Anda di halaman 1dari 17

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Landasan Teori

2.1 Pajak

2.1.1 Pengertian Pajak

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 Ayat (1):

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat”.

Terdapat banyak pengertian pajak menurut para ahli. Berikut pengertian pajak menurut

beberapa ahli, antara lain menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani yang dikutip oleh Sumarsan

(2017:3):

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayaranya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya dalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo (2018:1):

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki beberapa unsur pokok

yaitu:

Prosedur pemungutan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan di unit pelayanan pajak dan retribusi daerah wilayah Grogol Petamburan
Rusmia Rusli
8

1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta aturan pelaksanaan yang berlaku.

2. Pajak merupakan iuran dari rakyat kepada negara yang bersifat memaksa.

3. Tanpa jasa timbal dari negara secara langsung yang dapat dirasakan.

4. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

5. Pajak mempunyai tujuan dan fungsi sebagai budgetair dan regulerend (mengatur).

2.1.2 Fungsi Pajak

Menurut Rahayu dalam Perpajakan (2018:31), ada 4 fungsi pajak, yaitu:

1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)

Fungsi penerimaan/budgetair yaitu, pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah

untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Fungsi mengatur/regulerend yaitu, pajak sebagai alat untuk mengatur atau

melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

3. Fungsi Pemerataan (Pajak Distribusi)

Fungsi pemerataan yaitu, maksudnya bisa digunakan untuk menyesuaikan dan

menyeimbangkan antara pembagian pendapatan dengan kesejahteraan masyarakat.

4. Fungsi Stabilisasi

Fungsi stabilisasi yaitu, pajak bisa digunakan untuk menstabilkan kondisi dan

keadaan ekonomi. Contohnya dengan menetapkan pajak yang cukup tinggi, pemerintah

bisa mengatasi inflasi. Sebab jumlah uang yang beredar bisa dikurangi. Serta untuk

mengatasi deflasi, pemerintah bisa menurunkan pajak. Selain itu, dengan menurunkan

pajak, jumlah uang yang beredar bisa ditambah sehingga deflasi bisa diatasi.

Prosedur pemungutan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan di unit pelayanan pajak dan retribusi daerah wilayah Grogol Petamburan
Rusmia Rusli
9

2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem Pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2018:7) terdiri atas:

1. Official Assessment Sytem

Adalah sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus)

untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Adapun ciri-ciri Official Assessment Sytem :

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada padafiskus.

b. Wajib pajak bersifat pasif

c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

2. Self Assesment Sytem

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak

untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Adapun ciri-ciri dari Self

Assment Sytem :

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak itu

sendiri.

b. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak

yang terutang.

c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

3. With Holding Sytem

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang mencari wewenang kepada pihak ketiga

(bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya

pajak yang terutang oleh wajib pajak. Adapun ciri-ciri dari With Holding Sytem :

Prosedur pemungutan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan di unit pelayanan pajak dan retribusi daerah wilayah Grogol Petamburan
Rusmia Rusli
10

Wewenangnya menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, yaitu

pihak selain fiskus dan wajib pajak.

2.1.4 Asas Pemungutan Pajak

Menurut Smith dalam Bohari Asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut :

A. Equality (asas persamaan)

Asas ini menekankan bahwa pada warga negara atau wajib pajak tiap negara

seharusnya memberikan sumbangan kepada negara, sebanding dengan itu kemampuan

mereka masing-masing, yaitu sehubungan dengan keuntungan yang mereka terima

dibawah perlindungan negara. Yang dimaksud dengan “keutungan” disini adalah besar

kecilnya pendapatan yang diperoleh dibawah pelindungan negara. Dalam asas Equality

ini tidak diperolehkan suatu negara mengadakan deskriminasi diantara wajib pajak.

B. Certainty (asas kepastian)

Asas ini menekankan bahwa bagi wajib pajak, harus jelas dan pasti tentang

waktu, jumlah, dan cara pembayaran pajak. Dalam asas ini kepastian hukum sangat

dipentingkan terutama mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, dan ketentuan

mengenai pembayarannya.

C. Conveniency of Payment (asas menyenangkan)

Pajak seharusnya dipungut pada waktu dengan cara yang paling menyenangkan

bagi para wajib pajak.

D. Low Cost of Collection (asas efisiensi)

Asas ini menekankan bahwa biaya pemungutan pajak tidak boleh lebih dari

hasil pajak yang akan diterima, pemungutan pajak harus disesuaikan dengan kebutuhan

Anggaran Belanja Negara.

Prosedur pemungutan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan di unit pelayanan pajak dan retribusi daerah wilayah Grogol Petamburan
Rusmia Rusli
11

2.1.5 Jenis-Jenis Pajak

Menurut Mardiasmo dalam Perpajakan (2018:7), pajak dapat dikelompokan menjadi:

a) Menurut Golongannya

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak

dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh)

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebabkan atau

dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

b) Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya,

dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh)

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan

keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas BarangMewah

(PPnBM)

c) Menurut Lembaga Pemungutnya

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga negara.

Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah.

Prosedur pemungutan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan di unit pelayanan pajak dan retribusi daerah wilayah Grogol Petamburan
Rusmia Rusli
12

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak daerah terdiri atas :

i. Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan, Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor.

ii. Pajak Kabupaten/ Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak

Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan

perkotaan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

2.2 Pajak Daerah

2.2.1 Pengertian Pajak Daerah

Dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009

Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah disebutkan :

“Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Menurut Tony Marsyharul (2004:5) :

“Pajak Daerah adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah (baik pemerintah daerah
TK.I maupun pemerintah daerah TK.II) dan hasil dipergunakan untuk membiayai
pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBD.)”

Menurut Suandy (2005:236) :

“Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.”

Prosedur pemungutan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan di unit pelayanan pajak dan retribusi daerah wilayah Grogol Petamburan
Rusmia Rusli
13

2.2.2 Ciri-Ciri Pajak Daerah

a. Pajak daerah hanya dipungut di wilayah administrasi yang dikuasainya.

b. Pajak daerah digunakan untuk membiayai urusan daerah atau untuk membiayai

pengeluaran daerah.

c. Pajak daerah dipungut berdasarkan Peraturan daerah (Perda) dan Undang-Undang

sehingga pajaknya dapat dipaksakan kepada subjek pajaknya.

2.2.3 Jenis Pajak Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah dalam Bab II, Bagian Kesatu, Pasal 2, pajak daerah dibagi dalam 2

kelompok, yaitu:

A. Pajak Provinsi, terdiri dari :

a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

b. Bea Balik nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)

d. Pajak Air Permukaan

e. Pajak Rokok

B. Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari :

a. Pajak Hotel

b. Pajak Restoran

c. Pajak Hiburan

d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

Prosedur pemungutan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan di unit pelayanan pajak dan retribusi daerah wilayah Grogol Petamburan
Rusmia Rusli
14

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

g. Pajak Parkir

h. Pajak Air Tanah

i. Pajak Sarang Burung Walet

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

k. Pajak Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan

2.3 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)

2.3.1 Dasar Hukum Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Di

Wilayah Administrasi Propinsi DKI Jaya

a. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

b. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah.

c. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 16 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi

dan Bangunan Perdesaan.

d. Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 259 Tahun 2015 tentang Pembebasan

PBB-P2 atas Rumah, Rumah Susun Sederhana Sewa dan Rumah Susun Milik.

2.3.2 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau

bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan,

kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan

pertambangan.

Prosedur pemungutan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan di unit pelayanan pajak dan retribusi daerah wilayah Grogol Petamburan
Rusmia Rusli
15

Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut

wilayah kabupaten/kota.

Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada

tanah dan/atau perairan pedalaman, dan/atau laut.

2.3.3 Subjek dan Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau

Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas

Bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.

Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan/atau

Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan,

kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan

pertambangan.

Termasuk dalam pengertian Bangunan adalah :

a. Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel,

pabrik dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan dengan kompleks

bangunan tersebut;

b. jalan tol;

c. kolam renang;

d. pagar mewah;

e. tempat olahraga;

f. galangan kapal, dermaga;

g. taman mewah;

Prosedur pemungutan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan di unit pelayanan pajak dan retribusi daerah wilayah Grogol Petamburan
Rusmia Rusli
16

h. tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak; dan

i. menara;

j. rumah susun;

k. apartemen strata title.

2.3.4 Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan

a. digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan;

b. digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah,

sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan

untuk memperoleh keuntungan;

c. digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu;

d. merupakan cagar budaya yang tidak dimanfaatkan sebagai tempat hunian/tenpat

tinggal, dan kegitan usaha atau sejenisnya , tidak dimaksudkan memperoleh

keuntungan;

e. merupakan Ruang Terbuka Hijau (Kawasan hijau lindung dan hijau binaan), hutan

lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, dan tanah negara yang

belum dibebani suatu hak;

f. digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan

timbal balik; dan

g. digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan oleh

Peraturan Menteri Keuangan.

Prosedur pemungutan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan di unit pelayanan pajak dan retribusi daerah wilayah Grogol Petamburan
Rusmia Rusli
17

2.3.5 Nilai Jual Objek Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)

Besar Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 77 ayat (4) dan ayat (5) UU PDRD, maka besarnya NJOPTKP ditetapkan paling

rendah sebesar Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.

Ketentuan penggunaan NJOPTKP dalam penghitungan besarnya PBB terutang adalah

sebagai berikut :

a. Setiap wajib pajak memperoleh pengurangan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak

sebanyak satu kali dalam satu tahun pajak.

b. Apabila wajib pajak mempunyai beberapa objek pajak, maka yang mendapat pengurangan

Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak hanya satu objek pajak yang nilainya terbesar

dan tidak bisa digabungkan dengan objek pajak lainnya.

Sedangkan di DKI Jakarta besarnya NJOPTKP diatur dengan Peraturan Daerah Nomor 16

Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, maka besarnya Nilai

Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan sebesar Rp 15.000.000,- (lima

belas juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.

2.3.6 Tarif Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 80 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak dan Retribusi Daerah ditegaskan tarif pajak bumi dan bangunan adalah :

(1) Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi

sebesar 0,3% (nol koma tiga persen).

(2) Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan dengan Peraturan

Daerah.

Prosedur pemungutan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan di unit pelayanan pajak dan retribusi daerah wilayah Grogol Petamburan
Rusmia Rusli
18

Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan di DKI Jakarta ditetapkan

dengan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2011 sebagai berikut:

a. Tarif 0,01% (nol koma nol satu persen) untuk Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan/atau

Bangunan kurang dari Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah);

b. Tarif 0,1% (nol koma satu persen) untuk Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan/atau

bangunan Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan kurang dari Rp

2.000.000.000,- (dua miliar rupiah);

c. Tarif 0,2% (nol koma dua persen) untuk Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan/atau

Bangunan Rp 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah) sampai dengan kurang dari Rp

10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah);

d. Tarif 0,3% (nol koma tiga persen) untuk Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan/atau

Bangunan Rp 10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah) atau lebih.

Selanjutnya tarif PBB-P2 diatas telah direvisi berdasarkan Peraturan Gubernur DKI

Jakarta Nomor 259 Tahun 2015 tentang Pembebasan PBB-P2 atas Rumah, Rumah Susun

Sederhana Sewa dan Rumah Susun Milik dengan NJOP sampai dengan Rp 1.000.000.000,-

(satu miliar rupiah) dalam Bab II Bagian Kesatu Pasal 2:

(1) Pembebasan PBB-P2 meliputi objek pajak:

a. Rumah yang dimiliki orang pribadi dengan batasan NJOP sebagai dasar pengenaan

PBB-P2 sampai dengan Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah); dan

b. Rusunami yang dimiliki orang pribadi yang digunakan untuk rumah tinggal dan

rusunawa yang dimiliki atau disewakan oleh Pemerintah yang telah dilakukan

pemecahan menjadi unit-unit satuan rumah susun dengan batasan NJOP sebagai

dasar pengenaan PBB-P2 sampai dengan Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).

Prosedur pemungutan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan di unit pelayanan pajak dan retribusi daerah wilayah Grogol Petamburan
Rusmia Rusli
19

Serta berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 103 Tahun 2016

tentang Fasilitas Pengurangan Pokok PBB dan Penghapusan Sanksi Administrasi

Piutang PBB.

2.3.7 Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak

2.3.7.1 Dasar Pengenaan Pajak

Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Nilai

Jual Objek Pajak (NJOP). Besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek

pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya.

Penetapan NJOP dilakukan oleh Kepala Daerah.

2.3.7.2 Cara Menghitung Pajak

Besarnya pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang

dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak setelah dikurangi Nilai

Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP).

Tabel 2.1

Dasar Pengenaan PBB-P2

PBB-P2 = (Nilai Jual Objek Pajak – Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena

Pajak ) X Tarif Pajak

Prosedur pemungutan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan di unit pelayanan pajak dan retribusi daerah wilayah Grogol Petamburan
Rusmia Rusli
20

2.3.8 Masa, Saat dan Tempat Terutang Pajak

Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 tahun kalender. Saat yang menentukan pajak

terutang adalah menurut keadaan objek pajak pada tanggal 1 Januari. Tempat pajak yang

terutang adalah wilayah daerah yang meliputi letak objek pajak.

2.3.9 Penetapan Pajak

Pendataan dilakukan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP),

yang harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani dan disampaikan kepada

Kepala Daerah yang wilayah kerjanya meliputi letak objek pajak, selambat-lambatnya 30 hari

kerja setelah diterimanya SPOP oleh Subjek Pajak.

Berdasarkan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) , Kepala Daerah dapat

menerbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT), atau mengeluarkan Surat KPD

(SKPD), apabila:

a. SPOP tidak disampaikan dan setelah Wajib Pajak ditegur secara tertulis oleh Kepala

Daerah sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;

b. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terutang

lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdsarkan SPOP yang disampaikan oleh

Wajib Pajak.

2.3.10 Pembayaran dan Penagihan Pajak

Dalam Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 16 Tahun 2011 tentang PBB-P2 Bab VIII

Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Bagian Kedua Pasal 14, berbunyi:

1. Pajak yang terutang berdasarkan SPPT harus dilunasi selambat-lambatnya 6 (enam) bulan

sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak;

Prosedur pemungutan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan di unit pelayanan pajak dan retribusi daerah wilayah Grogol Petamburan
Rusmia Rusli
21

2. pajak yang terutang berdasarkan SKPD yang menyebabkan jumlah pajak yang harus

dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka

waktu paling lama 1 (Satu) bulan sejak tanggal diterbitkan;

3. gubernur atas permohonan WP setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat

memberikan persetujuan kepada WP untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak,

dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan;

4. pajak yang terutang dibayar ke Bank Pemerintah, Bank Daerah, Unit Pelayanan

Perbendaharaan Daerah-BKPD, Bank Swasta atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk

oleh Gubernur.

Prosedur pemungutan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan di unit pelayanan pajak dan retribusi daerah wilayah Grogol Petamburan
Rusmia Rusli
22

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Kantor Unit Pelayanan


Pajak dan Retribusi
Daerah Grogol
Petamburan

Pajak Daerah

PBB-P2

Prosedur Pemungutan
PBB-P2 di Wilayah
Gorogol Petamburan

 UU No 12 Tahun 1994 tentang PBB


 UU No 28 Tahun 2009 tentang PDRD
 Perda Prov DKI Jakarta No 16 Tahun 2011 tentang PBB-P2
 Pergub DKI Jakarta No 259 Tahun 2015 tentang
Pembebasan PBB-P2 atas Rumah, Rumah Susun Sederhana
Sewa dan Rumah Susun Milik

Sesuai Tidak
Sesuai

Hambatan Upaya

Sumber : Diolah Oleh Penulis

Prosedur pemungutan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan di unit pelayanan pajak dan retribusi daerah wilayah Grogol Petamburan
Rusmia Rusli
23

Kantor Unit Pelayanan Pajak dan Retribusi Daerah Wilayah Kecamatan Grogol

Petamburan atau yang biasa disingkat UPPRD GroPet bertugas memungut Pajak dan Retribusi

Daerah diwilayah Grogol Petamburan, dimana UPPRD GroPet memiliki 4 Satuan Pelaksana

menurut uraian tugas masing-masing anatara lain, Sub Bagian Tata Usaha melaksanakan

pengelolaan kepegawaian, keuangan, kearsipan dan barang, Satuan Pelaksana Pelayanan yang

bertugas memberikan pelayanan informasi dan konsultasi perpajakan daerah, Satuan

Pelaksana Pendataan yang bertugas melaksanakan pengumpulan informasi, pendataan dan

pemutakhiran data subjek dan objek pajak daerah, Satuan Pelaksana Penagihan bertugas

melakukan verifikasi dan pembayaran dari pelaporan pajak daerah. Dalam hal ini penulis

memfokuskan pada salah satu prosedur pemungutan pajak daerah yaitu prosedur pemungutan

PBB-P2 yang dilakukan oleh UPPRD GroPet diwilayah Grogol Petamburan. Sesuai dengan

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Undang -

Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Daerah

Provinsi DKI Jakarta Nomor 16 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan,

Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 259 Tahun 2015 tentang Pembebasan PBB-P2 atas

Rumah, Rumah Susun Sederhana Sewa dan Rumah Susun Milik.

Dalam melakukan prosedur pemungutan PBB-P2 yang dilakukan oleh UPPRD GroPet

penulis juga menjelaskan apa kendala yang sering ditemui dalam pelaksanaan pemungutan

PBB-P2 di Kecamatan Grogol Petamburan, serta bagaimana upaya untuk mengatasi kendala

yang ditemui dalam pemungutan PBB-P2 di Kecamatan Grogol Petamburan tersebut.

Prosedur pemungutan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan di unit pelayanan pajak dan retribusi daerah wilayah Grogol Petamburan
Rusmia Rusli

Anda mungkin juga menyukai