BAB II Lussyefrida Yanti
BAB II Lussyefrida Yanti
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
napas yang reversibel (tetapi tidak lengkap pada beberapa klien) baik
berulang, sesak napas, rasa dada tertekan dan batuk, terutama pada malam
Welsh, D.A, Thomas, D.A dalam Setiati, 2015 menyatakan asma adalah
yang berperan termasuk sel mast, limfosit, neutrofil dan eosinoil. Inflamasi
reversible baik secara spontan maupun dengan terapi. Asma juga ditandai
13
dengan peningkatan respon saluran pernafasan dengan stimulus fisiologis
Yang dimaksud faktor penyebab adalah bahan atau keadaan tertentu yang
dengan faktor pencetus adalah bahan atau keadaan tertentu yang dapat
penyebab bila dalam waktu lama tidak diketahui faktor pencetus sehingga
dan dampak yang terjadi. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan
14
oleh Bønnelykke, et all dari Denmark, and London, United Kingdom pada
early life and later asthma is independent of virus type”. Penelitian ini
perkembangan usia dan pengobatan yang baik maka kelanjutan asma dapat
dicegah.
a. Genetik
dan 12q. secara klinis ada hubungan kuat antara hipereksponsif saluran
15
b. Gender dan ras
Asma pada anak lebih sering dijumpai pada anak laki-laki tetapi
c. Faktor lingkungan
paparan allergen dan prevalensi asma dan perbaikan asma bila paparan
allergen menurun.
d. Polusi udara
isocyanate.
e. Faktor lain
16
pada timbulnya alergi. Dinegara berkembang perpindahan ke kota
kayu, batubara dan animal waste ke gas dan listrik . Penggunaan bahan
oleh :
17
c. Hiperresponsibilitas saluran napas, yang ditandai oleh kontriksi hebat
saluran napas kecil akibat spasme otot polos didinding saluran napas.
menyebabkan kematian.
pada asma jenis ini penyebabnya datang dari luar (biasanya allergen).
Setelah diketahui dengan benar bahwa adanya allergen tidak secara mutlat
istilah childhood astha yang tadinya dipakai untuk kasus-kasus asma pada
ialah allergen. Selain itu istilah asma intrinsik banyak dipakai untuk
menunjukkan bahwa penyebab asma jenis ini dating dari dalam tubuh
klien sendiri (biasanya stress psikis dan bertumpu pada nervus vagus).
pula dengan istilah adult-onset asthma yang tadinya dipakai untuk kasus
asma yang ditandai serangan pertama timbul pada usia dewasa, yang
18
Fernando D Martinez dari University of Arizona, USA dalam penelitiannya
reversibel. Walaupun penyakit dapat mulai pada usia berapa pun, gejala
konsekuensi dari penyakit ini tidak diketahui. Saat ini tidak ada strategi
yang rusak dari sel paru, terutama yang berkaitan dengan epitel mukosa,
terus menjadi andalan untuk pengobatan asma ringan dan sedang, namun
Selain itu Andreas von Leupoldt dan Bernhard Dahme dari University of
Data yang tersedia menunjukkan bahwa persepsi tidak akurat dari dyspnea
19
terkait dengan hasil pengobatan yang lebih buruk pada penyakit paru
obstruktif dan dampak atas oleh emosional, attentional dan belajar proses.
persepsi dyspnea.
3. Klasifikasi Asma
Sangat sukar membedakan satu jenis asma dengan asma yang lain. Dahulu
ekstrinsik, asma intrinsik dan asma yang berkaitan dengan penyakit paru
20
Tabel 2.1 Level asma kontrol
a. Asma kontrol
1) Asma ringan adalah asma yang dapat dikontrol dengan baik dengan
2) Asma berat adalah asma yang memerlukan terapi intensitas tinggi. Contoh
GINA guideline step 4 untuk mencapai good kontrol atau good kontrol
21
Pada penyakit-penyakit kronik sasaran pengobatan umumnya sudah jelas,
terkontrol bila tekanan darah ≤140/90 mmHg. Diabetes mellitus terkontrol bila
Banyak klien yang dapat mengatasi asma secara efektif dengan menggunakan
kontrol. Indikarot dari satu atau lebih gejala dari kontrol yang buruk (misalnya
obat-obatan, pertimbangkan alasan lain dari kontrol yang buruk pada table
dibawah ini :
22
Table 2.2 Penyebab kontrol asma yang buruk
4. Patogenesis
Menurut Sundaru (2010), sampai saat ini patogenesis dan etiologi asma
23
bahwa dasar gejala asma adalah inflamasi dan respon saluran nafas yang
berlebihan.
Terdapat dua jalur baik terjadinya inflamasi pada asma alergik maupun
IgE dan jalur saraf otonom dengan hasil akhir berupa inflamasi dan
bahwa asal mula asma terjadi pada awal kehidupan. Ekspresi asma bersifat
genetik) dan paparan faktor lingkungan yang terjadi pada saat kritis waktu
24
Bagan 2.1 : interaksi pejamu dan lingkungan
environment :
age
allergens
genetic factors : polution
. cytokine response infections
profiles microbas
stress
5. Patofisiologi
dengan asma terpapar oleh elergen ekstrinsik dan iritan (misalnya debu,
dada terasa sesak dan mengi. Manifestasi klinia awal, disebut reaksi fase
25
cepat (early-phase), berkembang dengan cepat dan bertahan sekitas satu
Ig-E dependent dari mast sel saluran pernapasan dari mediator, termasuk
kontraksi otot polos. Keterbatasan aliran udara yang bersifat akut ini
terhadap penebalan dan pembengkakan pada sisi luar otot polos saluran
pada saluran napas yang besar, sedang dan kecil. Gejala mengi
saluran napas yang kecil gejala batuk dan sesak lebih dominan
dibandingkan mengi. Pada serangan asma yang lebih berat lagi banyak
26
peningkatan produksi CO2. Peningkatan produksi CO2 yang disertai
yaitu peredaran darah tanpa melalui unit pertukaran gas yang baik. Dengan
perfusi terhadap daerah yang ventilasinya berkurang. Hal ini bukan pirau
mucus. Pada serangan asma dimana terdapat gangguan ventilasi yang berat
27
6. Manifestasi Klinis
Perjalanan penyakit asma dari satu tahap ke tahap berikutnya akan maju
tidak jarang ditemui klien asma dini yang dalam beberapa bulan saja sudah
menjadi asma yang lanjut. Sebaliknya ada pula klien asma yang sudah
a. Serangan awal sering gejala tidak jelas seperti berat di dada, dan pada
Sebagian kecil klien asma yang gejalanya hanya batuk tanpa disertai
mengi di sebut cough variant astha,bila hal ini terjadi maka perlu
Menurut Buss (2013), ada beberapa perubahan yang terjadi pada klien
asma, dan setiap perubahan tersebut memilki cirri khas yang membedakan
28
a. Perubahan konstriksi bronchial
c. Hipoksemia
tambahan.
dapat bervariasi mulai dari yang ringan sekali sampai dengan sangat berat
tergantung pada ringan dan beratnya penyakit pada saat dihadapi. Bila
masih ringan sekali, seringkali asma disangka sebagai penyakit lain, tetapi
bila sudah cukup berat dan keluhan serta gejala sudah semakin banyak dan
29
Bagan 2.2 Peta konsep : memahami asma dan penatalaksanaannya
Pajanan allergen dan iritan
Stress
Udara dingin
Latihan
Faktor lain
Steroid
Stabilisatot
Stimulasi IgE
sel mast
Antihistam
in Digranulasi sel mast
Pengubah
leukotrien
Batuk Napas
nonprod Dada pendek
uktif sesak
mengi
Aliran
variabilitas
puncak
Ket :
30
7. Penatalaksanaan asma
alergi atau infeksi adalah umum pada asma. Oleh sebab itu klien harus
mencapai asma terkontrol sehingga klien asma dapat hidup normal tanpa
31
penatalaksanaan asma jangka panjang dan penatalaksanaan akut/saat
serangan.
menerus.
a. Edukasi
32
1) Meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum
asma)
3) Meningkatkan kepuasan
Dengan kata lain, tujuan dari seluruh edukasi adalah membantu penderita
pertama
4) Kunjungan-kunjyngan berikutnya
alat peraga yang lengkap seperti gambar pohon bronkus, thoraks dengan
2) Ceramah
33
3) Latihan
4) Supervise
5) Diskusi
7) Film/video presentasi
9) Dll
terapi
pada asmanya
34
dilakukan < 1 bulan ( 1-2 minggu) setelah kunjungan awal. Pada setiap
usia di atas 5 tahun adalah untuk diagnosis, menilai berat asma, dan
selain itu penting untuk memonitor keadaan asma dan menilai respons
Spirometri
2) setelah pengobatan awal diberikan, bila gejala dan APE telah stabil
pengobatan.
35
dihirup, pajanan lingkungan kerja, polutan dan iritan didalam dan diluar
Hal yang harus diselidiki untuk mengetahui factor pencetus adalah dengan
4) Asap rokok
5) Refluks gastroesofagus
1) Medikasi Asma
2) Pengontrol (Kontrollers)
36
keadaan asma terkontrol pada asma persisten. Pengontrol sering
disebut pencegah.
37
(pulang, observasi, rawat inap, intubasi, membutuhkan ventilator, ICU,
asma.
1) Penatalaksanaan di Rumah
dan kapan:
38
2) Penatalaksanaan di Rumah sakit
pengobatan/tindakan.
diperhatikan yaitu :
diperlukan
39
1) Tidak respons dengan pengobatan
3) Tanda dan gejala tidak jelas, atau masalah dalam diagnose banding
40
3) Lingkungan Kerja
diusahakan bebas dari polusi udara dan asap rokok serta bahan-
tidak dapat disembuhkan dan obat-obat yang ada pada saat ini
41
8. Diagnosis
yang pendek, batuk, wheezing atau sesak atau kombinasi kombinasi dari
9. Pemeriksaan penunjang
a. Spirometri
diagnose asma. Tetapi respon yang kurang dari ≥ 12% atau (≥ 200mL)
tidak berarti bukan asma. Hal tersebut didapati pada pasien yang sudah
42
c. Pemeriksaan sputum
Jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat pada klien dan
e. Uji kulit
IgE spesifik lebih bermakna bila uji kilit tidak dapat dilakukan.
g. Foto dada
Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada asma berat. Pada fase awal
43
berat terjadinya hiperkapnia (PaCO2 ≥ 45 mmHg), hipoksemia dan
asidosis respiratorik.
10. Pengobatan
vena.
pemeliharaan.
c. Asma ekstrinsik
2) Hidrokortison 200 mg
44
3) Beri oksigen bila dirasakan dapat meringankan sesak klien. Bila
B. TEORI KEPERAWATAN
memiliki kekuatan yang besar dan kapasitas untuk berfikir dan merasakan
45
Bagan 2.3 Model Sistem Adaptasi Manusia berdasar ”Model Adaptasi Roy”
Umpan Balik
respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu input, proses dan output.
1. Input
Input atau masukan terdiri dari stimulus dan level adaptasi. Stimulus terdiri
dari :
46
diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini
c. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan
sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini
2. Proses
koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan
a. Subsistem regulator
sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon
neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku
output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai
b. Subsistem kognator.
47
dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi.
3. Efektor
interdependensi.
48
2) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
dan ginjal.
komponen tubuh.
dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma
49
mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi
Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal
self.
kemampuan seksualitas.
2). The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal
diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas,
50
hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam
area ini.
d. Mode Interdependensi
4. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur
atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun
51
dari luar. Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy
asma yang disebabkan oleh faktor pencetus sering tidak dapat dihindari
oleh klien, sehingga klien selalu merasa tertekan dan khawatir dengan
belajar untuk toleransi, pada teori adaptasi Roy hal ini berada dalam
52
stimulus residual. Teori adaptasi Roy menggambarkan interaksi antara
kontrol yang terdiri dari asma terkontrol, terkontrol sebagian dan tidak
membantu klien asma untuk dapat mencapai level kontrol yang baik. Hal
ini sejalan dengan teori adaptasi Roy dimana masuk dalam proses
53
Bagan 2.4 Kerangka Teori
Asma
Tindakan pencegahan kekambuhan
asma :
1. Edukasi
2. Menilai dan monitor berat asma
secara berkala
Penatalaksanaan asma 3. Identifikasi dan mengendalikan
faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan
pengobatan jangka panjang
Stimulus Terkontrol 5. Menetapkan pengobatan pada
konseptual Terkontrol parsial serangan akut
Tidak terkontrol 6. Kontrol secara teratur
7. Pola hidup sehat
Terapi intensitas
tinggi
Pengalaman klien asma dalam pencegahan
kekambuhan asma
Sumber : GINA (2009); Sundaru (2010); Black (2014); Alligood (2014); PDPI (2005)
54