Anda di halaman 1dari 14

ASWAJA ANNAHDLIYAH

Nama : Khusna hidayatunni’mah


Kelas : Manajemen 2
Nim : 2020110078
Hari/tanggal : Senin, 12 oktober 2020
Fakultas ekonomi dan bisnis (manajemen)
A. Maksud akidah islamiyah
Aqidah adalah ajaran agama yang harus diyakini kebenaran 100% kebenarannya oleh
setiap penganutnya. aqidah agama Islam disebut aqidah islamiyah.Kata aqidah berasal
dari kata bahasa arab Al-‘aqdu yang berarti yaitu ar-rabth (ikatan), al-Ibraamal-
ihkam (pengesahan), (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu
biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan al-
itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin(keyakinan) dan al-
jazmu (penetapan).  Al-‘Aqdu” (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian,
pelepasan). Dan kata tersebut diambil dari kata kerja: ” ‘Aqadahu” “Ya’qiduhu”
(mengikatnya), ” ‘Aqdan” (ikatan sumpah), dan ” ‘Uqdatun Nikah” (ikatan menikah)
Allah Ta’ala berfirman, “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-
sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu
disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja …” (Al-Maa-idah : 89). Aqidah
disimpulkan berarti ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil
keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan
dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan
diutusnya pada Rasul. Aqidah memiliki nama lain di antaranya, at-Tauhid, as-Sunnah,
Ushuluddiin, al-Fiqbul Akbar, Asy-Syari’iah dan al-Iman.
makna ikatan ini kemudian digunakan untuk menyebut segala yang harus diyakini
dan diimani oleh penganut penganut agama karena aqidah ini mengikat segala perkara
yang diimani oleh penganutnya. bagi setiap muslim, aqidah mengikat segala ajaran
Islam yang harus diimani oleh setiap muslim. aqidah pula yang membuat muslim
terikat pada syariat Islam. selama dia mengaku muslim dan beriman, maka dia wajib
taat pada syariat islam. jika dia kafir dan tidak beriman lagi, maka dia tidak terikat
dan tidak harus tunduk pada syariat Islam.nama “aqidah” adalah istilah baru yang
dimulai dari para ulama setelah rasulullah dan para sahabat. pada masa rasulullah dan
sahabat, mereka belum menyebut nama “aqidah” tapi mereka menyebut dengan nama
“iman”.
beberapa istilah lain yang semakna atau hampir semakna dengan istilah aqidah yaitu
 Iman, iman itu menurut Jahmiah dan Asy’ariyah adalah membenarkan
dalam hati maka iman adalah sinonim dari aqidah.
 Tauhid artinya mengesakan. Ajaran tauhid adalah tema sentral aqidah dan
iman, oleh sebab itu aqidah dan iman diidentikkan juga dengan istilah
tauhid.
 Ushuluddin artinya pokok-pokok agama. Aqidah, iman dan tauhid disebut
juga ushuluddin karena ajaran aqidah merupakan pokok-pokok ajaran
agama islam.
 Ilmu Kalam, kalam artinya berbicara, atau pembicaraan.
 Fikih Akbar artinya fikih besar, istilah ini muncul berdasarkan pemahaman
bahwa tafaqquh fiddin yang diperintahkan Allah SWT dalam surah At-
taubah ayat 122, bukan hanya masalah fikih tentu dan lebih utama masalah
aqidah. Untuk membedakan dengan fikih dalam masalah hukum ditambah
denagn kata akbar, sehingga menjadi fikih akbar.
dasar dari aqidah islamiyah ada 6 yang disebut rukun iman. rukun iman tersebut
yaitu: Iman kepada Allah SWT, Iman kepada malaikat, Iman kepada kitab-kitab
suci, Iman kepada para nabi dan rasul, Iman kepada hari akhir dan Iman kepada
qadla dan qadar, baik dan buruknya berasal dari Allah. rukun iman di atas
diambil dari hadist yang tercantum dalam Arbain nawawi:
Umar bin Khaththab Radhiyallahu’anhu berkata:
Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang
sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas
perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera
duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan
meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata :
“Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau
bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah,
dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat;
menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke
Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau
benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”.
Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya;
kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah
yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”
Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah
kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak
melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Lelaki itu berkata lagi : “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?”
Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.”
Dia pun bertanya lagi : “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!”
Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika
engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa)
serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan
megah yang menjulang tinggi.”
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya
kepadaku : “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?”
Aku menjawab,”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia
adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR Muslim, no.
8].
hadist ini berderajat shahih, namun menurut jalur lain berderajat mutawatir.
oleh karena itu hadist ini diterima sebagai dalil aqidah walaupun dalil Aqidah
yang pasti benar adalah Al-qur’an dan hadist mutawatir.
Aqidah memiliki kedudukan yang paling penting dalam Islam karena aqidah
adalah dasar agama islam. aqidah menyangkut masalah iman dan kafir, surga dan
neraka, amal diterima atau ditolak. barang siapa beriman kepada aqidah
islamiyah, maka dia telah termasuk orang muslim dan dia berhak mendapatkan
kesempatan untuk masuk surga. selanjutnya dia berkewajiban taat dan beramal
sesuai syariat Islam.  amalnya juga akan diterima karena dia memiliki iman.
barang siapa yang mengingkari aqidah Islam walau sebagian, maka dia telah
kafir. dia akan masuk neraka selamanya kalau tidak bertaubat dan masuk Islam
lagi menyucikan keyakinannya. amal kebaikannya di dunia tidak akan diterima
Allah kalau dia tidak beriman. dia diancam akan masuk neraka selamanya dan
tidak akan bisa keluar darinya. tidak akan mati, tapi disiksa selamanya.
Oleh karena pentingnya kedudukan Aqidah, maka mempelajari Aqidah
Islamiyah menjadi sangat penting, bahkan terpenting walau bukan satu-satunya.
dengan mempelajari Aqidah islamiyah , seorang muslim akan memperkuat
imannya kepada Allah. jadi imannya tidak akan mudah goyah oleh godaan setan,
orang-orang, musibah dan lain-lain. dengan mempelajari Aqidah seorang muslim
akan memahami pemikiran Islam yang dalam, khas, cemerlang, unik dan mampu
menjelaskan segala sesuatu. dia akan memiliki pandangan hidup yang khas dan
berbeda dari yang lain. dia akan bisa membedakan mana muslim mana kafir,
mana yang sesuai Islam dan mana yang tidak. selanjutnya dia akan bisa memilah
lalu menentukan sikap, misalnya mengikuti budaya Islam dan menjauhi budaya
barat, yahudi, nasrani maupun orang-orang musyrik. dia akan mampu melawan
budaya kesyirikan, thaghut, jibt yang mengancam kemurnian aqidahnya.
Dengan mengaji, menuntut ilmu mengenai aqidah, seorang muslim akan
memperjelas aqidahnya. dia akan mampu memebedakan mana yang sesuai islam
dan mana yang tidak. dia akan tahu bahwa sesajen, larung saji, jimat, weton,
primbon, hosorkop, astrologi, semua itu syirik. semua budaya di luar Islam itu
tidak sesuai Islam. jadi dia akan mampu menjaga diri dari semua godaan dan
ancaman keyakinan-keyakinan di luar Islam tersebut. dia juga tidak akan
berkeyakinan syirik, berdoa kepada selain Allah, bergantung dan taat kepada
selain Allah, Tuhannya yang hakiki. jadi mempelajari Aqidah itu kewajiban
nomor satu. yang lain mengikuti.
B. Akidah 50 (akidah tentang sifat wajib, mustahil, jaiz bagi allah serta nabi ) dalil dan
argumentasinya.
Jumlah aqidah ada 50 karena terdiri atas:
1) Sifat wajib bagi Allah Swt. (20)
2) Sifat mustahil bagi Allah Swt. (20)
3) Sifat jaiz bagi Allah Swt. (1)
4) Sifat wajib bagi Rasul Allah Swt. (4)
5) Sifat mustahil bagi Rasul Allah Swt. (4)
6) Sifat jaiz bagi Rasul Allah Swt. (1)
50 aqidah (aqo'id) itulah yang kemudian dikelompokkan menjadi dua bagian
besar dalam Ilmu Tauhid, yakni:
1) Aqidah Ilahiyyah (‫ )عقيدة الهية‬dan
2) Aqidah Nubuwwiyah (‫)عقيدة نبوية‬.
1. Sifat wajib bagi allah (20 sifat)
1) Wujud (Ada) - ‫ﻭﺟﻮﺩ‬
Adanya Allah itu bukan karena ada yang menciptakan-Nya, tetapi Allah itu
ada dengan zat-Nya sendiri.

Dalilnya ada dalam Surat As-Sajdah: 4, berikut ini:


‫ش ۖ َما لَ ُك ْم ِم ْن دُونِ ِه ِم ْن‬ ِ ْ‫ض َو َما بَ ْينَهُ َما فِي ِستَّ ِة أَي ٍَّام ثُ َّم ا ْستَ َو ٰى َعلَى ْال َعر‬ َ ْ‫ت َواأْل َر‬ َ َ‫هَّللا ُ الَّ ِذي َخل‬
ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬
َ‫يع ۚ أَفَاَل تَتَ َذ َّكرُون‬
ٍ ِ‫َولِ ٍّي َواَل َشف‬
Artinya:
"Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak ada
bagi kamu selain dari pada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang
pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" (QS. As-Sajdah: 4)
2) Qidam (Dahulu/Awal) - ‫ﻗﺪﻡ‬
Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah sebagai Pencipta yang lebih dulu
Ada daripada semesta alam (yang Dia ciptakan).Dalilnya ada dalam Al-Qur'an
Surat Al-Hadid ayat 3 yang berbunyi,
‫اطنُ ۖ َوه َُو بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِي ٌم‬ ِ َ‫هُ َو اأْل َ َّو ُل َواآْل ِخ ُر َوالظَّا ِه ُر َو ْالب‬
Artinya:
"Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu" (QS. Al-Hadid: 3).
3) Baqa (Kekal) - ‫ﺑﻘﺎﺀ‬
Allah merupakan suatu zat yang Abadi dan Kekal Selamanya karena Allah
Swt. bersifat Baqa' (Kekal).Dalilnya bisa Anda baca dalam Al-Qur'an surat
Qashas ayat 88, yang berbunyi,
ٌ ِ‫ع َم َع هَّللا ِ إِ ٰلَهًا آ َخ َر ۘ اَل إِ ٰلَهَ إِاَّل هُ َو ۚ ُكلُّ َش ْي ٍء هَال‬
َ‫ك إِاَّل َوجْ هَهُ ۚ لَهُ ْال ُح ْك ُم َوإِلَ ْي ِه تُرْ َجعُون‬ ُ ‫َواَل تَ ْد‬
Artinya:
"Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang
lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu
pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya kepada-
Nya-lah kamu dikembalikan" (QS. Qashas: 88).
4) Mukhalafatuhu Lilhawadith (berbeda dengan ciptaan-Nya) - ‫ﻣﺨﺎﻟﻔﺘﻪ ﻟﻠﺤﻮﺍﺩﺙ‬
Sifat ini menunjukkan bahwa Allah Swt. berbeda dengan yang Dia ciptakan,
tidak ada hal di dunia ini yang menyerupainya. Dalilnya, bisa Anda baca dalam
ayat di bawah ini:

‫ْس َك ِم ْثلِ ِه‬


َ ‫ض ۚ َج َع َل لَ ُك ْم ِم ْن أَ ْنفُ ِس ُك ْم أَ ْز َواجًا َو ِمنَ اأْل َ ْن َع ِام أَ ْز َواجًا ۖ يَ ْذ َر ُؤ ُك ْم فِي ِه ۚ لَي‬
ِ ْ‫ت َواأْل َر‬
ِ ‫فَا ِط ُر ال َّس َما َوا‬
ْ
ِ َ‫َش ْي ٌء ۖ َوهُ َو ال َّس ِمي ُع الب‬
‫صي ُر‬
Artinya:
"(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu
sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan
(pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan
Melihat". (QS. Asy-Syuro: 11)
5) Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri Sendiri) - ‫ﻗﻴﺎﻣﻪ ﺑﻨﻔﺴﻪ‬
Artinya, bahwa Allah Swt. berdiri dengan zat sendiri tanpa membutuhkan
bantuan yang lain. Maksudnya, keberadaan Allah Swt. itu ada dengan sendirinya
tidak ada yang mengadakan atau menciptakan. Contohnya, Allah Swt.
menciptakan alam semesta ini karena kehendak sendiri tanpa pertolongan
siapapun.Dalil sifat Allah qiyamuhu binafsihi, bacalah arti Surat Al-Ankabut ini:

َ‫َو َم ْن َجاهَ َد فَإِنَّ َما يُ َجا ِه ُد لِنَ ْف ِس ِه ۚ إِ َّن هَّللا َ لَ َغنِ ٌّي ع َِن ْال َعالَ ِمين‬

Artinya:
"Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk
dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) dari semesta alam". (QS. Al-Ankabut:6)
6) Wahdaniyyah (Tunggal/Esa) – ‫وحدانية‬
Artinya bahwa Allah Swt. adalah Tuhan Yang Maha Esa, baik itu Esa zat-
Nya, sifat-Nya, maupun perbuatannya. Esa zat-Nya maksudnya zat Allah
bukanlah hasil dari penjumlahan dan perkiraan atau penyatuan satu unsur dengan
unsur yang lain. Esa sifat-Nya artinya semua sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah
Swt. tidak sama dengan sifat-sifat pada mahluk yang diciptakan Nya. Esa
perbuatan-Nya berarti Allah Swt. berbuat sesuatu tidak dicampuri oleh perbuatan
mahluk lain dan tanpa membutuhkan proses atau waktu. Allah Swt. berbuat
karena kehendak-Nya sendiri tanpa ada yang bisa mencampurinya. Dalil
sifat wahdaniyah Allah Swt. ada dalam Surat Al-Anbiya' ayat 22 di bawah ini:

َ‫صفُون‬ ِ ْ‫لَوْ َكانَ فِي ِه َما آلِهَةٌ ِإاَّل هَّللا ُ لَفَ َس َدتَا ۚ فَ ُس ْب َحانَ هَّللا ِ َربِّ ْال َعر‬
ِ َ‫ش َع َّما ي‬
Artinya:
"Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya
itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada
apa yang mereka sifatkan". (QS. Al Anbiya: 22).
7) Qudrat (Berkuasa) - ‫ﻗﺪﺭﺓ‬
Kekuasaan Allah Swt., atas segala sesuatu itu mutlak, tidak ada batasnya dan
tidak ada yang membatasi, baik terhadap zat-Nya sendiri maupun terhadap
makhluk-Nya. Berbeda dengan kekuasaan manusia ada batasnya dan ada yang
membatasi. Dalil, silakan buka Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 20 di bawah ini:

ْ َ‫ضا َء لَهُ ْم َم َشوْ ا فِي ِه َوإِ َذا أ‬


َ ‫ظلَ َم َعلَ ْي ِه ْم قَا ُموا ۚ َولَوْ َشا َء هَّللا ُ لَ َذه‬
‫َب‬ َ َ‫ارهُ ْم ۖ ُكلَّ َما أ‬
َ ‫ص‬َ ‫ق يَ ْخطَفُ أَ ْب‬
ُ ْ‫يَ َكا ُد ْالبَر‬
ُ ‫هَّللا‬
‫ار ِه ْم ۚ إِ َّن َ َعلَ ٰى كلِّ َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر‬ ِ ‫ْص‬ َ
َ ‫بِ َس ْم ِع ِه ْم َوأب‬

Artinya:
"Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu
menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa
mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan
pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala
sesuatu". (QS. Al-Baqarah: 20)
8) Iradah (berkehendak) - ‫ﺇﺭﺍﺩﺓ‬
Artinya, Allah Swt. telah menciptakan alam semesta beserta isinya atas
kehendak-Nya sendiri, tanpa ada campur tangan dari pihak lain. Apapun yang
Allah Swt. kehendakin pasti akan terjadi. Dalil sifat iradah Allah Swt. ada dalam
Al-Qur'an surat Hud ayat 107:

َ َّ‫ات َواأْل َرْ ضُ إِاَّل َما َشا َء َربُّكَ ۚ إِ َّن َرب‬


‫ك فَعَّا ٌل لِ َما ي ُِري ُد‬ ُ ‫او‬ ِ ‫خَ الِ ِدينَ فِيهَا َما دَا َم‬
َ ‫ت ال َّس َم‬

Artinya:
"...mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu
menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa
yang Dia kehendaki". (QS. Hud: 107)
9) Ilmu (Mengetahui) - ‫ﻋﻠﻢ‬
Allah Swt. memiliki pengetahuan dan kepandaian akan segala hal, artinya
ilmu Allah tidak terbatas dan tidak pula dibatasi. Allah SWT mengetahui segala
sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang tampak maupun yang gaib. Bahkan,
apa yang dirahasiakan didalam hati manusia sekali pun. Simak dalil sifat Ilmu-
Nya Allah Swt dalam surat Al-Baqarah ayat 29,

ِ َ‫هُ َو اأْل َ َّو ُل َواآْل ِخ ُر َوالظَّا ِه ُر َو ْالب‬


‫اطنُ ۖ َوه َُو بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِي ٌم‬

Artinya:
"Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu". (QS. Al-Baqarah: 29).
10) Hayat (Hidup) - ‫ﺣﻴﺎﺓ‬
Artinya Hidupnya Allah tidak ada yang menghidupkannya melainkan hidup
dengan zat-Nya sendiri karena Allah Maha Sempurna, berbeda dengan makhluk
yang diciptakan-Nya. Dalilnya bisa Anda simak dalam Al-Qur'an surat Al-Furqan
ayat 58,

ُ ‫َوتَ َو َّكلْ َعلَى ْال َح ِّي الَّ ِذي اَل يَ ُم‬


ِ ‫وت َو َسبِّحْ بِ َح ْم ِد ِه ۚ َو َكفَ ٰى بِ ِه بِ ُذنُو‬
‫ب ِعبَا ِد ِه َخبِيرًا‬

Artinya:
"Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan
bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa
hamba-hamba-Nya". (QS. Al-Furqon: 58)
11) Sama’ (Mendengar) - ‫ﺳﻤﻊ‬
Artinya, Allah Swt. dapat mendengar semua suara yang ada di alam semesta.
Tidak ada suara yang terlepas dari pendengaran Allah Swt. walaupun suara itu
sangat pelan. Pendengaran Allah Swt. berbeda dengan pendengaran ciptaan-Nya
karena Dia tidak terhalang oleh suatu apapun. Sedangkan pendengaran ciptaan-
Nya dibatasi oleh ruang dan waktu. Dalil naqli sifat sama' Allah Swt. tercantum
dalam Al-Qur'an surat Al-Ma'idah ayat 76,

‫ض ًّرا َواَل نَ ْفعًا ۚ َوهَّللا ُ هُ َو ال َّس ِمي ُع ْال َعلِي ُم‬ ¾َ ‫قُلْ أَتَ ْعبُد‬
ُ ِ‫ُون ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ َما اَل يَ ْمل‬
َ ‫ك لَ ُك ْم‬

Artinya:
"Katakanlah: "Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang
tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?"
Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al Maidah:
76)
12) Bashar ( Melihat ) - ‫ﺑﺼﺮ‬
Allah Swt. itu Maha Melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini.
Penglihatan Allah Swt. bersifat mutlak. Artinya tidak dibatasi oleh jarak dan tidak
dapat dihalangi oleh penghalang (misalnya dinding dan tabir, dll). Dalil sifat Allah
Bashar terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 265,

ْ ‫صابَهَا َوابِ ٌل فَآت‬


‫َت‬ َ َ‫ت هَّللا ِ َوت َْثبِيتًا ِم ْن أَ ْنفُ ِس ِه ْم َك َمثَ ِل َجنَّ ٍة بِ َرب َْو ٍة أ‬ َ ْ‫َو َمثَ ُل الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ أَ ْم َوالَهُ ُم ا ْبتِغَا َء َمر‬
ِ ‫ضا‬
ُ ‫هَّللا‬
ِ َ‫ص ْبهَا َوابِ ٌل فَطَ ٌّل ۗ َو ُ بِ َما تَ ْع َملونَ ب‬
‫صي ٌر‬ ِ ُ‫ض ْعفَي ِْن فَإ ِ ْن لَ ْم ي‬ ِ ‫أ ُكلَهَا‬ ُ

Artinya:
"Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari
keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang
terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu
menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka
hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat".
(QS. Al-Baqarah: 265)
13) Kalam (Berbicara/Berfirman) - ‫ﻛﻼ ﻡ‬
Artinya, Allah Swt itu Maha Kalam, artinya Allah berfirman dalam kitab-Nya
yang diturunkan kepada para Nabi dan rasul-Nya. Pembicaraan Allah Swt. tentu
tidak sama dengan pembicaraan manusia karena Allah Swt. tidak berorgan (panca
indra), seperti lidah dan mulut yang dimiliki oleh manusia. Allah Swt. berbicara
tanpa menggunkan alat bantu yang berbentuk apapun sebab sifat kalam Allah
sangat sempurna. Dalil sifat Kalam Allah Swt, terdapat dalam Al-Qur'an surat An-
Nisa' ayat 164:

‫ك ِم ْن قَ ْب ُل َو ُر ُساًل لَ ْم نَ ْقصُصْ هُ ْم َعلَ ْيكَ ۚ َو َكلَّ َم هَّللا ُ ُمو َس ٰى تَ ْكلِي ًما‬ َ َ‫َو ُر ُساًل قَ ْد ق‬
َ ‫صصْ نَاهُ ْم َعلَ ْي‬

Artinya:
"Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan
tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan
tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan
langsung". (QS. AnNisa’: 164)
14) Kaunuhu Qadiran - ‫ﻛﻮﻧﻪ ﻗﺎﺩﺭﺍ‬
Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan dan Meniadakan
suatu apapun. Dalil sifat Allah kaunuhu qadiran terdapat dalam Al-Qur'an surat
Al-Baqarah ayat 20:

ْ َ‫ضا َء لَهُ ْم َم َشوْ ا فِي ِه َوإِ َذا أ‬


َ ‫ظلَ َم َعلَ ْي ِه ْم قَا ُموا ۚ َولَوْ َشا َء هَّللا ُ لَ َذه‬
‫َب‬ َ َ‫ارهُ ْم ۖ ُكلَّ َما أ‬
َ ‫ص‬َ ‫ق يَ ْخطَفُ أَ ْب‬
ُ ْ‫يَ َكا ُد ْالبَر‬
‫هَّللا‬
‫ار ِه ْم ۚ إِ َّن َ َعلَ ٰى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر‬ ِ ‫ْص‬ َ
َ ‫بِ َس ْم ِع ِه ْم َوأب‬

Artinya:
"Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu
menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa
mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan
pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala
sesuatu". (QS. Al Baqarah: 20).
15) Kaunuhu Muridan - ‫ﻛﻮﻧﻪ ﻣﺮﻳﺪﺍ‬
Yakni Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap
sesuatu. Dia berkehendak atas nasib dan takdir manusia. Dalilnya ada dalam Al-
Qur'an surat Hud ayat 107,
َ َّ‫ات َواأْل َرْ ضُ إِاَّل َما َشا َء َربُّكَ ۚ إِ َّن َرب‬
‫ك فَعَّا ٌل لِ َما ي ُِري ُد‬ ُ ‫او‬ ِ ‫خَ الِ ِدينَ فِيهَا َما دَا َم‬
َ ‫ت ال َّس َم‬

Artinya:
".....mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu
menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa
yang Dia kehendaki". (QS. Hud: 107)
16) Kaunuhu ‘Aliman - ‫ﻛﻮﻧﻪ ﻋﺎﻟﻤﺎ‬
Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui tiap-tiap sesuatu. Mengetahui
segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi. Allah Swt. pun dapat
mengetahui isi hati dan pikiran manusia. Simak dalil sifat Allah Swt. yang
kaunuhu aliman dalam Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 176:

‫ت فَلَهَا نِصْ فُ َما تَ َركَ ۚ َوهُ َو يَ ِرثُهَا‬ ٌ ‫ْس لَهُ َولَ ٌد َولَهُ أُ ْخ‬ َ ‫ك قُ ِل هَّللا ُ يُ ْفتِي ُك ْم فِي ْالكَاَل لَ ِة ۚ إِ ِن ا ْم ُر ٌؤ هَلَكَ لَي‬ َ َ‫يَ ْستَ ْفتُون‬
ِّ‫ك ۚ َوإِ ْن َكانُوا إِ ْخ َوةً ِر َجااًل َونِ َسا ًء فَلِل َّذ َك ِر ِم ْث ُل َحظ‬ َ ‫إِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن لَهَا َولَ ٌد ۚ فَإ ِ ْن َكانَتَا ْاثنَتَي ِْن فَلَهُ َما الثُّلُثَا ِن ِم َّما تَ َر‬
َ ُ ‫هَّللا‬
‫ضلوا ۗ َو ُ بِك ِّل ش ْي ٍء َعلِي ٌم‬ ُّ ْ َ ُ
ِ َ‫ُ لك ْم أن ت‬ َ ‫هَّللا‬ ُ‫ن‬ِّ‫اأْل ُ ْنثَيَي ِْن ۗ يُبَي‬

Artinya :
"Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi
fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia
tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi
saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan
saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia
tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi
keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika
mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, maka
bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara
perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat.
Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu". (QS. An Nisa’: 176)
17) Kaunuhu Hayyan - ‫ﻛﻮﻧﻪ ﺣﻴﺎ‬
Yakni Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup. Allah adalah Dzat Yang Hidup.
Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun lengah. Dalil sifat
Allah kaunuhu hayyan terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-Furqan ayat 58, 

ُ ‫َوتَ َو َّكلْ َعلَى ْال َح ِّي الَّ ِذي اَل يَ ُم‬


ِ ‫وت َو َسبِّحْ بِ َح ْم ِد ِه ۚ َو َكفَ ٰى بِ ِه بِ ُذنُو‬
‫ب ِعبَا ِد ِه َخبِيرًا‬

Artinya:
"Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan
bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa
hamba-hamba-Nya". (QS. Al Furqon: 58)
18) Kaunuhu Sami’an - ‫ﻛﻮﻧﻪ ﺳﻤﻴﻌﺎ‬
Artinya, Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar. Allah Swt. selalu mendengar
pembicaraan manusia, permintaan atau doa hamba-Nya. Dalil sifat Allah kaunuhu
sami'an ada dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 265 juga, berikut ini:

ْ ‫صابَهَا َوابِ ٌل فَآت‬


‫َت‬ َ َ‫ت هَّللا ِ َوت َْثبِيتًا ِم ْن أَ ْنفُ ِس ِه ْم َك َمثَ ِل َجنَّ ٍة بِ َرب َْو ٍة أ‬ َ ْ‫َو َمثَ ُل الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ أَ ْم َوالَهُ ُم ا ْبتِغَا َء َمر‬
ِ ‫ضا‬
ِ َ‫ص ْبهَا َوابِ ٌل فَطَ ٌّل ۗ َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬
‫صي ٌر‬ ِ ُ‫ض ْعفَي ِْن فَإ ِ ْن لَ ْم ي‬ ِ ‫أُ ُكلَهَا‬

Artinya:
"Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari
keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang
terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu
menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka
hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat".
(QS. Al-Baqarah: 265).
19) Kaunuhu Basirun - ‫ﻛﻮﻧﻪ ﺑﺼﻴﺭﺍ‬
Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap
yang maujudat (benda yang ada). Allah Swt. selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh
karena itu, hendaknya kita selalu berbuat baik.

Dalinya,

َ‫صي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬ ِ ْ‫ت َواأْل َر‬


ِ َ‫ض ۚ َوهَّللا ُ ب‬ َ ‫إِ َّن هَّللا َ يَ ْعلَ ُم َغي‬
َ ‫ْب ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬

Artinya:
"Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan". (QS. Al Hujurat: 18)
20) Kaunuhu Mutakallimun - ‫ﻛﻮﻧﻪ ﻣﺘﻜﻠﻤﺎ‬
Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata, Allah tidak bisu. Dia berbicara
atau berfirman melalui ayat-ayat Al-Quran. Bila Al-Quran telah kita jaikan
pedoman hidup, maka kita telah patuh dan tunduk terhadap Allah Swt.

2. Sifat-sifat Mustahil bagi Allah Swt


Sifat mustahil bagi Allah Swt adalah kebalikan dari 20 sifat wajib bagi Allah Swt.
yang arti dan dalilnya sudah diterangkan di atas. Berikut ini adalah sifat mustahil,
yakni sifat-sifat yang tidak mungkin dimiliki Allah Swt karena Allah Swt. sudah
memiliki sifat wajib 20 seperti tertuang di atas:
1) ‘Adam - ‫ ﻋﺪﻡ‬artinya tiada (bisa mati)
2) Huduth - ‫ ﺣﺪﻭﺙ‬artinya baharu (bisa di perbaharui)
3) Fana’ - ‫ ﻓﻨﺎﺀ‬artinya binasa (tidak kekal / bisa mati)
4) Mumathalatuhu Lilhawadith - ‫ ﻣﻤﺎﺛﻠﺘﻪ ﻟﻠﺤﻮﺍﺩﺙ‬artinya menyerupai akan makhlukNya.
5) Qiyamuhu Bighairih - ‫ ﻗﻴﺎﻣﻪ ﺑﻐﻴﺮﻩ‬artinya berdiri dengan yang lain (ada kerjasama)
6) Ta’addud - ‫ ﺗﻌﺪﺩ‬artinya berbilang – bilang / banyak (lebih dari satu).
7) ‘Ajz - ‫ ﻋﺟﺰ‬artinya lemah (tidak kuat).
8) Karahah - ‫ ﻛﺮﺍﻫﻪ‬artinya terpaksa (bisa di paksa) / Tertegah (tidak bisa
menentukan).
9) Jahlun - ‫ ﺟﻬﻞ‬artinya jahil (bodoh).
10) Maut - ‫ ﺍﻟﻤﻮﺕ‬artinya mati (bisa mati).
11) Shamam - ‫ ﺍﻟﺻمم‬artinya tuli.
12) ‘Umyun - ‫ ﺍﻟﻌﻤﻲ‬artinya buta.
13) Bukmu - ‫ ﺍﻟﺑﻜﻢ‬artinya bisu.
14) Kaunuhu ‘Ajizan - ‫ ﻛﻮﻧﻪ ﻋﺎﺟﺰﺍ‬artinya Keadaannya yang Lemah
15) Kaunuhu Karihan - ‫ ﻛﻮﻧﻪ مكرها‬artinya Keadaannya yang Terpaksa.
16) Kaunuhu Jahilan - ‫ ﻛﻮﻧﻪ ﺟﺎﻫﻼ‬artinya Keadaannya yang Bodoh.
17) Kaunuhu Mayyitan - ‫ ﻛﻮﻧﻪ ﻣﻴﺘﺎ‬artinya Keadaannya yang Mati.
18) Kaunuhu Asham - ‫ ﻛﻮﻧﻪ ﺃﺻﻢ‬artinya Keadaanya yang Tuli.
19) Kaunuhu A’ma - ‫ ﻛﻮﻧﻪ ﺃﻋﻤﻰ‬artinya Keadaannya yang Buta.
20) Kaunuhu Abkama - ‫ ﻛﻮﻧﻪ ﺃﺑﻜﻢ‬artinya Keadaannya yang Bisu.

Dua puluh sifat yang wajib bagi Allah tersebut di atas dibagi kepada empat bagian, yakni:
1. Sifat Nafsiyyah. Artinya: Sifat yang tidak bisa difahami Dzat Allah tanpa adanya sifat.
Sifat Nafsiyyah ini hanya satu sifat, yaitu: sifat Wujud.
2. Sifat Salbiyyah. Artinya: Sifat yang tidak pantas adanya di Dzat Allah Swt.
Sifat Salbiyyah ini jumlahnya ada lima sifat, yaitu: Qidam, Baqa, Mukhalafah lil
Hawaditsi, Qiyamuhu bin Nafsi, dan Wahdaniyyah.
3. Sifat Ma'ani. Artinya: Sifat yang tetap dan pantas di Dzat Allah dengan
kesempurnaan-Nya. Sifat Ma'ani ini jumlahnya ada tujuh sifat, yaitu: Qudrat, Iradat,
Ilmu, Hayat, Sama', Bashar, dan Kalam.
4. Sifat Ma'nawiyah. Artinya: Sifat yang merupakan cabang dari sifat Ma'ani.
Sifat Ma'nawiyah ini jumlahnya ada tujuh sifat, yaitu: Kaunuhu Qadiran, Kaunuhu
Muridan, Kaunuhu 'Aliman, Kaunuhu Hayyan, Kaunuhu Sami'an, Kaunuhu Bashiran,
dan Kaunuhu Mutakalliman.
3. Sifat Jaiz bagi Allah Swt.
Artinya ialah sifat yang boleh ada dan boleh tidak ada pada Allah Swt. Sifat
Jaiz Allah itu hanya satu, yaitu bahwa Allah boleh melakukan segala sesuatu yang
mungkin dn tidak mungkin melakukannya. Adapun dalilnya adalah:

َ ‫ع ْال ُم ْل‬
َ ‫ك ِم َّم ْن تَ َشا ُء َوتُ ِع ُّز َم ْن تَ َشا ُء َوتُ ِذلُّ َم ْن تَ َشا ُء ۖ بِيَ ِد‬
‫ك‬ َ ‫ك تُ ْؤتِي ْال ُم ْل‬
ُ ‫ك َم ْن تَ َشا ُء َوتَ ْن ِز‬ ِ ‫قُ ِل اللَّهُ َّم َمالِكَ ْال ُم ْل‬
‫ك َعلَ ٰى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِدير‬ َ َّ‫ْال َخ ْي ُر ۖ إِن‬

Artinya:
"Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan
kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS. Ali Imran: 26).

َ‫ق َما يَ َشا ُء َويَ ْختَا ُر ۗ َما َكانَ لَهُ ُم ْال ِخيَ َرةُ ۚ ُس ْب َحانَ هَّللا ِ َوتَ َعالَ ٰى َع َّما يُ ْش ِر ُكون‬
ُ ُ‫ك يَ ْخل‬
َ ُّ‫َو َرب‬

Artinya:
"Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali
tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang
mereka persekutukan (dengan Dia)" (QS. Al-Qhashash: 68).

4. Sifat Wajib bagi Rasul Allah

1. Shidiq (Jujur)

ْ ‫َو َمآ آتَا ُك ُم ال َّرسُو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَا ُك ْم َع ْنهُ فَانتَه‬


‫ُوا‬

Artinya:
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah". (QS. Al-Hasyr: 7)

2. Amanah (Dipercaya)

ٌ ‫إِنِّي لَ ُك ْم َرسُو ٌل أَ ِم‬


‫ين‬

Artinya:
“Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu”.
(QS. Asy-Syuara’: 143)

3. Tabligh (Menyampaikan)

ً ‫ت هَّللا ِ َويَ ْخ َشوْ نَهُ َوالَ يَ ْخ َشوْ نَ أَ َحداً إِالَّ هَّللا َ َو َكفَى بِاهَّلل ِ َح ِسيبا‬
ِ َ‫الَّ ِذينَ يُبَلِّ ُغونَ ِر َساال‬

Artinya:
"Allah berfirman, “(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah,
mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun)
selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.” (QS. Al-
Ahzab: 39)

4. Fathanah (Cerdas)

‫َوتِ ْلكَ ُح َّجتُنَآ آتَ ْينَاهَآ إِب َْرا ِهي َم َعلَى قَوْ ِم ِه‬

Artinya:
"Allah berfirman: “Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk
menghadapi kaumnya.” (QS. Al-An’am: 83)

5. Sifat Mustahil bagi Rasul Allah


1. Kidzib (Bohong)
2. Khianah (Berkhianat atau tidak dipercaya)
3. Kitman (Menyembunyikan)
4. Baladah (Bodoh).

6. Sifat Jaiz bagi Rasul Allah Swt.


Sifat jaiz Rasul Allah Swt. adalah semua sifat kemanusiaan yang ada pada diri
Rasul sebagai seorang manusia dan tidak mengurangi kedudukannya sebagai utusan
Allah Swt. Sifat jaiz tersebut ada pada diri rasul dan juga ada pada diri manusia biasa.
Sifat tersebut antara lain adalah seperti rasa lapar, haus, sakit, tidur, sedih, senang,
berkeluarga dan lain sebagainya. Bahkan seorang Rasul tetap meninggal dunia karena
mereka adalah seorang manusia yang diciptakan oleh Allah Swt. Dalilnya sebagai
berikut:

‫َوقَا َل ْال َمأَل ُ ِم ْن قَوْ ِم ِه الَّ ِذينَ َكفَرُوا َو َك َّذبُوا بِلِقَا ِء اآْل ِخ َر ِة َوأَ ْت َر ْفنَاهُ ْم فِي ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َما ٰهَ َذا إِاَّل بَ َش ٌر ِم ْثلُ ُك ْم‬
َ‫يَأْ ُك ُل ِم َّما تَأْ ُكلُونَ ِم ْنهُ َويَ ْش َربُ ِم َّما تَ ْش َربُون‬

Artinya:
"Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang
mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan
mereka dalam kehidupan di dunia: "(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti
kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu
minum". (QS. Al-Mu’minun: 33).
C. Amaliyah yang di persepsikan bid’ah akidah (Tawassul,Istighotsah, Tabarruk, percaya
siksa kubur, syafaat )
1. Tawasul
Arti Tawassul adalah mendekatkan diri atau memohon kepada Allah SWT
dengan melalui wasilah (perantara) yang memiliki kedudukan baik di sisi Allah
SWT.  Wasilah yang digunakan bisa berupa nama dan sifat Allah SWT, amal
shaleh yang kita lakukan, dzat serta kedudukan para nabi dan orang shaleh, atau
bisa juga dengan meminta doa kepada hamba-Nya yang sholeh. Allah SWT
berfirman :

‫َوا ْبتَ ُغوا إِلَ ْي ِه ْال َو ِسي َل‬


Artinya : Dan carilah jalan yang mendekatkan diri (Wasilah) kepada-Nya. (Al-
Maidah:35). Menurut Jumhur Ahlus Sunnah Wal-Jamaah, tawassul dengan segala
ragamnya adalah perbuatan yang dibolehkan atau dianjurkan
2. Istighosah
Istighotsah adalah meminta pertolongan ketika keadaan sukar dan
sulit. Istighosah termasuk do'a. Namun do'a sifatnya lebih umum karena do'a
mencakup isti'adzah (meminta perlindungan sebelum datang bencana)
dan istighosah (meminta dihilangkan bencana).
3. Tabaruk
Tabaruk atau ngalap berkah merupakan salah satu bentuk praktik tawasul yang
diperintahkan di dalam Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 35. Dari situ, praktik
tabaruk merupakan salah satu doa kepada Allah melalui perantara lahiriah berupa
jejak, tempat, atau orang secara pribadi. Pengertian tabaruk ini yang menurut
Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas Al-Hasani Al-Maliki kerap disalahpahami
banyak orang.

‫ ينبغي أن نعلم أن التبرك ليس هو إال‬،‫ بل بمشروعيته‬،‫وقبل أن نبيّن األدلة والشواهد الناطقة بجواز ذلك‬
‫توسال إلى هللا سبحانه وتعالى بذلك المتبرَّك به سواء أكان أثرا أو مكانا أو شخص‬

Artinya, “Sebelum menjelaskan dalil dan bukti yang berbicara yang


membolehkan bahkan mensyariatkan praktik ini, seyogianya kita menyadari bahwa
tabarruk atau ngalap berkah itu tidak lain adalah salah satu bentuk tawasul atau
wasilah kepada Allah melalui sesuatu pengantar keberkahan baik itu jejak atau
bekas, tempat, maupun manusia secara pribadi,” (Lihat Sayyid Muhammad bin
Alwi bin Abbas Al-Hasani Al-Maliki, Mafahim Yajibu an Tushahhah, [Surabaya:
Haiatus Shafwah Al-Malikiyyah, tanpa catatan tahun], halaman 232). Kalau
tabaruk adalah salah satu bentuk tawasul, maka tasawul sendiri adalah mubah.
Hanya saja yang perlu dipahami bahwa segala sesuatu baik itu manusia, jejak,
tempat tertentu, atau apapun itu tidak bisa mendatangkan maslahat dan menolak
mafsadat. Yang kuasa mendatangkan maslahat dan menolak mafsadat hanyalah
Allah SWT.
4. Percaya siksa kubur
Demikian juga persoalan siksa kubur termasuk masalah gha>ib dan dalam hal
ini manusia harus mayakini keberadaannya. Allah menjelaskan betapa siksa yang
dialami Fir‟aun dalam kehidupan alam kubur atau alam barzakh dalam firmannya-
Nya :
Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang. Dan pada hari
kiamat diperintahkan kepada malaikat:”masukkanlah Fir‟aun dan kaumnya ke
dalam azab yang sangat keras. Siksa kubur terjadi manakala seseorang mengalami
kematian. Dan arti kematian bukanlah kesirnaan dan kemusnahan. Kematian
hanyalah peralihan dari satu alam ke alam lain, dan dari satu tahap kehidupan ke
tahap kehidupan lain. Setelah kematian, kehidupan manusia berlanjut meski
bentuknya berbeda.
Setelah manusia itu mati, kemudian setelah ruh itu berpisah dari tubuh
manusia, maka ruh itu kembali kepada keadaannya semula, yaitu keadaan sebelum
ruh menjelma ke dalam tubuh, dalam arti tidak dapat dilihat dan diraba, tidak
mempunyai gaya berat dan sebagainya. Dan kemudian ruh itu akan hidup terus
menerus di alam barzakh sampai datangnya hari kiamat.
Akan tetapi, Atehis dan Zindiq mengingkari adanya siksa kubur, kelapangan
dan kesempitan alam kuburnya, dan keadaannya sebagaimana lubang api dan
taman surga. Dengan alasan, orang-orang tersebut pernah membongkar kuburan
dan tidak didapatkannya para malaikat yang memukuli mayat dengan alat pemukul
dari besi, keduanya juga mendapatkan keadaan seperti keadaan semula, yang
katanya mayat dapat memandang sejauh kemampuan memandang atau kuburnya
disempitkan, tetapi ternyata luas liang lahat yang telah digali tidak menjadi luas
dan tidak pula berkurang (menyempit).

5. Secara harfiah, syafaat berarti pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada
orang lain yang mengharapkan pertolongannya; usaha dalam memberikan suatu
manfaat bagi orang lain atau mengelakkan suatu mudharat bagi orang lain.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya,"Barangsiapa yang
memberikan syafaat yang baik, niscaya ia akan memperoleh bagian (pahala)
daripadanya. Dan barangsiapa yang memberi syafaat yang buruk, niscaya ia akan
memikul bagian (dosa) daripadanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS
An Nisaa [4]:85)

Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Musa al-Asy'aru


dikatakan jika Nabi Muhammad SAW kedatangan seseorang yang berhajat
(berkepentingan), beliau berkata kepada para sahabat,"Berilah syafaat
(pertolongan) supaya kamu mendapat pahala dan Allah akan memutuskan melalui
lidah nabi-Nya apa yang Dia kehendaki. Istilah syafaat terkenal di kalangan ahli
kalam. Dalam kalam, syafaat berarti pertolongan yang diberikan Nabi SAW
kepada umatnya di hari kiamat untuk mendapatkan keringanan atau kebebasan dari
hukuman Allah SWT. Syafaat itu hanya akan berhasil apabila Allah SWT
memberikannya akan mengizinkannya.

Allah SWT berfirman yang artinya,"...siapakah yang dapat memberi syafaat di


sisi Allah tanpa izin-Nya." (QS Al-Baqarah [2]:255. "Pada hari itu (hari kiamat)
tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Yang Maha Pemurah
telah memberikan memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya."
(QS Thaha [20]:109) dan, "Katakanlah, hanya kepunyaan Allah syafaat itu
semuanya.."(QS Az-Zumar [39]:44)

Izin yang diberikan Allah kepada Rasulullah untuk memberikan syafaat


kepada siapa yang dikehendaki-Nya itu telah diyakini oleh umat Islam. Imam
Nawawi berpendapat bahwa hal ini telah menjadi keyakinan mazhab ahlusunah
wal jamaah karena dapat diterima oleh akal dan berdasar nash yang jelas.

Lebih jauh, Imam Nawawi mengatakan ada lima macam syafaat. Yaitu (1)
syafaat yang khusus bagi Nabi Muhammad SAW yakni adanya kelapangan di hari
kiamat dan segera diadakannya perhitungan (hisab) bagi umatnya, (2) syafaat
berupa masuknya suatu kaum ke dalam surga tanpa perhitungan, (3) syafaat yang
diberikan pada mereka yang seharusnya masuk neraka, tetapi karena syafaat Nabi
SAW dengan izin Allah, mereka selamat, (4) syafaat bagi mereka yang berdosa
dan telah masuk dalam neraka, namun karena syafaat dari Nabi SAW mereka
dikeluarkan dari sana, dan (5) syafaat berupa peningkatan derajat bagi penghuni
surga.

Anda mungkin juga menyukai