Anda di halaman 1dari 35

i

LAPORAN PRAKTIKUM

(Pengenalan Ekosistem Hutan) DAN

(Ekologi Hutan)

ESA RADI SUPARTA


C1L017042

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM

2019
ii

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Esa Radi Suparta

Nim : C1L017042

Mata Kuliah : Ekologi Hutan dan Pengenalan Ekosistem Hutan

Jurusan : Kehutanan

Judul : Laporan Praktikum Ekologi Hutan dan Pengenalan


Ekosistem Hutan

Kelompok : 3 (Tiga)

Mataram, 14 Januari 2019

Mengetahui,

Koordinator. Asistant Asistant

Wiranda Lengka Nirwana


Nim: C1L014101 Nim:C1L016076
iii

KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah swt atas segala rahmat dan karunia
yang diberikan,sehingga Laporan Praktikum Pengenalan Ekosistem Hutan dan
Ekologi Hutan ini bisa terselesaikan dengan baik. Adapun laporan ini saya susun
sebagai bagian dari tugas mata kuliah Pengenalan Ekosistem Hutan dan Ekologi
Hutan. Dalam penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnnya kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya laporan ini.saya
selaku penyusun menyadari bahwa laporan praktikum ini belumlah dikatakan
sempurna.Untuk itu, kami dengan sangat terbuka menerima kritik dan saran dari
pembaca sekalian.Semoga laporan praktikum ini bermanfaat untuk kita semua.

Mataram, 12 Januari 2019

Penulis
iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...............................................................................................vi
ACARA PRAKTIKUM PENGENALAN EKOSISTEM HUTAN....................
I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian................................................................................2
II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
III METODELOGI PRAKTIKUM....................................................................5
3.1 Waktu dan Tempat..............................................................................5
3.2 Alat dan Bahan...................................................................................5
3.3 Prosedur Kerja....................................................................................5
IV Hasil dan Pembahasan..................................................................................7
4.1 Hasil....................................................................................................7
4.2 Pembahasan........................................................................................10
V PENUTUP......................................................................................................13
5.1 Kesimpulan.........................................................................................13
5.2 Saran...................................................................................................13
ACARA PRAKTIKUM EKOLOGI HUTAN....................................................
I PENDAHULUAN...........................................................................................14
1.1 Latar Belakang....................................................................................14
1.2 Tujuan Penelitian................................................................................15
II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................16
III METODELOGI PRAKTIKUM....................................................................20
3.1 Waktu dan Tempat..............................................................................20
3.2 Alat dan Bahan...................................................................................20
3.3 Prosedur Kerja....................................................................................20
v

IV Hasil dan Pembahasan..................................................................................22


4.1 Hasil ...................................................................................................22
4.2 Pembahasan........................................................................................25
V PENUTUP......................................................................................................27
1.1 Kesimpulan.........................................................................................27
1.2 Saran...................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................28
LAMPIRAN.........................................................................................................
vi

DAFTAR TABEL

ACARA PRAKTIKUM PENGENALAN EKOSISTEM HUTAN..............


Tabel 4.1.1 plot 20 x 20 pohon di TWA Kerandangan 7
Tabel 4.1.2 plot 10 x 10 Tiang di TWA Kerandangan 8
Tabel 4.1.3 plot 5 x 5 Pancang di TWA Kerandangan 8
Tabel 4.1.4 plot 2 x 2 Semai di TWA Kerandangan 9
Tabel 4.1.5 Satwa Liar yang ada di Kerandangan 9
Tabel 4.1.6 plot 10 x 10 pohon di Pantai Cemare 10
Tabel 4.1.7 plot 5 x 5 Pancang di Pantai Cemare 10
Tabel 4.1.8 plot 5 x 5 semai di Pantai Cemare 10
ACARA PRAKTIKUM EKOLOGI HUTAN................................................
Tabel 4.1.1 plot 20 x 20 pohon di TWA Kerandangan 22
Tabel 4.1.2 plot 10 x 10 Tiang di TWA Kerandangan 23
Tabel 4.1.3 plot 5 x 5 Pancang di TWA Kerandangan 23
Tabel 4.1.4 plot 2 x 2 Semai di TWA Kerandangan 24
Tabel 4.1.5 Satwa Liar yang ada di Kerandangan 24
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi


sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan ( Undang-
Undang Tentang Kehutanan, 1999).

Taman Wisata Alam (TWA) adalah hutan wisata yang mempunyai


berbagai keindahan alam, baik keindahan flora dan fauna maupun keindahan alam
itu sendiri yang mana memiliki keunikan corak untuk kepentingan rekreasi dan
kebudayaan. Taman wisata alam juga dapat didefinisikan sebagai suatu kawasa
hutan yang tidak hanya digunakan sebagai tempat kawasan konservasi tetapi juga
dimanfaatkan sebagai hutan wisata dan rekreasi alam. Meskipun digunakan
sebagai tempat wisata, pengelolaannya tidak boleh bertentangan dengan perinsip
pelestarian dan perlindungan alam.

Ekosistem adalah suatu system ekologi yang terbentuk oleh hubungan


timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan
menyelururh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik


antara makhluk hidup dengan lingkungan dan yang lainnya. Berasal dari
kata Yunani oikos ("habitat")dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara
makhluk hidup dan lingkungannya.

Pentingnya melakukan praktikum ini adalah untuk mengetahiu vegetasi


yang ada di TWA Kerandangan dan juga di pantai Cemara. Pada praktikum ini
juga kita melakukan pengamamatan satwa, satwa yang kita amati disini yaitu
berung jenis aboreal di TWA Kerandangan dan burung pantai yang ada di pantai
Cemara.
2

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum kali ini adalah

1. Dapat melakukan sampling vegetasi.


2. Dapat melakukan analisis vegetasi.
3. Dapat menggunakan variable kerimbunan, kerapatan, dan frekuensi
dengan cara metode kuadrat.
4. Dapat memberi nama komunitas berdasarkan nilai penting.
5. Untuk mengidentifikasi kondisi tanah dan iklim pada tipe ekosistem
hutan yang berbeda.
6. Untuk mengenal struktur komponen pada ekosistem hutan baik vegetasi,
satwa dan lingkungannya.
7. Mengetahui jenis-jenis satwa liar pada sutau lokasi.
8. Mengetahui kondisi habitat satwa liar pasa suatu lokasi.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi hutan adalah cabang ekologi yang khusus mempelajari


masyarakat hutan atau ekosistem hutan. Hutan dapat dipelajari dari segi
autekologi dan synekologi. Autekologi mempelajari ekologi suatu jenis pohon
atau pengaruh sesuatu jenis pohon atau pengaruh sesuatu faktor lingkungan
terhadap hidup atau tumbuhannya kelas satu atau lebih jenis-jenis pohon. Sifat
penyelidikannya mendekti fisiologi tumbuh-tumbuhan. Synekologi mempelajari
hutan sebagai masyarakat atau ekosistem misalnya penelitian tentang pengaruh
keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi dan produksi hutan (Soemarwoto,
Otto, 2002).

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan


lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani
oikos ("habitat")dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk
hidup dan lingkungannya. Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup
sebagai kesatuan atau system dengan lingkungannya (Soemarwoto, Otto, 2002).

Analisis vegetasi hutan merupakan studi untuk mengetahui komposisi dan


struktur hutan. Kegiatan analisis vegetasi pada dasarnya ada dua macam metode
dengan petak dan tanpa petak. Salah satu metode dengan petak yang banyak
digunakan adalah kombinasi antara metode jalur (untuk risalah pohon) dengan
metode garis petak (untuk risalah pemudaan) (Latifah, 2005).

Hal yang demikian itu menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies


dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas, distribusi individu antarspesies
dalam komunitas, bahkan dapat memberikan pengaruh pada keseimbangan
sistem dan akhirnya akan berpengaruh pada stabilitas komunitas (Bakri, 2009).

Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif.


Dengan demikian, dalam deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat
dilakukan secara kualitatif dengan parameter kualitatif atau secara kuantitatif
dengan parameter kuantitatif. Namun persoalan yang sangat penting dalam
4

analisis komunitas adalah bagaimana cara mendapatkan data terutama data


kuantitatif dari semua spesies tumbuhan yang menyusun komunitas, parameter
kuantitatif dan kualitatif apa saja yang diperlukan, penyajian data, dan
interpretasi data, agar dapat mengemukakan komposisi floristik serta sifat-sifat
komunitas tumbuhan secara utuh dan menyeluruh.

Dalam kegiatan-kegiatan penelitian di bidang ekologi hutan seperti halnya


pada bidang-bidang ilmu lainnya yang beersangkut paut dengan sumber daya
alam dikenal dua jenis/tipe pengukuran untuk mendapatkan informasi/data yang
diinginkan. Kedua jenis pengukuran tersebut adalah pengukuran yang bersifat
merusak (destruktive measure) dan pengukuran yang tidak merusak (non
destructive measure). Untuk keperluan penelitian agar hasil datanya dapat
dianggap sah (valid) secara statistika, penggunaan kedua jenis pengukuran
tersebut mutlak harus menggunakan satuan contoh (sampling unit), apabila bagi
seorang peneliti yang mengambil objek hutan dengan cakupan areal yang luas.
Dengan sampling seorang peneliti/surveyor dapat memperoleh informasi/data
yang diinginkan lebih cepat dan lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit
bila dibandingkan dengan inventarisasi penuh (metode sensus) pada anggota suatu
populasi (Latifah, 2005)
5

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat praktikum kali ini adalah pada hari sabtu tanggal 22
Desember 2018, mulai dari pukul 07:00 WITA sampai selesai di TWA
Kerandangan dan pantai Cemara.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat praktikum kali in adalah

1. Altimeter
2. Binokuler
3. Cepang
4. GPS
5. Gunting
6. Hagameter
7. Hygrometer
8. Jas hujan
9. Kompas
10. Parang
11. Patok
12. Pita ukur

13. Tali rapia

1.2.2 Bahan praktikum kali ini adalah

Bahan praktikum kali ini adalah vegetasi dan satwa yang ada di TWA
Kerandangan dan pantai Cemara.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja praktikum kali ini adalah


1. Dibagi anggota yang melakukan pengamatan satwa dua orang dan vegetasi
sisanya.
6

2. Ditentukan tempat untuk vegetasi maupun satwa.


3. Dipasang pelot dengan ukuran 20x20, 10x10, 5x5, dan 2x2 untuk vegetasi.
4. Untuk satwa penelitiannya menggunakan metode (index point of
ambudance-IPA).
5. Ditulis banyak dan jenis disetiap plot yaitu untuk 20x20 pohon, 10x10
tiang, 5x5 pancang, dan 2x2 untuk semai.
6. Sedangkan untuk lokasinya di pantai Cemara Cuma menghitung banyak
dan jenis disetiap plot yaitu untuk 20x20 pohon dan tiang, 5x5 pancang,
dan 2x2 untuk semai.
7. Diukur ketinggian tempat dan suhu tanah pada tempat pengamatan.
8. Ditulis hasil yang didapat di tally sheet.
7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil praktikum kali ini adalah

Tabel 4.1.1 plot 20 x 20 pohon di TWA Kerandangan

No Nama Jenis Jumlah K KR (%) F FR (%) D DR (%) INP (%)


1 Acacia auriculaeformis 6 15 11.1111 0.2 5.2632 4.12655 20.6763 37.0506
2 Aglaia edulis 1 3 1.8519 0.1 2.6316 0.31400 1.5733 6.0567
3 Alstonia scholaris 2 5 3.7037 0.2 5.2632 0.18997 0.9519 9.9187
4 Arthocarpus elasticus 16 40 29.6296 0.6 15.7895 6.68744 33.5078 78.9269
5 Canarium asperam 1 3 1.8519 0.1 2.6316 0.22687 1.1367 5.6202
6 Catalpa bignonioides Walter 2 5 3.7037 0.2 5.2632 0.43727 2.1910 11.1578
7 Dracontomelon dao 4 10 7.4074 0.3 7.8947 0.59359 2.9742 18.2764
8 Dracontomelon magniferum 1 3 1.8519 0.1 2.6316 0.47120 2.3610 6.8444
9 Dysoxilu igniferium 1 3 1.8519 0.1 2.6316 0.12266 0.6146 5.0980
10 Ficus ampelas 2 5 3.7037 0.2 5.2632 0.25000 1.2526 10.2195
11 Ficus racemoca 3 8 5.5556 0.3 7.8947 2.87413 14.4010 27.8513
12 Ficus septica 3 8 5.5556 0.3 7.8947 1.81826 9.1105 22.5608
13 Gmelina arborea 1 3 1.8519 0.1 2.6316 0.25434 1.2744 5.7578
14 Hymenaea cour baril 1 3 1.8519 0.1 2.6316 0.24041 1.2046 5.6880
15 Planchonia valida 2 5 3.7037 0.1 2.6316 0.24041 1.2046 7.5399
16 Pterosfermum javanicum 3 8 5.5556 0.3 7.8947 0.40083 2.0084 15.4587
17 Schleicera Oleosa 1 3 1.8519 0.1 2.6316 0.25434 1.2744 5.7578
18 Sterculia asper 1 3 1.8519 0.1 2.6316 0.15386 0.7709 5.2544
19 Sterculia foetida 3 8 5.5556 0.3 7.8947 0.30174 1.5119 14.9622
20 Syzigium cumini 1 3 1.8519 0.1 2.6316 0.13267 0.6647 5.1482
21 Syzigium polyantum 1 3 1.8519 0.1 2.6316 0.09499 0.4759 4.9594
22 Voacanga grandifolia 1 3 1.8519 0.1 2.6316 0.25434 1.2744 5.7578
Total 57 135 100 3.8 100 19.95784 100 300
8

Tabel 4.1.2 plot 10 x 10 Tiang di TWA Kerandangan


No Nama Jenis Jumlah K KR (%) F FR (%) D DR (%) INP (%)
1 Arthocarpus elasticus 4 40 10.2564 0.2 7.1429 0.4751 9.9017 27.3010
2 Callopylum inopillum 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.3140 6.5439 12.6794
3 Diospyros malabarica 2 20 5.1282 0.1 3.5714 0.1900 3.9590 12.6587
4 Dracontomelon dao 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.1612 3.3599 9.4954
5 Ficus racemosa 9 90 23.0769 0.4 14.2857 0.9540 19.8811 57.2437
6 Ficus septica 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.1130 2.3558 8.4913
7 Leucaena glauca 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.0785 1.6360 7.7715
8 Lligodium circinaatum 2 20 5.1282 0.2 7.1429 0.1283 2.6731 14.9441
9 Mallatus dispar 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.0785 1.6360 7.7715
10 Palagium sp. 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.0785 1.6360 7.7715
11 Pitospirum Moluccana 3 30 7.6923 0.1 3.5714 0.4131 8.6093 19.8730
12 Streblus asper 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.1766 3.6809 9.8165
13 Swietenia macrophylla 3 30 7.6923 0.2 7.1429 0.2287 4.7662 19.6014
14 Syzigium boerlager 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.2010 4.1881 10.3236
15 Syzigium cumini 2 20 5.1282 0.2 7.1429 0.2865 5.9713 18.2423
16 Syzigum polyanthum 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.1650 3.4396 9.5752
17 Syzigium hemsleyanum 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.0950 1.9795 8.1151
18 Terculia asper 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.2010 4.1881 10.3236
19 Voacanga grandifolia 2 20 5.1282 0.2 7.1429 0.4162 8.6744 20.9455
20 Ficus ampelas 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.0442 0.9202 7.0558
Total 39 390 100 2.8 100 4.79839 100 300

Tabel 4.1.3 plot 5 x 5 Pancang di TWA Kerandangan


9

No Nama Jenis Jumlah K KR (%) F FR (%) INP (%)


1 Antidesma bunius 2 80 3.7037 0.1 4.0000 7.7037
2 Arbutus menziesi Puish 3 120 5.5556 0.1 4.0000 9.5556
3 Aristolochia tagala 3 120 5.5556 0.1 4.0000 9.5556
4 Arthocarpus elasticus 4 160 7.4074 0.1 4.0000 11.4074
5 Catalpa bignoniodies walter 4 160 7.4074 0.2 8.0000 15.4074
6 Diospyros malabarica 2 80 3.7037 0.1 4.0000 7.7037
7 Dysoxilum igniverum 1 40 1.8519 0.1 4.0000 5.8519
8 Ficus septica 4 160 7.4074 0.2 8.0000 15.4074
9 Ficus ampelas 1 40 1.8519 0.1 4.0000 5.8519
10 Ficus racemosa 12 480 22.2222 0.4 16.0000 38.2222
11 Laurus Labiris 2 80 3.7037 0.1 4.0000 7.7037
12 ligustram vulgare 1 40 1.8519 0.1 4.0000 5.8519
13 Mallotus ricinoides 1 40 1.8519 0.1 4.0000 5.8519
14 Mangifera sp 3 120 5.5556 0.1 4.0000 9.5556
15 Mengifera aloivera 2 80 3.7037 0.1 4.0000 7.7037
16 Pitospirum moluccanum 4 160 7.4074 0.1 4.0000 11.4074
17 Scheichera oleosa 1 40 1.8519 0.1 4.0000 5.8519
18 Sterculia asper 2 80 3.7037 0.1 4.0000 7.7037
19 Syzigium sp 1 40 1.8519 0.1 4.0000 5.8519
20 Syzigium hemsleyanum 1 40 1.8519 0.1 4.0000 5.8519
Total 54 2160 100 2.5 100 200

Tabel 4.1.4 plot 2 x 2 Semai di TWA Kerandangan


No Nama Jenis Jumlah K KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Aleurites Moluccana 1 250 1.1364 0.1 3.8462 4.9825
2 Antidesma bunius 3 750 3.4091 0.1 3.8462 7.2552
3 Aristolochia tagala 3 750 3.4091 0.1 3.8462 7.2552
4 Arthocarpus elasticus 3 750 3.4091 0.1 3.8462 7.2552
5 Catalpa bignoniodes Walter 6 1500 6.8182 0.3 11.5385 18.3566
6 Dioscorea bulbifera 1 250 1.1364 0.1 3.8462 4.9825
7 Dioscorea javanica 1 250 1.1364 0.1 3.8462 4.9825
8 Diospyros malabarica 2 500 2.2727 0.1 3.8462 6.1189
9 Ficus ampelas 9 2250 10.2273 0.1 3.8462 14.0734
10 Ficus benjamina L. 1 250 1.1364 0.1 3.8462 4.9825
11 Ficus racemosa 14 3500 15.9091 0.2 7.6923 23.6014
12 Ficus septica 2 500 2.2727 0.1 3.8462 6.1189
13 Helenium autumnalel 2 500 2.2727 0.1 3.8462 6.1189
14 Laurus labiris 7 1750 7.9545 0.1 3.8462 11.8007
15 Ligustrum vulgare L. 1 250 1.1364 0.1 3.8462 4.9825
16 Meolitsea triplineluca 1 250 1.1364 0.1 3.8462 4.9825
17 Piper betle 3 750 3.4091 0.1 3.8462 7.2552
18 Pitospirum moluccanum 2 500 2.2727 0.1 3.8462 6.1189
19 Scheichera oleosa 4 1000 4.5455 0.1 3.8462 8.3916
20 Syzigium sp. 13 3250 14.7727 0.3 11.5385 26.3112
21 Tetra satigma 9 2250 10.2273 0.1 3.8462 14.0734
Total 88 22000 100 2.6 100 200
10

Hasil Praktikum untuk Satwa Liar dicantumkan dalam table sebagai berikut:

Tabel 4.1.5 Satwa Liar yang ada di Kerandangan

No Nama Jenis Plot Ƹ Substrat Keterangan


1 Walet 1 B Langit Airial
2 Isap Madu TS B Dahan Pohon Arboreal
3 Sikatan Dada 1 Ranting Arboreal
Merah
4 Kepudang 1 Dahang Pohon Arboreal
Kunduk
Hitam
5 Cikukus 1 Dahan Pohon Arboreal
Tanduk
6 Sri Gunung 1 Ranting Arboreal
Walace

Tabel 4.1.6 plot 10 x 10 pohon di Pantai Cemare


No Nama Jenis Jumlah K KR (%) F FR (%) D DR (%) INP (%)
1 Avicennia alba 11 28 24.4444 0.5 31.2500 0.90129 40.9575 96.6519
2 Avicennia officinalis 2 5 4.4444 0.2 12.5000 0.06633 3.0144 19.9588
3 Rhizopora apiculata 16 40 35.5556 0.5 31.2500 0.77248 35.1038 101.9093
4 Rhizopora mocronata 16 40 35.5556 0.4 25.0000 0.46045 20.9244 81.4799
Total 45 113 100 1.6 100 2.20055 100 300

Tabel 4.1.7 plot 5 x 5 Pancang di Pantai Cemare


No Nama Jenis Jumlah K KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Avicennia alba 11 440 16.9231 0.5 23.8095 40.7326
2 Avicennia officinalis 2 80 3.0769 0.1 4.7619 7.8388
3 Rhizophora apiculata 27 1080 41.5385 0.6 28.5714 70.1099
4 Rhizophora mucronata 23 920 35.3846 0.8 38.0952 73.4799
5 Rhizophora alba 2 80 3.0769 0.1 4.7619 7.8388
Total 65 2600 100 2.1 100 200

Tabel 4.1.8 plot 5 x 5 semai di Pantai Cemare


No Nama Jenis Jumlah K KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Avicennia alba 10 2500 8.7719 0.3 21.4286 30.2005
2 Avicennia officinalis 8 2000 7.0175 0.1 7.1429 14.1604
3 Rhizophora apiculata 24 6000 21.0526 0.2 14.2857 35.3383
4 Rhizophora mocronata 56 14000 49.1228 0.6 42.8571 91.9799
5 Rhizophora stylosa 12 3000 10.5263 0.1 7.1429 17.6692
6 Sonneratia alba 4 1000 3.5088 0.1 7.1429 10.6516
Total 114 28500 100 1.4 100 200
11

4.2 Pembahasan

Pengenalan ekosistem hutan adalah salah satu mata kuliah yang ada
didalam jurursan kehutanan karena pengenalan ekosistem hutan ini mempelajarai
tentang hutan khususnya apa saja yang ada dihutan tersebut dan vegetasi serta
satwa apa saja yang ada di suatu hutan tertentu.

Pada parktikum pengenalan ekosistem hutan ini diadakan di dua tempat


yaitu di TWA Kerandangan dan di pantai Cemara. Di TWA Kerandangan ini tipe
hutan yang kita akan amati yaitu tipe hutan musim yang dimana curah hujan pada
hutan musim lebih rendah dari pada tipe hutan hujan tropis. Di TWA
Kerandangan ini kita melakukan dua pengamatan yaitu pengamatan vegetasi dan
pengamatan satwa.

Satwa yang akan diamati disini yaitu burung, burung yang ada di TWA
Kerandangan ini termasuk jenis burung aboreal, dimanan ciri dari burung aboreal
ini memiliki banyak warna dan warnanya cerah. Cara pengamatan burung
dilakukan dengan cara (index point of ambudance-IPA). Hasil yang didapat
dalam pengamatan satwa di TWA Kerandangan ini ada lima jenis burug yaitu
Kacamata gunung (zosterops montanus) sebanyak 1, Sikatan dada merah (ficedula
dumetoria) sebanyak 1, Srigunting wallacea (dicrucus densus) sebanyak 2,
Kepudung kuduk hitam (oriolus chinensis) sebanyak 2, dan Cikukua tanduk
(philemon buceroides) sebanyak 1. Sedangkan pengamatan satwa yang dilakukan
di pantai cemara dengan ciri burng berwaran memiliki paruh panjang dengan
warna bulu putih, abu dan hitam tidak ditemukan.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa


vegetasi yang terdapat di TWA Kerandangan sangat beraneka macam mulai dari
plot semai, pancang, tiang, dan pohon. Analisis vegetasi dilakukan dengan
mengukur diameter, keliling, TBC, dan tinggi total dari setiap plot tiang dan
pohon. Plot semai memiliki ukuran 2 x 2 m dan tingginya kurang dari 1,5 m.
Contoh jenis semai di TWA Kerandangan seperti jambu-jambuan dan kesambi,
sedangkan plot pancang memiliki ukuran 5 x 5 m, tingginya antara 1,5 - < 7 m
dan contohnya seperti loa dan sirih hutan. Pada plot tiang, ukurannya adalah 10 x
10 m dan tingginya 7 - < 10 m, seperti Klokos Udang dan Mahoni Daun Lebar.
12

Plot pohon memiliki ukuran 20 x 20 m dan diameternya 20 cm seperti Terep,


Kepuh, Akasia, dan Pulai.Setiap plot memiliki ukuran yang berbeda-beda,
sehingga menyebabkan keanekaragaman tumbuhan di TWA Kerandangan.
Potensi tumbuhan yang terdapat di TWA Kerandangan antara lain seperti
Kelicung, Terep, Goak, Klokos Udang, dan Jukut. Berdasarkan tabel di atas,
jumlah spesies pohon terbanyak di TWA Kerandangan pada plot 20 x 20 m adalah
Acasia Auriculaufermisdengan INP sebanyak 37.0506% , pada plot tiang 10 x 10
m adalah Ficus Racemasa dengan INP

Pantai Cemare merupakan salah satu pantai yang memiliki mangrove di


dalamnya. Pantai Cemare terletak di Kabupaten Lombok Barat.Vegetasi yang
mendominasi Pantai Cemare adalah mangrove.Pengamatan mangrove dilakukan
dengan membuat plot 10 x 10 m, plot 5 x 5 m, dan plot 2 x 2 m. Jenis mangrove
yang terdapat di Panai Cemare adalah Avicenia Alba, Rhizophora apiculata,
Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, dan lain-lain.Jenis mangrove
terbanyak pada plot 10 x 10 m adalah Rhizophora apiculata dengan INP sebanyak
101,9093% pada plot 5 x 5 m Rhizophora mucronatadengan INP 73,5%, dan di
plot 2 x 2 m adalah Rhizophora mucronata dengan INP sebanyak 91,97%.
13

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Vegetasi yang ada di TWA Kerandangan yaitu untuk 2x2 Catalpa


bignonioides walte dan Ficus Benjamin L masing-masing 1. Untuk 5x5
Ligustram vulgare, Arbutus menziesi puish, Mengifera aaloivera masing-
masing 1. Untuk 10x10 Arthocarpus elasticus sebanyak 1. Dan untuk
20x20 Arthocarpus elasticus sebanyak 7, Dracontomelon dao sebanyak 2,
dan Pertosfermum javaniicum sebanyak 1. Untuk vegetasi di pante
Cemara yaitu untuk 2x2 Rhizopora sebanyak 1. Untuk 5x5 Rhizopora
sebanyak 8. Dan untuk 20x20 Rhizopora sebanyak 8 satu diantaranya
berjenis aviculata selebihnya mocronata dan Aviciena sebanyak 2.
14

2. Satwa yang ada di pante Cemara tidak ditemukan, sedangkan di TWA


Kerandangan ditemukan jenis berung yaitu Kacamata gunung (zosterops
montanus) sebanyak 1, Sikatan dada merah (ficedula dumetoria) sebanyak
1, Srigunting wallacea (dicrucus densus) sebanyak 2, Kepudung kuduk
hitam (oriolus chinensis) sebanyak 2, dan Cikukua tanduk (philemon
buceroides) sebanyak 1.

5.2 Saran

1. Waktu praktikum terlalu sedikit sehingga praktikan terburu-buru dalam


melakukan pengamatan satwa maupun vegetasi.
2. Alat yang didapat pada setiap kelompok tidak sama sehingga terdapat
perbedaan pada saat dilapangan.
3. sebaiknya patok dibiarkan ditempat praktikum supaya bisa mengontrol
pertumbuhan vegetasi pada saat praktikum selanjutnya.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan terluas di


dunia. Indonesia juga merupakan negara megebiodiversity. Hutan yang terdapat di
Indonesia sebagian besar adalah hutan hujan tropis yang komposisinya sangat
beragam, baik jenis kehidupan yang ada di dalamnya maupun jenis interaksi yang
terdapat di dalamnya. Hal tersebut disebabkan karena tipe iklim dan ekosistem di
Indonesia di pengaruhi oleh dua benua dan dua samudera. Sehingga komposisi
hutan di Indonesia di pengaruhi oleh dua benua, hutan di wilayah bagian barat
Indonesia di pengaruhi oleh benua Asia, sedangkan hutan wilayah timur Indonesia
di pengaruhi oleh benua Australia. Dengan beragamnya komposisi hutan di
Indonesia dapat diambil berbagai manfaat dan keuntungan dari hutan melalui
15

pengelolaan serta pemanfaatan yang bijaksana. Pemanfaatan yang dilakukan harus


tetap memperhatikan nilai-nilai baik dari segi ekologis, ekonomis, maupun dari
segi sosial. Dalam menentukan langkah pengelolaan yang tepat terhadap suatu
kawasan hutan maka terlebih dahulu pengelolan harus mengetahui karakteristik
hutan yang dikelolanya.
Potensi vegetasi merupakan salah satu data dan informasi penting yang
diperlukan dalam pengembangan suatu model pengelolaan hutan. Kajian tentang
potensi vegetasi (Arrijani et al., 2006, Mukrimin, 2011) umumnya menggunakan
parameter kerapatan (jumlah individu per satuan luas), frekuensi (proporsi jumlah
sampel dengan spesies tertentu terhadap total jumlah sampel), dominasi
penutupan (proporsi luas bidang dasar yang ditempati suatu spesies terhadap luas
total habitat) dan Index Nilai Penting (INP). INP yan diperoleh dari penjumlahan
nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan dominansi relatif, merupakan
parameter kuantitatif yang menyatakan dominansi suatu spesies dalam suatu
komunitas tumbuhan. Keragaman vegetasi dalam hal struktur dan komposisi yang
terdapat di suatu wilayah pada prinsipnya merupakan cerminan dari hasil interaksi
antara berbagai faktor lingkungan dan dapat berubah akibat faktor aktivitas
manusia (antropogenik) (Sundarapandian dan Swamy, 2000). Potensi vetasi yang
ada pada rana kehutanan adalah salah satu hutan dataran rendah dan hutan
mangrove.
Menurut Pamulardi (1999) Hutan dataran rendah merupakan salah satu
dari tiga bentuk ekosistem alami utama selain hutan Monsoon dan Hutan
Pegunungan di Indonesia. Ekosistem dataran rendah merupakan bagian terbesar
hutan dan mencakup kawasan yang paling luas di Indonesia, terletak pada
ketinggian 0 – 1000 meter dari permukaan laut.
Melalui praktikum Ekologi Hutan dan Pengenalan Ekosistem Hutan (PEH)
yang diselenggarakan oleh Program Studi Kehutanan Universitas Mataram
diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengindentifikasi serta
mengamati karakteristik berbagai tipe-tipe hutan yang ada di Nusa Tenggara Barat
khususnya Hutan Pantai di Desa Cemara dan Hutan Dataran Rendah di
Kerandangan sehingga praktikum ini sangat penting untuk dilakukan.
1.2 Tujuan Praktikum
16

Tujuan praktikum kali ini adalah

1. Dapat melakukan sampling vegetasi.


2. Dapat melakukan analisis vegetasi.
3. Dapat menggunakan variable kerimbunan, kerapatan, dan frekuensi
dengan cara metode kuadrat.
4. Dapat memberi nama komunitas berdasarkan nilai penting.
5. Untuk mengidentifikasi kondisi tanah dan iklim pada tipe ekosistem hutan
yang berbeda.
6. Untuk mengenal struktur komponen pada ekosistem hutan baik vegetasi,
satwa dan lingkungannya.
7. Mengetahui jenis-jenis satwa liar pada sutau lokasi.
8. Mengetahui kondisi habitat satwa liar pasa suatu lokasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Hutan adalah kesatuan ekosistem yang berupa hamparan lahan berisi


sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkugannya, yang satu dengan yang lainnyatidak dapat dipisahkan (UU RI No.
41 Tahun 1999).

Hutan mempunyai peranan yang sangat penting bagi keseimbangan


lingkungan. Peranan hutan yaitu dapat menjaga keseimbangan udara karena hutan
dapat menyerap karbondioksida yang dihasilkan oleh perkembangan industri dan
asap kendaraan bermotor, sehingga dengan adanya hutan akan dapat mengurangi
polusi udara. Selain hutan dapat menjaga keseimbangan udara, hutan juga dapat
menahan air hujan di dalam tanah sehingga air dapat meresap kedalam tanah,
untuk itu hutan perlu dijaga kelestariannya. Hutan merupakan sumber
17

keanekaragaman hayati yang sangat kaya akan flora dan fauna dan juga sebagai
paru-paru dunia. Dari sudut ekonomi hutan merupakan pendapatan yang sangat
penting bagi daerah. Dari sudut sosial budaya hutan bukan hanya merupakan
sumber pangan dan pendapatan masyarakat disekitar hutan tetapi yang sangat
penting adalah sebagai sumber pengetahuan dan budaya. Banyak sekali
kebudayaan yang berkembang pada masyarakat asli pedalaman nmempunyai
keterkaitan dengan hutan secara berkelanjutan (Budiati,2005).

Berdasarkan UU Lingkungan Hidup tahun 1997, ekosistem ialah tatatan


kesatuan cara yang utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang
saling mempengaruhi. Unsur-unsur lingkungan hidup baik itu unsur biotik
maupun abiotik, baik itu makhluk hidup maupun benda mati, semuanya tersusun
sebagai satu kesatuan dalam ekosistem yang masing-masing tidak dapat berdiri
sendiri, tidak dapat hidup sendiri, melainkan saling berhubungan, saling
mempengaruhi, saling berinteraksi, sehingga tidak bisa dipisah-pisahkan.
Vegetasi adalah kumpulan beberapa tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis dan hidup bersama pada suatu tempat. Diantara individ-individu
tersebut terdapat interaksi yang erat antara tumbuhan-tumbuhan itu sendiri
maupun dengan binatang-binatang yang hidup dalam vegetasi itu dan faktor-
faktor lingkungan(Marsono dalam Martono,2012). Sedangkan menurut menurut
Martono (2012), vegetasi adalah suatu kesatuan dimana individu-individu
penyusunnya saling tergantung satu sama lain dan disebut suatu komunitas
tumbuhan.

Vegetasi mempunyai manfaat bagi manusia, dintaranya adalah : 1.Untuk


di konsumsi, bagian dari tumbuhan dapat digunakan sebagai bahan makan aik
daun maupun bagian lainnya. 2. Membuat udara sejuk, tumbuhan dapat membuat
udara sejuk karena pada siang hari tumbuhan dapat melakukan fotosintesis. 3.
Pelindung sinar matahari, tumbuhan dengan dau yang lebat dan tajuk yang banyak
dapat melindungi kita dari sinar matahari. 4. Sebagai tanaman obat, tumbuhan
juga dapat menjadi obat untuk penyakit-penyakit tertentu. 5. penyimpan air,
tumbuhan dapat menimpan air dan digunakan oleh manusia untuk kebutuhan
sehari-hari (Mega, et al, 2016).
18

Vegetasi dimanfaatkan oleh burung sebagai habitat untuk bersarang,


beristirahat, mencari makan, berkembangbiak dan lainnya. Keanekaragaman
habitat berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis burung (Crozier dan Niemi
2003; Davidar et al. 2001; Welty, 1982). Semakin beranekaragam struktur habitat
(keanekaragaman jenis tumbuhan dan struktur vegetasi) maka akan semakin besar
keanekaragaman satwa (Dewi,et al, 2007).

Teknik sampling merupakan suatu teknik survey yang sering digunakan


dalam semua tipe komunitas tumbuhan, petak contoh yang dibuat dalam teknik
sampling ini bisa berupa petak tungggal atau beberapa petak. Petak tunggal
mungkin memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti
bersifat homogen. Adapun petak-petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara
random atau beraturan sesuai prinsip-prinsip teknik sampling. Bentuk petak
contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan efesiensi
sampling pola penyebarannya. Sehubungannya dengan efesiensi sampling banyak
studi yang dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk segi empat memberikan
data komposisi vegetasi yang lebih akurat disbanding petak berbentuk lingkaran,
terutama bila sumbu panjang dari petak sejajar dengan arah perubahan keadaan
lingkungan atau habitat (Schaums, 2000).
Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman
jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang
terdapat pada areal tersebut, maka semakin luas petak contoh yang digunakan.
Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan
dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili
vegetasi hasil luas minimum akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi
dengan metode kuadrat (Sugianto, 2001).
Menurut Undang-Undang No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Hayati dan Ekosistemnya, pengertian taman wisata alam adalah kawasan
pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.
Selain untuk kegiatan pariwisata, taman wisata alam mempunyai fungsi untuk
melindungi sistem penyangga kehidupan bagi daerah disekitarnya. Bisa juga
menjadi tempat pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
19

Taman wisata alam adalah suatu kawasan pelestarian alam yang digunakan
sebagai objek wisata dan rekreasi alam yang memanfaatkan berbagai potensi
sumber daya alam dan ekosistemnya, baik itu dalam bentuk alami ataupun
perpaduan hasil buatan manusia (Arief,2001).

Sedangkan menurut PP No.108 Tahun 2015 Taman Wisata Alam adalah


KPA yang dimanfaatkan terutama untuk kepentingan pariwisata alam dan
rekreasi. Pengawetan (preservasi) adalah upaya untuk menjaga dan memelihara
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya baik di dalam
maupun di luar habitatnya agar keberadaannya tidak punah, tetap seimbang dan
dinamis dalam perkembangannya.

Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat dan atau di air dan
atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas
maupun yang dipelihara oleh manusia. Menurut Alikodra (1990) satwa liar dapat
diartikan binatang yang hidup liar di alam bebas tanpa campur tangan manusia.
Dalam ekosistem alam, satwa liar memiliki peranan yang sangat banyak dan
penting, salah satunya adalah untuk melestarikan hutan manusia (Undang –
undang No. 5 Tahun 1990).

Sumberdaya alam yang sangat menarik untuk dijadikan sebagai objek


ekowisata, salah satunya adalah satwaliar karena mempunyai peranan yang unik
dalam ekosistem (Yoeti 2000, Fandeli 2010, dan Lukman 2004). Menurut
Ramdhani (2008) peranan satwa liar dalam ekosistem antara lain (1) berperan
dalam proses ekologi (sebagai penyeimbang rantai makanan dalam ekosistem), (2)
membantu penyerbukan tanaman, khususnya tanaman yang mempunyai
perbedaan antara posisi benang sari dan putik, (3) sebagai predator hama
(serangga, tikus, dsb), (4) penyebar/agen bagi beberapa jenis tumbuhan dalam
mendistribusikan bijinya. Birdlife Indonesia (2006), Ramdhani (2008)
mengatakan bahwa, selain memiliki nilai penting di dalam ekosistem,
satwaliarpun bermanfaat bagi manusia, antara lain (1) sebagai bahan penelitian,
pendidikan lingkungan, dan objek wisata (ekoturism), (2) sebagai sumber protein
yang berasal dari daging dan telurnya (3) memiliki nilai estetika, diantaranya
warna bulunya yang indah, suaranya yang merdu, tingkahnya yang atraktif
20

sehingga banyak dijadikan objek dalam lukisan, atau sebagai inspirasi dalam
pembuatan lagu maupun puisi, (4) memiliki nilai ekonomi (Achmad,et al,2013).

Satwa liar merupakan salah satu mata rantai dalam sebuah rantai makanan.
Dalam sebuah rantai makanan terdiri dari produsen (tumbuhan),konsumen (satwa
liar), dan dekomposer (zat pengurai), yang masingmasing memiiki fungsi yang
tidak dapat digantikan1. Ketika salah satu dari rantai makanan tersebut punah,
maka akan mata rantai yang lain pun bisa terancam punah. Kondisi tersebut dapat
mengganggu kelestarian suatu ekosistem. Salah satu masalah yang dapat timbul
misalnya adalah kelangkaan terhadap salah satu jenis mata ranai tersebut, yaitu
satwa liar ( Wahono,2015).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat praktikum kali ini adalah pada hari sabtu tanggal 22
Desember 2018, mulai dari pukul 07:00 WITA sampai selesai di TWA
Kerandangan.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat praktikum kali in adalah

1. Altimeter
2. Binokuler
3. Cepang
4. GPS
21

5. Gunting
6. Hagameter
7. Hygrometer
8. Jas hujan
9. Kompas
10. Parang
11. Patok
12. Pita ukur

13. Tali rapia

3.2.2 Bahan praktikum kali ini adalah

Bahan praktikum kali ini adalah vegetasi dan satwa yang ada di TWA
Kerandangan

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja praktikum kali ini adalah


1. Dibagi anggota yang melakukan pengamatan satwa dua orang dan vegetasi
sisanya.
2. Ditentukan tempat untuk vegetasi maupun satwa.
3. Dipasang pelot dengan ukuran 20x20, 10x10, 5x5, dan 2x2 untuk vegetasi.
4. Untuk satwa penelitiannya menggunakan metode (index point of
ambudance-IPA).
5. Ditulis banyak dan jenis disetiap plot yaitu untuk 20x20 pohon, 10x10
tiang, 5x5 pancang, dan 2x2 untuk semai.
6. Diukur ketinggian tempat dan suhu tanah pada tempat pengamatan.
7. Ditulis hasil yang didapat di tally sheet.
22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil praktikum kali ini adalah


23

Tabel 4.1.1 plot 20 x 20 pohon di TWA Kerandangan

No Nama Jenis Jumlah K KR (%) F FR (%) D DR (%) INP (%)


1 Acacia auriculaeformis 6 15 11.1111 0.2 5.2632 4.12655 20.6763 37.0506
2 Aglaia edulis 1 3 1.8519 0.1 2.6316 0.31400 1.5733 6.0567
3 Alstonia scholaris 2 5 3.7037 0.2 5.2632 0.18997 0.9519 9.9187
4 Arthocarpus elasticus 16 40 29.6296 0.6 15.7895 6.68744 33.5078 78.9269
5 Canarium asperam 1 3 1.8519 0.1 2.6316 0.22687 1.1367 5.6202
6 Catalpa bignonioides Walter 2 5 3.7037 0.2 5.2632 0.43727 2.1910 11.1578
7 Dracontomelon dao 4 10 7.4074 0.3 7.8947 0.59359 2.9742 18.2764
8 Dracontomelon magniferum 1 3 1.8519 0.1 2.6316 0.47120 2.3610 6.8444
9 Dysoxilu igniferium 1 3 1.8519 0.1 2.6316 0.12266 0.6146 5.0980
10 Ficus ampelas 2 5 3.7037 0.2 5.2632 0.25000 1.2526 10.2195
11 Ficus racemoca 3 8 5.5556 0.3 7.8947 2.87413 14.4010 27.8513
12 Ficus septica 3 8 5.5556 0.3 7.8947 1.81826 9.1105 22.5608
13 Gmelina arborea 1 3 1.8519 0.1 2.6316 0.25434 1.2744 5.7578
14 Hymenaea cour baril 1 3 1.8519 0.1 2.6316 0.24041 1.2046 5.6880
15 Planchonia valida 2 5 3.7037 0.1 2.6316 0.24041 1.2046 7.5399
16 Pterosfermum javanicum 3 8 5.5556 0.3 7.8947 0.40083 2.0084 15.4587
17 Schleicera Oleosa 1 3 1.8519 0.1 2.6316 0.25434 1.2744 5.7578
18 Sterculia asper 1 3 1.8519 0.1 2.6316 0.15386 0.7709 5.2544
19 Sterculia foetida 3 8 5.5556 0.3 7.8947 0.30174 1.5119 14.9622
20 Syzigium cumini 1 3 1.8519 0.1 2.6316 0.13267 0.6647 5.1482
21 Syzigium polyantum 1 3 1.8519 0.1 2.6316 0.09499 0.4759 4.9594
22 Voacanga grandifolia 1 3 1.8519 0.1 2.6316 0.25434 1.2744 5.7578
Total 57 135 100 3.8 100 19.95784 100 300
24

Tabel 4.1.2 plot 10 x 10 Tiang di TWA Kerandangan


No Nama Jenis Jumlah K KR (%) F FR (%) D DR (%) INP (%)
1 Arthocarpus elasticus 4 40 10.2564 0.2 7.1429 0.4751 9.9017 27.3010
2 Callopylum inopillum 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.3140 6.5439 12.6794
3 Diospyros malabarica 2 20 5.1282 0.1 3.5714 0.1900 3.9590 12.6587
4 Dracontomelon dao 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.1612 3.3599 9.4954
5 Ficus racemosa 9 90 23.0769 0.4 14.2857 0.9540 19.8811 57.2437
6 Ficus septica 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.1130 2.3558 8.4913
7 Leucaena glauca 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.0785 1.6360 7.7715
8 Lligodium circinaatum 2 20 5.1282 0.2 7.1429 0.1283 2.6731 14.9441
9 Mallatus dispar 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.0785 1.6360 7.7715
10 Palagium sp. 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.0785 1.6360 7.7715
11 Pitospirum Moluccana 3 30 7.6923 0.1 3.5714 0.4131 8.6093 19.8730
12 Streblus asper 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.1766 3.6809 9.8165
13 Swietenia macrophylla 3 30 7.6923 0.2 7.1429 0.2287 4.7662 19.6014
14 Syzigium boerlager 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.2010 4.1881 10.3236
15 Syzigium cumini 2 20 5.1282 0.2 7.1429 0.2865 5.9713 18.2423
16 Syzigum polyanthum 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.1650 3.4396 9.5752
17 Syzigium hemsleyanum 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.0950 1.9795 8.1151
18 Terculia asper 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.2010 4.1881 10.3236
19 Voacanga grandifolia 2 20 5.1282 0.2 7.1429 0.4162 8.6744 20.9455
20 Ficus ampelas 1 10 2.5641 0.1 3.5714 0.0442 0.9202 7.0558
Total 39 390 100 2.8 100 4.79839 100 300

Tabel 4.1.3 plot 5 x 5 Pancang di TWA Kerandangan


No Nama Jenis Jumlah K KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Antidesma bunius 2 80 3.7037 0.1 4.0000 7.7037
2 Arbutus menziesi Puish 3 120 5.5556 0.1 4.0000 9.5556
3 Aristolochia tagala 3 120 5.5556 0.1 4.0000 9.5556
4 Arthocarpus elasticus 4 160 7.4074 0.1 4.0000 11.4074
5 Catalpa bignoniodies walter 4 160 7.4074 0.2 8.0000 15.4074
6 Diospyros malabarica 2 80 3.7037 0.1 4.0000 7.7037
7 Dysoxilum igniverum 1 40 1.8519 0.1 4.0000 5.8519
8 Ficus septica 4 160 7.4074 0.2 8.0000 15.4074
9 Ficus ampelas 1 40 1.8519 0.1 4.0000 5.8519
10 Ficus racemosa 12 480 22.2222 0.4 16.0000 38.2222
11 Laurus Labiris 2 80 3.7037 0.1 4.0000 7.7037
12 ligustram vulgare 1 40 1.8519 0.1 4.0000 5.8519
13 Mallotus ricinoides 1 40 1.8519 0.1 4.0000 5.8519
14 Mangifera sp 3 120 5.5556 0.1 4.0000 9.5556
15 Mengifera aloivera 2 80 3.7037 0.1 4.0000 7.7037
16 Pitospirum moluccanum 4 160 7.4074 0.1 4.0000 11.4074
17 Scheichera oleosa 1 40 1.8519 0.1 4.0000 5.8519
18 Sterculia asper 2 80 3.7037 0.1 4.0000 7.7037
19 Syzigium sp 1 40 1.8519 0.1 4.0000 5.8519
20 Syzigium hemsleyanum 1 40 1.8519 0.1 4.0000 5.8519
Total 54 2160 100 2.5 100 200
25

Tabel 4.1.4 plot 2 x 2 Semai di TWA Kerandangan


No Nama Jenis Jumlah K KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Aleurites Moluccana 1 250 1.1364 0.1 3.8462 4.9825
2 Antidesma bunius 3 750 3.4091 0.1 3.8462 7.2552
3 Aristolochia tagala 3 750 3.4091 0.1 3.8462 7.2552
4 Arthocarpus elasticus 3 750 3.4091 0.1 3.8462 7.2552
5 Catalpa bignoniodes Walter 6 1500 6.8182 0.3 11.5385 18.3566
6 Dioscorea bulbifera 1 250 1.1364 0.1 3.8462 4.9825
7 Dioscorea javanica 1 250 1.1364 0.1 3.8462 4.9825
8 Diospyros malabarica 2 500 2.2727 0.1 3.8462 6.1189
9 Ficus ampelas 9 2250 10.2273 0.1 3.8462 14.0734
10 Ficus benjamina L. 1 250 1.1364 0.1 3.8462 4.9825
11 Ficus racemosa 14 3500 15.9091 0.2 7.6923 23.6014
12 Ficus septica 2 500 2.2727 0.1 3.8462 6.1189
13 Helenium autumnalel 2 500 2.2727 0.1 3.8462 6.1189
14 Laurus labiris 7 1750 7.9545 0.1 3.8462 11.8007
15 Ligustrum vulgare L. 1 250 1.1364 0.1 3.8462 4.9825
16 Meolitsea triplineluca 1 250 1.1364 0.1 3.8462 4.9825
17 Piper betle 3 750 3.4091 0.1 3.8462 7.2552
18 Pitospirum moluccanum 2 500 2.2727 0.1 3.8462 6.1189
19 Scheichera oleosa 4 1000 4.5455 0.1 3.8462 8.3916
20 Syzigium sp. 13 3250 14.7727 0.3 11.5385 26.3112
21 Tetra satigma 9 2250 10.2273 0.1 3.8462 14.0734
Total 88 22000 100 2.6 100 200

Hasil Praktikum untuk Satwa Liar dicantumkan dalam table sebagai berikut:

Tabel 4.1.5 Satwa Liar yang ada di kerandangan

No Nama Jenis Plot Ƹ Substrat Keterangan


1 Walet 1 B Langit Airial
2 Isap Madu TS B Dahan Pohon Arboreal
3 Sikatan Dada 1 Ranting Arboreal
Merah
4 Kepudang 1 Dahang Pohon Arboreal
Kunduk
Hitam
5 Cikukus 1 Dahan Pohon Arboreal
Tanduk
6 Sri Gunung 1 Ranting Arboreal
Walace

4.2 Pembahasan
26

Ekologi hutan adalah studi ilmiah mengenai keterkaitan antara pola,


proses flora, fauna, dan ekosistem di dalam hutan. Ekosistem hutan adalah unit
lahan tegakan pohon kayu yang terdiri semua tanaman, hewan, dan
mikroorganisme (komponen biotik)yang berfungsi secara bersama-sama
dengan komponen abiotik dari lingkungan.

Pada parktikum ekologi hutan ini diadakan di TWA Kerandangan. Di


TWA Kerandangan ini tipe hutan yang kita akan amati yaitu tipe hutan musim
yang dimana curah hujan pada hutan musim lebih rendah dari pada tipe hutan
hujan tropis. Di TWA Kerandangan ini kita melakukan dua pengamatan yaitu
pengamatan vegetasi dan pengamatan satwa.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa vegetasi
yang terdapat di TWA Kerandangan sangat beraneka macam mulai dari plot
semai, pancang, tiang, dan pohon. Analisis vegetasi dilakukan dengan mengukur
diameter, keliling, TBC, dan tinggi total dari setiap plot tiang dan pohon. Plot
semai memiliki ukuran 2 x 2 m dan tingginya kurang dari 1,5 m. Contoh jenis
semai di TWA Kerandangan seperti jambu-jambuan dan kesambi, sedangkan plot
pancang memiliki ukuran 5 x 5 m, tingginya antara 1,5 - < 7 m dan contohnya
seperti loa dan sirih hutan. Pada plot tiang, ukurannya adalah 10 x 10 m dan
tingginya 7 - < 10 m, seperti Klokos Udang dan Mahoni Daun Lebar. Plot pohon
memiliki ukuran 20 x 20 m dan diameternya 20 cm seperti Terep, Kepuh, Akasia,
dan Pulai.Setiap plot memiliki ukuran yang berbeda-beda, sehingga menyebabkan
keanekaragaman tumbuhan di TWA Kerandangan. Potensi tumbuhan yang
terdapat di TWA Kerandangan antara lain seperti Kelicung, Terep, Goak, Klokos
Udang, dan Jukut. Berdasarkan tabel di atas, jumlah spesies pohon terbanyak di
TWA Kerandangan pada plot 20 x 20 m adalah Acasia Auriculaufermisdengan
INP sebanyak 37.0506% , pada plot tiang 10 x 10 m adalah Ficus Racemasa
dengan INP 57.2437,pada plot pancang 5 x 5 m Syzigium Sp dengan INP
sebanyak 26,3112% dan pada plot semai 2 x 2 m adalah Ficus Racemosa .sebesar
38. 2222%.

Satwa yang akan diamati disini yaitu burung (aves), burung yang ada di
TWA Kerandangan ini termasuk jenis burung aboreal, dimanan ciri dari burung
aboreal ini memiliki banyak warna dan warnanya cerah. Cara pengamatan burung
dilakukan dengan cara (index point of ambudance-IPA). Hasil yang didapat
dalam pengamatan satwa di TWA Kerandangan ini ada lima jenis burng yaitu
Kacamata gunung (zosterops montanus) sebanyak 1, Sikatan dada merah (ficedula
27

dumetoria) sebanyak 1, Srigunting wallacea (dicrucus densus) sebanyak 2,


Kepudung kuduk hitam (oriolus chinensis) sebanyak 2, dan Cikukua tanduk
(philemon buceroides) sebanyak 1.

Untuk pengamatan vegetasi dilakukan dengan cara membuat plot dititik


yang telah ditentukan yaitu dengan ukuran plot 20x20, 10x10, 5x5, dan 2x2. Di
TWA Kerandangan kita menggunakan empat ukuran plot yitu 20x20, dimana
pada plot ini kita mengamati pohon dan pohon yang didapat pada plot 20x20 ini
yaitu Arthocarpus elasticus sebanyak 7, Dracontomelon dao sebanyak 2, dan
Pertosfermum javaniicum sebanyak 1. Plot 10x10 kita mengamati tiang dan tiang
yang di dapat pada plot 10x10 ini yaitu sebanyak satu dengan nama latin
Arthocarpus elasticus. Plot 5x5 kita mengamati panjang dan panjang yang didapat
pada pelot 5x5 ini yaitu Ligustram vulgare, Arbutus menziesi puish, Mengifera
aaloivera masing-masing 1. Dan untuk plot 2x2 kita mengamati semai dan semai
yang didapat pada plot 2x2 yaitu Catalpa bignonioides walte dan Ficus Benjamin
L masing-masing 1.

V. PENUTUP
28

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. vegetasi yang mendominasi di Taman Wisata Alam Kerandangan adalah


jenis Arthocarpus elasticus dan Ficus racemosa. Hal ini dikarenakan
Taman Wisata Alam merupakan hutan musim yang senantiasa memiliki
tekstur tanah yang subur untuk jenis vegetasi tetsebut.
2. Jenis satwa (burung) yang ditemukan adalah jenis burung arboreal yaitu
burung yang memiliki corak warna warni, memiliki banyak kicauan dan
senang bertengger. Satwa (burung) tersebut adalah sikatan dada merah,
cikukua tanduk, srigunting wallace, dan kaca mata biasa.
V.2 Saran
Saran pada prakrikum ini adalah:

1. Dibutuhkan lebih banyak waktu untuk proses identifikasi.


2. Dibutuhkan pemahaman terlebih dahulu mengenai proses pengamatan
29

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Amran, Ngakan, Putu O,Umar, Anwar, Asrianny. 2013. Potensi


Keanekaragaman Satwa Liar Untuk Pengembangan Ekowisata Di
Laboratorium Lapangan Konservasi Sumber Daya Alam Hutan Dan
Ekowisata Hutan Pendidikan Universitas Hasanudin.

Bakri. 2009. Bahan Kuliah kologi Hutan. Jurusan Kehutanan Universitas Tanjung
Pura. Pontianak.

Dewi, Rika S, Mulyani, Yeni, santosa, Yanto. 2007. Keanekaragaman Jenis


Burung di Beberapa Tipe Habitat Taman Nasional Gunung Ceremai.

Latifah, Siti. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian.

Soemarwoto, Otto.20012 Ekologi, Lingkunagn Hidup dan Pembanguna Edisi


Revisi. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Undang-Undang No.05 Tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam


Hayati dan Ekosistemnya.

Undang-Undang No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan

UU Lingkungan Hidup tahun 1997.

Wahono, Ratnasari. 2015. Peran Balai Konservasi Sumber Daya Alam Daerah
Istimewa Yogyakarta (BKSDA DIY) Dalam Pengendalian Terhadap
Perdagangan Satwa Liar Yang Dilindungi.

Zulkarnain, S Kasim, Hamid. 2015. Analisis Vegetasi Dan Struktur Vegetasi


Hutan Kota Baruga. Vol 3 No.2, hal 105.

Anda mungkin juga menyukai