Anda di halaman 1dari 9

Lembaran Kerja Mahasiswa

FARMAKOTERAPI NON-INFEKSI

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
Dosen : apt. Septi Muharni, M.Farm
Pokok Bahasan : peptic ulcer
IDENTITAS MAHASISWA
Nama Widia Meitri Sari
No urut absen 56
Kelompok 3
Pertemuan ke 3
Hari/Tanggal
Topik Hipertiroid dan Hipotiroid
TATA TERTIB PERKULIAHAN
1 Mahasiswa dibagi tas tiga kelompok besar (A, B dan C) yang dibagi menurut urutan absen kuliah. Misal, jika jumlah
mahasiswa 60 orang, maka mahasiswa nomor urut absen 1 s/d 10 menjadi kelompok A, nomor urut absen 11 s/d 20 menjadi
kelompok B, dan sisanya kelompok C

2 Tiap mahasiswa dalam satu kelompok tersebut diberi studi kasus dengan topik yang sama dan tiap kelompok memperoleh
studi kasus dengan topik yang berbeda

3 Tiap mahasiswa wajib membuat LKM. Sebaiknya diketik dalam kertas HVS A4, huruf Times New Roman 12, 1 spasi dan
dibawa pada saat kuliah.
4 Sistematika isi LKM dibuat sebagai berikut :
SISTEMATIKA ISI LEMBAR KERJA MAHASISWA (LKM)
Kasus B
Pasien laki-laki berusia 45 tahun datang untuk memeriksakan dirinya ke UGD RSUD AA dengan keluhan lemas yang dirasakan
pada keempat ekstremitas. Lemas tersebut sudah dirasakan sejak dua minggu yang lalu dan terjadi secara terus menerus sepanjang
hari dan semakin lama semakin memberat, hingga mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Lemas dirasakan lebih berat pada tungkai
bawahnya, sehingga pasien tidak dapat berjalan. Keluhan lemasnya tersebut tidak membaik setelah pasien beristirahat. Pasien juga
mengatakan sebelum terjadinya lemas pasien sempat mengeluhkan nafsu makan yang menurun. Pasien juga mengeluh sulit tidur
yang dialami pasien sejak dua bulan yang lalu. Pasien memiliki riwayat adanya benjolan di lehernya, benjolan tersebut sudah
muncul sejak sepuluh tahun yang lalu dan sejak dua bulan yang lalu benjolan tersebut mengecil. Pasien juga mengeluhkan adanya
penurunan berat badan yang cukup drastis dalam dua bulan terakhir, yaitu menurun dari 58 kg menjadi 34 kg. Pasien mengataknafsu
makan dan minum juga menurun yang dirasakan sejak dua bulan yang lalu.

Buang air besar dikatakan meningkat, namun buang air kecil masih normal. Pasien memiliki Riwayat hipertiroid sejak sepuluh
tahun yang lalu dan telah diberikan PTU dan propanolol. Namun sejak dua bulan terakhir pasien tidak meminum obatnya dan
beralih ke pengobatan herbal. Pasien tidak merokok maupun minum minuman beralkohol. Dari pemeriksaan fisik pasien didapatkan
kompos mentis, dengan tekanan darah 120/75 mmHg, Nadi 10 x/menit, Respirasi 22x/menit, Suhu Axila 36,80C, dan VAS 0. BMI
pasien didapatkan 13,28 kg/m2.

Pada pemeriksaan status general pasien didapatkan pada konjungtiva tidak tampak anemis, dan ikterus juga tidak ditemukan.
Namun ditemukan eksopthalmus pada kedua mata. Pada pemeriksaan THT tidak ditemukan adanya kelainan. Pada pemeriksaan
leher didapatkan adanya benjolan pada leher kanan dan kiri, dengan ukuran 10 x 6 cm, konsistensi kenyaL, terfiksir, tidak terdapat
nyerti tekan. Pada auskultasi leher didapatkan bruit (+). Pada pemeriksaan thorax dan abdomen tidak ditemukan adanya kelainan.
Sementara itu pada pemeriksaan ekstremitas teraba hangat. Pada pemeriksaan motorik ekstremitas atas dan bawah didapatkan
tenaga 3/2, tonus flaksid/flaksid, trofik normal, dan reflek fisiologis +/+, pemeriksaan sensoris didapatkan perasa raba, tekan, suhu
serta proprioseptik masih dalam batas normal. Tidak ditemukan adanya reflek patologis.

Pada pemeriksaan laboratorium darah lengkap ditemukan WBC 5,35x10 3/μ, RBC 4,36.x10 6/μL, HGB 12,30 g/dL, HCT 40,4 %,
platelet 179 103/μL Sementara itu pada pemeriksaan kimia darah tidak ditemukan adanya kelainan. Nilai SGOT yaitu 27,00 U/L,
SGPT 34.00 u/L, BUN 18.40 mg/dL, Kreatinin 1.05mg/dL. Pada pemeriksaan Fungsi tiroid didapatkan FT4 >7,77 ng/dL dan TSH
senilai <0,005 μIU/mL. Pada pemeriksaan EKG didapatkan Irama Sinus 95 x/menit, Axis normal, Gelombang P normal, PR interval
normal, Kompleks QRS normal, ST-T changes (-) dengan kesan EKG Normal. Pada pemeriksaan USG Tiroid, ditemukan adanya
pembesaran diffuse dari kelenjar tiroid sesuai dengan gambaran penyakit Grave’s. Pasien kemudian didiagnosis dengan hipertiroid
e.c. Grave’s disease dan diterapi dengan , PTU 3x 200 mg dan Propanolol 2x 20 mg pasien juga disarankan untuk menjalani operasi
tiroidektomi, namun pasien menolak. Pasien juga mengeluhkan mual muntah selama pemberian terapi.
B Terminologi medis
1. Ekstremitas : Kelemahan pada anggota gerak tubuh
2. PTU : Propiltiourasil
3. Suhu aksila : Pengukuran suhu tubuh pada ketiak
4. VAS : Visual analog scale, cara digunakan untuk menilai nyeri
5. BMI : Body Mass Index, Indeks massa tubuh, atau indeks Quetelet, merupakan proksi heuristik untuk lemak tubuh manusia
berdasarkan berat badan seseorang dan tinggi.
6. Anemia : Pucat
7. Ikterus : Kuning
8. eksopthalmus : Penonjolan abnormal di mata
9. Terfiksir : Tidak bergerak
10. Auskultasi : adalah metode pemeriksaan untuk mendengarkan bunyi dari dalam tubuh dengan menempelkan stetoskop di
area tertentu.
11. Bruit : adalah bunyi jantung abnormal yang terjadi akibat kelainan pada sistem katup jantung.
12. Flaksid : ketika otot-otot di kaki yang terkena dampak menjadi lemah dan lunglai; selanjutnya otot-otot bisa mengerut
13. Trofik : Kemampuan saraf mempertahankan anggota tubuh
14. Proprioseptif : bertanggung jawab atas kesadaran tubuh, memberikan informasi tentang posisi anggota tubuh, posisi
seseorang di lingkungan serta besarnya kekuatan yang perlu dikeluarkan untuk melakukan gerakan
15. WBC : Hitung Sel Darah Putih (white blood cell count)
16. RBC : Hitung Sel Darah Merah (red blood cell count)
17. Diffuse : Merata
18. Tiroidektomi atau operasi tiroid : adalah tindakan medis untuk pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid
19. Grave’s disease : Penyakit autoimun yang ditandai dengan kelenjar tiroid menjadi terlalu aktif dan memproduksi hormon
tiroid secara berlebihan
20. EKG : Elektrokardiogram adalah pemeriksaan untuk mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung
21. TSH adalah hormon yang merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon thyroxine (T4) dan triiodothyronine
(T3)
22. fT4 : Free T4, pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar hormon tiroid dalam darah
B. Penyelesaian kasus metode SOAP
1. SUBJEKTIF
Nama : X
Jenis Kelamin : LAKI-LAKI
Umur : 45 tahun
Keluhan Utama: keluhan lemas yang dirasakan pada keempat ekstremitas
Keluhan lainnya:
 Sulit tidur yang dialami pasien sejak dua bulan yang lalu
 Adanya benjolan di lehernya, benjolan tersebut sudah muncul sejak sepuluh tahun yang lalu dan sejak dua bulan yang
lalu benjolan tersebut mengecil
 Penurunan berat badan yang cukup drastis dalam dua bulan terakhir, yaitu menurun dari 58 kg menjadi 34 kg
 Nafsu makan dan minum juga menurun yang dirasakan sejak dua bulan yang lalu.
Riwayat penyakit : hipertiroid sejak sepuluh tahun yang lalu
Riwayat pengobatan : PTU 3x 200 mg dan Propanolol 2x 20 mg

2. OBJEKTIF
Diagnosa : hipertiroid e.c. Grave’s disease
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan status general pasien didapatkan pada konjungtiva tidak tampak anemis, dan ikterus juga tidak
ditemukan. Namun ditemukan eksopthalmus pada kedua mata. Pada pemeriksaan THT tidak ditemukan adanya kelainan.
Pada pemeriksaan leher didapatkan adanya benjolan pada leher kanan dan kiri, dengan ukuran 10 x 6 cm, konsistensi kenyaL,
terfiksir, tidak terdapat nyerti tekan. Pada auskultasi leher didapatkan bruit (+). Pada pemeriksaan thorax dan abdomen tidak
ditemukan adanya kelainan. Sementara itu pada pemeriksaan ekstremitas teraba hangat. Pada pemeriksaan motorik
ekstremitas atas dan bawah didapatkan tenaga 3/2, tonus flaksid/flaksid, trofik normal, dan reflek fisiologis +/+, pemeriksaan
sensoris didapatkan perasa raba, tekan, suhu serta proprioseptik masih dalam batas normal. Tidak ditemukan adanya reflek
patologis.
Pada pemeriksaan EKG didapatkan Irama Sinus 95 x/menit, Axis normal, Gelombang P normal, PR interval normal,
Kompleks QRS normal, ST-T changes (-) dengan kesan EKG Normal. Pada pemeriksaan USG Tiroid, ditemukan adanya
pembesaran diffuse dari kelenjar tiroid sesuai dengan gambaran penyakit Grave’s.
Pemeriksaan laboratorium :
Data Hasil Normal Keterangan
tekanan darah 120/75 mmHg 120/80 mmHg Normal
Nadi 10 x/menit 60-100 x/menit Rendah
Respirasi 22x/menit 12-22x/menit Normal
Suhu Axila 36,80C 36.1-37,2 Normal
VAS 0 0-3 Normal
BMI 13,28 kg/m2 18,5-25 Rendah

Data Hasil Normal Keterangan


WBC 5,35x10 3/μ 4,500-11,000 Normal
RBC 4,36.x10 6/μL 4.7 - 6.1 x 106 Rendah
HGB 12,30 g/dL 14-18 g/dL Rendah
HCT 40,4 %, 38,8-50% Normal
platelet 179x103/μL 150.000–400.000 Normal
SGOT 27,00 U/L 5–40 µ/L Normal
SGPT 34.00 u/L, 7–56 µ/L Normal
BUN 18.40 mg/dL 8-24 mg/dL Normal
Kreatinin 1.05mg/dL 0,6–1,2 mg/dL Normal
FT4 >7,77 ng/dL 0,7-1,9 ng/dl. Tinggi
TSH <0,005 μIU/mL 0,5-6 ulU/ml Rendah

3.ASSESMENT
Jenis obat Rute Dosis Indikasi obat pada pasien Komentar dan Alasan
PTU Po 3x 200 mg Antihipertiroid Tepat obat
Propanolol Po 2x20 mg Mengendalikan manifestasi klinis Tepat obat
tirotoksikosis seperti palpitasi,
tremor, cemas dan intoleransi
panas melalui blokadenya
pada reseptor adrenergic
4. PLAN
FARMAKOLOGI
 PTU 3x 200 mg, po
 Iodium (500mg/hari) selama 1-14 hari sebelum operasi untuk penatalaksanaan hipertiroid untuk menurunkan
vaskularisasi dari kelenjar.
 Iodin radioaktif (RAI):
Yang harus diperhatikan : pasien yang akan memulai regimen RAI harus menghentikan pengobatan yang
mengandung dan diet bebas iodin, untuk memastikan RAI dapat diserap secara sempurna oleh kelenjar tiroid
contohnya : PTU/metimazole dihentikan sekurang kurangnya 1 minggu sebelum pemberian RAI, Multivitamin
dihentikan 7 hari sebelum terapi, iodin lugol ,potassium iodida (2-3 minggu sebelum terapi).
Pasca terapi : Perburukan opthalmofati yang terjadi setelah pemberian RAI harus diantisipasi, dan pemberian
prednisone, 40 mg/hari, ditapering selama 2 sampai 3 bulan, dapat membantu untuk mencegah perburukan.
 Pada pasien dengan ukuran tiroid yang besar, namun menolak untuk pembedahan(misalnya kardiovaskular) dapat
diberikan kombinasi RAI dengan lithium secara efektif untuk eutiroid, dan berguna juga untuk keadaan opthalmic
Graves, karena mampu menurunkan resiko hipertiroid setelah pemberian terapi RAI yang diketahui dapat
memperburuk opthalmofati yang telah terjadi
 Indikasi lain untuk mereka yang sulit dievaluasi pengobatannya : penderita yang keteraturan minum obatnya tidak
terjamin dan mereka ingin cepat eutiroid maka dapat dilakukan untuk persiapan pembedahan, diberikan kombinasi
antara PTU/metimazole, yodium atau propanolol guna mencapai kadar eutiroid. Thionamid (PTU/methimazole)
biasanya diberikan 6-8 minggu sebelum operasi,kemudian dilanjutkan dengan pemberian larutan lugol selama 10-14
hari sebelum operasi. Propanolol dapat diberikan beberapa minggu sebelum operasi , kombinasi propanolol dengan
yodium dapat diberikan 10 hari sebelum operasi. Tujuan pembedahan untuk mencapai keadaan eutiroid yang
permanen.
 Propanolol 2x20 mg untuk tirotoksikosis(gejala tremor, takikardi, palpitasi,fibrilasi atrium, kelemahan,nafsu makan
meningkat dan berat badan yang menurun, disamping itu propanolol sebagai persiapan tindakan operasi untuk kasus
krisis tiroid
 Penggunaan PTU dan propranolol dilanjutkan dalam 7 hari setelah pemberian regimen radioaktif
 Kortikosteroid : Prednison 40mg/hari untuk sindrom graves.

NON-FARMAKOLOGI
 Istirahat yang cukup
 Hindari makanan yang mengandung natrium tinggi
 Diet tinggi kalori,protein,multivitamin serta mineral
 Bahan makanan yang mengandung iodin harus dihindari seperti garam beryodium, susu beriodium, makanan laut, dan
sebagainya.

MONITORING
 Pemantauan Kadar FT4 dan TSH pada serum dilakukan setiap 6 sampai 8 minggu sekali

Anda mungkin juga menyukai