Anda di halaman 1dari 14

STRATEGI PENGENTASAN KEMISKINAN MENURUT ISLAM

Dosen Pengampu : Dr. Ridwan Nurdin, S.E., MA

Disusun Oleh :
DWIKI DIMAS PRADIPTA (2001101010077)

JURUSAN S1 EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Strategi Pengentasan
Kemiskinan Dalam Islam” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas UTS dari
dosen mata kuliah Ekonomi Islam Bapak Dr. Ridwan Nurdin, S.E., MA Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan dan juga agar kita dapat mengetahui strategi dalam
menuntaskan kemiskinan dalam islam
Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Namun itu semua tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Tak ada yang
terindah dari ucapan terimakasih penulis atas bantuan,dorongan, dan bimbingan maupun
perhatiannya,semoga diberikan hasil yang terbaik dan Semoga Allah senantiasa membalas
kebaikan mereka semua.

Banda Aceh 12 April 2021

Dwiki Dimas Pradipta

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Pembahasan 4
BAB II: Landasan Teori
2.1 Pengertian Kemiskinan 5
2.2 Penyebab Kemiskinan 6
2.3 Ciri-ciri kemiskinan 7
2.4 Indikator Kemiskinan 7
BAB III: Pembahasan
3.1 Mendorong pertumbuhan ekonomi yang memberi manfaat luas bagi masyarakat
8
3.2 Mendorong kebijakan pemerataan dan distribusi pendapatan yang memihak rakyat
miskin 8
3.3 Mendirikan Zakat 10
3.4 Pemberian bantuan langsung 12
3.5 Sedekah Sukarela dan kebijakan Individu 12
BAB IV: KESIMPULAN 13
DAFTAR PUSTAKA 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problema yang muncul
dalam kehidupan masyarakat,khususnya masyarakat di Negara Negara yang sedang
berkembang.Masalah kemiskinan ini menuntut adanya suatu upaya memecahkan
maslaah secara berencana, terintegrasi dan menyeluruh dalam waktu yang singkat.
Upaya pemecahan masalah kemiskinan tersebut sebagai upaya untuk mempercepat
proses pembangunan yang selama ini sedang dilaksanakan.
Kemiskinan meruoakan problematika terbesar dalam kehidupan,karena
dampaknya terhadap banyak keburukan.Sebab kemiskinan membahayakan terhadap
aqidah seorang muslim dan akhlaknya, dan terhadap ketentraman masyarakat.Dan
bersama kemiskinan,maka lahir banyak problematika dalam kehidupan, seperti
kelaparan, penyakit, kebodohan, lemahnya kemampuan mengeksplorasi sumber-
sumber materi dan insani di daerah manapun yang di dalamnya tersebar kemiskinan

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana strategi untuk merentaskan kemiskinan dalam Islam?

1.3 Tujuan Pembahasan


Agar kita semua tau bagaimana strategi dan langkah yang diambil untuk merentaskan
kemiskinan dalam Islam

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk


memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi ketidakmampuan
ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan. Kemampuan pendapatan yang
rendah ini juga akan berdampak berkurangnya kemampuan untuk memenuhi standar
hidup rata-rata seperti standar kesehatan masyarakat dan standar pendidikan.

Kondisi masyarakat yang disebut miskin dapat diketahui berdasarkan kemampuan


pendapatan dalam memenuhi standar hidup (Nugroho, 1995). Pada prinsipnya, standar
hidup di suatu masyarakat tidak sekedar tercukupinya kebutuhan akan pangan, akan
tetapi juga tercukupinya kebutuhan akan kesehatan maupun pendidikan. Tempat tinggal
ataupun pemukiman yang layak merupakan salah satu dari standar hidup atau standar
kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Berdasarkan kondisi ini, suatu masyarakat
disebut miskin apabila memiliki pendapatan jauh lebih rendah dari rata-rata pendapatan
sehingga tidak banyak memiliki kesempatan untuk mensejahterakan dirinya (Suryawati,
2004).

Persoalan kemiskinan masyarakat di negara-negara ini tidak hanya sekedar bentuk


ketidakmampuan pendapatan, akan tetapi telah meluas pada bentuk ketidakberdayaan
secara sosial maupun politik ( Suryawati, 2004).

5
2.2 Penyebab kemiskinan

1).Pendidikan yang Rendah.

Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai


keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan pendidikan
atau keterampilan yang dimiliki seseorang menyebabkan keterbatasan kemampuan
seseorang untuk masuk dalam dunia kerja.

2).Malas Bekerja.,Adanya sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada nasib)
menyebabkan seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja.

3).Keterbatasan Sumber Alam. Suatu masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila


sumber alamnya tidak lagi memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka. Hal ini
sering dikatakan masyarakat itu miskin karena sumberdaya alamnya miskin.

4). Terbatasnya Lapangan Kerja. Keterbatasan lapangan kerja akan membawa


konsekuensi kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal seseorang harus mampu
menciptakan lapangan kerja baru sedangkan secara faktual hal tersebut sangat kecil
kemungkinanya bagi masyarakat miskin karena keterbatasan modal dan keterampilan.

5). Keterbatasan Modal. Seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk
melengkapi alat maupun bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang mereka
miliki dengan suatu tujuan untuk memperoleh penghasilan.

6. Beban Keluarga. Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak
diimbangi dengan usaha peningakatan pendapatan akan menimbulkan kemiskinan karena
semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat tuntutan atau beban untuk
hidup yang harus dipenuhi.

6
2.3 Ciri-ciri kemiskinan yang hingga saat ini masih dipakai untuk menentukan
kondisi miskin

1. Tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, peralatan kerja, dan
ketrampilan yang memadai.
2. Tingkat pendidikan yang relatif rendah
3. Bekerja dalam lingkup kecil dan modal kecil atau disebut juga bekerja di
lingkungan sektor informal sehingga mereka ini terkadang disebut juga setengah
menganggur
4. Berada di kawasan pedesaan atau di kawasan yang jauh dari pusat-pusat
pertumbuhan regional atau berada pada kawasan tertentu di perkotaan
5. Memiliki kesempatan yang relatif rendah dalam memperoleh bahan kebutuhan
pokok yang mencukupi termasuk dalam mendapatkanpelayanan kesehatan dan
pendidikan sesuai dengan standar kesejahteraan pada umumnya.

2.4 Indikator Kemiskinan Berdasarkan Dimensi Ekonomi

Berdasarkan sudut pandang ekonomi, kemiskinan adalah bentuk ketidakmampuan


dari pendapatan seseorang maupun sekelompok orang untuk mencukupi kebutuhan
pokok atau kebutuhan dasar. Dimensi ekonomi dari kemiskinan diartikan sebagai
kekurangan sumber daya yang dapat digunakan atau dimanfaatkan untuk meningkatkan
taraf kesejahteraan seseorang baik secara finansial maupun jenis kekayaan lainnya yang
dapat digunakan untuk

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Suryawati, 2004: 123). Dari pengertian


ini, dimensi ekonomi untuk kemiskinan memiliki dua aspek, yaitu aspek pendapatan dan
aspek konsumsi atau pengeluaran. Aspek pendapatan yang dapat dijadikan sebagai
indikator kemiskinan adalah pendapatan per kapita, sedangkan untuk aspek konsumsi
yang dapat digunakan sebagai indikator kemiskinan adalah garis kemiskinan.

7
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Mendorong pertumbuhan ekonomi yang memberi manfaat luas bagi


masyarakat

Islam mencapai pro-poor growth melalui dua jalur utama: pelarangan riba dan
mendorong kegiatan sektor riil. Pelarangan riba secara efektif akan mengendalikan inflasi
sehingga daya beli masyarakat terjaga dan stabilitas perekonomian tercipta. Pada saat
yang sama, Islam mengarahkan modal pada kegiatan ekonomi produktif melalui
kerjasama ekonomi dan bisnis seperti mudharabah, muara’ah, dan musaqat. Dengan
demikian, tercipta keselarasan antara sektor riil dan moneter sehingga pertumbuhan
ekonomi dapat berlangsung secara berkesinambungan

3.2 Mendorong kebijakan pemerataan dan distribusi pendapatan yang memihak

rakyat miskin

Terdapat tiga instrument utama dalam Islam terkait distribusi pendapatan yaitu
aturan kepemilikan tanah, penerapan zakat, serta menganjurkan qardul hasan, infak, dan
wakaf. Islam mengatur bagi setiap orang yang menghidupkan tanah mati, maka tanah itu
menjadi miliknya. Dan bagi siapa saja yang menelantarkan tanahnya, maka negara
berhak mengambilnya untuk kemudian memberikan kepada orang lain yang siap
mengolahnya. Dengan penerapan zakat, maka tidak akan ada konsentrasi harta pada
sekelompokmasyarakat. Zakat juga memastikan bahwa setiap orang akan mendapat
jaminan hidup minimum sehingga memiliki peluang untuk keluar dari kemiskinan. Lebih
jauh lagi, untuk memastikan bahwa harta tidak hanya beredar di kalangan orang kaya
saja, Islam juga sangat mendorong orang kaya untuk memberikan qard, infak, dan wakaf.

8
Firman Allah SWT dalam surat Al-Araf ayat 180: “Allah mempunyai asmaul
husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaul husna itu dan
tinggalkanlah orang orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-
namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan”.

Salah satu strategi pengentasan kemiskinan Islam adalah mendorong orang kaya
untuk memberikan qard, infak, dan wakaf. Untuk memberikan qard, infak, dan wakaf
perlu dibangun sifat dermawan tersebut. Upaya dan ikhtiar untuk mencontoh dan
meneladani sifat Al Barr ini sangat penting, sebagaimana dapat ditemui dalam surat Al
Baqarah (2) ayat 261 262:

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan


hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiaptiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

“Orang - orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka


tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya
dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi
Tuhan mereka.

Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”

Sifat kedermawanan akan bermakna positif jika kedermawanan itu dilakukan


dengan niat dan motivasi yang ikhlas. Bahkan dalam salah satu Hadits Nabi Muhammad
SAW dijelaskan jangan sampai tangan kiri mengetahui apa yang diberikan oleh tangan
kanan. Implementasi kedermawanan yang melekat menjadikan antara yang memberi dan
menerima dalam ikatan kasih sayang yang dinafasi oleh kelemahlembutan dan sikap
tolong menolong

9
3.3 Menunaikan Zakat

Cara mengatasi kemiskinan bisa dengan berbagai langkah dan strategi. Hal yang
harus dilakukan sejak awal untuk mengatasi kemiskinan yang melilit masyarakat kita
adalah dengan cara mewujudkan tatanan ekonomi yang memungkinkan lahirnya sisterm
distribusi yang adil, mendorong lahirnya kepedulian dari orang yang berpunya (aghniya’)
terhadap kaum fakir, miskin, dhu’afa’ dan mustadh’afin. Salah satu bentuk kepedulian
aghniya’ adalah kesediaannya untuk membayar zakat dan mengeluarkan shadaqah. Zakat
merupakan infaq atau pembelanjaan harta yang bersifat wajib, sedang shadaqah adalah
sunnah. Dalam konteks ekonomi, keduanya merupakan bentuk distribusi kekayaan di
antara sesama manusia. Lebih dari itu, zakat memiliki fungsi yang sangat strategis dalam
konteks sistem ekonomi, yaitu sebagai salah satu instrument distribusi kekayaan (Al Arif,
2010: 249).

Dari masa ke masa distribusi zakat mengalami perubahan, bahkan seiring


berjalannya waktu fungsi dan peranan zakat dalam perekonomian mului menyusut dan
bahkan termarjinalkan serta dianggap sebagai sebuah ritual ibadah semata, sehingga
terjadi disfungsi terhadap fungsi zakat sebagai suatu jaminan social, bahkan akhirnya
zakat hanya bersifat sebagai kewajiban dan tidak ada rasa empati serta solidaritas social
untuk membantu sesamanya. Hal ini berimplikasi pada keberlangsungan zakat yang
lambat laun berubah menjadi semacam aktifitas kesementaraan, yang dipungut dalam
waktu bersamaan dengan zakat fitrah. Akibatnya, pendayagunaan zakat harnya
mengambil bentuk konsumtif yang bersifat peringanan beban sesaat yang diberikan
setahun sekali, dan tidak ada upaya untuk membebaskan mereka agar menjadi mandiri.
Sehingga beban kehidupan orang-orang fakir dan miskin hanya akan hilang untuk
sementara waktu saja dan selanjutnya akan kembali menjadi fakir dan miskin lagi (Al
Arif, 2010: 250).

10
Oleh karena itu, zakat sangat tepat dalam memperbaiki pola konsumsi, produksi
dan distribusi dalam rangka mensejahterakan umat. Sebab, salah satu kejahatan terbesar
dari kapitalisme adalah penguasaan dan kepemilikan sumber daya produksi oleh
segelintir manusia yang diuntungkan secara ekonomi, sehingga hal ini berimplikasi pada
pengabaian mereka terhadap orang yang kurang mampu serta beruntung secara ekonomi.
Dengan demikian, zakat disalurkan akan mampu meningkatkan produksi, hal ini
dilakukan untuk memenuhi tingginya permintaan terhadap barang. Dalam rangka
mengoptimalkan pengaruh zakat, maka harusnya digunakan dua pendekatan yaitu
pendekatan parsial dan pendekatan struktural (Al Arif, 2010: 251).

Al-Qardhawi (2005: 30) memberikan penjelasan bahwa peran zakat dalam


pengentasan kemiskinan adalah suatu keniscayaan, meskipun strategi dalam pelaksanaan
banyak mengalami kendala. Lebih dari itu, menurut al-Qardhawi, peranan zakat tidak
hanya terbatas pada pengentasan kemiskinan, namun bertujuan pula mengatasi
permasalahan-permasalahan kemasyarakatan lainnya. Maka, peranan yang sangat
menonjol dari zakat adalah membantu masyarakat muslim lainnya dan menyatukan hati
agar senantiasa berpegang teguh terhadap Islam dan juga membantu segala permasalahan
yang ada di dalamnya. Apabila seluruh orang kaya diberbagai Negara Islam mau
mengeluarkan zakatnya secara proporsional dan didistribusikan secara adil dan meratas
niscaya kemiskinan akan menjadi sirna.

11
3.4 Pemberian bantuan langsung

Pemberian bantuan langsung berupa : sedekah biasa (tathawwu’) dari orang-orang


kaya dan dari dana zakat secara konsumtif kepada fakir miskin yang betul-betul tidak
produktif lagi serta dengan Pendekatan Struktural, model pendekatan ini bertujuan untuk
menuntaskan kemiskinan secara sistematis, dengan cara menghilangkan faktor-faktor
penyebab kemiskinan itu sendiri, baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun
eksternal.Ada beberapa hal menjadi kerangka kebaikan dalam pemberantasan kemiskinan
dan ketimpangan, antara lain Pemberdayaan usaha yang produktif, pengadobsian strategi
pertumbuhan yang berorientasi islam, peraturan tentang praktik-praktik bisnis,
kesempatan yang adil, hak milik dan kewajiban terhadap harta kekayaan dalam islam,
hukum-hukum warisan, faktor kemitraan dan fungsi pemerataan pendapatan,
pemberdayaan pemberian sukarela bagi kesejahteraan fakir miskin, kebijakan fiskal dan
moneter dan sistem jaminan sosial Islam.

3.5 Sedekah sukarela dan kebajikan individu

Seorang muslim adalah pribadi yang mulia dan muslim sejati adalah insan yang
suka memberikan lebih dari apa yang diminta, suka mendermakan lebih dari apa yang
diminta. Ia suka memberikan sesuatu, kendati tidak diminta. Ia suka berderma
(memberikan infak) di kala senang maupun susah, secara diam-diam maupun secara
terang-terangan. Ia melakukannya bukan karena cinta kemegahan atau kepopuleran dan
bukan pula karena takut adanya hukuman dari pihak penguasa. Sifat-sifat ini serta hal-hal
yang memotivasi agar memiliki sifat ini banyak didapatkan dalam al-Qur’an maupun
hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Siapakah di antara kalian yang mencintai harta ahli warisnya lebih daripada
mencintai hartanya sendiri? Mereka menjawab,”Wahai Rasulullah! Tidak ada seorang
pun di antara kami melainkan lebih mencintai hartanya sendiri.” lalu beliau bersabda,

12
”Sesungguhnya hartanya sendiri itu ialah apa yang telah dipergunakannya
(disedekahkannya) dan harta ahli warisnya ialah apa yang ditinggalkannya.(shahîh: HR.
al-Bukhâri (no. 6442)).

BAB IV

KESIMPULAN

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi


standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi ketidakmampuan ini ditandai dengan
rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan,
sandang, maupun papan. Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak
berkurangnya kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar kesehatan
masyarakat dan standar pendidikan.

Kemiskinan terjadi disebabkan:

1 .Pendidikan yang Rendah


2. Malas Bekerja
3. Keterbatasan Sumber Alam
4. Terbatasnya lapangan kerja
5. Keterbatasan Modal
6. Beban Keluarga

Strategi yang dapat dilakukan guna menuntaskan kemiskinan dalam islam :

1. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang memberi manfaat luas bagi masyarakat


2. Mendorong kebijakan pemerataan dan distribusi pendapatan yang memihak
rakyat miskin
3. Menunaikan Zakat
4. Pemberian bantuan langsung
5. Sedekah sukarela dan kebijakan individu

13
DAFTAR PUSTAKA

https://journal.iainkudus.ac.id

M. Subari. 2020. Strategi Penanggulangan Kemiskinan dalam Perspektif Islam.


PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam

https://media.neliti.com/media/publications/11096-ID-strategi-pengentasan-kemiskinan-dalam-
perspektif-islam.pdf

http://repository.uin-suska.ac.id

https://jimfeb.ub.ac.id

https://www.neliti.com/id/publications/11096/strategi-pengentasan-kemiskinan-dalam-
perspektif-islam

https://repository.ipb.ac.id/

http://jurnal.uinbanten.ac.id/

https://kumparan.com/oktahartanto52/perspektif-islam-tentang-kemiskinan-dan-cara-
mengatasinya

https://fis.uii.ac.id/blog/2010/12/03/islam-dan-pengentasan-kemiskinan/

https://www.islampos.com/mengentaskan-kemiskinan-dengan-ekonomi-syariah-102949/

14

Anda mungkin juga menyukai