Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: 978-602-18962-5-9

PEMAHAMAN HAKEKAT SAINS DAN APLIKASINYA


DALAM PROSES PEMBELAJARAN SAINS

Wati Oviana
Program Studi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Email: wati.oviana@gmail.com

ABSTRAK

Sains mengandung tiga hal yaitu proses (merupakan usaha-usaha manusia untuk memahami alam
semesta dengan melakukan prosedur dan pengamatan yang tepat dan benar). Kedua, sains sebagai
produk yang merupakan kesimpulan yang di peroleh dari proses yang telah dilakukan oleh para
ilmuan baik berupa sejumlah fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori yang telah didokumentasikan
dalam bentuk tulisan. Selain proses dan produk sains juga mencakup sikap ilmiah yang merupakan
sikap yang harus di miliki oleh para ilmuan dalam memperoleh produk sains. Tiga hakekat sains ini
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat di pisahkan oleh karena itu para pengajar sains
hendaknya memahami dengan benar apa hakekat sains sehingga dapat mengaplikasiknnya dalam
proses belajar mengajar sains. Penelitian tentang pemahaman hakekat sains dengan aplikasinya
dalam pembelajaran bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pemahaman guru
tentang hakekat sains dengan aplikasi pembelajaran IPA di kelas. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif dengan teknik pengumpulan data dengan tes, observasi dan
wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru yang memahami hakekat sains dengan baik
akan berdampak pada pelaksanaan pembelajaran yang mengintegrasikan prinsip hakekat IPA dalam
pembelajaran secara utuh dan menyeluruh demikian juga sebaliknya guru yang tidak memahami
hakikat sains cenderung hanya mengajar konsep-konsep IPA dalam pembelajaran dan hanya fokus
pada satu aspek hakekat IPA saja.

Kata Kunci: Hakikat IPA, Aplikasi Dalam Pembelajaran IPA

PENDAHULUAN
emahaman tentang hakekat sains Fenomena ini muncul karena pemahaman
merupakan salah satu hal yang guru dan siswa belum mempunyai gambaran
mempengaruhi proses belajar mengajar yang jelas dan tepat tentang sains, hal ini senada
sains karena dengan pemahaman yang jelas dengan pendapat Widodo bahwa pemahaman
akan membuat guru dan siswa dapat tentang sains akan sangat berpengaruh terhadap
menjalankan tugasnya dalam mengajar dan bagaimana mengajarkan sains. Seorang guru
belajar sains sesuai dengan hakikat sains. yang berpandangan bahwa sains adalah
Sehingga ketika akan mengajar dan belajar sains sekumpulan konsep tentang alam akan
guru harus menyadari ada tiga hal yang tidak cenderung menekankan pada pemberian
boleh di pisahkan dari sains yaitu proses, informasi agar siswa menguasai konsep-konsep
produk dan sikap ilmiah. Pembelajaran sains sains tersebut. Sebaliknya seorang guru yang
yang berlangsung saat ini masih di dominasi berpandangan bahwa sains adalah kegiatan-
dengan proses pembelajaran yang cenderung kegiatan penelitian akan cenderung menekankan
hanya menyampaikan konsep atau produk sains pada proses eksperimen dan eksplorasi. Kedua
kepada siswa tanpa melatih siswa bagaimana pandangan tersebut sesungguhnya tidak salah
proses yang harus dilakukan agar dapat sains mencakup keduanya bahkan beberapa hal
memperoleh produk sains dan sikap seperti apa lainnya (Widodo, 2007).
yang harus di miliki agar dapat menghasilkan Sains sebagai produk merupakan
produk yang valid dan objektif. akumulasi dari hasil usaha para ilmuan sains

485
486 Wati Oviana

terdahulu melalui metode ilmiah yaitu hakikat sains secara komprehensif akan
melakukan proses dan prosedur yang tepat dan mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran sains
benar untuk menghasilkan suatu temuan. yang tepat sehingga akan menghasilkan tujuan
Produk sains ini pada umumnya berupa fakta, yang sesuai dengan apanyang di harapkan dari
konsep, prinsip, hokum dan teori yang sudah pembelajaran sains.
tersusun sistematis dan lengkap dalam bentuk
buku teks. Buku teks sains merupakan Body of METODE PENELITIAN
knowledge dari sains. Buku teks memang Metode yang digunakan dalam penelitian
penting tetapi ada sisi lain yang tak kalah ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan
penting yaitu dimensi proses. Sains sebagai desain studi kasus. Hal ini dikarenakan tujuan
proses adalah berupa prosedur dan proses ilmiah penelitian ini untuk memperoleh gambaran apa
yang dilakukan oleh para ilmuan dalam adanya tentang pemahaman guru terhadap
menemukan produk sains. Prosedur ilmiah ini hakikat IPA dan aplikasinya dalam
juga seharusnya di latih kepada siswa sebagai pembelajaran. Subjek dalam penelitian ini ialah
bekal bagi mereka kelak dalam mencari dan 5 guru PPG yang PPL di MIN Rukoh Banda
mengembangkan ilmu. Selain produk dan Aceh.
proses dalam sains juga terdapat dimensi sikap
ilmiah yang merupakan sikap-sikap yang HASIL DAN PEMBAHASAN
seharusnya dimiliki oleh para ilmuan baik Pemahaman guru terhadap hakekat IPA
dalam melakukan prosedur ilmiah maupun Pemahaman guru terhadap hakekat IPA
dalam mengkomunikasikan hasil temuan diketahui dengan memberikan soal tes yang
mereka. Pemupukan sikap ilmiah seharusnya mengukur kemampuan guru dalam memahami
juga dilakukan dalam proses belajar mengajar hakikat IPA sebagai data primer dan wawancara
sains untuk melatih siswa agar memiliki sikap- dengan guru yang di teliti tentang hakekat IPA
sikap ilmiah yang positif sebagai bekal sebagai data pendukung. Adapun hasil tes yang
pembetukan karakter siswa yang baik seperti telah dianalisis diperoleh data sebagai berikut:
sikap-sikap para ilmuan. Pemahaman tentang

Tabel 1. Pemahaman Konsep IPA sebagai Produk, Proses dan Sikap Ilmiyah oleh guru yang diteliti
Pemahaman konsep IPA Pemahaman konsep IPA Pemahaman konsep IPA
Kode Guru
sebagai produk sebagai proses sebagai sikap ilmiyah
G1 85 85 85
G2 85 80 80
G3 80 50 65
G4 85 70 70
G5 85 60 60
Rata-rata 84 69 72

Berdasarkan Tabel 1 di atas terlihat bahwa konsep-konsep saja selanjutnya untuk aspek
kemampuan pemahaman konsep IPA sebagai IPA sebagai sikap ilmiyah berada pada urutan
produk, proses dan sikap dari lima orang guru kedua yang dipahami guru sedangkan aspek
yang diteliti sangat bervariasi. Akan tetapi yang paling rendah dipahami oleh rata-rata guru
kemampuan tertinggi dari guru yang diteliti adalah aspek IPA sebagai sikap ilmiyah.
terdapat pada aspek pengetahuan tentang konsep Angka-angka tersebut mengindikasi-kan
IPA sebagai produk sedangkan kemampuan bahwa guru–guru yang diteliti lebih memandang
terendah terdapat pada aspek pemahaman IPA dari segi konsep saja sehingga para guru
konsep sebagai proses. Kecendrungan ini terjadi cenderung mengajarkan IPA lebih fokus pada
karena guru lebih memandang IPA sebangai penanaman konsep saja sedang IPA sebagai
Pemahaman Hakekat Sains dan Aplikasinya… 487

proses dan sikap masih kurang mereka mengacu pada indikator-indikator yang telah
perhatikan dan sering tidak diaplikasikan dalam disusun peneliti untuk melihat pelaksanaan IPA
pembelajaran di kelas. sebagai produk dalam pembelajaran di kelas.
Indikator yang disusun dapat di lihat dalam RPP
Aplikasi Hakekat IPA Produk dalam dan pelaksanaan pembelajaran hal ini sesuai
Pembelajaran Sains dengan yang telah diungkapkan sebelumnya
Aplikasi hakekat IPA dalam bahwa IPA sebagai produk adalah konsep-
pembelajaran sains pada guru yang diteliti konsep IPA baik berupa teori, fakta, prinsip dan
diketahui berdasarkan hasil pengamatan yang lain-lain yang merupakan hasil temuan para
dilakukan pada saat proses pembelajaran sains ilmuan yang telah di bukukan dan dijadikan
oleh guru tersebut berlangsung. Hasil analisis sebagai sumber ilmu pengetahuan IPA yang
terhadap lembar observasi yang dilakukan digunakan guru dalam penyampaian materi
sebanyak tiga kali dari setiap guru yang diteliti pembelajaran di kelas. Adapun indikator hasil
selanjutnya dipersentasekan. Aplikasi IPA observasi aplikasi IPA sebagai produk dapat di
sebagai produk dalam pelaksanaan lihat pada tabel berikut ini:
pembelajaran di kelas dapat dilihat dengan

Tabel 2. Hasil Observasi Pembelajaran yang Menunjukkan Aplikasi IPA Sebagai Produk Dalam
Pembelajaran.
Indikator IPA sebagai GI G2 G3 G4 G5
produk yang diamati
Kesesuaian indikator dan 100% 100% 67% 67% 67%
materi ajar dengan SK-KD
Kelengkapan uraian bahan 67% 67% 67% 67% 67%
ajar
Penguasaan materi 100% 100% 67% 100% 100%
Kemampuan
menghubungkan materi 100% 67% 67% 67% 67%
dengan kehidupan
Rata-rata 91% 83% 67% 75% 75%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat sedangkan untuk KD yang menuntut


bahwa hampir semua guru mampu ketarmpilan atau psikomotor tidak dirumuskan
mengaplikasikan IPA sebagai produk dalam sebagai indikator. Meskipun jika dilahat
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. perindikator kemampuan guru mengaplikasikan
Hampir semua guru yang di amati sudah mampu aspek IPA sebagai produk masih banyak yang
menguasai konsep IPA dengan baik. Akan tetapi kurang akantetapi kalau dilihat secara
tidak ada satu orang guru pun yang melengkapi keseluruhan maka kemampuan guru
uraian bahan ajar dalam RPP yang mereka mengaplikasikan aspek IPA sebagai produk
susun selanjutnya hampir semua guru yang di sudah baik. Hal ini terlihat dari kemampuan
teliti juga kurang mampu menghubungkan rata-rata yang mereka dapatkan dalam
antara materi yang dipelajari dengan kehidupan mengaplikasikan aspek IPA sebagai produk
sehari-hari. Begitu juga dengan kemampuan dalam pembelajaran di kelas hanya satu orang
mereka dalam merumuskan indikator sesuai guru yang mendapatkan kurang dari 75% yaitu
dengan SK-KD tidak semua guru mampu 67% dan nilai tertinggi diperoleh 91%.
merumuskan indikator sesuai dengan tuntutan
SK-KD tetapi mereka lebih memfokuskan
perumusan indikator pada aspek kognitif
488 Wati Oviana

Aplikasi Hakekat IPA Proses dalam proses ilmiyah yang biasanya dilakukan para
Pembelajaran Sains ilmuan untuk memperoleh produk IPA mulai
Aplikasi IPA sebagai proses dalam dari kegiatan merumuskan masalah sampai
pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat dilihat menemukan hasil dan mengkomunikasikan hasil
dengan mengacu pada indikator-indikator yang penyelidikan. Apabila guru mengaplikasikan
telah disusun peneliti untuk melihat pelaksanaan aspek ini maka guru akan memfasitasi para
IPA sebagai proses dalam pembelajaran di siswa untuk melakukan penyelidikan dalam
kelas. Indikator yang disusun dapat di lihat rangka menemukan konsep IPA dalam
dalam pelaksanaan pembelajaran seperti yang pembelajaran di kelas. Adapun indikator hasil
telah diungkapkan sebelumnya bahwa IPA observasi aplikasi IPA sebagai proses dapat di
sebagai proses adalah serangkaian kegiatan lihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Observasi Pembelajaran yang Menunjukkan Aplikasi Hakekat IPA Sebagai Proses Dalam
Pembelajaran
Indikator IPA sebagai proses
yang diamati dalam GI G2 G3 G4 G5
pembelajaran
Menggunakan pendekatan 100% 67% 0% 67% 33%
ketrampilan proses
Merumuskan masalah dan 100% 67% 0% 33% 33%
berhipotesis
Merencanakan percobaan 100% 100% 33% 67% 33%
Melaksanakan percobaan 100% 100% 33% 67% 33%
Melakukan Observasi 100% 100% 33% 67% 67%
Menganalisis data pengamatan 100% 100% 33% 67% 33%
Mengambil kesimpulan 100% 100% 33% 67% 67%
Mengkomunikasikan 100% 100% 33% 67% 67%
Rata-rata 100% 91,75% 24,75% 62,75% 45,75%

Tabel di atas menunjukkan bahwa pencapaian konsep siswa secara kognitif dan
kemampuan guru dalam mengaplikasikan IPA kurang memperhatikan pengembangan aspek
sebagai proses dalam pembelajaran di kelas afektif dan psikomotorik. Hal ini terjadi karena
masih sangat rendah hanya dua guru yang sudah guru lebih memandang IPA sebagai sekumpulan
mampu mengaplikasikan dengan baik di dalam konsep-konsep pengetahuan tentang benda-
kelas sedangkan tiga guru yang lain memiliki benda dan makhluk-makhluk yang ada di alam
kemampuan aplikasi aspek proses yang masih dan segala fenomenanya sehingga yang menjadi
sangat rendah bahkan ada yang hanya mencapai target bagi guru dalam mengajarkan IPA adalah
nilai di bawah 50%. Fakta ini menunjukkan pencapaian konsep (Hendracipta, 2008).
bahwa guru masih mengabaikan pengembangan Padahal dalam proses pembelajaran IPA
ketrampilan proses siswa melalui aplikasi aspek pengembangan ketrampilan proses merupakan
proses dalam pembelajaran IPA yaitu dengan aktivitas yang penting untuk ditanamkan pada
melatih ketrampilan proses siswa yang diawali siswa seperti penguasaan konsep. Agar siswa
dengan proses perumusan masalah sampai dapat mengetahui bahwa konsep-konsep IPA
mengkominikasikan hasil penyelidikan mereka. ditemukan melalui aktivitas ilmiyah seperti
Hal ini terjadi dikarenakan guru memandang kegiatan merumuskan masalah, berhipotesis,
bahwa IPA lebih menekankan pada penguasaan merencanakan dan melaksanakan percobaan,
konsep siswa sehingga guru hanya focus pada mengobservasi, menganalisis data pengamatan
Pemahaman Hakekat Sains dan Aplikasinya… 489

dan menarik kesimpulan dan diungkapkan sebelumnya bahwa IPA sebagai


mengkomunikasikan. sikap adalah sikap-sikap ilmiyah yang harus
dimiliki oleh para ilmua dalam melakukan
Aplikasi Hakekat IPA Sebagai Sikap dalam serangkaian proses ilmiyah untuk menemukan
Pembelajaran Sains konsep IPA. Sikap-sikap ilmiyah yang
Aplikasi IPA sebagai Sikap dalam seharusnya dimiliki oleh para ilmuan sangat
pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat dilihat banyak dalam hal ini peneliti hanya
dengan mengacu pada indikator-indikator yang memfokuskan pada sikap-sikap tertentu yang
telah disusun peneliti untuk melihat pelaksanaan sesuai untuk di terapkan di dalam pembelajaran
IPA sebagai sikap dalam pembelajaran di kelas. IPA di kelas. Adapun indikator hasil observasi
Indikator yang disusun dapat di lihat dalam aplikasi IPA sebagai sikap dapat di lihat pada
pelaksanaan pembelajaran seperti yang telah tabel berikut ini:

Tabel 4. Observasi Pembelajaran yang Menunjukkan Aplikasi Hakekat IPA Sebagai Sikap Dalam
Pembelajaran
Indikator IPA sebagai
sikap yang diamati GI G2 G3 G4 G5
dalam pembelajaran
Menumbuhkan sikap 67% 67% 33% 67% 33%
ingin tahu
Ingin mendapatkan 100% 100% 0% 67% 33%
sesuatu yang baru
Teliti/ mawas diri 100% 100% 33% 67% 33%
Tidak putus asa 100% 100% 33% 100% 67%
Tidak berprasangka 100% 100% 33% 67% 67%
Bertanggungjawab 100% 100% 33% 67% 33%
Kerjasama 100% 67% 0% 33% 67%
Kedisiplinan diri 100% 100% 33% 100% 67%
Rata-rata 95,87% 91,75% 24,27% 71% 50%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat tersebut. Pada hakekatnya sikap ilmiyah ini
bahwa kemampuan guru dalam dapat dikembangkan guru dalam pembelajaran
mengaplikasikan hakekat IPA sebagai sikap di kelas seperti ketika siswa melakukan
juga masih bervariasi ada tiga guru yang sudah percobaan, simulasi, atau kegiatan lapangan.
mengaplikasikan dengan baik sekali Semua kegiatan tersebut jika dilakukan maka
pengembangan sikap ilmiyah pada siswa pada secara tidak langsung guru sudah
saat pembejajaran di kelas sedangkan dua guru mengembangkan sikap ilmiyah siswa dalam
yang lain masih memiliki kemampuan yang pembelajaran yang dilakukan di kelas
sangat rendah dalam mengaplikasikan sikap (Sulistyorini, 2007).
ilmiyah dalam pembelajaran IPA di kelas. Hal
ini terjadi karena guru masih mengabaikan KESIMPULAN
pengembangan sikap dalam pembelajaran dan Berdasarkan hasil analisis data penelitian
lebih memfokuskan pada penguasaan materi dan pembahasan, hasil penelitian ini dapat
yang bersifat kognitif saja. Pada saat ditanyakan disimpulkan bahwa pemahaman guru PPG
pada guru sebagian besar guru menjawab bahwa tetang hakekat pembelajaran IPA masih sangat
mereka sulit menentukan kegiatan belajar apa bervariasi. Akan tetapi kemampuan guru dalam
yang dapat mengembangkan sikap ilmiyah memahami hakekat IPA sebagai produk jauh
490 Wati Oviana

lebih tinggi dari kemampuan memahami guru mengaplikasikan hakekat IPA dalam
hakekat IPA sebagai proses dan sikap ilmiyah. pelaksanaan pembelajaran dimana hampir
Kemampuan guru memahami hakekat IPA semua guru lebih mampu dalam
sebagai produk mecapi nilai rata-rata 84% mengaplikasikan hakekat IPA sebagai produk di
sedangkan kemampuan guru memahami kelas daripada aplikasi IPA sebagai proses dan
hakekat IPA sebagai sikap mencapai nilai rata- sikap. Hal ini menunjukkan bukti bahwa
rata 72% dan kemampuan guru memahami pemahaman guru tentang hakekat IPA akan
hakekat IPA sebagai proses mencapai nilai yang berdampak pada kemampuan guru dalam
paling rendah oleh rata-rata guru dengan nilai mengaplikasikan hakekat IPA dalam
69%. Hasil ini berdampak pada kemampuan pembelajaran di kelas.

DAFTAR PUSTAKA
Hendracipta. Analisis Aspek Inkuiri Pada Widodo,A. Pendidikan IPA Di SD. (Bandung :
Pelaksanaan Pembelajaran Ipa Berbasis UPI Press, 2007), hal 29.
Inkuiri Di SD, (Tesis pada pasca sarjana
UPI Bandung: tidak di terbitkan, 2008) hal
12.
Sulistyorini. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar.
(Semarang: UNNES, 2007), hal 10.

Anda mungkin juga menyukai