Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMOROID

MULYANA ANWAR

70300116004

CI INSTITUSI CI LAHAN

( ) ( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2017
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Pengertian Hemoroid

Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid

sangat umum terjadi, pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe

hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali

atau memperberat adanya hemoroid. Terdapat dua jenis hemoroid, Hemoroid

internal dan hemoroid eksterna. Hemoroid internal yaitu hemoroid yang terjadi

diatas spingter anal sedangkan yang muncul di spingter anal disebut hemoroid

eksternal (Brunner & Suddarth, 2001)

Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran

pembuluh darah, walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana.

Hemoroid hampir mirip dengan varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah

yang melebar adalah pembuluh darah kaki, sedangkan pada hemoroid pembuluh

darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis di daerah anorektal. (Dermawan,

2010)

Hemoroid bisa mengalami peradangan, menyebabkan terbentuknya bekuan

darah (trombus), perdarahan atau akan membesar dan menonjol keluar.  Wasir yang

tetap berada di anus disebut hemoroid interna (wasir dalam) dan wasir yang keluar

dari anus disebut hemoroid eksterna (wasir luar). (Dermawan, 2010)

B. Etiologi/Penyebab

Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :

1. Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang

menyebabkan gangguan adalah :

a. Hepar sirosis hepatis


Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar

sehingga  terjadi hipertensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain

ke esopagus danpleksus hemoroidalis.

b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.

c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena

sehingga aliranya terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur

ovarium, tumor rectal dan lain lain.

(Doenges, 2003)

2. Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor

penyebab timbulnya hemoroid

Faktor faktor yang mungkin berperan :

a. Keturunan atau heriditer

Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan

bukan hemoroidnya.

b. Anatomi

Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah

mudah kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus

hemoroidalis.

c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara

lain :

1) Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya

gravitasi akan mempengaruhi timbulnya hemoroid.

2) Gangguan defekasi dan miksi.

3) Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.

4) Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.

3. Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan

Senilis, konstipasi dan kehamilan.


4. Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan

peningkatan tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.Umumnya faktor

etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling berkaitan.( Djuhari, 2003)

C.  Patofisiologi

Ada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan keluhan.

Akan timbul bila ada penyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi. Hemoroid

timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena

hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus

dan rektum terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya

terjadi akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah

segar meskipun berasal dari vena karena kaya akan asam. Nyeri yang timbul akibat

inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan

darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi pada daerah

tersebut dan nekrosis.( Potter, P. A, 2006)

Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :

1. Hemoroid interna, merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media.

Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena

tidak adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini.

Hemoriud interna terbagi menjadi 4 derajat :

a. Derajat I

Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mokosa tidak melalui anus

dan hanya dapat di temukan dengan proktoskopi.

b. Derajat II

Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat

depikasi, tapi setelah defekasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan

sendirinya.
c. Derajat III

Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya

tetapi harus di dorong.

d. Derajat IV

Suatu saat ada timbul keadaan akut dimana varises yang keluar pada saat

defekasi tidak dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul thrombus

yang di ikuti infeksi dan kadang kadang timbul perlingkaran anus, sering di

sebut dengan Hemoral Inkaresata karena seakan - akan ada yang menyempit

hemoriod yang keluar itu, pada hal pendapat ini salah karena muskulus spingter

ani eksternus mempunyai tonus yang tidak berbeda banyak pada saat membuka

dan menutup. Tapi bila benar terjadi, inkaserata maka setelah beberapa saat akan

timbul nekrosis tapi tidak demikiaan halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan

perolaps hemoroid. (Price, A. Sylvia, 2006)

2. Hemoroid eksterna, merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Hemoroid

eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi

hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :

a. Akut

Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan

sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.

Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:

1) Sering rasa sakit dan nyeri

2) Rasa gatal pada daerah hemorid

Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung - ujung saraf pada

kulit merupakan reseptor rasa sakit.

b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau

lebih dari kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh

darah. (Price, A. sylvia2006)

D. Manifestasi Klinis

Gejala utama berupa :

1. Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.

2. Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.

Gejala lain yang mengikuti :

1. Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.

2. Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.

3. Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.

(Burnner,2001)

Pemeriksaan Fisik

Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan

menempel pada tempat tidur.

1. Inspeksi

a) Pada inspeksi lihat apakah ada benjolan sekitar anus

b) Apakah ada benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.

c) Bagaiman warnaya , apakah kebiruaan, kemerahan, kehitaman.

d) Apakah benjolan tersebut terletak di luar ( Internal / Eksternal ).

2. Palapasi

Dapat dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan + vaselin dengan

melakuakn rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Apakah

ada benjolan tersebut lembek, lihat apakah ada perdarahan.( Price, A. Sylvia,

2006)
E. Penatalaksanaan Medis

1. Pada tingkat I :

a. Dicoba dengan menghilangkan faktor-faktor penyebab misalnya

obstipasi dianjurkan, diet rendah sisa; lebih banyak makan buah dan

sayur mayur, mengurangi daging. Makanan yang merangsang di

kurangi.

b. Jika ada infeksi berikan antibiotik peroral

c. Bila terdapat nyeri yang terus menerus dapat di beri suppositoria.

d. Untuk melancarkan defekasi saja dapat diberi cairan paraffin atau

larutan magnesium sulfat 10%.

e. Bila dengan pengobatan diatas tidak ada perbaikan, diberikan terapi

sklerosing

f. Menyuntikkan zat sklerosing (sodium moruat 5% atau fenol dll).

Penyuntikan dilakukan antara mukosa dan varises, dengan harapan

timbul fibrosis dan hemoroid lalu mengecil Kontra indikasi

pengobatan ini adalah, hemonia eksterna, radang dan adanya fibiosis

hebat di sekitar hemoroid interna.

2. Tingkat II, terapi sklerosing dan kalau tidak berhasil dilakukan

operasi

3. Tingkat III, Operasi

4. Tingkat IV, Operasi, bila ada radang di tenangkan dahulu

(Dermawan, 2010)
F. Komplikasi

1. Terjadinya perdarahan

Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar. Perdarahan akut pada

umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar.

Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan

apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat

banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang

dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa

mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering

tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena

adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk

lagi (inkarserata / terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan

sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.

2. Terjadi trombosis

Karena hemoroid keluar sehingga lama - lama darah akan membeku dan

terjadi trombosis.

3. Peradangan

Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan

meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman – kumannya. (Taylor.

R, 2006)

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin, mengalami penurunan < 12 mg%.
2. Anoscopy, pemeriksaan dalam rektal dengan menggunakan alat, untuk
mendeteksi ada atau tidaknya hemoroid. Dengan cara ini dapat dilihat
hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk
mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop
dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat
diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat
sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila
penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar
dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata
3. Digital rectal examination, pemeriksaan dalam rektal secara digital.
4. Sigmoidoscopy dan barium enema, pemeriksaan untuk hemoroid yang
disertai karsinoma.
5. Inspeksi Hemoroid eksterna mudah terlihat, terutama bila sudah menjadi
thrombus. Hemoroid interna yang menjadi prolaps dapat terlihat dengan cara
menyuruh pasien mengejan. Prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang
tertutup mukosa.
6.   Rectal Toucher (RT)
Hemoroid interna stadium awal biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, hemoroid
ini dapat teraba bila sudah ada thrombus atau fibrosis. Apabila hemoroid sering
prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan
terasa padat dengan dasar yang lebar. Rectal toucher (RT) diperlukan untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya karsinoma recti.
7. Pemeriksaan diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolaps.
Anaskopi dimasukan untuk mengamati keempat kuadran dan akan terlihat
sebagai struktur vaskuler yang menonjol kedalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya,
letak, besarnya, dan keadaan lain seperti polip, fissure ani, dan tumor ganas
harus diperhatikan. (Dermawan, 2010)
PENYIMPANGAN KDM PASCA OPERASI HEMOROID

Konstipasi, Sering mengejan, Tumor Rektum, Tekanan Intra Abdominal, Thrombosis Vena
Hemoroidalis

aliran balik vena terganggu

Tekanan perifer meningkat dan pelebaran vena hemoroidalis

Hemoroid

Adanya luka Tindakan pembedahan Perubahan status

operasi ↓ kesehatan

↓ Terputusnya kontinuitas ↓

Resiko tinggi Jaringan Kurang informasi

terjadi infeksi ↓ ↓

sianosis pada sel Salah persepsi

Pengaruh ↓

Pelepasan mediator kimia ↓

(bradikinin, histamine, serotonin dan prostaglandin)

Merangsang ujung saraf perifer ↓

↓ Kurang pengetahuan

Reseptor nyeri

↓ Hospitalisasi

Diteruskan ke thalamus ↓
↓ Perubahan

Korteks cerebri lingkungan

↓ ↓

Nyeri dipersepsikan Gangguan istirahat

↓ tidur

Nyeri

Defisit perawatan diri

Respon muskular ↑

↓ Kebutuhan ADL

Melindungi daerah nyeri tidak terpenuhi

↓ ↑

Membatasi daerah gerak Aktivitas minimal


BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

a. IDENTITAS KLIEN meliputi nama, umur, pendidikan,


pekerjaan, agama, status perkawinan dll.
b. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama   : Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB.
Ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu
hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar
menetes.
c.  Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya,
sembuh atau terulang kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak
dilakukan pembedahan sehingga akan kembali RPD.
d. Pola kebiasaan dan pemeliharaan kesehatan.
Pola Nutrisi

Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan


pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien,
selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS.

Pola Istirahat dan Tidur

 Adanya nyeri otot dan dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh


terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan
kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit yang
banyak orang mondar-mandir.

Pola Aktivitas

Akibat nyeri otot pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas


minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya. Dan untuk
memenuhi kebutuhan aktivitasnya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat
dan keluarganya.

Pola  Eleminasi

 Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi


dan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah,
pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat
pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot
tractus degestivus.

c. PEMERIKSAAN FISIK.
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan
menempel pada tempat tidur.

1. Inspeksi

a. Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.


b. Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
c. Warna benjolan terlihat kemerahan.
d. Benjolan terletak di dalam ( internal ).
2. Palpasi

Dilakukan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan melakuakan


rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan benjolan
tersebut dengan konsistensi keras, dan juga ada perdarahan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan karena luka operasi


2. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan adanya sayatan luka operasi
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, pengobatan berhubungan dengan kurang
terpajan informasi
4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan tidak terbiasa
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan pembatasan gerak

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Intervensi Rasional
Hasil
1. Nyeri berhubungan Nyeri 1. Kaji tingkat nyeri (skala Berguna dalam pengawasan dan
dengan terputusnya hilang/berkurang 0 – 10) untuk memilih intervensi
kontinuitas jaringan dalam 3 x 24 jam selanjutnya
karena luka operasi perawatan dengan
kriteria 2. Observasi TTV Deteksi dini terhadap potensial
- Keluhan nyeri tidak masalah dengan intervensi segera
ada/ berkurang dapat mencegah akibat serius
- Pasien tampak
rileks Memfokuskan perhatian pasien,
- TTV dalam batas 3. Ajarkan pasien untuk membantu menurunkan tegangan
normal melakukan teknik otot sehingga nyeri berkurang
relaksasi
Menurunkan kekakuan otot dan
sendi. Ambulasi dapat membantu
4. Anjurkan pada klien meningkatkan kembalinya fungsi
melakukan latihan ke tingkat normal
rentang gerak dan dorong
ambulasi dini Menurunkan nyeri, meningkatkan
kenyamanan

5. Penatalaksanaan
pemberian analgetik
sesuai indikasi
2. Resiko tinggi terjadi Dalam 3 x 24 jam 1. Kaji adanya tanda-tanda Untuk mengetahui adanya infeksi
infeksi berhubungan perawatan, infeksi infeksi dan memilih intervensi
dengan adanya sayatan tidak terjadi dengan selanjutnya
luka operasi kriteria:
- tidak terlihat 2. Observasi balutan, Deteksi dini terjadinya infeksi
adanya tanda-tanda apakah basah oleh memberikan pencegahan
infeksi drainase purulen atau dari komplikasi lebih serius
feses
Hasil TTV yang tidak normal
mengindikasikan adanya infeksi
3. Observasi TTV
Daerah lembab merupakan
medium pertumbuhan kuman
sehingga memperlambat
4. Anjurkan pada klien penyembuhan
untuk menjaga verban
agar tetap kering Diberikan secara profilaktik untuk
menurunkan resiko terjadinya
infeksi
5. Berikan antibiotik sesuai
indikasi
3. Kurang pengetahuan Dalam 1 x 24 jam 1. Kaji tingkat pemahaman Mengetahui tingkat pemahaman
mengenai kondisi, perawatan klien klien klien untuk memilih intervensi
pengobatan memahami mengenai selanjutnya
berhubungan dengan kondisi, pengobatan
kurang terpajan dengan kriteria: Menurunnya rentang perhatian
informasi - mengutarakan 2. Berikan informasi dalam pasien dapat menurunkan
pemahaman bentuk-bentuk yang kemampuan untuk
mengenai kondisi singkat dan sederhana menerima/memproses dan
dan pengobatan mengingat/menyimpan informasi
- Melakukan yang diberikan
prosedur yang
diperlukan 3. Instruksikan pada pasien Membantu dalam meningkatkan
untuk melakukan normalisasi fungsi organ
ambulasi dini

4. Diskusikan perawatan Pemahaman meningkatkan kerja


insisi, termasuk sama dengan program terapi,
mengganti balutan dan meningkatkan penyembuhan dan
kembali ke dokter untuk proses perbaikan
mengangkat jahitan
4. Gangguan istirahat Kebutuhan istirahat 1. Kaji pola istirahat tidur Untuk mengetahui pola istirahat
tidur berhubungan tidur dapat terpenuhi klien tidur sehingga dapat menentukan
dengan perubahan dalam 2 x 24 jam intervensi selanjutnya
lingkungan perawatan dengan
tidak terbiasa kriteria: Meningkatkan relaksasi dengan
- klien mengatakan 2. Anjurkan pada klien perasaan mengantuk
dapat tidur dengan untuk minum susu hangat
nyenyak sebelum tidur
- Klien tampak segar Menurunkan kebutuhan akan
3. Anjurkan membatasi bangun untuk berkemih selama
jumlah minum pada sore malam hari
hari dan lakukan
berkemih sebelum tidur
Meningkatkan waktu tidur/
4. Berikan kesempatan istirahat
untuk beristirahat/ tidur

5. Ciptakan lingkungan Menurunkan stimulasi sensori


yang nyaman untuk
istirahat (batasi
pengunjung, dll)
5 Defisit perawatan diri Defisit perawatan diri 1. Kaji pola perawatan diri Mengetahui pola perawatan diri
berhubungan dengan dapat teratasi dalam klien klien dirumah/sebelum masuk RS
permbatasan gerak 1x24 jam dengan Memberi pengetahuan tentang
kriteria : 2. Berikan pengetahuan pentingnya perawatan diri
- klien tampak segar tentang pentingnya
- pakaian klien perawatan diri Keluarga mengetahui cara
bersih merawat klien post operasi
3. Ajarkan keluarga cara
perawatan diri untuk
klien post operasi
Memudahkan klien dalam
4. Anjurkan keluarga untuk melakukan perawatan diri
membantu pemenuhan
perawatan diri klien
5. Berikan kesempatan Klien dapat melakukan perawatan
klien untuk melakukan diri secara mandiri tanpa bantuan
perawatan diri secara orang lain
mandiri
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta:  EGC.


Dermawan, T. R. 2010. Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Pencernaan).
Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Djuhari, Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Doenges Moorhouse Geissle. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:  EGC


Potter, P. A. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, Volume2. Jakarta:
EGC
Price, A. Sylvia.2006. Patofisiologi edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC

R.Taylor,Clive. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi. Jakarta : EGC.


Asuhan Keperawatan pada Klien “Tn K”
Post Operasi Hemoroid di Ruang Melati
RS TK II PELAMONIA

MULYANA ANWAR

70300116004

CI INSTITUSI CI LAHAN

( ) ( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2017

Anda mungkin juga menyukai