Anda di halaman 1dari 17

PEMERIKSAAN PARASIT DARAH (MALARIA)

(Laporan Praktikum Parasitologi)

Oleh

Kiky Rizki Nirwana


1917021013

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Percobaan : Pemeriksaan Parasit Darah (Malaria)

Tanggal Percobaan : 5 April 2021

Nama : Kiky Rizki Nirwana

NPM : 1917021013

Program Studi : Biologi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Kelompok : II (Dua)

Bandar Lampung, 13 April 2021


Mengetahui
Asisten

Putri Oktariana
NPM. 1817021004
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit malaria hingga kini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat dunia yang utama. Malaria menyebar di berbagai Negara, terutama di
kawasan Asia, Afrika dan Amerika Latin. Di berbagai Negara malaria bukan hanya
permasalahan kesehatan semata. Malaria telah menjadi masalah social ekonomi,
seperti kerugian ekonomi, kemiskinan dan keterbelakangan.

Malaria merupakan penyakit protozoa yang ditularkan melalui gigitan nyamuk


Anopheles. Nyamuk Anopheles adalah vector siklik satu-satunya dari penyakit
malaria pada manusia. Nyamuk ini relative sulit dibedakan dengan jenis nyamuk
lainnya, kecuali jika kita menggunakan kaca pembesar. Ciri paling menonjol yang
bisa dilihat dengan mata telanjang adalah posisi nyamuk Anopheles pada waktu
menggigit / menusuk kulit manusia, yaitu dengan posisi menungging. Nyamuk
Anopheles ini akan menggigit/menusuk kulit manusia pada malam hari apalagi ketika
berada di luar rumah, sesudah menghisap darah manusia nyamuk malaria ini akan
beristirahat di dinding dalam rumah yang gelap dan lembab seperti di belakang
lemari, di bawah kolong tempat tidur, dan lain-lain.

Salah satu cara untuk mendeteksi adanya penyakit ini adalah dengan cara
pemeriksaan sediaan apus darah. Pemeriksaan digunakan untuk digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya parasit darah. Salah satu metode untuk mengetahui parasit
darah adalah dengan pembuatan sediaan darah. Pembuatan sediaan darah dapat
dilakukan dengan dua bentuk yaitu sediaan darah tipis dan sediaan darah tebal.
Pemeriksaan darah tepi ini dapat digunakan untuk menghitung jenis sel darah putih
(termasuk pemeriksaan rutin) dan gambaran sel darah seperti adanya parasit, sel
ganas dan juga unsur lainnya. Pada pembuatan sediaan darah tebal dibutuhkan
volume darah lebih banyak sehingga secara logis akan lebih mudah memberikan
peluang ditemukannya parasit.

Pemeriksaan sediaan darah dapat dilakukan dengan metode pengecatan Giemza.


Penggunaan pengecatan Giemza di Laboratorium Veteriner digunakan untuk
pemeriksaan protozoa yang hidup dalam darah secara cepat terutama pada organisme
yang hidup yang bertindak sebagai carier atau pembawa penyakit misalnya
Plasmodium, Babesia, Trypanosoma dan lain-lain. Selain itu, pengecatan Giemza
dapat digunakan untuk mempermudah identifikasi janis-jenis parasit darah
berdasarkan morfologi menurut literature.

Oleh karena itu, pada praktikum kali ini kami akan membahas lebih lanjut tentang
cara membuat sediaan darah tipis dan tebal serta cara memeriksa/mendektesi jenis
parasite darah penyebab malaria.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan darah (malaria).


2. Mahasiswa mampu menjelaskan keuntungan dan kerugian teknik pembuatan
sediaan darah tipis dan tebal.
3. Mahasiswa mengetahui cara diagnosis malaria.
4. Mahasiswa mampu mengerjakan teknik pemeriksaan sediaan darah tebal dan tipis
serta cara pemulasan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Darah merupakan salah satu jaringan dalam tubuh yang berbentuk cair berwarna
merah. Darah didistribusikan melalui pembuluh darah dari jantung keseluruh tubuh
dan akan kembali lagi menuju jantung. Sistem ini berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan sel atau jaringan akan nutrien dan oksigen, serta mentransport sisa
metabolisme sel atau jaringan keluar dari tubuh (Nugraha, 2015).

Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina dengan
gambaran penyakit berupa demam yang sering periodik, anemia, pembesaran limpa
dan berbagai kumpulan gejala oleh karena pengaruhnya pada beberapa organmisalnya
otak, hati dan ginjal (Prabowo, 2004).

Malaria masih menjadi masalah kesehatan di dunia sampai saat ini. Merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian, selain itu
malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas
kerja. Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia, terutama di negara-negara
yang beriklim tropis dan subtropis . Malaria adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus Plasmodium sp yang dapat ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles sp. Terdapat 4 spesies yang utama dari jenis
Plasmodium sp yang menyebabkan penyakit malaria pada manusia, yaitu:
Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae dan Plasmodium
ovale (Isnaini, dkk., 2018).

Malaria merupakan penyakit infeksi menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia dan di negara tropis dan subtropis di dunia sampai saat ini.
Di wilayah Indonesia yang tergolong tropis, malaria merupakan penyakit yang cukup
banyak penderitanya. Penyakit menular ini disebabkan oleh protozoa bernama
Plasmodium sp, ditularkan melauli gigitan nyamuk Anopheles. Saat ini ada 5 jenis
plasmodium yaitu Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana, P. malariae dan
P. ovale menyebabkan malaria kuartana, P. falciparum mengakibatkan malaria
falsiparum dan P. knowlesi yang terakhir ditemukan (Zein, 2014).

Pada saat nyamuk betina menggigit, dia memasukkan air liurnya yang mengandung
parasit ke dalam peredaran darah di dalam tubuh manusia. Selanjutnya parasit masuk
ke dalam sel-sel hati manusia. Sekitar 1 hingga 2 minggu setelah digigt, parasit
kembali masuk ke dalam darah. Pada saat ini manusia tersebut mulai menunjukkan
tanda-tanda atau gejala malaria. Parasit tersebut selanjutnya menyerang sel darah
merah dan mulai memakan hemaglobin, bagian darah yang membawa oksigen.
Pecahnya sel darah merah yang terinfeksi Plasmodium ini dapat menyebabkan
timbulnya gejala demam disertai menggigil. Karena banyak sel darah merah yang
pecah, maka menyebabkan anemia (Widoyono, 2008).

Terdapat 4 spesies parasit penyebab malaria pada manusia yaitu :

1. Plasmodium falciparum menyebabkan penyakit malaria falciparum/tropika.


2. Plasmodium vivax menyebabkan penyakit malaria vivax/tertian.
3. Plasmodium malariae menyebabkan penyakit malaria malariae/kuartana.
4. Plasmodium ovale menyebabkan penyakit malaria ovale.
(Rahmad, 2010)

Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax merupakan penyebab malaria


terbanyak. Plasmodium falciparum adalah penyebab kematian paling utama (Sucipto,

2015).

Gejala klinis penyakit malaria sangat khas dengan adanya serangan demam turun
naik, anemia sekunder dan splenomegali. Gejala fase awalberupamalaise, sakit
kepala, nyeri pada tulang atau otot, anoreksia,mual, diare ringan dan kadang-kadang
merasa dingin di punggung. Keluhan ini sering terjadi pada P.vivax dan P.ovale,
sedangkan P.falciparum dan P.malariae keluhan awal tidak jelas bahkan gejala dapat
mendadak (Harijanto, 2010).
Plasmodium falciparum merupakan salah satu organisme penyebab malaria yang
paling berbahaya dibandingkan dengan jenis plasmodiumlain yang menginfeksi
manusia karena spesies ini banyak menyebabkan angka kesakitan dan kematian pada
manusia. Plasmodium falciparum sudah resisten terhadap beberapa obat antimalaria
(Harijanto, 2009).

Penyakit malaria dapat didiagnosa dengan mencari parasit pada tetesandarah


penderita. Darah yang diambil dari penderitadiletakkan pada kaca tipis dandiwarnai
untuk mencari parasit malaria tersebut menggunakan mikroskop (Erik,2004).

Penggunaan mikroskop untuk mendeteksi morfologi sel darah merah yang terinfeksi
parasit malaria yang dilakukan oleh para dokter dan pihak laboratoriumdi Indonesia
masih dengan cara konvensional. Sehingga hasil analisis tidak selalusama antara
dokter yang satu dengan dokter yang lainnya. Kondisi fisik,pengetahuan, ketelitian
dan konsentrasi dokter sangat menentukan hasil analisisyang dilakukan dengan
pengamatan langsung (Warni, 2009).
III. METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


 Teknik Pulasan Giemsa untuk sediaan darah tipis
Adapun alat dan bahan pada praktikum ini adalah sediaan darah tipis, larutan
Giemsa, metal alkohol, air ledeng yang mengalir.
 Teknik Pulasan Giemsa untuk sediaan darah tebal
Adapun alat dan bahan pada praktikum ini adalah sediaan darah tebal, larutan
giemsa, air mengalir.

3.2 Cara Kerja


 Teknik Pulasan Giemsa untuk sediaan darah tipis
1. Fiksasi sediaan darah dengan metal alkohol (methanol) lamanya ½ menit.
2. Cuci dengan air yang mengalir, keringkan .
3. Taruh sediaan di atas rak secara horizontal dan tuangkan larutan Giemsa .
4. Taruh sediaan larutan Giemsa di atas sediaan darah sekitar 20 – 30 menit,
tergantung kepada mutu zat pulas Giemsa yang dipakai .
5. Cuci dengan air yang mengalir, Larutan Giemsa tidak boleh dibuang
terlebih dahulu, tetapi larutan itu harus dihanyutkan dengan air. Bila tidak
ada endapan yang terdapat dilarutan itu mungkin melekat pada sediaan
darah sehingga menyulitkan pemeriksaan .
6. Keringkan. Untuk itu sandarkan sediaan darah pada buku atau barang lain
sehingga air dapat turun.
7. Periksa dengan mikroskop menggunakan lensa okuler 10 x dan lensa
objektif 100 x menggunakan minyak imersi.
 Teknik Pulasan Giemsa untuk sediaan darah tebal
1. Sediaan darah tidak boleh terlalu tebal dan diameternya 1,5 cm. sediaan
darah tidak perlu difiksasi. Tuangkan larutan giemsa pada sediaan yang
diletakkan horizontal di atas rak
2. Biarkan larutan giemsa di atas sediaan darah 15 – 20 menit.
3. Cuci dengan air ledeng yang mengalir dengan sangat hati-hati, karena
sediaan darah ini tidak difiksasi dan mudah terlepas. Jaga supaya endapan
jangan sampai melekat pada sediaan darah.
4. Keringkan di udara dan periksa dengan mikroskop menggunakan lensa
okuler 10 x dan lensa objektif 100 x menggunakan minyak imersi.
IV. PEMBAHASAN

Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang disebarkan oleh gigitan nyamuk
Anopheles betina. Setelah gigitan nyamuk tersebut, parasit masuk ke dalam tubuh dan
menempati organ hati, di mana parasit dapat tumbuh dan berkembang biak. Ada
beberapa jenis parasite Plasmodium diantaranya sebagai berikut:

1. Plasmodium falciparum
Parasit ini merupakan species yang berbahaya karena penyakit yang
ditimbulkannya dapat menjadi berat dan menyebabkan kematian.
Perkembangan aseksual dalam hati hanya menyangkut fase preritrosit saja,
tidak ada fase ekso-eritrosit. Bentuk dini yang dapat dilihat dalam hati adalah
skizom yang berukuran ± 30 µ pada hari keempat setelah infeksi.

Plasmodium falciparum memiliki ciri-ciri antara lain; sel darah merah tidak
membesar, ring terlihat jelas dan halus dan bisa ditemukan beberapa ring
dalam satu sel, beberapa ring bisa mempunyai 2 bintik-bintik kromatin,
adanya bentuk marginal / applique, biasanya tidak terlihat adanya bentuk
schizont dalam apus darah tepi, kecuali pada infeksi berat, gametosit
mempunyai karakteristik berbentuk pisang. Meskipun begitu, gametosit
biasanya tidak muncul dalam darah pada minggu pertama sampai minggu
keempat masa infeksi, serta bintik-bintik Maurer ditemukan pada stadium ring
tua.
2. Plasmodium vivax
Tropozoitnya berbentuk seperti cincin ukuran lebih besar dari tropozoit
Plasmodium falciparum dengan sitoplasma yang bentuknya tidak teratur.
Sedangkan tropozoit dewasa bentuk sitoplasmanya amoboit dengan inti yang
besar. Pigmen berwarna coklat kekuningan yang tersebar pada sebagian
sitoplasma dan bila bentuknya bulat tanpa vakuola akan sulit di bedakan
dengan bentuk gametosit.

Skizonnya berbentuk tidak teratur, sitoplasma terpecah-pecah dalam


kelompok dan pigmennya berwarna coklat. Pada skizon dewasa terdapat 16
merozoit yang ukurannya lebih besar dari plasmodium lain. Gametositnya
berbentuk bulat dengan inti ditengah sitoplasma, disekelilingnya terdapat
daerah yang tidak berwarna. Makrogametosit lebih besar dari Plasmodium
lain yang tidak dapat dibedakan dengan bentuk tropozoit dewasa. Pigmen
halus dan terbesar pada sitoplasma. Mikrogametosit mempunyai inti besar
berwarna merah muda, sitoplasma pucat dengan pigmen yang terbesar.

3. Trypanosoma brucei
Secara umum Trypanosoma brucei mempunyai panjang berkisar antara 15-34
μm dengan rata–rata 24 μm. Bentuk tubuh silinder tetapi kadang–kadang
terjadi bentuk stumpy/gemuk. Trypanosoma brucei Ini adalah protozoa parasit
ekstraseluler.
Siklus hidup Trypanosoma brucei bergantian antara lalat tsetse sebagai vektor
dan manusia sebagai tuan rumah. Untuk berkembang di host yang berbeda
seperti itu, protozoon mengalami perubahan metabolisme dan morfologis
yang penting dari satu ke yang lain.
Dengan cepat, Trypanosoma brucei mendiami saluran pencernaan, sedangkan
pada manusia ia ditemukan dalam darah

Trypanosome bruceii adalah jenis parasite yang dapat menyebabkan penyakit


tidur melalui lalat tsetse. Pada tahap awal, Tripanosoma berkembang biak di
jaringan subkutan, darah, dan limfe. Tahap ini disebut juga tahap
hemolimfatik, yang dapat menimbulkan gejala demam, nyeri kepala, nyeri
sendi, dan gatal.

Pada tahap selanjutnya, parasit akan menembus sawar darah otak dan
menginfeksi sistem saraf pusat. Tahap ini disebut juga tahap neurologis atau
tahap meningoensefalikal. Umumnya, pada tahap inilah gejala mulai tampak
jelas seperti: perubahan tingkah laku, linglung, gangguan sensoris dan
koordinasi gerak tubuh yang terganggu. Gangguan siklus tidur merupakan ciri
khas penyakit ini. Jika tidak diobati, penyakit ini dapat berakibat fatal.

4. Trypanosoma evansi
Trypanosoma evansi memiliki karakteristik ramping, ukuran kecil,
dibandingkan dengan Trypanosoma theileri. Tetapi besar dibandingkan
dengan Trypanosoma congolense, tipis posterior ekstremitas, flagela bebas,
gerakan aktif dan membran bergelombang sangat terlihat.
Ketika diamati pada Giemsa apus tipis, Trypanosoma evansi selalu
digambarkan sebagai monomorfik tipis trypomastigote parasit, dibandingkan
dengan Trypanosoma brucei. Ujung dari tubuh berbentuk lancip, sedangkan
ujung tubuh yang lain agak tumpul dan terdapat bentukan yang disebut
kinetoplast. Pellicle lapisan luar dari sitoplasma cukup fleksibel untuk
memungkinkan tingkat gerakan tubuh. Permukaan tubuh Trypanosoma evansi
diselubungi oleh lapisan protein tunggal yaitu glikoprotein yang dapat
berubah-ubah bentuk (variabel surface glycoprotein). Dengan kemampuan
glikoprotein yang dapat berubah bentuk, maka Trypanosoma evansi dapat
memperdaya sistem kekebalan tubuh inang (host). Konsekuensinya akan
terjadi variasi antigenik (antigenik variation) dimana tubuh akan selalu
berusaha membentuk antibodi yang berbeda-beda sesuai dengan protein
permukaan yang ditampilkan oleh Trypanosoma evansi.

5. Leishmania

Leishmania adalah kelompok parasit protozoa yang menjadi penyebab


penyakit leishmaniasis. Leishmania umumnya hidup di dalam lalat pasir yang
terinfeksi. Apabila lalat pasir yang terinfeksi menggigit seseorang,
Leishmania dapat berpindah ke orang tersebut dan memicu
leishmaniasis. Parasit dari spesies Leishmania hidup dan membelah diri di
dalam lalat pasir betina. Serangga pembawa ini menyukai lingkungan lembap
dan aktif pada periode-periode hangat. Lalat pasir pembawa Leishmania juga
aktif saat malam hari, dari waktu senja hingga fajar.
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan malaria dapat dilakukan dengan menggunakan sediaan darah
pada manusia.
2. Penyakit malaria dapat ditularkan/dibawaoleh vector nyamuk Anopheles
betina.
3. Penyabab penyakit malaria yang paling sering ditemukan terdapat pada jenis
Plasmodium falciparum, dan Plasmodium vivax.
4. Pada Plasmodium trypanosome fase dimana parasite keluar ke pembuluh
darah dan menyebabkan demam berlangsung diantara hari ke-2 dan ke-3.
5. Pada Plasmodium vivax fase dimana parasite keluar ke pembuluh darah dan
menyebabkan demam berlangsung berulang setiap 3 hari sekali.
6. Plasmodium malariae memilik bentuk schizont seperti bunga seruni.
7. Bentuk stadium gametosit pada Plasmodium falciparum yaitu bentuknya
seperti pisang, sosis dan bulan sabit.
8. Parasit Trypanosome bruceii dapat menyebabkan penyakit tidur yang dibawa oleh
vector lalat tsetse.
9. Trypanosome bruceii memiliki 2 bentuk yaitu bentuk silinder dan bentuk
stumpy/gemuk.
DAFTAR PUSTAKA

Erik Tapan. 2004. Dokter Internet :Flu, HFMD, Diare pada Pelancong, Malaria,
Demam Berdarah, Tifus. Pustaka Populer Obor: Jakarta.

Harijanto, P. N. 2009. Malaria: Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan


Penanganan. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran EGC:
Jakarta.

Harijanto, PN., 2010. Malaria. Dalam Ilmu Penyakit Dalam 4th ed. A.W. Sudoyo.

FKUI Press: Jakarta.

Isnaini, H., Kristinawati, E., dan Rohmi. 2018. Kadar Hemoglobin Dan Jumlah
Trombosit Terhadap Positivitas Malaria Di Puskesmas Meninting Dan
Gunung Sari Lombok Barat. Jurnal Analis Medika Bio Sains. Vol. 5 (2):31-
37.

Lumbantobing, H.,Rahmiana Zein, Endang Purwati, Free Agustina P.Sinaga, Edy


Fachrial, and Sumaryati Syukur.2017. Detection and Spesies Identification of
Plasmodium using Nested PCR and Diagnosis of P.falciparum, P.vivax,
P.knowlesi and Mixed Infection in South Nias Regency, North Sumatera,
Indonesia. Research Jounal of Pharmaceutical, Biological and Chemical
Sciences. Vol 8(2): 1094-1098.

Nugraha, Gilang .2015. Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. CV


Trans Info Medika: Jakarta.

Prabowo, A. 2004. Malaria, Mencegah dan Mengatasinya. Penerbit Puspa Swara:


Jakarta.

Purnomo dan Rahmad. 2010. Atlas Diagnostik Malaria. Kedokteran EGC, Jakarta.
Sucipto, C. D. 2015. Manual Lengkap Malaria. Gosyen Publishing: Yogyakarta.

Warni, E. 2009. Penentuan Morfologi Sel Darah Merah (Eritrosit) berbasis


Pengolahan Citra dan Jaringan Syaraf Tiruan. Jurnal Ilmiah “Elektrikal
Engineering”. Vol. 7 (3): 83.

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan


Pemberantasannya. Erlangga: Semarang.

Anda mungkin juga menyukai