita yang
akan dikembangkan menjadi sebuah skenario. Dalam inti cerita ini kita sudah
mempunyai gambaran singkat tentang plot, karakter utama, maupun setting
dari cerita. Inti cerita ini bisa berasal dari ide/inspirasi yang kita temukan
baik dalam imajinasi atau fenomena keseharian kita. Banyak juga penulis
skenario yang mengadaptasi novel, cerpen, atau puisi untuk dikembangkan
menjadi skenario. Inti cerita dari film Romeo and Juliet, misalnya, adalah
percintaan antara dua orang anak manusia yang berasal dari latar belakang
keluarga yang berlawanan yang pada akhirnya melahirkan tragedi.

2. Sinopsis
Sinopsis adalah ringkasan cerita yang akan dikembangkan menjadi skenario.
Pada umumnya Sinopsis ditulis semenarik mungkin dengan maksud
menggoda pembacanya untuk membaca skenario dari sinopsis tersebut.
Panjang sinopsis biasanya dari setengah sampai dua halaman. Sebagai
contoh, kita dapat membaca sinopsis dari film dan televisi Gadis
Misterius berikut ini :

“Kisah roman-tragedi tentang seorang pelukis muda yang terobsesi pada


gadis cantik yang pernah dilihatnya di tepi jurang. Obsesinya itu menjadi
kenyataan ketika dia berkenalan dengan Lilis, resepsionis di sebuah kafé
yang mempunyai wajah sangat mirip dengan wanita impiannya itu. Cerita
kemudian berkembang setelah wanita yang dicintainya itu pun tiba-tiba
menghilang dan dia dipaksa untuk menerima kenyataan-kenyataan yang
sangat tidak masuk di akal. Lilis yang telah dipacarinya itu, ternyata telah
meninggal jauh sebelum mereka pertama kali berkenalan. Kenyataan-
kenyataan yang aneh tersebut justru mendorongnya untuk melakukan
penyelidikan sampai kemudian dia menemukan jawaban yang
sesungguhnya.”

3. Karakter
Karakter atau tokoh adalah merupakan salah satu unsur terpenting dalam
skenario sama halnya dalam cerpen maupun novel. Akan tetapi dalam
skenario, karakter harus lebih dikembangkan secara lebih rinci. Hal ini juga

SKRIP DAN PENGEMBANGANNYA Page 14


berhubungan dengan kebutuhan aktor atau aktris yang akan memerankan
karakter tersebut. Perincian karakter dalam skenario biasanya meliputi nama
peran, jenis kelamin, usia, ciri-ciri fisik, sifat/prilakunya, pendidikan,
kebiasaan, hubungan dengan karakter yang lain, dan sebagainya. Contoh
perincian karakter adalah sebagai berikut :

Lilis, wanita berusia 25 tahun. Matanya teduh, murah senyum, rambutnya


yang ikal panjang sampai ke punggung, dan tubuhnya ramping. Seorang
wanita cantik yang selalu tampil sederhana, pekerja keras, dan baik hati. Dia
juga tegar dalam menghadapi cobaan hidupnya. Meski dia selalu
menghindar, namun diam-diam dia pun jatuh hati kepada Alam.

4. Plot
Penyusunan plot yang merupakan alur cerita sangat diperlukan dalam
menulis skenario sebagaimana dalam penulisan novel maupun cerpen.
Struktur plot lazimnya terdiri dari 3 (tiga) babak yaitu set upatau awal
konflik, confrontation atau komplikasi masalah, dan resolution atau
penyelesaian masalah. Dengan adanya plot yang disusun terlebih dahulu
akan sangat membantu penulis dalam penulisan skenario. Bentuk plot
secara sederhana adalah sebagai berikut:

Babak I : Alam berkenalan dengan Lilis di sebuah kafe tempat Lilis bekerja,
kemudian timbul rasa saling suka diantara mereka. Konflik mulai timbul
ketika secara tidak sengaja Lilis bertemu dengan Pak Willy, Lilis kabur dan
menghilang entah kemana. Alam terus mencarinya dan bingung karena
dipaksa untuk menerima kenyataan-kenyataan yang sangat tidak masuk di
akal. Lilis yang telah dipacarinya itu, ternyata telah meninggal jauh sebelum
mereka pertama kali berkenalan.

Babak II : Kenyataan-kenyataan yang aneh tersebut justru mendorongnya


untuk melakukan penyelidikan sampai akhirnya dia menemukan jawaban
yang sesungguhnya, Lilis dan Pak Willy pernah menikah dan mempunyai
seorang anak, namun Pak Willy tidak mau bertanggung jawab. Alam
kemudian berhasil menemukan Lilis dan menyatakan keinginannya untuk
menikahi Lilis, namun Lilis menampik. Alam pasrah. Pak Willy kemudian
berambisi untuk memiliki Lilis dan anaknya kembali. Dia berusaha membujuk
Lilis.

SKRIP DAN PENGEMBANGANNYA Page 15


Babak III : Lilis akhirnya menjatuhkan pilihannya pada Alam, happy ending.

5. Outline
Outline adalah susunan urutan adegan per adegan secara lebih rinci. Jadi
bisa dikatakan bahwa outline adalah penjabaran dari plot. Contoh outline
adalah sebagai berikut :

1.  Di Kawasan Puncak :


1. Alam melukis pemandangan perkebunan teh yang ada di hadapannya,
2. Alam menghentikan kegiatan melukisnya begitu melihat seorang gadis
berdiri di tepi jurang sambil memandang ke dasar jurang dan bersiap-
siap melompat,
3. Alam yang melihat kejadian tersebut menjadi panik dan berteriak agar
gadis itu tidak melompat,
4. Gadis itu tidak menanggapinya, dia tetap memandangi dasar jurang
dengan tatapan kosong,
5. Alam berlari ke arah tepi jurang tempat gadis itu berada,
6. Alam tiba di tepi jurang dengan terengah-engah, namun dia tidak
menemukan gadis itu lagi, dan seterusnya.

6. Scene
Scene atau scene heading merupakan informasi tentang adegan. scene
heading umumnya terdiri dari nomor scene, INT/EXT, lokasi adegan, dan
waktu adegan. INT atau singkatan dari interior digunakan apabila
pengambilan gambar dilakukan di dalam ruangan, sedangkan EXT atau
singkatan dari  exterior digunakan apabila pengambilan gambar dilakukan di
luar ruangan. Adapun bentuk scene heading adalah sebagai berikut :

1. EXT. KAWASAN PUNCAK - PAGI

7. Action
Action atau aksi adalah keterangan mengenai kejadian dalam
setiap scene atau adegan yang merupakan penjabaran dari Outline yang
sudah dibuat sebelumnya. Untuk Scene 1 dapat ditulis sebagai berikut :

1. EXT. KAWASAN PUNCAK - PAGI

SKRIP DAN PENGEMBANGANNYA Page 16


Alam melukis pemandangan perkebunan teh yang ada di hadapannya.

8. Dialog dan Parenthetical


Dialog adalah kata atau kalimat yang harus diucapkan oleh karakter dalam
adegan. Sedangkanparenthetical adalah pentunjuk aksi atau ekspresi yang
harus dilakukan oleh karakter dalam mengucapkan dialog. Misalnya emosi,
sedih, menangis, tersenyum, tertawa, dan sebagainya. Adapun dialog yang
mengiringi perjalanan sceneyang menunjukkan suara hati atau pikiran dari
karakter tanpa melafalkan dialog digunakan istilah Voice Over (V.O),
sedangkan dialog tanpa menampilkan karakter dalam adegan digunakan
istilah Off Screen (O.S). Contoh dialog dan parenthetical adalah sebagai
berikut :

8. INT. VILA PUNCAK - PAGI
Alam menghampiri dan melihat sebuah lukisan wanita yang terpampang
di dinding ruang tamu. Dipandanginya lukisan itu lama-lama. Bersamaan
dengan adegan tersebut, terdengar suara Alam.
ALAM
(V.O)
Aku tidak tahu pasti, apakah yang dia kagumi lukisanku atau wanita yang
ada di dalam lukisan ini? Aku merasa tidak perlu tahu. Kalaupun dia
mengagumi wanita yang ada di dalam lukisan ini adalah hal yang wajar
karena akupun sangat mengaguminya, bahkan aku pernah melihatnya
walau hanya sekejap.

ISTILAH-ISTILAH TEKNIS PENULISAN SKENARIO


Dalam penulisan skenario terdapat banyak istilah-istilah teknis selain yang telah
disebutkan sebelumnya, berikut ini adalah istilah-istilah teknis lainnya yang
umum digunakan, antara lain adalah :

CAMERA FOLLOW, petunjuk pengambilan gambar dengan cara mengikuti


pergerakan obyek.
CAMERA PAN TO, petunjuk pengambilan gambar dengan cara mengalihkan
kamera kepada obyek yang dituju dari obyek sebelumnya.
CLOSE UP, petunjuk pengambilan gambar secara close-up.
CUT TO, mengakhiri adegan secara langsung tanpa proses transisi.

SKRIP DAN PENGEMBANGANNYA Page 17


CUT TO FLASH BACK, petunjuk mengalihkan gambar ke adegan flash back.
FADE IN, petunjuk transisi memasuki adegan secara perlahan.
FADE OUT, petunjuk transisi mengakhiri adegan secara perlahan dari layar.
FLASH BACK CUT TO, petunjuk untuk mengakhiri adeganflash back.
INSERT, sama dengan CAMERA PAN TO.
INTERCUT, petunjuk potongan adegan dalam satu adegan/scene.
ZOOM IN, petunjuk gerakan kamera dengan menyorot obyek dari jauh sampai
dekat atau close-up.
ZOOM OUT, petunjuk gerakan kamera dengan menyorot obyek dari dekat
sampai jauh.

ATURAN FORMAT PENULISAN SKENARIO


Dalam menulis skenario terdapat beberapa aturan baku, di antaranya:
1. Font Courier New
2. Ukuran atau size 12 poin.
3. Spasi satu (1)

Format tersebut memiliki hubungan dengan durasi film, secara internasional


sudah diakui dengan font courier new, size 12 dan spasi 1, maka satu halaman
skenario sama dengan satu menit film. 120 halaman skenario = 120 menit film,
atau dua jam. Akan tetapi semua itu tergantung juga pada seberapa detail
penjelasan visual di skenario tersebut, dan bagiamana perbandingan antara
penjelasan visual atau action dengan dialognya.

SKRIP DAN PENGEMBANGANNYA Page 18

Anda mungkin juga menyukai