Anda di halaman 1dari 19

TAHAPAN DALAM MEMBUAT PERENCANAAN PAJAK

KELOMPOK 1
ANDI ANGGRIANI NAFSA DP (46116027)
REZKY RAMADHANI (46116037)
VINCENT WISNU SANJAYA (46116041)
DESTHREE PERDANA ANGURAH S. (46116045)
SUDARNI (46116048)

PROGRAM STUDI D4 AKUNTANSI MANAJERIAL


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

BAB I......................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..................................................................................................................1

1.1. Latar belakang........................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................................3

2.1. Menganalisis Informasi Data yang ada................................................................3

2.2. Membuat Satu Model atau Lebih Rencana Besarnya Pajak.............................5

2.3. Evaluasi atas Perencanaan Pajak.........................................................................9

2.4. Kelemahan dan Perbaikan Kembali Rencana Pajak........................................10

2.5. Memutakhirkan Rencana Pajak.........................................................................11

BAB III.................................................................................................................................14

PENUTUP.............................................................................................................................14

Kesimpulan........................................................................................................................14

Saran..................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................16

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena-Nya makalah dengan judul “Tahapan
dalam Membuat Rencana Pajak“ dapat diselesaikan oleh penulis. Makalah ini dibuat
oleh penulis untuk menuntaskan tugas mata kuliah Manajemen Pajak. Dalam
pembuatan makalah ini penulis menyampaikan terimah kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis juga menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna.Maka
dari itu penulis meminta kritik dan saran berupa motivasi untuk penulisan
karya/makalah selanjutnya yang lebih baik. Harapannya semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Makassar, 05 Oktober 2019

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Pada dasarnya antara akuntansi pajak dan keuangan memiliki kesamaan tujuan,
yaitu untuk menetapkan hasil operasi bisnis dengan pengukuran dan rekognisi
penghasilan dan biaya, namun ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian
bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tidak sekedar instrument
pentransfer sumber daya (fungus budgeter) akan tetapi sering kali digunakan untuk
tujuan mempengaruhi perilaku wajib pajak untuk investasu, kesejahteraan dan lain-lain
(fungsi mengatur) yang kadang-kadang merupakan alas an untuk membenarkan
penyimpangan dari standar akuntansi keuangan.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini sebagai berikut :
Bagaimana tahapan dalam perencanaan pajak?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Menganalisis inforamasi data yang ada


Tahapan pertama dari proses pembuatan tax planning adalah menganalisis
komponen yang berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu proyek dan
menghitung seakurat mungkin beban pajak yang harus ditanggung.

Ini hanya bisa dilakukan dengan mempertimbangkan masing-masing elemen


dari pajak baik secara sendiri-sendiri maupun secara total pajak yang harus dapat
dirumuskan sebagai perencanaan pajak yang paling efisien. Adalah juga penting
untuk memperhitungkan kemungkinan besarnya penghasilan suatu proyek dan
pengeluaran-pengeluaran lain diluar pajak yang mungkin terjadi. Untuk itu seorang
manajer perpajakan harus memperhatikan faktor-faktor baik dari segi internal
maupun eksternal yaitu:

a. Fakta yang relevan


Dalam arus globalisasi serta tingkat persaingan yang semakin kompetitif
maka seorang manajer perusahaan dalam melakukan perencanaan pajak untuk
perusahaannya dituntut harus benar-benar menguasai situasi yang dihadapi,
baik dari segi internal maupun eksternal dan selalu dimutakhirkan dengan
perubahan-perubahan yang terjadi agar perencanaan pajak dapat dilakukan
secara tepat dan menyeluruh terhadap situasi maupun transaksi-transaksi yang
mempunyai dampak dalam perpajakan.

1) Bentuk usaha
Bentuk usaha apakah akan dipilih, apakah bentuk usaha badan
atau perseorangan. Kalau bentuk usaha yang dipilh adalah bentuk usaha
perseorangan maka akan mendapat keuntungan yaitu mudah dan murah
dalam proses pembentukannya, pemilik perusahaan mengendalikan
secara langsung perusahaannya, tidak terlalu dipengaruhi oleh peraturan
pemerintah, pemilik menerima semua keuntungan dan menanggung
semua kerugian usaha dan lain-lain. Namun jika memilih bentuk usaha
pereorangan akan ada kelemahan yaitu keterbatasan dalam mendapatkan
modal. Apabila modal terbatas maka keuntungan yang akan
didapatkanpun akan terbatas. Olehkarena itu pihak manajemen harus
memilih diantara bentuk usaha yang diperbolehkan ini. Dalam hal
perpajakan ketika memilih perseorangan maka tarif pajak yang
dikenakan yaitu terdiri dari 5%, 15%, 25% dan 30% sedangkan untuk
badan memiliki tarif tetap sebesar 12,5% dan apabila lebih dari 50 milyar
peredaran usahanya dalam setahun maka dikenakan tarif 25%. Secara
tarif lebih kecil tarif perseorangan daripada badan.
2) Kegiatan usaha
Kegiatan usaha yang dipilih akan menentukan perlakuan
perpajakannya sehingga pemilihan kegiatan usaha ini bisa merupakan
salah satu perencanaan pajak. Sebagai contoh adalah apabila yang akan
dipilih kegiatan usaha dalam bidang jasa maka perlu mengetahui
perlakuan perpajakan yang berlaku pada masing-masing jenis jasa
tersebut. Perlakuan khusus tersebut yaitu jasa yang tidak terutang PPh,
jasa yang terutang PPh dan perbedaan tarif pemotongannya.
Pertimbangan pengenaan PPN atas jasa pun harus diketahui yaitu jasa
yang dibebaskan dari pengaan PPN dan jasa yang dienakan PPN.
3) Penempatan modal
Modal yang ditempatkan bukan melalui bursa efek misalnya akan
mendapatkan keuntungan yaitu tidak termasuk kedalam objek pajak
sehingga tidak perlu membayar pajak namun terdapat kelemahan yaitu
modal tidak bisa diperjualbelikan sehingga ketika menjual saham tidak
akan ualbelikan sehingga bisa mendapatkan keuntungan, namun apabila
dilepas dibursa efek maka diharuskan membayar pajak dengan tarif 0,1%
daru jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham dan tambahan sebesar
0,5% dari nilai seluruh saham yang dimiliki pendiri.
4) Menghindari tariff
Hal ini dapat dilakukan dengan cara salah satunya yaitu membuat
badan usaha. Apabila seseorang memiliki penghasilan yang bersumber
dari perdagangan, percetakan dan konsultan maka pajak yag harus
dibayar oleh Tatang misalkan akan besar. Tetapi apabila usaha
perdagangan dan percetakan yang dimiliki oleh Tatang dijadikan
perusahaan maka Tatang tidak akan membayar pajak sebesar ketika
Tatang tidak menjadikan perusahaan pada perdagangan dan percetakan
yang dia miliki.
5) Memperlakukan biaya
Salah satu yang bisa dilakukan dalam perlakuan terhadap biaya
yatu dalam memilih metode penyusutan. Metode penyusutan yang kita
pilih bisa dijadikan perencanaan pajak yang diiinginkan. Apabila
menginginkan pajak yang kecil ditahun pertama maka menggunakan
metode penyutusan saldo menurun tetapi apabila menginginkan beban
depresiasi yang konstan maka memilih menggunakan metode saldo
menurun. Kedua metode ini diperbolehkan dalam uu perpjakan yaitu ada
pada Undang-undang pajak penghasilan atau uu nomo 36 tahun 2008
terdapat pada pasal 11.
6) Perlakuan penghasilan
Misalkan untuk pengaturan peredaran usaha harus diketahu
mengenai kewajiban apa saja yang harus dipenuhi sebagai seorang PKP
dan kewajiban untuk menyelenggarakan pembukuan. Apabila
perusahaan termasuk kedalam PKP maka diwajibkan untuk memungut
PPN terhadap transaksi dengan lawan transaksi PKP. Untuk pembayaran
pajaknya diperhitungkan berdasarkan selisih antara pajak masukan dan
pajak keluaran yang terjadi selama periode tertentu.
7) Menyiasati rugi
Rugi yang dialami perusahaan bisa direncakan yaitu salah
satunya dengan penundaan penyusutan. Rugi dibagi menjadi dua, rugi
komersial dan rugi fiskal. Rugi komersial itu adalah rugi berdasarkan
catatan akuntansi yang dimiliki perusahaan, rugi komersial ini masih ada
potensi membayar pajak. Oleh karena itu fiskus akan memeriksa
perusahaan apakah telah terjadi rugi atau tidak. Apabila setelah dilakukan
pemeriksaan ternyata benar rugi maka dinamakan dengan rugi fiskal.
Rugi fiskal ini yang memiliki kekutan hukum yang tetap sehingga
perusahaan tidak perlu membayar pajak sampai dengan lima tahun
lamanya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara penundaaan dalam
penyusutan. Biasanya penyusutan itu dimulai pada saat aset itu diperoleh
tapi kita bisa menundanya dengan alasan komponen mesin belum siap
atau bahan baku yang dioleh dengan mesin belum tersedia atau izin
operasional perusahaan belum didapat.

b. Faktor Pajak
Dalam menganalis setiap permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan
perencanaan pajak adalah tidak terlepas dari dua hal yang berkaitan dengan
faktor-faktor pajak yaitu menyangkut setiap tipe perpajakan nasional yang
dianut oleh suatu negara dan sikap fiskus dalam menafsirkan peraturan
perpajakan baik Undang-undang domestik maupun mancanegara.
1) Fasilitas perpajakan
Fasilitas perpajakan dalam PPN misalnya berupa PPN tidak dipungut,
dibebaskan atau ditanggung pemerintah. Kesemua fasilitas itu harus
diketahui oleh manajemen dan dimanfaatkan. Misalkan perusahaan ingin
memanfaatkan fasilitas pajak agar tidak dipungut PPN yaitu dengan cara
nilai transaksi dibawah satu juta, penyerahannya berupa impor,
penyerahannya (jual belinya) di kawasan berikat. Dengan informasi ini
perusahaan bisa melakukan perencanaan pajak sehingga pajak bisa lebih
efisien.

2) Pembayaran pajak
Dalam UU PPN atau UU nomor 42 tahun 2009 PPN harus dibayar oleh
PKP yaitu sebesar 80% dari barang kena pajak yang diserahkan atau
dijual. Apabila menggunakan metode ini maka perusahaan akan
terganggu cashflownya meskipun nantinya akan dikembalikan
kelebihannya. Yang bisa dilakukan yaitu dengan cara metode Pajak
Masukan dan Pajak Keluaran atau disingkat PKPM. Dengan PKPM ini
perusahaan hanya perlu membayar selisih dari PKPM nya saja.

3) Memilih NPWP dan PKP


Kedunya ada manfaat dan kerugiannya. Untuk NPWP mau tidak mau,
suka tidak suka, harus memiliki karena NPWP merupakan identitas bagi
seluruh wajib pajak. Berbeda dengan NPWP, PKP hukumnya sunnah
namun jika peredaran bruto dalam setahun lebih dari 4,8 M maka harus
menjadi PKP. Jika masih tidak mau nanti fiskus akan memaksa dengan
menerbitkan PKP secara jabatan.

4) Menyiasati restitusi pajak


Mengetahui penyebabnya sehingga bisa dimanfaatkan. Penyebabnya
antara lain terlalu banyak menjual kepada bukan PKP sehingga terdapat
kelebihan pajak. Penyebab lainnya yaitu sering melakukan eskpor yang
tarifnya 0%. Namun apabila ingin melakukan restitusi fiskus harus
melakukan pemeriksan. Olehkarena itu perlu dilakukan pertimbangan
antara biaya dan manfaat. Apbila kita bisa mendapatkan restitusi sebanyak
10 juta tetapi kita mengeluarkan 12 juta untuk mendapatkan restitusi itu
sebaiknya jangan menjadikan laporan pajak kita menjadi lebih bayar.

5) Imbalan bunga dari Direktorat Jenderal Paja


Apabila wajib pajak disangka bersalahs dan dirugikan maka DJP
diharuskan membayar imbalan bunga kepada wajib pajak. Untuk
mendapatkan imbalan bunga maka harus diketahui apa penyebabnya DJP
membayar imbalan bunga. Penyababnya antara lain keberatan, banding
dan PK dikabulkan, pengurangan dan penghapusan sanksi administrasi
dikabulkan, batas waktu penyelesaian SKPLB terlampaui yaitu selama 12
bulan, terbit SKPLB pada pemeriksaan bukper, dan akibat surat
pembetulan.

6) Menghadapi pemeriksaaan pajak


Mengetahui penyebab dlakukannya pemeriksaan pajak sehingga ketika
kita menjalankan kewajiban kita sebagai wajib pajak yaitu kooperatif
dalam pemeriksanaan kita mengetahui penyebab dilakukannya
pemeriksaaan pajak. Penyebabnya yaitu menguji kepatuhan wajib pajak
apakah benar wajib pajak itu telah menjalankan kewajibannya atau tidak,
melaksanakan ketentuan perpajakan.
7) Jenis pajak
Seorang manajer harus mengetahui kewajiban perpajakan apa yang ada
baik itu dalam lingkup dalam negeri maupun luar negeri sehingga ketika
melakukan kegiatan operasional perusahaan tidak melanggar hukum.
Apabila sudah mengetahui kewajiban perpajakannya maka akan diketahui
pula bagaimana cara mensiasatinya atau cara melakukan perencanaan
perpajakannya.

8) Penafsiran UU
Seperti dalam penghasilan disuatu negara, akan ada dua negara yang
berselisih negara manakah yang berhak memajaki. Apakah negara sumber
tempat penghasilan itu ada ataukah dari negara domisili tempat wajib
pajak berada. Ini akan selalu ada pertentangan sehingga disetiap negara
ada perjanjian penghindaran pajak berganda atau P3B yang membahas hal
ini agar tidak merugikan kepada wajib pajak.

9) Faktor penghubung
Kewajiban pajak itu pasti bergantung dengan faktor penghubung. Seorang
mahasiswa dengan dosennya ada faktor penghubungnya yaitu matakuliah
yang diajar oleh dosen tersebut. Apabila mahasiswa itu tidak mengambil
matakuliah dosen tersebut maka dia tidak akan berhubungan dengan dosen
tersebut. Dalam pajakpun sama, ada faktor penghubung sehingga
seseorang itu harus mematuhi peraturan perpajakan yang ada. Faktor
penghubung dalam wajib pajak perorarangan adalah domisili dan
kewarganegaraan, sedangkan untuk wajib pajak badan adalah manajemen
dan pengawasan, kepemilikan, tempat kedudukan manajemen dan tempat
didirkannya badan tersebut.

10) Domisili dan kebangsaaan pembayar pajak


Ini meruapakan faktor penting untuk menentukan siapa yang menerima
pembayaran pajak. Pengetahuan tentang P3B sangat berguna dalam hal ini
sehingga bisa menentukan apa yang harus dilakukan kedepannya
khususnya dalam bidang perpajakan.

11) Bentuk badan: Sama dengan penjelasan sebelumnya, apabila beda bentuk
badannya maka berbeda pula perlakuan perpajakannya.

12) Sumber penghasilan: berasal darimanakah penghasilan maka disitulah


akan dinilai termasuk kedalam pajak manakah penghasilan itu. Disetiap
negara memiliki peraturan, perhitungan, bahkan sistem administrasi
tersendiri untuk setiap penghasilannya. Dikita jika penghasilannya dari
jasa maka dikenakah PPh 23, jika hanya barang saja dikenakan PPN,
begitu seterusnya.

13) Sifat transaksi: contohnya yaitu apabila ada transaksi kemudian sudah
dipotong pajak sebelumnya seperti bea masuk maka tidak perlu lagi
membayar pajak lainnya.

14) Hubungan antara pembayar dengan pihak lain: bagaimana hubungan


pembayar pajak dengan pihak lain, apakah ada hubungan istimewa
sehingga harga jualnya rendah yang mengakibatkan pajak yang
terutangnyapun jadi rendah ataukah normal.
15) Insentif pajak: bentuknya ada empat namun perlu kehati-hatian dalam
perencanaannya karena ada potensi kurangnya keamanan yang diberikan
seperti aset apakah ada jaminan dari negara atau tidak sehingga menutup
kemungkinan untuk dilakukan penyitaan oleh negara melalui pengadilan
atau pihak lain.

16) Tax heaven: dimanfaatkan agar pajak bisa lebih dihemat.


17) Antipenghindaran: berhubungan dengan transaksi yang wajar terutama
dalam lingkup internasional. Transaksi wajar ini memiki kaitan erat
dengan transfer pricing. Perusahaan harus bisa membuktikan bahwa harga
yang diberikan adalah harga yang wajar.

c. Faktor non Pajak lainnya


Beberapa faktor bukan pajak yang relevan untuk diperhatikan dalam
penyusunan suatu perencanaan pajak antara lain:
1) Masalah badan hokum
Sistem hukum yang berbeda terdiri dari berbagai tipe dari pada
perusahaan. Pemilihan bentuk badan usaha yang diusulkan sering dibuat
sebagai fungsi daripada seluruh peraturannya (baik untuk pajak maupun
bukan pajak) dalam rangka administrasi pembentukan dan
pembubarannya.

2) Masalah mata uang dan nilai tukar


Dalam ruang lingkup perencanaan pajak yang bersifat internasional
masalah nilai tukar mata uang mempunyai dampak yang besar terhadap
finansial suatu perusahaan. Nilai tukar mata uang yang berfluktuasi atau
tidak stabil memberikan resiko usaha yang cukup tinggi. Apalagi jika ada
masalah devaluasi maupun revaluasi. Dari dampak finansial tentunya
berakibat pada posisi laba-rugi, apalagi bila terdapat banyak transaksi baik
ekspor atau impor maupun pinjaman dalam bentuk mata uang asing.

3) Masalah pengendalian devisa


Sistem pengendalian devisa yang dimuat suatu negara menjadi bahan
pertimbangan penting terutama jika suatu negara menganut pembahasan
atau larangan untuk mengadakan pertukaran atau transfer dana dari
transaksi internasional ataupun adanya larangan untuk menjamin uang atau
menarik uang dari luar tanpa adanya izin Bank Sentral atau Menteri
Keuangan. Berbagai macam aturan yang dibuat tentunya menjadi bahan
pertimbanagan bagi pengusaha untuk menanamkan modalnya atau tidak,
karena perhitungan laba-rugi akhirnya selalu menjadi patokan dasar dalam
mengambil keputusan.
4) Masalah Program intensif investasi
Masalah program insentif yang ditawarkan negara tertentu memberikan
pilihan bagi wajib pajak untuk melakukan investasi atau pemekaran usaha
pada suatu lokasi negara tertentu. Insentif inventasi yang merangsang bisa
berupa pemberian pinjaman dengan tarif bunga rendah, bebas bunga
ataupun adanya pemberian bantuan dari pemerintah.

5) Masalah faktor bukan pajak lainnya


Faktor bukan pajak lainnya seperti hukum dan sistem administrasi yang
berlaku, kestabilan ekonomi dan politik, tenaga kerja, pasar, ada/tidaknya
tenaga profesional, fasilitas perbankan, iklim usaha, bahasa, sistem
akuntansi, kesemuanya harus dipertimbangkan dalm penyusunan tax
planning terutama berkaitan dengan pemilihan lokasi investasi apakah
berupa cabang, subsidiari atau untuk keperluan lainnya.

2.2. Membuat Satu Model atau lebih rencana besarnya pajak

Model perjanjian internasional dapat melibatkan satu atau lebih tindakan berikut ini:

a. Pemilihan bentuk transaksi operasi atau hubungan internasional.


Hampir semua perpajakan internasional paling tidak ada dua negara yang
ditentukan lebih dahulu. Dari sudut pandang perpajakan dalam hal ini proses
perencanaan tidak bisa berada di luar dari tahapan pemilihan transaksi, operasi
dan hubungan yang paling menguntungkan. Metode yang harus diterapkan
dalam menganalisis dan membandingkan beban pajak maupun pengeluaran
lainnya dari suatu proyek adalah apabila tidak ada rencana pembatasan
minimum pajak yang diterapkan dan apabila ada rencana pembatasan minimum
diterapkan, berhasil atau pun gagal.
b. Pemilihan dari negara asing sebagai tempat melakukan investasi atau menjadi
residen dari negara tersebut.
Dalam rencana perpajakan internasional mungkin diberi perlakuan
khusus dengan memilih antara dua atau lebih kemungkinan investasi di negara-
negara berbeda.
c. Penggunaan satu atau lebih negara tambahan.
Dalam banyak kasus, pertimbangan penghemaan pajak tidak hanya di
pengaruhi oleh pemilihan yang hati-hati dari bentuk transaksi, operasi maupun
hubungan internasional, tetapi juga oleh penggunaan satu atau lebih negara
sebagai tambahan dari negara yang bersangkutan yang sudah ada dalam data
base. Perencanaan pajak internasional sebetulnya merupakan perluasan yang
sederhana dari perencanaan pajak nasional. Dalam membuat model pengaturan
yang paling tepat, penting sekali untuk mempertimbangkan.
d. Apakah kepemilikan dari hak, surat berharga, dan lain-lain harus dikuasakan
kepada satu atau lebih perusahaan, individu, atau kombinasi dari semuanya itu.
e. Adakah hubungan antara berbagai individu dan entitas.

2.3. Mengevaluasi pelaksanaan rencana pajak (Evaluating a tax plan)


Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan merupakan bagian kecil dari
seluruh perencanaan strategik perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi
untuk melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak terhadap
beban pajak. Evaluasi tersebut meliputi :
a. Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan,
b. Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan dan berhasil dengan baik,
c. Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan tapi gagal.

2.4. Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak


(Debugging the tax plan)

Hasil suatu perencanaan pajak bisa dikatakan baik atau tidak tentunya
harus dievaluasi melalui berbagai rencana yang dibuat. Dengan demikian
keputusan yang terbaik atas suatu perencanaan pajak harus sesuai dengan bentuk
transaksi dan tujuan operasi perbandingan berbagai rencana harus dibuat
sebanyak mungkin sesuai bentu perencanaan pajak yang diinginan. Kadang
suatu rencana harus diubah mengingat adanya perubahan peraturan perundang-
undangan. Walaupun diperlukan penambahan biaya atau kemungkinan
keberhasilan sangat kecil. Sepanjang masih besar penghematan pajak yang bisa
diperoleh, rencana tersebut harus tetap dijalankan. Karena begaimanapun juga
kerugian yan ditanggung merupakan kerugian minimal.

Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara seperti dalam fungsi
manajemen yaitu

 Plan: Merencananakan pajak yang akan dilakukan perencanaan, apa saja yang
harus dilakukan dan bagaimana prosesnya
 Do: Melakukan apa yang telah dirancang sebelumnya tentang perencanaan pajak
 Check: Sebelum masa pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) harus dicek lagi
apakah perencanaan pajak yang sudah dilakukan itu sudah sesuai dengan
rencana pajak, dan apakah perencanaan pajak yang sudah dilakukan itu
dipastikan tidak melanggar undang-undang. Apabila ada yang tidak sesuai maka
harus langsung diperbaiki dan direncanakan perencanaan yang lebih sesuai.
 Action: Lakukan lagi perencanaan pajak yang sudah disempurnakan

2.5. Memutakhirkan rencana pajak (Updating the tax plan)


Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga telah
berjalan, namun juga masih perlu mempertimbangkan setiap perubahan yang
terjadi baik undang-undang maupun pelaksanaannya di negara dimana aktivitas
tersebut dilakukan yang mungkin mempunyai dampak terhadap komponen dari
suatu perjanjian, yang berkenaan dengan perubahan yang terjadi di luar negeri
atas berbagai macam pajak maupun aktifitas informasi bisnis yang tersedia
sangat terbatas. Pemutakhiran dari suatu rencana adalah konsekuensi yang perlu
dilakukan sebagaimana dilakukan oleh masyarakat yang dinamis. Dengan
memberikan perhatian terhadap perkembangan yang akan datang maupun situasi
yang terjadi saat ini, seorang manajer akan mampu mengurangi akibat yang
merugikan dari adanya perubahan, dan pada saat yang bersamaan mampu
mengambil kesempatan untuk memperoleh manfaat yang potensial.

Apabila ada perundang-undangan yang baru mengatur maka perlu


dilakukan update dalam hal perencanaan pajak. Hal ini dilakukan terhadap

 Pajak domestik: pajak domestik maksudnya pajak yang berada didalam


negeri atau di Indonesia. Peraturan perpajakan yang baru harus diketahui
oleh wajib pajak baik itu dengan cara mengikuti sosialisasi yang dilakukan
dirjen pajak ketika ada peraturan yang baru atau mencari sendiri peraturan
pajak yang baru agar tidak merugikan perusahaan nantinya atau bisa
mengakibatkan perencanaan pajak yang dilakukan malah gagal yang
mengakibatkan perusahaan didenda dan harus membayar pajak lebih mahal.
Contoh: Peraturan terbaru tentang faktur pajak berbentuk elektronik mulai
tahun 2016. Apabila kita tidak mengetahui peraturan ini maka setiap faktur
pajak yang dikeluarkan tidak akan diakui oleh pajak atau dianggap tidak
ada, kalau seperti itu nanti kita tidak bisa mengkreditkan PPN, jika seperti
itu maka kita akan telat bayar, jika telat bayar kemungkinan besar telat lapor
atau salah lapor, kalau salah lapor atau telat lapor maka akan didenda
sebesar 2% setiap bulannya dari pajak terutang ditambah pajak terutang
yang harus dibayar juga.

 Pajak internasional: pajak internasional berhubungan dengan negara lain.


Perusahaan harus mengetahui kebijakan perpajakan yang ada disuatu negara
khususnya negara tempat kita melakukan kegiatan usaha. Pengetahuan
tentang pajak yang ada disuatu negara akan berpengaruh kepada perencaan
pajak yang akan dilakukan karena kalau tidak tahu akan berakibat
merugikan perusahaan. Contoh: kita memiliki perusahaan di Singapore.
Karena kita punya perusahaan disana kita harus mengetahui perpajakan
yang ada di Singapore agar kita tidak melanggar peraturan perpajakan yang
kemudian pada akhirnya dapat merugikan perusahaan. Selain itu kita harus
mengetahui juga tentang P3B yang telah terjadi antara Indonesia dan
Singapore agar kita tidak dikenakan dua kali pajak atau double taxation.

 Witholding taxes dalam perencanaan pajak internasional: witholding taxes


berarti pajak yang dikenakan langsung dipotong, dihitung oleh fiskus. Kita
harus selalu mengetahuinya jangan sampai karena di Indonesia kita
menggunakan self assesment dimana kita hitung, setor dan lapor sendiri tapi
ketika kita didunia internasional kita melakukan hal yang sama padahal
pendapatan yang kita miliki itu sudah dipotong pajak. Hal ini harus
diketahui agar tidak merugikan perusahaan.

 Tax heaven untuk minimalkan pajak: tax heaven country memiliki beberapa
ciri yaitu memiliki tarif pajak yang rendah, tidak terlalu banyak peraturan,
dan sangat mudah untuk melakukan kewajiban perpajakan. Kita bisa
memanfaatkan negara-negara itu agar pajak yang harus dibayar tidak terlalu
besar dengan syarat tidak melanggar hukum yang ada di Indonesia.
Beberapa contoh negara tax heaven yaitu Swiss, Hong Kong, Amerika
Serikat, Singapura, Cayman Islan, Lusemburg, Jerman, Bahrain, dan Uni
Emirat Arab.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak tangguhan adalah beban pajak (deferred tax expense) atau manfaat pajak
(deferred tax income) yang dapat memberikan pengaruh menambah atau
mengurangi beban pajak tahun bersangkutan.. SAK yang mengatur masalah pajak
tangguhan terdapat pada PSAK 46 akuntansi pajak penghasilan.

3.2 Saran

Diharapkan makalah ini dapat menjadi bahan refenrensi untuk penulisan makalah
terkait perencanaan pajak selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://binekas-wordpress
com.cdn.ampproject.org/v/s/binekas.wordpress.com/2017/03/22/tahapan-dalam-
perencanaan-

http://riskymahira.blogspot

.com/2013/01/tahapan-dalam-membuat-perencanaan-pajak.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai