Anda di halaman 1dari 11

SUMMARY

Meta-analisis, Penelitian Naturalistik, Kualitatif Etnografi

Oleh Kelompok : 4
1. Baho Kristanti Hutagalung (4181121001)
2. Magdalena Simbolon (4183321012)
3. Ruth Yohana Sihombing (4183121029)
4. Septi S Sinaga (4183121029)
Kelas : Fisika DIK A 2018
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian

1. Pengertian Meta-analisis
Meta-analisis merupakan suatu teknik statistika untuk menggabungkan hasil 2 atau
lebih penelitian sejenis sehingga diperoleh paduan data secara kuantitatif. Saat ini meta-
analisis paling banyak digunakan untuk uji klinis. Hal ini dapat dimengerti, karena uji
klinis desainnya lebih baku dan memberikan bukti hubungan kausal yang paling kuat.
Meta-analisis juga dapat dilakukan terhadap berbagai studi observasional, namun akan
mengundang lebih banyak masalah baik dalam metodologi maupun perangkat statistika
yang digunakan, karena bias lebih mengancam pada studi observasional dibanding pada
uji klinis. Dilihat dari prosesnya, metaanalisis merupakan suatu studi observasional
retrospektif, dalam arti peneliti membuat rekapitulasi fakta tanpa melakukan manipulasi
eksperimental.
2. Tujuan Meta-analisis
Tujuan meta-analisis pada umumnya tidak berbeda dengan jenis penelitian klinis
lainnya, yaitu:
1. Untuk memperoleh estimasi effect size, yaitu kekuatan hubungan ataupun
besarnya perbedaan antar-variabel.
2. Melakukan inferensi dari data dalam sampel ke populasi, baik dengan uji
hipotesis (nilai p) maupun estimasi (interval kepercayaan).
3. Melakukan kontrol terhadap variabel yang potensial bersifat sebagai perancu
(confounding) agar tidak mengganggu kemaknaan statistik dari hubungan atau
perbedaan.
3. Langkah-langkah dalam Penyusunan Meta-analisis
Meta-analisis dapat dipandang sebagai suatu penelitian tersendiri, termasuk dalam
desain studi observasional retrospektif. Bila subyek penelitian klinis adalah pasien,
dalam meta-analisis`subyek penelitiannya' adalah hasil penelitian yang akan disertakan
dalam meta-analisis. Sama halnya dengan penelitian lain, peneliti (pembuat meta-
analisis) harus membuat usulan penelitian yang rinci. Usulan penelitian meta-analisis
mencakup :
I. Pendahuluan
1. Latar belakang: pernyataan yang jelas mengapa perlu dilakukan metaanalisis.
2. Pertanyaan penelitian.
3. Hipotesis yang akan diuji.
4. Tujuan dan manfaat penelitian
II. Metodologi
1. Kriteria pemilihan (kriteria inklusi dan eksklusi) untuk artikel penelitian yang
akan disertakan dalam meta-analisis. Tentukan apakah akan disertakan hasil
penelitian yang tidak dipublikasi, bagaimana cara menemukan hasil penelitian
yang tidak dipublikasi tersebut.
2. Metode untuk menemukan atau menelusur penelitian, dan siapa yang akan
melakukan penelusuran pustaka.
3. Kriteria yang jelas untuk penilaian kualitas artikel penelitian yang mencakup
aspek desain, pelaksanaan, serta analisis.
4. Klasifikasi dan kodifikasi unit penelitian untuk digabungkan.
5. Abstraksi kuantitatif hasil masing-masing penelitian.
6. Rencana penggunaan model statistika yang sesuai untuk penggabungan hasil.
7. Rencana interpretasi hasil.
8. Rencana pelaporan hasil .
4. Penelitian Naturalistik
Metode Penelitian Naturalistik adalah metode yang dilaksanakan sesuai dengan apa
yang terjadi pada situasi aktual Sugiyono (2013). Data diperoleh langsung ke lapangan
dengan observasi partisipatif pasif, observasi partisipasi pasif adalah peneliti datang di
tempat kegiatan tetapi tidak berpartisipasi dalam. Metode penelitian kualitatif sering
disebut juga metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi
yang alamiah (natural setting. Untuk mendapat pemahaman yang lebih luas dan
mendalam terhadap situasi sosial pendidikan yang diteliti, maka teknik pengumpulan
data bersifat trianggulasi, yaitu menggunakan berbagai teknik pengumpulan data secara
gabungan/simultan yang meliputi: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian
kualitatif naturalistik bertujuan mengetahui aktualitas, realitas sosial dan persepsi
manusia melalui pengakuan mereka, yang mungkin tidak dapat diungkap melalui
penonjolan pengukuran formal atau pertanyaan penelitian yang telah di¬per¬siapkan
terlebih dahulu. Dikatakan penelitian naturalistik karena dalam pe¬neliti¬an ini peneliti
berusaha secara aktif melakukan interaksi dengan subyek atau responden yang diteliti
dengan kondisi apa ada-nya dan tidak direkayasa agar data yang diperoeh merupakan
fenomena yang asli dan natural (alamiah).
5. Asumsi Dasar Penelitian Kualitatif Naturalistik
Seorang peneliti kualitatif naturalistik perlu memahami asumsi dasar yang dimiliki oleh
penelitian kualitatif naturalistik. Pemahaman terhadap asumsi dasar ini akan sa-ngat
bermanfaat ketika peneliti mengembangkan teori dasar. Beberapa asumsi dasar yang
ada dalam penelitian kualitatif naturalistik adalah sebagai berikut:
1. Manusia hidup adalah manusia yang memiliki kemampuan untuk
mengungkapkan tindakan melalui perbuatan dan bahasa, baik lisan (perkataan),
maupun tulis kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.
2. Peneliti kualitatif naturalistik cenderung melihat gejala atau fenomena sebagai
gejala atau fenomena yang divergen atau menyebar daripada sebagai gejala atau
fenomena yangconvergen atau menyatu ke dalam satu titik.
3. Tindakan dan ucapan seseorang akan dapat membawa kepada situasi yang dapat
merefleksikan maksud seseorang maupun kelompok orang tersebut. Dalam
masalah sosial budaya, pengalaman aktor bukan hanya bersifat individual, tetapi
dapat pula merupakan jalinan inter-subjektif dalam kelompok masyarakat
tersebut.
4. Makna tindakan pemakai bahasa pada prinsipnya tidak di-lepaskan dari konteks
budaya dan lingkungannya.
5. Menggambarkan kehidupan manusia pada prinsipnya ku-rang tepat jika
direduksi menjadi bagian-bagian yang ter-pisah. Kehidupan manusia secara
keseluruhan mungkin lebih utama dan memiliki makna yang lebih komprehensif
daripada melihat kehidupan manusia dalam kondisi terpisah-pisah.
6. Tindakan dan penggunaan bahasa merupakan hukum yang sengaja diatur untuk
lebih bermanfaat dalam kehidupan. Hukum diciptakan oleh institusi sosial, dan
dijunjung tinggi oleh para anggotanya yang hidup bersama mereka.
7. Jati diri sebagai pemikir pada prinsipnya erat kaitannya de-ngan fungsi dirinya
sebagai aktor dan pemakai bahasa. (Sukardi, 2004: 12-13).
6. Kualitatif Etnografi
Etnografi merupakan suatu metode penelitian ilmu sosial. Penelitian ini sangat
percaya pada ketertutupan, pengalaman pribadi,dan partisipasi yang mungkin, tidak
hanya pengamatan, oleh para peneliti yang terlatih dalam seni etnografi. Para etnografer
ini sering bekerja dalam tim yang multidisipliner. Di mana titik fokus penelitiannya
dapat meliputi studi intensif budaya dan bahasa, bidang atau domain tunggal, ataupun
gabungan metode historis, observasi, dan wawancara.
Pada awalnya etnografi berakar pada bidang antropologi dan sosiologi. Namun para
praktisi dewasa ini melaksanakan penelitian etnografi dalam segala bentuk. Ahli
etnografi melakukan studi persekolahan, kesehatan masyarakat, perkembangan
pedesaan dan perkotaan, konsumen dan barang konsumsi, serta arena manusia
manapun. Perlu dicatat bahwa penelitian etnografi ini juga dapat didekati dari titik
pandang preservasi seni dan kebudayaan, dan lebih sebagai suatu usaha deskriptif
daripada usaha analitis. Biasanya para peneliti etnografi memfokuskan penelitiannya
pada suatu masyarakat, namun tidak selalu secara geografis saja, melainkan dapat juga
memerhatikan pekerjaan, pangangguran, dan aspek masyarakat lainnya. Beserta
pemilihan informan yang mengetahui dan memiliki suatu pandangan  atau pendapat
tentang berbagai kegiatan masyarakat.
eberapa definisi lain tentang penelitian etnografi :
1. “When used as a method, ethnography typically refers to field work
(alternatively, participant-observation) conducted by a single investigator who
‘lives with and lives like’ those who are studied, ussually for a year or more”.
(John Van Maanen, 1996). Dalam hal ini, penelitian etnografi dilakukan ketika
digunakan sebagai metode, etnografi biasanya mengacu kepada kerja lapangan
(alternative-partisipan-pengamatan) dilakukan oleh seorang peneliti tunggal
yang hidup dengan dan hidup seperti orang-orang yang diteliti, biasanya
dilakukan kurang lebih satu tahun atau lebih.
2.  “Ethnography literally means ‘a portrait of a people’. An ethnography is a
written description of particular culture – the customs, beliefs, and behavior –
based on information collected through fieldwork.” (Marvin Harris and Orna
Johnson, 2000).Secara harfiah penelitian etnografi berarti gambaran sebuah
masyarakat. Yang berarti etnografo adalah gambaran umum suatu budaya atau
kebiasaan, keyakinan, dan perlikau yang berdasarkan atas informasi yang telah
dikumpulkan melalui penelitian lapangan.
3.  “Ethnography is the art and science of describing a group or culture. The
description may be small tribal group in an exotic land or a classroom in
middle-class suburbia.” (David M. Fetterman, 1998), (Genzuk, 2005:1).
Etnografi adalah seni dan ilmu yang menggambarkan tentang sebuah kelompok
atau budaya. Penggambaran mungkin mengenai tentang kelompok suku kecil
dalam sebuah daerah yang menarik atau sebuah kelas menengah maupun
pinggiran kota
4.  “Etnographic designs are qualitative research procedures for describing,
analyzing, and interpreting a culture-sharing group’s shared patterns of
behavior, beliefs, and language that develop over time.” (John W. Creswell,
2008:473).” Rancangan penelotian etnografi adalah prosedur penelitian
kualitatif untuk menggambarkan, menganalisis, dan menafsirkan suatu pola
kelompok berbagai budaya yang dilakukan bersama baik perilaku, keyakinan
dan bahasa yang berkembang dari waktu kewaktu.
Dari beberapa definisi di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian
etnografi adalah sebuah penelitian kualitatif yang berfokus pada makna sosiologi
dengan menggambarkan, menganalisa dan memberi penafsiran dari sebuah pola budaya
tertentu.
2. Asumsi Dasar Penelitian Etnografi
     Karena cakupan penelitian etnografi yang bersumber pada budaya dan observasi
serta melakukan wawancara merupakan standar dasar pada penelitian etnografi maka
perlu kiranya dikembangkan beberapa asumsi yang menjadi dasar utama peneliti
sebelum melakukan penelitian. 
     Beberapa asumsi dasar penelitian etnografi yang dikemukakan oleh Emzir (2011:
148-149) adalah sebagai berikut : 1) Etnografi mengasumsikan kepentingan penelitian
yang prinsip utamanya dipengaruhi oleh pemahaman kultural masyarakat. 2) Penelitian
etnografi mengasumsikan suatu kemampuan mengidentifikasi masyarakat yang relevan
dengan kepentingannya.  3) Dengan penelitian etnografi peneliti diasumsikan mampu
memahami kelebihan kultural dari masyarakat yang diteliti, meguasai bahasa atau
jargon teknis dari kebudayaan tersebut dan memiliki temuan yang didasarkan pada
pengetahuan komprehensif dari budaya tersebut. 
     Lebih lanjut, Gall, Gall and Borg dalam bukunya “Educational Research an
Introductioní” menyatakan peneliti etnografi setidaknya memiliki beberapa pandangan
tentang lintas budaya yang menjadi obyek penelitiannya diantaranya : 1) Ethnology:
mencakup teori-teori dasar budaya yang merupakan data pembanding dari beberapa
budaya yang berbeda. 2) Pemerolehan budaya: yang memfokuskan diri pada konsep,
nilai-nilai budaya, kemampuan dan tingkah laku yang merupakan budaya umum yang
terjadi pada masing-masing kebudayaan. 3) Pergeseran budaya: yang fokus pada
penelitian tentang seberapa besar struktur sosial mengintervensi kehidupan seseorang
dalam suatu kasus tertentu.
3. Prinsip-Prinsip Metodologi Penelitian Etnografi
Penelitian etnografi merupakan penelitian terperinci yang dapat menggambarkan
suatu kegiatan, kejadian yang biasa terjadi sehari-hari pada suatu komunitas tertentu. Ini
merupakan dasar kekuatan penelitian etnografi yang memberikan gambaran utuh
tentang apa yang terjadi di lapangan. Berbeda halnya dengan penelitian kuantitatif yang
menangkap kebenaran hakikat perilaku sosial di masyarakat dengan sandaran studi latar
artifisial atau pada apa yang dikatakan orang bukan melihat dan terjun secara langsung
mempelajari apa yang dilakukan oleh obyek penelitian tersebut.
     Hammersley (1990) dalam Genzuk (2005: 3) yang tersaji dalam buku
Emzir“Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif” (2011: 149-152)
menyatakan 3 prinsip metodologis yang digunakan dalam corak metode etnografi
diantaranya:
a. Naturalisme : ini menggambarkan bahwa penelitian etnografi yang
dijalankan bertujuan untuk menangkap suatu karakter yang muncul
secara alami dan didapatkan melalui kontak langsung, bukan melalui
interfensi atau rekayasa eksperimen.
b. Pemahaman: yang menjadi landasan utama disini adalah bahwa tindakan
manusia berbeda dari perilaku objek fisik. Tindakan tersebut tidak hanya
tanggapan stimulus namun juga interpretasi terhadap suatu stimulus.
Untuk itu meneliti latar budaya yang lebih dikenal lebih baik dari pada
meneliti yang masih asing agar terhindar dari resiko kesalahpahaman
budaya.
c. Penemuan: Penelitian etnografi merupakan penelitian yang didasari oleh
penemuan sang peneliti. Ini merupakan bentuk otentik sebuah penelitian
dimana suatu fenomena dikaji tidak hanya berdasar pada serangkaian
hipotesis yang mungkin bisa saja terjadi kegagalan namun menjadi nyata
setelah dibutakan oleh asumsi yang dibangun ke dalam hipotesis
tersebut.
4. Karakteristik Penelitian Etnografi
Creswell dalam bukunya “Educational Research, planning, conducting and evaluating
quantitative and qualitative research” menyebutkan beberapa karakter penelitian
etnografi diantaranya:
a. Cultural theme: Merupakan suatu budaya yang terimplementasikan atau
tergambarkan pada suatu grup atau komunitas tertentu (Spradley:1980b.)
b. A Culture –sharing group: merupakan penelitian yang dapat dilaksanakan pada
2 orang atau lebih yang memiliki kesamaan sikap, perilaku dan bahasa. 
c. Fieldwork: Dalam penelitian etnografi Fieldwork  bermakna tempat dimana
peneliti dapat menggabungkan data pada seting tempat dan lokasi yang dapat
dipelajari .
d. Description in etnography: Merupakan gambaran terperinci dari obyek yang
dilakukan penelitian.
e. A Context: merupakan seting tempat, situasi atau lingkungan yang melingkupi
kelompok budaya yang dipelajari.
f. Researcher Reflexivity: Mengacu pada sebuah kondisi dimana seorang peneliti
dalam kondisi yang sadar dan terbuka atas perannya sebagai peneliti yang
dengannya dapat timbul rasa saling mempercayai antara peneliti dan obyek
yang ditelitinya.
5. Jenis – Jenis Penelitian Etnografi
Menurut Creswell, para ahli banyak menyatakan mengenai beragam jenis penelitian
etnografi, namun Creswell sendiri membedakannya menjadi 2 bentuk yang paling
popular yaitu Etnografi realis dan etnografi kritis. Penjelasannya sbb : 
a. Etnografi realis
Etnografi realis mengemukakan suatu kondisi objektif suatu kelompok dan
laporannya biasa ditulis dalam bentuk sudut pandang sebagai orang ke -3. Seorang
etnografi realis menggambarkan fakta detail dan melaporlan apa yang diamati
dandidengar dari partisipan kelompok dengan mempertahankan objektivitas peneliti
b. Etnografi kritis
Dewasa ini populer juga etnograi kritis. Pendekatan etnografi kritis ini penelitian
yang mencoba merespon isu-isu sosial yang sedang berlangsung.misalnya dalam
masalah jender/emansipasi, kekuasaan, status quo, ketidaksamaan hak, pemerataan dsb.
Jenis-Jenis etnografi lainnya diungkapkan Gay, Mills dan Aurasian sbb:
- Etnografi Konfensional: laporan mengenai pengalaman pekerjaan lapangan yang
dilakukan etnografer
- Autoetnografi: refleksi dari seseorang mengenai konteks budayanya sendiri
- Mikroetnografi: studi yang memfokuskan pada aspek khusus dari latar dan
kelompok budaya
- Etnografi feminis: studi mengenai perempuan dalam praktek budaya yang yang
merasakan pengekangan akan hak-haknya.
- Etnografi postmodern: suatu etnografi yang ditulis untuk menyatakan
keprihatinan mengenai masalah-masalah sosial terutama mengenai kelompok
marginal.
- Studi kasus etnografi: analisis kasus dari seseorang, kejadian, kegiatan dalam
perspektif budaya.
6. Prosedur Penelitian Etnografi
Menurut Creswell, walau tidak ada satu cara saja dalam menititi etnografi namum
secara umum prosedur penelitian etografi adalah sbb:
a. Menentukan apakah masalah penelitian ini adalah paling cocok didekati dengan
studi etnogafi. Seperti telah kita bahas sebelumnya bahwa etnografi
menggambarkan suatu kelompok budaya dengan mengekloprasi kepercayaan,
bahasa dan  perilaku (etnografi realis); atau juga mengkritisi isu-isu mengenai
kekuasaan, perlawanan dan dominansi (etnografi kritis).
b. Mengidentifikasi dan menentukan lokasi dari kelompok budaya yang akan
diteliti. Kelompok sebaiknya gabungan orang-orang yang telah bersama dalam
waktu yang panjang karena disini yang akan diteliti adalah pola perilaku, pikiran
dan kepercayaan yang dianut secara bersama.
c. Pilihlah tema kultural atau isu yang yang akan dipelajari dari suatu kelompok.
Hal ini melibatkan analisis dari kelompok budaya.
d. Tentukan tipe etnografi yang cocok digunakan untuk memlajari konsep budaya
tersebut. Apakah etnografi realis ataukah etnografi kritis.
e. Kumpulkan informasi dari lapangan mengenai kehidupan kelompok tersebut.
Data yang dikumpulkan bisa berupa pengamatan, pengukuran, survei,
wawancara, analisa konten, audiovisual,pemetaan dan penelitian jaringan.
Setelah data terkumpul data tersebut dipilah-pilah dan dianalisa.
f. Yang terahir tentunya tulisan tentang gambaran atau potret menyeluruh dari
kelompok budaya tersebut baik dari sudut pandang partisipan maupun dari sudut
pandang peneliti itu sendiri.
Siklus penelitian etnografi
1. Pemilihan suatu proyek etnografi
Siklus dimulai dengan pemilihan suatu proyek etnografi kemudian peneliti
etnografi    mempertimbangkan ruang lingkup dari penyelidikan mereka.
2. Pengajuan pertanyaan etnografi
Dalam sebuah etnografi seseorang dapat mengajukan sub-sub pertanyaan yang
berhubungan dengan (1) suatu deskripsi tentang konteks, (2) analisis tentang tema-tema
utama, dan (3) interpretasi perilaku cultural.
3. Pengumpulan data etnografi
Cara pengumpulan data adalah denngan cara observasi partisipan, anda akan mengamati
aktivitas orang, karakteristik fisik situasin social, dan apa yang akan menjadi bagian dari
tempat kejadian selama pelaksanaan pekerjaan lapangan, apakah seseorang mempelajari
sebuah desa suku tertentu untuk satu tahun atau pramugari pesawat udara untuk
beberapa bulan, jenis observasi akan berubah.
4. Pembuatan Rekaman Etnografi
Tahap ini mencakup pengambilan cacatan lapangan, pengambilan foto, pembuatan peta,
dan penggunaan cara-cara lain untuk merekam observasi anda.
5. Analisis data Etnografi
Terdapat Empat Jenis Analisis:
a. Analisis domain
b. Memperoleh gambaran umum dan menyeluruh dari objek penelitianatau situasi
social.
c. Analisis Taksonomi
d. Menjabarkan domain-domain yang dipilih menjadi lebih rinci
untuk    mengetahui struktur internalnya.
e. Analisis komponensial
f. Mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal dengan cara  mengontraskan
antarelemen.
g. Analisis tema budaya
h. Mencari hubungan di antara domain dan hubungan dengan keseluruhan, yang
selanjutnya dinyatakan ke dalam tema-tema sesuai dengan fokus dan subfokus
penelitian.
6. Penulisan sebuah Etnografi
        Penulisan sebuah etnografi memaksa penyelidik ke dalam suatu jenis analisis yang
lebih intensif. Peneliti etnografi hanya dapat merencanakan dari awal perjalanan
penyeledikan mereka kedalam pegertian yang paling umum.
SUMBER REFERENSI

Anwar Ruswana. (2005). Meta Analisis. Bandung. Fakultas Kedokteran UNPAD.


Joko, Penelitian Kualitatif Naturalistik diunduh
Dari : Mawardi, Rizal. 2019. Pendekatan Kualitatif.
https://dosen.perbanas.id/penelitian-kualitatif-pendekatan-etnografi/#:~:text=yang
%20berarti%20penelitian%20etnografi%20merupakan,dan%20bahasa%20dari
%20berbagai%20kelompok.
dari:http://joko1234.wordpress.com/2010/03/13/penelitian-kualitatif-naturalistik/ pada
21 April 2021 pukul 21.06 WIB.

Anda mungkin juga menyukai