Anda di halaman 1dari 7

Karakteristik Serta Pengembangan Penggunaan Kayu Karet

dan Bambu untuk Bahan baku Perumahan Rakyat....Effendi Arsad

REVIEW
KARAKTERISTIK SERTA PENGEMBANGAN
PENGGUNAAN KAYU KARET DAN BAMBU UNTUK
BAHAN BAKU PERUMAHAN RAKYAT DAN INDUSTRI
CHARACTERISTIC WITH DEVELOPMENT USE RUBBER WOOD AND BAMBOO FOR
HOUSING AND INDUSTRY MATERIAL
Effendi Arsad *)
*)
Peneliti Baristand Industri Banjarbaru

ABSTRAK
Kayu karet dan bambu merupakan sumber daya alam yang penting untuk
dikembangkan, sebagai bahan baku perumahan maupun industri yang merupakan bahan
baku produk komersial. Keberadaan kayu karet dan bambu perlu didukung dengan
proses pengawetan dan pengolahan agar dapat dimanfaatkan secara optimal. Kayu karet
mempunyai sifat fisis, mekanis dan kimia seperti halnya kayu hutan alam lainnya.
Di pedesaan pada umumnya kayu karet digunakan sebagai kayu bakar juga sebagai
kandang ternak. Sedangkan bambu juga memiliki keunggulan tertentu dibandingkan
dengan kayu karena mudah diawetkan, diolah dan punya sifat elastisitas yang. tinggi.
Bambu bisa digunakan sebagai dinding rumah, dibuat anyaman bambu yang disebut
dengan palupuhan. Pembuatannya sederhana hanya dengan proses pengeringan
dipanas matahari. Daya tahan anyaman/palupuhan bisa mencapai 10 tahun, tetapi harus
digunakan ditempat yang terlindung dari hujan. Selain itu bambu bisa digunakan sebagai
kandang ternak, ring, kasau dan bahan alat tangkap ikan.
Kata kunci : kayu karet, bambu, potensi, karakteristik, bahan pengawet.

ABSTRACT
Rubber wood and bamboo is an important natural resource to be developed as
residential and industrial raw materials which are the raw material of commercial products.
The presence of rubber wood and bamboo needs to be supported by the preservation and
processing industry in order to be optimally utilized. Rubber wood has physical properties,
mechanical and chemical equivalent of natural forest wood. properties of rubber wood
used in rural as well fuel wood rafters to corral. While bamboo also has certain
advantages compared to wood because it is easily preserved, processed and have a high
elasticity While bamboo is used as a wall of the house after the split and created a kind of
bamboo called palupuhan/gedek. Made simple, just the process of drying in the hot sun.
Durability palupuhan/gedek could reach 10 years, but must be used in place are protected
from rain. Without is bamboo used in as rafters to corral, ring, rafter and raw material of
fishery.
Keywords : rubber wood, bamboo, potency, characteristic, preservative.

I. PENDAHULUAN menanggulangi masalah tersebut,


sehingga dirasa perlu adanya solusi untuk
Masalah kekurangan pasokan bahan
mempertahankan peran industri nasional
baku kayu untuk pembangunan
dan kebutuhan pembangunan perumahan
perumahan dan industri perkayuan kini
rakyat.
telah menjadi masalah nasional. Hasil
Indonesia memiliki areal perkebunan
pengembangan Hutan Tanaman Industri
karet dan terdapat di banyak daerah.
(HTI) dan hutan rakyat belum mampu
Areal perkebunan karet ini merupakan
36
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.4, No.1,
Juni 2012: 36 – 40

sumber bahan baku alternatif yang memiliki keberadaan tanaman karet sangat strategis
potensi areal perkebunan yang cukup luas, bagi kelangsungan kehidupan, karena
begitu juga dengan bambu. Pemanfaatan mampu berperan sebagai penyimpan dan
kedua jenis tersebut belum maksimal. Jika sumber energi (Indraty, 2005).
potensi tersebut dapat dimanfaatkan Perkebunan karet di Indonesia masih
dengan baik, maka akan mampu didominasi oleh perkebunan rakyat yang
menanggulangi masalah defisit kayu mecakup areal sekitar 2,80 juta ha atau
nasional. Untuk mencapai sukses dalam 85% dari total areal perkebunan karet
pemanfaatan potensi dan pengembangan nasional.
produk kayu perkebunan perlu perhatian
dan upaya serius dari semua pihak terkait.
II. POTENSI KAYU KARET DAN BAMBU
Beberapa alternatif pemenuhan
kebutuhan kayu bulat telah banyak 2.1 Kayu karet
dilakukan orang antara lain penggunaan
Kayu karet yang tidak produktif
kayu kurang dikenal, kayu diameter kecil
merupakan potensi yang dapat
kayu Hutan Tanaman Industri (HTI) dan
dimanfaatkan untuk kepentingan industri
perkebunan antara lain adalah karet.
dan kebutuhan masyarakat. Dengan
Perkebunan karet (Hevea bransiliensis,
adanya peraturan pemerintah tentang
Muell Arg) di Indonesia berkembang cukup
batasan penebangan hutan (eksploitasi
baik. Dengan demikian kayu karet yang
kayu hutan alam yang berlebihan).
sudah tidak produktif lagi bisa
Dikaitkan dengan program pemerintah
dikembangkan untuk kepentingan industri
yaitu Kementerian Pertanian yang
dan perumahan rakyat. Hal itu dapat
melakukan peremajaan tanaman karet
memberikan nilai tambah bagi pendapatan
mulai tahun 2005 seluas 400.000 ha,
masyarakat maupun Negara disektor
sehingga untuk lima tahun kedepan (tahun
industri kecil dan menengah. Kemajuan
2010) terdapat 800.000 ha (2,2%) dari
pembangunan di segala bidang semakin
luas perkebunan karet nasional yang
meningkat dari tahun ke tahun , hal itu
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
sejalan dengan pertambahan jumlah
industri dan masyarakat pada umumnya.
penduduk, sehingga kebutuhan akan kayu
Potensi kayu karet diperkirakan sebanyak
komersial juga meningkat. Akibatnya
2,7 juta m3/tahun, yang dihitung dari luas
berpengaruh terhadap kondisi hutan alam
areal yang ada. Dengan asumsi bahwa
diberbagai daerah di Indonesia. Kebutuhan
perkebunan besar setiap tahun
kayu bulat tiap tahun diperkirakan
meremajakan 3% dari luas areal karetnya.
mencapai 86,6 juta m3, sehingga terjadi
Perkebunan rakyat meremajakan 2% per
kekurangan pasokan sebanyak 56,7 juta
tahun dari total areal seperti pada tabel 1.
m3, (Mulyadi, 2000). Oleh karena itu
Tabel 1. Potensi ketersediaan kayu karet pada peremajaan per tahun
Jenis Kayu Luas a) Peremajaan /tahun b) Potensi kayu
(ha) % ha m3/ha m3/tahun
Perk Rakyat
Tradisional 2.316.203 2 46.324 40 926.480
Proyek 641.335 3 19.240 50 926.000
PBN 226.839 3 6.805 60 408.300
PBS 290.025 3 8.701 50 435.050
Total 3.475.402 2.731.830
Keterangan:
a). Data luas areal tahun 1997 (Boerhendhy, I, dkk, 2003).
b). Asumsi:
peremajaan karet rakyat tradisional dilakukan pada tanaman berumur 30-50 tahun dan hanya 50% dari areal karet yang
memiliki akses jalan sehigga memiliki nilai ekonomis. Untuk areal proyek, umur peremajaan 25-30 tahun, lokasi terletak
dalam satu hamparan dan mempunyai akses jalan. (Nancy, dkk., (2001).

37
Karakteristik Serta Pengembangan Penggunaan Kayu Karet
dan Bambu untuk Bahan baku Perumahan Rakyat....Effendi Arsad

Tabel 2. Luas Areal Perkebunan Karet di Indonesia tahun 2001 - 2011


Luas areal Perkebunan (Ha)
Tahun
PR/Smallholders PBN/Government PBS/Private Jumlah/total
2001 2,838,421 221,876 284,470 3,334,767
2002 2,825,476 221,228 271,655 3,318,359
2003 2,772,490 241,625 275,997 3,290,112
2004 2,747,899 239,118 275,250 3,262,267
2005 2,767,021 237,612 274,758 3,279,391
2006 2,832,982 238,003 275,442 3,346,427
2007 2,899,679 238,246 275,792 3,413,717
2008 2,910,208 238,210 275,799 3,424,217
2009 2,911,533 239,375 284,362 3,435,270
*)
2010 2,934,378 236,714 274,029 3,445,121
2011**) 2,935,081 239,132 275,931 3,450,114
*)
Keterangan: sementara
**)
estimasi
1.414.000 Ha luas tanaman bambu di luar
Menurut Budiman 1987 dalam kawasan hutan dan termasuk yang
Boerhendhy, dkk. (2003), diperkirakan terdapat di Wilayah Kalimantan pada
pada saat peremajaan jumlah tegakkan umumnya. Diketahui bambu mempunyai
sekitar 200 - 250 pohon/ hektar, akan jenis yang cukup banyak, Walaupun
menghasilkan kayu sekitar 250-300 m3. demikian di Kalimantan pada umumnya
Jika cabang dan dahan yang bambu belum dimanfaatkan dan
berpenampang kurang dari 15 cm tidak dikembangkan secara optimal.
diperhitungkan, maka dari setiap hektar
perkebunan karet yang diremajakan dapat
III. KARAKTERISTIK KAYU KARET
diperoleh sekitar 175 m3 kayu bulat, atau
setara dengan 120 m3 kayu potongan. Dari 3.1 Jenis Kayu
jumlah tersebut, sekitar 20% atau kira-kira
Kayu yang harus diawetkan adalah
35 m3 dapat dijadikan kayu gergajian untuk
jenis kayu yang mempunyai keawetan
di ekspor atau industry mebel dalam negeri
alami, rendah atau kelas awet III, IV dan
dan sisanya untuk bahan particle board,
V serta kayu gubal dari kelas awet 1 dan
pulp, kertas, arang, atau kayu bakar.
II berdasarkan klasifikasi keawetan alami
Luas areal perkebunan karet yang
jenis kayu Indonesia yang telah
terdapat di Indonesia dapat dilihat pada
ditetapkan dan pengembangan kehutanan,
tabel 2.
Kementerian Kehutanan.
Kayu tidak awet yang dipakai untuk
2.2 Bambu
bangunan di darat, mudah diserang
Beberapa alternatif yang mungkin organisme perusak kayu (opk), berupa
dapat digunakan untuk mensubstitusi jamur dan serangga. Dalam mengatasi
kebutuhan kayu antara lain adalah bambu. (opk) telah banyak yang dilakukan, di
Ditinjau dari potensi bambu, pada tahun antaranya orang Mesir kuno melaburkan
2000 diperkirakan luas tanaman bambu di minyak zaitun pada kayu, Sedangkan
Indonesia adalah 2.104.000 Ha yang masyarakat kita dalam membangun
terdiri dari 690.000 Ha luas tanaman perumahan dan gedung melaburkan olie
bambu di dalam kawasan hutan dan atau minyak tanah, serta banyak juga

38
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.4, No.1,
Juni 2012: 36 – 40

merendam kayu dalam air laut, air sungai, yaitu 1,77 – 3,05% (Boerhendhy et al.
air kolam dan mengubur dalam sawah atau 2001) dan untuk arah radial 4,50% dan
dalam lumpur. Upaya tersebut belum arah tangensial 9,70%. Salah satu
memberikan hasil yang memuaskan, kelemahan kayu karet yaitu mudah terjadi
sehingga diperlukan bahan kimia beracun cacat (melengkung dan melintir) dan
yang dikenal dengan bahan pengawet sering mengalami retak di bagian ujung
(Abdurrohim 2007). Penggunaan bahan selama proses pengeringan.
pengawet pada kayu maupun bambu
hanya bersifat pencegahan bukan
3.3. Pengawetan Kayu Karet
pemberantasan.
Kemajuan dibidang ilmu
3.2 Sifat Dasar Kayu Karet pengetahuan dan teknologi pada saat ini
Kayu karet (Hevia brasiliensis, Muell banyak teknologi yang telah dilakukan
Arg) menurut jenis kayu yang rentan guna mengantisipasi terhadap serangan
terhadap serangan jamur blue stain (jamur jamur biru dan rayap, baik rayap kayu
biru). Mudahnya kayu karet terhadap basah dan kayu kering. Beberapa
serangan jamur adalah disebabkan penelitian yang sudah dilakukan orang
adanya kandungan selulosa dan tentang pengawetan kayu karet maupun
kandungan air yang cukup tinggi yaitu 56 – kayu lainnya. Pengawetan tersebut bisa
69% pada kayu karet (Arief Rachmawan dilakukan dengan menggunakan bahan
et al, 2006). kimia maupun pengawetan tradisional.
Dengan demikian, memanfaatkan Kegunaan kayu sebagai bahan
kayu karet harus melalui suatu proses bangunan minimal ditentukan oleh dua
pengawetan. Karena diketahui kayu karet faktor, yaitu kekuatan dan keawetan.
dalam waktu 24 jam setelah ditebang Sebab kuat saja belum cukup jika
sudah terserang oleh blue stain (jamur keawetannya rendah atau kurang tahan
biru). Oleh karena itu maka sifat dasar lama atau kurang awet karena umur
kayu tersebut harus dilakukan perubahan pakainya kurang maksimal. Penggunaan
berupa tindakan yang dapat merubah kayu kelas awet rendah di masa depan
atau mengantisipasi terhadap kecepatan cenderung meningkat karena jenis kayu
serangan jamur tersebut. Tanpa adanya komersial dan tahan lama atau awet, mulai
tindakan pengawetan maka kayu karet sulit di dapat atau langka, sementara
tidak baik digunakan sebagai bahan untuk kebutuhan kayu hanya bisa dipenuhi oleh
kepentingan pembangunan perumahan jenis kayu cepat tumbuh dan bisa dipanen
rakyat, apalagi untuk kepentingan industri. pada umur muda yang berasal dari Hutan
Tanpa adanya perlakuan pengawetan Tanaman Industri (HTI) dan Hutan
maka kayu karet umumnya hanya Tanaman Rakyat (HTR). Agar kayu dapat
digunakan sebagai bahan kayu bakar. digunakan dengan baik, maka kayu harus
Salah satu sifat fisik kayu karet yang cukup diawetkan sebelum digunakan.
penting adalah kerapatan atau berat jenis. Pengawetan kayu ibarat besi harus dilapisi
Kerapatan kayu karet berkisar antara 0,62 anti karat agar tidak mudah rusak, begitu
– 0,65 g/cm3 (Darsini 1991) dalam Jurnal juga dengan kayu permukaannya harus
Penelitian Hasil Hutan 2006. Variasi dilapisi dengan bahan pengawet agar tidak
kerapatan kayu karet disebabkan mudah diserang jamur dan serangga
beberapa hal, antara lain perbedaan perusak kayu. Secara garis besar ada tiga
genetic, tempat tumbuh, dan contoh yang cara pengawetan yang bisa dilakukan,
dianalisis. yaitu pengawetan dengan bahan kimia,
Nilai penyusutan kayu (stabilitas pengawetan sederhana dan cara
dimensi) kayu karet sangat kecil, hanya pengawetan khusus atau proses vakum –
sedikit lebih kecil dari kayu jati tekan.
(Boerhendhy et al. 2001). Penyusutan Pengawetan sederhana merupakan
kayu karet dari basah sampai kering udara pilihan yang paling praktis dan peralatan
arah radial dan tangensial jauh lebih kecil, yang digunakan relatif murah. Sedangkan
37
Karakteristik Serta Pengembangan Penggunaan Kayu Karet
dan Bambu untuk Bahan baku Perumahan Rakyat....Effendi Arsad

pengawetan dengan proses vakum – tekan kadar air 40% dan mulai lagi setelah kadar
diperlukan peralatan khusus yang air mendekati titik jenuh. Berat Jenis
harganya relatif mahal. Pengawetan bambu berkisar antara 0,62 – 0,76.
dimaksudkan untuk memasukan bahan Nilai lebih lain dari bambu
pengawet ke dalam kayu agar dapat dibandingkan kayu adalah sekali tanam
ditingkatkan daya tahan kayu sesuai yang produksi dapat dilakukan secara berulang-
dipersyaratkan dalam standar. ulang, berbeda dengan kayu sekali tanam
Dengan pengawetan yang baik, jenis kemudian produksi selanjutnya perlu
kayu kurang awet dapat ditingkatkan penanaman lagi. Sifat bambu yang
umur pakainya menjadi 5 sampai 10 kali demikian merupakan prospek yang sangat
lipat (Abdurahim Martawijaya dan Barly, cerah secara ekonomis dan
2010). Pengawetan kayu karet bisa menguntungkan secara investasi.
dilakukan dengan beberapa cara sama Walaupun demikian agar produksi bambu
seperti halnya pengawetan kayu pada dapat dilakukan secara berulang-ulang
umumnya diantaranya dengan dalam pengelolaannya harus memegang
menggunakan bahan-bahan kimia, baik dan memperhatikan titik kritis dari bambu,
menggunakan borax, natrium borax, pengelolaan dalam budidaya bambu harus
Tembaga chrom boron (CCB), Tembaga mengacu pada azas kelestarian
Chrom Flour (CCF); Wolmanit CB dan (kelestarian produksi dan kelestarian
banyak lagi bahan kimia lain yang dapat sumberdaya).
digunakan sebagai bahan pengawet kayu. Bambu memiliki sifat yang unik di
mana batang yang satu berkaitan dengan
batang yang lain dan mempengaruhi
IV. KARAKTERISTIK BAMBU
terhadap kemunculan serta kualitas
4.1 Sifat Dasar Bambu anakan berikutnya. Oleh sebab itu di dalam
mengelola bambu harus memperhatikan
Secara fisik memiliki kelebihan yaitu
silvikultur bambu itu sendiri agar azas
serat panjang dan rapat, lentur tidak
kelestarian dapat terpenuhi, yang pada
mudah patah, dinding keras dan
akhirnya akan turut meningkatkan profit
sebagainya. Kecepatan pertumbuhan
dari investasi bambu itu sendiri (Andrey,
bambu dalam menyelesaikan masa
2009) diakses 9 April 2012.
pertumbuhan vegetatifnya merupakan
Bambu mempunyai fungsi ekologis
tercepat dan tidak ada tanaman lain yang
yang sangat baik terutama sebagai
sanggup menyamainya. Dari beberapa
penahan air dan memiliki beberapa
hasil penelitian, kecepatan pertumbuhan
keunggulan fisik dibanding kayu, yaitu
vegetatif bambu dalam 24 jam berkisar 30
mempunyai rasio penyusutan yang kecil,
cm – 120 cm per 24 jam, tergantung dari
dapat melengkung atau elastis terhadap
jenisnya. Sebuah keajaiban pertumbuhan
tekanan serta memiliki daya rentang yang
yang tidak dapat ditemukan pada tanaman
tinggi (Anonim, 2001). Selain itu bambu
lain. Kadar air bambu segar bervariasi
mempunyai kelemahan teknis (sifat
menurut umur, letak ruas pada batang dan
fisis,mekanis dan kimia) maupun sifat
tingkat kekeringan. 3 dan 4 tahun kadar air
lainnya antara lain besar batang terbatas,
berkisar antara 65 – 161%, Kadar air
beruas pendek, berbuku dan mudah
bambu yang sama dengan tempat tumbuh
terserang jamur biru (Blue stain) disamping
berbeda sebesar 62 – 110% (Basri dan
itu bambu belum banyak diketahui orang
Saefudin, 2004). Menurut Anonim, (2001)
tentang pemanfaatan dan pengawetannya.
dalam Jurnal Penelitian Hasil Hutan 2006,
Oleh karena itu perlu upaya dari berbagai
dikatakan, jaringan utama penyusun
pihak agar bambu dapat dimanfaatkan
bambu atau parenkim sebesar 40 – 60%.
secara maksimal. Bambu memiliki
Adapun kerapatan bambu diketahui
keunggulan dibanding kayu yaitu bambu
bahwa semakin rendah tingkat kekeringan
tahan terhadap tiupan angin, mudah
bambu semakin besar penyusutannya,
diawetkan, diolah atau diproses menjadi
tetapi penyusutan berhenti sampai pada
produk yang bernilai ekonomis.
38
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.4, No.1,
Juni 2012: 36 – 40

Tabel 3. Jenis pestisida yang terdaftar dan 45 Ammonium dikromat 1,74 %


Tembaga heksa florosilikat 35,1 % RT, RK, JP
jasad sasarannya Asam kromit 1 %
46 Asam borat 25 %
No. Bahan aktif dan Jasad Kalium dikromat 38 % RT, RK, JP
formu kandungannya sasaran Tembaga sulfat 34 %
lasi 47 Tembaga sulfat 32,4 %
1 Sipermetrin 50 g/l KA Natrium dikromat 36 % RT, RK, BK,
2 Deltrameterin 25 g/l KA Asam borat 21,6 % JP
3 Sipermetrin 100 g/l KA 48 Asam borat 25 %
4 Permetrin 200 g/l KA Kalium dikromat 38 % RT, RK, BK,
5 Permetrin 384,96 g/l KA, RT, RK, Tembaga sulfat 34 % JP
BK, ST 49 Asam borat 27,5 %
6 Khlorfirifos 400 g/l KA, RT,RK, Kalium dikromat 38 % RT, RK, JP
BK, ST Tembaga sulfat 34 %
7 Metilin bis tiosanat (MBT) 400 g/l JB Sumber : Anonim (2003)
8 MBT 101 g/l JB
9 MBT 48 g/l
Dialkil deimetil ammonium klorida JB
Keterangan :
149,9 g/l KA = Kumbang amborosia, JB = Jamur biru,
Alkil dimetil bensil ammonium klorida RT = Rayap tanah, RK = Rayap kayu kering,
104,9 g/l BK = Bubuk kayu keriong, JP = Jamur
10 Azakonazol 200 g/l JB pelapuk, ST = Peracunan tanah.
Karbendazim 131,31 g/l
11 MBT 108 g/l JB
12 MBT 100 g/l JB 4.2 Pengawetan Bambu
2 (tiosianometil tiobenzotatol) 100 g/l
13 Klorolotalonil 450 g/l JB Penelitian tentang pengawetan
Karbendazim 100 g/l bambu dilakukan seperti halnya dengan
14 MBT 40 g/l pengawetan kayu dengan bahan kimia,
Dialkil dimetil ammonium klorida 149,9 JB
g/l pengeringan dan pengawetan dengan cara
Alkil dimetil benzyl ammonium klorida tradisional. Penelitian dilakukan terhadap
109,9 g/l
15 MBT 100 g/l JB
pengujian efektivitas pengawetan dengan
2 (tiosianometil tiobenzotatol) 100 g/l senyawa boron pada bambu talang
16 Boraks 35,32 % (Schizostachhyum brachycladum). Pada
Asam borat 35,32% JB, RK
Polibor 28,40 % penelitian ini digunakan empat tingkat
17 Lamda sihalotrin 25 g/l RK konsentrasi yaitu 5, 10, 15 dan 20%.
18 Diklofluanid 4,747 g/l RK Perlakuan pengawetan dilaksanakan
Siflutrin 0,863 g/l
19 Asam borat 24,98 % BK
dengan cara sederhana, yaitu dengan
Natrium tetraborat dekahidrat 38,36 memotong batang bambu pada bagian
20 Alumonium fosfida 56 % BK bawah, kemudian dibuang bagian kulitnya
21 Sipermetrin 10 g/l BK
22 Permetrin 100 g/l BK
sebelum direndam selama 1 minggu dalam
23 Fenetrorion 20 % BK larutan borax. Hasil penelitian
24 Deltametrin 250 g/l RT menunjukkan bahwa penetrasi longitodinal
25 Sipermetrin 100 g/l RT
26 Fenvalerat 10,5 g/l RT
pada semua percobaan dapat mencapai
27 Fenvalerat 200 g/l RT, ST 100%. Nilai retensi bervariasi menurut
28 Klorfenapir 200 g/l RT, ST konsentrasi borax, namun konsentrasi
29 Fenvalerat 204,28 g/l RT, ST 15% memberikan nilai retensi tertinggi.
30 Klorfirifos 400 g/l RT, RK
31 Phoksim 200 g/l RT, RK
32 Alfametrin 15 g/l RT, RK
33 Permetrin 1,6 g/l RT, RK V. KESIMPULAN
34 Klorfirifos 400 g/l RT, RK
35 Alfametrin 15 g/l RT, RK
1. Kayu karet dan bambu bisa
36 Poksim 505 g/l RT, BK, ST dikembangkan sebagai bahan baku
37 Imidokloprid 200 g/l RT, RK, BK untuk perumahan rakyat, industri dan
38 Sipermetrin 100 g/l RT, RK, BK
39 Phoksim 500 g/l RT, RK, ST
produk mebel. Kayu karet dan bambu
40 Fipronil 25 g/l RT, RK, ST dapat digunakan sebagai bahan baku
41 Permetrin 0,8 g/l RT, RK, BK, multi fungsi.
Seng asipetak 117 g/l JP
42 Bifentrin 25 g/l RT, BK 2. Petunjuk penggunaan bahan kimia,
43 Alfametrin 250 g/l BK, ST memberikan kemudahan bagi yang
44 Ammonium biflorida 90,2 g/l RT, RK, BK,
JP menggunakannya untuk bahan
39
Karakteristik Serta Pengembangan Penggunaan Kayu Karet
dan Bambu untuk Bahan baku Perumahan Rakyat....Effendi Arsad

pengawet. Daya tahan kayu karet dan November. Medan: Pusat Penelitian
bambu dapat ditingkatkan dengan Karet.
proses pengawetan.
8. Boerhendhy I, Nancy C, Gunawan A.
3. Pengawetan kayu karet harus dilakukan 2003, Prospek dan Potensi
secepatnya, karena mudah sekali Pemanfaatan Kayu Karet Sebagai
terserang jamur biru ( 24 jam sudah Substitusi Kayu Alam. J.Ilmu dan
terserang jamur biru). Teknologi Kayu Tropis 1 (1) : 35-46
Bambu mengandung kadar air yang
9. Indraty IS. 2005. Tanaman karet
tinggi bisa mencapai 185%, sehingga
menyelamatkan kehidupan dari
perlu upaya pengeringan hingga
ancaman karbondioksida. Warta
kadar air mencapai ± 12 %, agar
Penelitian dan Pengembangan
bambu bisa tahan lama.
Pertanian 27(5) : 10 - 12.
10. Martawijaya, A. Dan Barly. 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Pengawetan Kayu Untuk
1. Andrey. 2009. Sekilas Tentang Mengatasi Jamur dan Rayap Pada
Bambu. Bangunan Rumah dan Gedung. Bogor:
http://andreysubiantoro.jigsy.com/entri IPB Press.
es /sda /sekilas-tentang-bambu.
11. Mulyadi, A.T. 2000. Permintaan dan
Diakses tanggal 9 April 2012. Pasokan Kayu di Indonesia. Rimbun
2. Anonim. 2001. Cultivation and No. 18. Jakarta: Dephutbun.
integrated utilization on bamboo in
12. Nancy CG, Wibawa M, Lasminingsih.
China, Structure and properties of 2001. Potensi Pemanfaatan Kayu
bamboo timber. China National
dalam Kegiatan Peremajaan Karet.
Bamboo Research Center. Hangzhou, Tinjauan Komoditas Perkebunan 2(1):
P.R. China 56 – 72.
10-13
3. Anonim. 2003. Nilai Ekonomis Bambu
Belum Meningkat. Pikiran Rakyat 27
Maret 2003.
4. Anonim. 2003. Pestisida untuk
Pertanian dan Kehutanan. Direktorat
Pupuk dan Pestisida.
Jakarta:Departemen Pertanian.
5. Abdurrohim S. 2007. Pengawetan
Kayu Perumahan dan Gedung: Peran
Terhadap Kelestarian Sumber Daya
Hutan, Perkembangan dan
Permasalahannya. Jakarta: Badan
Litbang Kehutanan.
6. Arif Rachmawan, Radite Tistama dan
Sumarmadji. 2006. Loknas Budidaya
Tanaman Karet. Medan: Pusat
Penelitian Perkebunan Sungai Putih.
7. Boerhendhy IN, Hadjib RM, Siagian A,
Gunawan, dan Lasminingsih M. 2001.
Karakteristik mutu dan sifat kayu karet
klon anjuran dan harapan. Prosiding
Lokakarya Nasional Pemuliaan Karet,

40

Anda mungkin juga menyukai