KELOMPOK 1
ANDI ANGGRIANI NAFSA DP (46116027)
REZKY RAMADHANI (46116037)
VINCENT WISNU SANJAYA (46116041)
DESTHREE PERDANA ANGURAH S. (46116045)
SUDARNI (46116048)
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
BAB III.................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................14
Kesimpulan........................................................................................................................14
Saran..................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................16
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena-Nya makalah dengan judul “Tahapan
dalam Membuat Rencana Pajak“ dapat diselesaikan oleh penulis. Makalah ini dibuat
oleh penulis untuk menuntaskan tugas mata kuliah Manajemen Pajak. Dalam
pembuatan makalah ini penulis menyampaikan terimah kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna.Maka
dari itu penulis meminta kritik dan saran berupa motivasi untuk penulisan
karya/makalah selanjutnya yang lebih baik. Harapannya semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
1) Bentuk usaha
Bentuk usaha apakah akan dipilih, apakah bentuk usaha badan
atau perseorangan. Kalau bentuk usaha yang dipilh adalah bentuk usaha
perseorangan maka akan mendapat keuntungan yaitu mudah dan murah
dalam proses pembentukannya, pemilik perusahaan mengendalikan
secara langsung perusahaannya, tidak terlalu dipengaruhi oleh peraturan
pemerintah, pemilik menerima semua keuntungan dan menanggung
semua kerugian usaha dan lain-lain. Namun jika memilih bentuk usaha
pereorangan akan ada kelemahan yaitu keterbatasan dalam mendapatkan
modal. Apabila modal terbatas maka keuntungan yang akan
didapatkanpun akan terbatas. Olehkarena itu pihak manajemen harus
memilih diantara bentuk usaha yang diperbolehkan ini. Dalam hal
perpajakan ketika memilih perseorangan maka tarif pajak yang
dikenakan yaitu terdiri dari 5%, 15%, 25% dan 30% sedangkan untuk
badan memiliki tarif tetap sebesar 12,5% dan apabila lebih dari 50 milyar
peredaran usahanya dalam setahun maka dikenakan tarif 25%. Secara
tarif lebih kecil tarif perseorangan daripada badan.
2) Kegiatan usaha
Kegiatan usaha yang dipilih akan menentukan perlakuan
perpajakannya sehingga pemilihan kegiatan usaha ini bisa merupakan
salah satu perencanaan pajak. Sebagai contoh adalah apabila yang akan
dipilih kegiatan usaha dalam bidang jasa maka perlu mengetahui
perlakuan perpajakan yang berlaku pada masing-masing jenis jasa
tersebut. Perlakuan khusus tersebut yaitu jasa yang tidak terutang PPh,
jasa yang terutang PPh dan perbedaan tarif pemotongannya.
Pertimbangan pengenaan PPN atas jasa pun harus diketahui yaitu jasa
yang dibebaskan dari pengaan PPN dan jasa yang dienakan PPN.
3) Penempatan modal
Modal yang ditempatkan bukan melalui bursa efek misalnya akan
mendapatkan keuntungan yaitu tidak termasuk kedalam objek pajak
sehingga tidak perlu membayar pajak namun terdapat kelemahan yaitu
modal tidak bisa diperjualbelikan sehingga ketika menjual saham tidak
akan ualbelikan sehingga bisa mendapatkan keuntungan, namun apabila
dilepas dibursa efek maka diharuskan membayar pajak dengan tarif 0,1%
daru jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham dan tambahan sebesar
0,5% dari nilai seluruh saham yang dimiliki pendiri.
4) Menghindari tariff
Hal ini dapat dilakukan dengan cara salah satunya yaitu membuat
badan usaha. Apabila seseorang memiliki penghasilan yang bersumber
dari perdagangan, percetakan dan konsultan maka pajak yag harus
dibayar oleh Tatang misalkan akan besar. Tetapi apabila usaha
perdagangan dan percetakan yang dimiliki oleh Tatang dijadikan
perusahaan maka Tatang tidak akan membayar pajak sebesar ketika
Tatang tidak menjadikan perusahaan pada perdagangan dan percetakan
yang dia miliki.
5) Memperlakukan biaya
Salah satu yang bisa dilakukan dalam perlakuan terhadap biaya
yatu dalam memilih metode penyusutan. Metode penyusutan yang kita
pilih bisa dijadikan perencanaan pajak yang diiinginkan. Apabila
menginginkan pajak yang kecil ditahun pertama maka menggunakan
metode penyutusan saldo menurun tetapi apabila menginginkan beban
depresiasi yang konstan maka memilih menggunakan metode saldo
menurun. Kedua metode ini diperbolehkan dalam uu perpjakan yaitu ada
pada Undang-undang pajak penghasilan atau uu nomo 36 tahun 2008
terdapat pada pasal 11.
6) Perlakuan penghasilan
Misalkan untuk pengaturan peredaran usaha harus diketahu
mengenai kewajiban apa saja yang harus dipenuhi sebagai seorang PKP
dan kewajiban untuk menyelenggarakan pembukuan. Apabila
perusahaan termasuk kedalam PKP maka diwajibkan untuk memungut
PPN terhadap transaksi dengan lawan transaksi PKP. Untuk pembayaran
pajaknya diperhitungkan berdasarkan selisih antara pajak masukan dan
pajak keluaran yang terjadi selama periode tertentu.
7) Menyiasati rugi
Rugi yang dialami perusahaan bisa direncakan yaitu salah
satunya dengan penundaan penyusutan. Rugi dibagi menjadi dua, rugi
komersial dan rugi fiskal. Rugi komersial itu adalah rugi berdasarkan
catatan akuntansi yang dimiliki perusahaan, rugi komersial ini masih ada
potensi membayar pajak. Oleh karena itu fiskus akan memeriksa
perusahaan apakah telah terjadi rugi atau tidak. Apabila setelah dilakukan
pemeriksaan ternyata benar rugi maka dinamakan dengan rugi fiskal.
Rugi fiskal ini yang memiliki kekutan hukum yang tetap sehingga
perusahaan tidak perlu membayar pajak sampai dengan lima tahun
lamanya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara penundaaan dalam
penyusutan. Biasanya penyusutan itu dimulai pada saat aset itu diperoleh
tapi kita bisa menundanya dengan alasan komponen mesin belum siap
atau bahan baku yang dioleh dengan mesin belum tersedia atau izin
operasional perusahaan belum didapat.
b. Faktor Pajak
Dalam menganalis setiap permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan
perencanaan pajak adalah tidak terlepas dari dua hal yang berkaitan dengan
faktor-faktor pajak yaitu menyangkut setiap tipe perpajakan nasional yang
dianut oleh suatu negara dan sikap fiskus dalam menafsirkan peraturan
perpajakan baik Undang-undang domestik maupun mancanegara.
1) Fasilitas perpajakan
Fasilitas perpajakan dalam PPN misalnya berupa PPN tidak dipungut,
dibebaskan atau ditanggung pemerintah. Kesemua fasilitas itu harus
diketahui oleh manajemen dan dimanfaatkan. Misalkan perusahaan ingin
memanfaatkan fasilitas pajak agar tidak dipungut PPN yaitu dengan cara
nilai transaksi dibawah satu juta, penyerahannya berupa impor,
penyerahannya (jual belinya) di kawasan berikat. Dengan informasi ini
perusahaan bisa melakukan perencanaan pajak sehingga pajak bisa lebih
efisien.
2) Pembayaran pajak
Dalam UU PPN atau UU nomor 42 tahun 2009 PPN harus dibayar oleh
PKP yaitu sebesar 80% dari barang kena pajak yang diserahkan atau
dijual. Apabila menggunakan metode ini maka perusahaan akan
terganggu cashflownya meskipun nantinya akan dikembalikan
kelebihannya. Yang bisa dilakukan yaitu dengan cara metode Pajak
Masukan dan Pajak Keluaran atau disingkat PKPM. Dengan PKPM ini
perusahaan hanya perlu membayar selisih dari PKPM nya saja.
8) Penafsiran UU
Seperti dalam penghasilan disuatu negara, akan ada dua negara yang
berselisih negara manakah yang berhak memajaki. Apakah negara sumber
tempat penghasilan itu ada ataukah dari negara domisili tempat wajib
pajak berada. Ini akan selalu ada pertentangan sehingga disetiap negara
ada perjanjian penghindaran pajak berganda atau P3B yang membahas hal
ini agar tidak merugikan kepada wajib pajak.
9) Faktor penghubung
Kewajiban pajak itu pasti bergantung dengan faktor penghubung. Seorang
mahasiswa dengan dosennya ada faktor penghubungnya yaitu matakuliah
yang diajar oleh dosen tersebut. Apabila mahasiswa itu tidak mengambil
matakuliah dosen tersebut maka dia tidak akan berhubungan dengan dosen
tersebut. Dalam pajakpun sama, ada faktor penghubung sehingga
seseorang itu harus mematuhi peraturan perpajakan yang ada. Faktor
penghubung dalam wajib pajak perorarangan adalah domisili dan
kewarganegaraan, sedangkan untuk wajib pajak badan adalah manajemen
dan pengawasan, kepemilikan, tempat kedudukan manajemen dan tempat
didirkannya badan tersebut.
11) Bentuk badan: Sama dengan penjelasan sebelumnya, apabila beda bentuk
badannya maka berbeda pula perlakuan perpajakannya.
13) Sifat transaksi: contohnya yaitu apabila ada transaksi kemudian sudah
dipotong pajak sebelumnya seperti bea masuk maka tidak perlu lagi
membayar pajak lainnya.
Model perjanjian internasional dapat melibatkan satu atau lebih tindakan berikut ini:
Hasil suatu perencanaan pajak bisa dikatakan baik atau tidak tentunya
harus dievaluasi melalui berbagai rencana yang dibuat. Dengan demikian
keputusan yang terbaik atas suatu perencanaan pajak harus sesuai dengan bentuk
transaksi dan tujuan operasi perbandingan berbagai rencana harus dibuat
sebanyak mungkin sesuai bentu perencanaan pajak yang diinginan. Kadang
suatu rencana harus diubah mengingat adanya perubahan peraturan perundang-
undangan. Walaupun diperlukan penambahan biaya atau kemungkinan
keberhasilan sangat kecil. Sepanjang masih besar penghematan pajak yang bisa
diperoleh, rencana tersebut harus tetap dijalankan. Karena begaimanapun juga
kerugian yan ditanggung merupakan kerugian minimal.
Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara seperti dalam fungsi
manajemen yaitu
Plan: Merencananakan pajak yang akan dilakukan perencanaan, apa saja yang
harus dilakukan dan bagaimana prosesnya
Do: Melakukan apa yang telah dirancang sebelumnya tentang perencanaan pajak
Check: Sebelum masa pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) harus dicek lagi
apakah perencanaan pajak yang sudah dilakukan itu sudah sesuai dengan
rencana pajak, dan apakah perencanaan pajak yang sudah dilakukan itu
dipastikan tidak melanggar undang-undang. Apabila ada yang tidak sesuai maka
harus langsung diperbaiki dan direncanakan perencanaan yang lebih sesuai.
Action: Lakukan lagi perencanaan pajak yang sudah disempurnakan
Tax heaven untuk minimalkan pajak: tax heaven country memiliki beberapa
ciri yaitu memiliki tarif pajak yang rendah, tidak terlalu banyak peraturan,
dan sangat mudah untuk melakukan kewajiban perpajakan. Kita bisa
memanfaatkan negara-negara itu agar pajak yang harus dibayar tidak terlalu
besar dengan syarat tidak melanggar hukum yang ada di Indonesia.
Beberapa contoh negara tax heaven yaitu Swiss, Hong Kong, Amerika
Serikat, Singapura, Cayman Islan, Lusemburg, Jerman, Bahrain, dan Uni
Emirat Arab.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak tangguhan adalah beban pajak (deferred tax expense) atau manfaat pajak
(deferred tax income) yang dapat memberikan pengaruh menambah atau
mengurangi beban pajak tahun bersangkutan.. SAK yang mengatur masalah pajak
tangguhan terdapat pada PSAK 46 akuntansi pajak penghasilan.
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menjadi bahan refenrensi untuk penulisan makalah
terkait perencanaan pajak selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://binekas-wordpress
com.cdn.ampproject.org/v/s/binekas.wordpress.com/2017/03/22/tahapan-dalam-
perencanaan-
http://riskymahira.blogspot
.com/2013/01/tahapan-dalam-membuat-perencanaan-pajak.html?m=1