Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Letak sungsang (presentasi bokong) merupakan suatu letak dimana

bokong bayi merupakan bagian rendah dengan atau tanpa kaki (keadaan di

mana jannin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong

berada di bagian bawah kavum uteri).1(marmi)

Penyebab letak sungsang (presentasi bokong) terjadi kurang lebih 3%

Pada semua persalinan, penyebab pasti dari presentasi bokong belum di

ketahui pasti tetapi dapat terjadi pada persalinan prematur, uterus bikornis,

Insufisiensi cairan ketuban, plasenta letak rendah atau tumor yang

menghalangi jalan lahir. Selain itu kelainan-kelainan seperti hidrosefalus,

grande multi, polihidramnion memungkinkan terjadinya malpresentasi.1

Menurut World Health Organization (WHO) Menegaskan setiap tahun

sejumlah 358.000 ibu meninggal saat bersalin di mana 355.000 (99%) berasal

dari Negara berkembang. Rasio Angka KematianIbu (AKI) di Negara

berkembang merupakan peringkat tertinggi dengan 290 kematian ibu per

100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio Angka Kematian Ibu

(AKI) di Negara maju yaitu 14 kematianibu per 100.000 kelahiranhidup

( WHO, 2010). Semakin tinggi Angka Kematian Ibu (AKI), maka semakin

tinggi pula angka kematian bayi (AKB) Sekitar 4 juta pertahun bayi

meninggal pada bulan pertama kehidupan. Seperempat dari mereka

meninggal dalam 24 jam kehidupan dan 75 % pada minggu pertama

1
2

kehidupan.2 Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

Tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di idonesia meningkat dari 228 per

100.000 kelahiran hidup dan tahun 2012 menjadi 359 per 100.000 kelahiran

hidup sedangkan pada tahun 2007 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia

sebesar 34 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan di Tahun 2012 menjadi 32

per 1.000 kelahiran hidup.2

Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia terjadi penurunan dari tahun

ketahun akan tetapi bila di bandingkandengan negara lain di Asia Tenggara

AKB masih di katakan cukup tinggi. AKB di indonesia ( 35 per 100 kelahiran

hidup ) adalah 4,6 kali lebih tinggi dari pada Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi

dari Pilipina dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand.2(apriyanti fiti)

Penyebab utama kematian ibu di Indonesia dan negara-negara lainnya di

dunia hampir sama, diantaranya akibat perdarahan (25%), infeksi (14%)

kelainan hipertensi dalam kehamilan (13%), letak sungsang (13%) serta

akibat persalinan yang lama. 2(apriyanti fiti)

Angka kematian ibu dan bayi pasca persalinan di Banten sangat tinggi.

Pada tahun 2013, kematian ibu mencapai 216, sedangkan kematian bayi

neonatal (hanya hidup dalam rentang waktu 28 hari) sebanyak 1220..3( Sigit,
Wardoyo)

Provinsi Banten menempati peringkat ke-5 dalam kasus kematian ibu dan

peringkat ke-6 kematian bayi.3 (Sigit, Wardoyo)


3

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2013 mencatat

jumlah kematian ibu sebanyak 35 kematian, penyebab utama kematian ibu di

Kabupaten Pandeglang adalah perdarahan sebanyak 14 kasus (40%), eklamsia

sebanyak 8 kasus (22,8%), infeksi sebanyak 4 kasus (11,4%), dan penyebab

lainnya sebanyak 9 kasus (25,7%).4(pangestu rido)

Berdasarkan hasil survey awal yang peneliti lakukan dari ruang bersalin

RSUD Berkah Pandeglang di peroleh jumlah kejadian letak sungsang pada

tahun 2015 sebanyak 102 kasus dari 648 ibu bersalin di RSUD Berkah

pandeglang ( Med. Rec. RSUD Berkah Pandeglang 2015 )

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian letak sungsang di

RSUD Berkah Pandeglang Tahun 2015.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah dalam

penelitian ini yaitu“ faktor – faktor apa saja yang berhubungan dengan

kejadian letak sungsang di RSUD Berkah Pandeglang Tahun 2015”.

1.3 Tujuan Penelitian

13.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan

kejadian letak sungsang di RSUD Berkah Pandeglang Tahun 2015

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi letak sungsang pada ibu bersalin

di RSUD Berkah Pandeglang Tahun 2015


4

2. Mengetahui distribusi frekuensi usia pada ibu bersalin di RSUD

Berkah Pandeglang Tahun 2015

3. Mengetahui distribusi frekuensi paritas pada ibu bersalin di

RSUD Berkah Pandeglang Tahun 2015

4. Mengetahui distribusi frekuensi pekerjaan pada ibu bersalin

diRSUD Berkah Pandeglang Tahun 2015

5. Mengetahui hubungan antara usia dengan kejadian letak sungsang

pada ibu bersalin di RSUD Berkah Pandeglang Tahun 2015

6. Mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian letak

sungsang pada ibu bersalin di RSUD Berkah Pandeglang Tahun

2015

7. Mengetahui hubungan antara pekerjaan dengan kejadian letak

sungsang pada ibu bersalin di RSUD Berkah Pandeglang Tahun

2015

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengalaman serta dapat

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan khususnya

tentang kejadian letak sungsang di RSUD Berkah Pandeglang Tahun

2015
5

1.4.2 Bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi bagi masyarakat untuk menambah

pengetahuan tentang kejadian letak sungsang khususnya pada ibu

bersalin.

1.4.3 Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan pengetahuan diperpustakaan

Akademi Kebidanan Bina Husada Serang Banten.

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Menambah wawasan sekaligus menjadi bahan acuan atau

masukan bagi peneliti selanjutnya tentang kejadian letak sungsang.

1.5 Hipotesis

Hipotesis adalah Suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.

Biasanya hipotesis ini di rumuskan dalam bentuk hubungan antara dua

variabel, variabel bebas dan variabel terikat. Hipotesis berfungsi untuk

menentukan kearah pembuktian, artinya hipotesis ini merupakan pernyataan

yang harus di buktikan.9 (notoatmodjo, soekidjo. 2012)

1.5.1 Hipotesis Alternatif (Ha)

Hipotesis alternatif adalah suatu rumusan hipotesis dengan tujuan

untuk membuat ramalan tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu

gejala muncul.9(notoatmodjo, soekidjo. 2012)


6

Ha1 = Ada hubungan antara usia dengan kejadian letak sungsang di

RSUD Berkah PandeglangTahun 2015

Ha2 = Ada hubungan antara paritas dengan kejadian letak sungsang di

RSUD Berkah Pandeglang Tahun 2015

Ha3 = Ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian letak sungsang

di RSUD Berkah Pandeglang Tahun 2015

1.5.2 Hipotesis Nol (Ho)

Hipotesis Nol adalah sesuatu kesamaan atau tidak adanya suatu

perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok atau lebih mengenai

suatu hal yang dipermasalahkan.9(notoatmodjo, soekidjo. 2012)

Ho1 = Tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian letak

sungsang di RSUD Berkah Pandeglang Tahun 2015

Ho2 = Tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian letak

sungsang di RSUD Berkah Pandeglang Tahun 2015

Ho3 = Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian letak

sungsang di RSUD Berkah Pandeglang Tahun 2015


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan

2.1.1 Pengertian

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks,

dan janin turun ke jalan lahir.10 (sumarah,dkk 2010)

Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong

keluar melalui jalan lahir. Dengan demikianbisa dikatakan bahwa

persalinan (labor) adalah rangkaian peristiwa bisa mulai dari kenceng-

kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi (janin,

plasenta, ketuban, dan cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau

dengan kekuatan sendiri.10(sumarah,dkk 2010)

Delivery (kelahiran) adalah peristiwa keluarnya janin

termasuk plasenra.10(sumarah,dkk 2010)

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran

yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37 - 42 minggu ), lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam

waktu 18 - 24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada

janin.

Spontan adalah persalinan terjadi karena dorongan kontraksi

uterus dan kekuatan mengejan ibu.10(sumarah,dkk 2010)

7
8

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin + uri) yang dapat hidup kedunia luar, dari rahim melalui jalan

lahir atau dengan jalan lain.11 (amru,sofian. 2011)

2.1.2 Jenis Persalinan

a. Menurut cara persalinan

1) Partus biasa (normal), di sebut juga partus spontan, proses

lahirnya bayi dengan LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa

bantuan alat – alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang

umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.

2) Partus luar biasa (abnormal) ialah persalinan pervaginam

dengan bantuan alat atau melalui dinding perut dengan opesai

caesar.

b. Menurut tua (umur) kehamilan

1) Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamlan sebelum

janin dapat hidup (viabel) – berat janin di bawah 1000 gr, tua

kehamilan dibawah 28 minggu..

2) Partus prematurus adalah persalinan (pengeluaran) hasil

konsepsi pada kehamilan 28 – 36 minggu, berat janin antara

1000-2500 gram gr.

3) Partus maturutus atau aterm (cukup bulan) adalah partus pada

kehamilan 37- 40 minggu, janin matur berat badan diatas 2500

gr.
9

4) Partus postmaturus ( serotinus) adalah persalinan yang terjadi

2 minggu atau lebih setelah waktu partus yang ditaksir, janin

disebut postmatur.

5) Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung sangat

cepat, diatas becak, dan sebagainya.

Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan

untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi

sevalopelvik.11(amru,sofian. 2011)

6)

2.2 Letak sungsang

2.2.1 Pengertian

Letak sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi

merupakan bagian terendah dengan atau tanpa kaki ( keadaaan dimana

janin terletak memanjang dengan kerpala di fundus uteri dan bokong

berada di bawah kavum uteri ).1(marmi,dkk 2015)

Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai

bagian yang terendah ( presentasi bokong ).12(yeyeh rukiyah)

Presentasi bokong (sungsang ) merupakan suatu keadaan dimana

janin dalam posisi membujur/memanjang, kepala berada pada fundus

sedangkan bagian terendah adalah bokong.10(sumarahh)


10

Presentasi bokong adalah suatu keadaan yang terjadi di mana

bokong atau tungkai janin sebagai bagian terendah di dalam panggul

ibu. Insiden dari presentasi bokong adalah 3% dari semua

persalinan.13(fadlun)

2.2.2 Klasifikasi letak sungsang

Seperti yang kita ketahui ada 4 tipe letak sungsang, yaitu:

a. Complete /flexed brech, pada posisi ini paha dan lutut bayi fleksi

dan kaki menutupi bokong. Tipe ini lebih sering pada multigravida

b. Extended brech (frank brech) pada bayi fleksi, tetapi pada kaki

ekstensi, sehingga kaki berada dekat kepala, sering terjadi pada

primi yang prematur

c. Presentasi kaki, 1 atau kedua kaki di bawah bokong

d. Presentasi lutut, janin berada dalam posisi 1 atau kedua lutut

berada dibawah bokong.1(maarmi,dkk 2015)

2.2.3 Diagnosis

Untuk melakukan diagnosa maka yang harus di lakukan oleh

seorang bidan adalah dengan melakukan:

a. Pemeriksaan palpasi leopold

1) Leopold I : fundus teraba kepala, bulat keras dan melenting.

2) Leopold II : bagian kanan atau kiri teraba punggung dan

bagian kecil janin.

3) Leopold III : teraba bokong, agak bulat, lunak, tidak

melenting.
11

b. Pemeriksaan auskultasi

Pada pemeriksaan ini punktum maksimum/letak DJJ yang

paling jelas terdengar di atas pusat.

c. Pemeriksaan rongent. Kesan terlihat bayangan kepala pada

fundus.

d. Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)

Teraba sakrum, anus, tuber isciadikum,kadang – kadang kaki

atau lutut. Perlu di perhatikan perbedaannya dengan presentasi

muka. Cara membedakannya dengan melakukan pemeriksaan

dalam dan hasilnya sebagai berikut.

1) Apabila menemukan lubang kecil tanpa tulang, tidak ada

hisapan, terdapat mekonium kesimpulannya hal tersebut

adalah anus.

2) Apabila menemukan lubang, menghisap, lidah, prosesus

zigomatikus, maka kseimpulan hal tersebut adalah mulut.

3) Apabila menemukan tumit, sudut 900dengan jari – jari

rata, maka kesimpulan hal tersebut adalah kaki.

4) Apabila menemukan jari – jari panjang tidak rata dan

tidak tedapat sudut muka di simpulkan hal terebut adalah

tangan.

5) Apabila teraba patela dan poplitea maka kesimpulan hal

tersebut adalah lutut.10(sumarahh)


12

2.2.4 Etiologi Letak Sungsang

Faktor penyebab terjadinya letak sungsang adalah sebagai

berikut:

a. Abnormalitas uterus, misalnya ada mioma uteri, uterus

bikornis.

b. Kematian janin/intra uteri fetal death (IUFD) yang sudah

lama terjadi.

c. Kehamilan ganda /gemeli.

d. Suatu keadaan dimana janin didalam uterus memungkinkan

untuk aktif bergerak, contohnya pada multipara, prematur,

dan hidramnion.

e. Kepala tidak dapat engagement/masuk kedalam pintu atas

panggul/PAP misalnya adanya hidrosefalus dimana kepala

janin lebih besar dari ukuran normal; anensefali yaitu tidak

ada tulang tengkorak janin; panggul sempit, terdapat tumaor

pelvis atau placenta previa yaitu placenta berimplantasi tidak

difundus, tetapi pada segmen bawah uterus sehngga

menghalangi janin masuk PAP.

f. Tidak diketahui sebabnya.10(sumarah)

2.2.5 Pengelolaan Presentasi Bokong

a. Dalam kehamilan
13

Terapi yang paling penting adalah usaha untuk

memperbaiki letak anak dalam kehamilan sebelum persalinan

terjadi dengan melakukan versi luar. Versi luar adalah

tindakan dari luar yang dikerjakkan dengan dua tangan untuk

mengubah/memperbaiki presentasi janin.

Indikasi : presentasi bokong (letak sungsng), presentasi bahu

(letak lintang).

Syarat : umur kehamilan setua mungkin, multipara, kehamilan

lebih dari 36 minggu, multipara: umur kehamilan lebih dari 38

minggu (pendapat lain; dapat dimulai pada kehamilan lebih

dari 28 minggu atau lakukan kapan saja).

Ketuban utuh, tidak ada dispropors kepala panggul, janin

tunggal, hidup, bagian bawah masih dapat didorong, dalam

persalinan vase laten (pembukaan kurang dari 3 cm,

pembukaan lengkap versi luar dalam keadaan steril, jika

ketuban pecah lakukan tindakan)

Kontra indikasi; ketuban sudah pecah, hipertensi dalam

kehamilan, pembukaan sama atau lebih dari 3 cm, ruptur uteri

iminens, cacat rahim (sikatriks uterus), disproporsi kepala

pangggul tumor jalan lahir, perdarahan antepartum, hamil

ganda, gawat janin, hidramnion hidrosefalus/anensefalus.

Penyulit; sulit, perasaan nyeri, kulit perut tebal (banyak

lemak), dinding perut tegang terutama multipara, air ketuban


14

sedikit, kaki janin menjungkit keatas, lilitan tali pusat/tali

pusat pendek, his sering, keainan uterus (bentuk

pendek/uterus septus/mioma uteri)

Bahaya untuk ibu ; ketuan pecah dapat terjadi infeksi, tali

pusat pendek (dapat mengakibatkan solusio placenta), ruptur

uteri, perdarahan.

Bahaya untuk janin ; ketuban pecah dapat terjadi

penumbungan tali pusat/ekstremitas, partus prematurus, janin

mati dalam rahim, lilitan tali pusat, plasenta (solusio plasenta),

letak defleksi.

Persiapan; rektum/kandung kemih harus kosong, tidur

terlentang/trendelenburg, perut dan tangan diberi talk, DJJ

dikontrol terlebih dahulu, bantal/handuk kecil dan gurita,

tungkai fleksi dipangkal paha/lutut.

Beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah sebaga berikut :

1) Mobilitasi: penolong mengahdap ke kaki ibu, berdiri di

samping, kedua tangan memegang bagian terbawah

(bokong) pegang sempurna dan dikeluarkan dari pintu atas

panggul.

2) Eksentrasi: bagian bawah yang sudah diangkat didorong

kefosa iliaka.
15

3) Sentralisasi: penolong menghadap kemuka ibu, satu tangan

pada bokong dan tangan yang lain pada kepala, janin akan

tetap fleksi maksimal, janin membulat dan mudah di putar.

4) Versi (rotasi) : kepala janin didorong kearah perut/muka

(diluar his dan lean) atau diputar kearah yang tahanannya

sedikit (pada presentasi bahu didorong ke arah yang

terdekat)

5) Fiksasi : bagian terendah setelah diputar dimasukan kepintu

atas panggul.

6) Kontrol : periksa denyut jantung janin 3 kali, interval 5

menit, denyut jantung janin buruk putar kembal ketempat

semula dan bila denyut jantung janin baik fiksasi dengan

dua bantal/handuk kecil disamping perut kemudian diberi

gurita.13(fadlun)

b. Dalam persalinan

ada perbedaan mendasar antara proseas persalinan

presentasi kepala dan presentasi bokong. Pada presentasi kepala,

setelah kepala di lahirkan, biasanya dngan sendirinya akan di

ikuti seluruh badan tanpa kesulitan. Lain halnya pda presentasi

bokong, secara berturut - turut bagian - bagan bayi yang

semakin besar dan semakin padat akn dlahirkan.

Menurut kunzel (1994), pada presentasi bokong, baik ibu

maupun janinnya menghadapi risiko yang lebih besar dari pada


16

presentasi kepala. Idealnya, presentasi bokong murni di biarkan

lahir tanpa bantuan setidaknya hingga sebatas umbilikus.

Episiotomi harus d lakukan, kecuali perineum telah amat

teregang. Ketika bokong semakin meregang perineum, pangkal

paha belakang akan lahir, basanya dari posisi pukul 6, dan

seringkali di sertai tekanan yang cukup besar untuk

menyebabkan pelepasan mekoneum pada saat ini. Pangkal paha

depan kemudian lahir di ikuti dengan putaran paksi luar ke

posisi sakrum anterior. Sang ibu di bujuk untuk terus

menghedan, karena tali pusat terdolong ke dalam jalan lahir dan

tertekan sehinga menyebabkan beradikardi janin.13(fadlun)

2.2.6 Hal Hal Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Pertolongan

Persalinan

a. Pembukaan serviks sudah lengkap.

b. Singkirkan adanya ketidaksesuaian kepala dan panggul.

c. Kosongkan kandung kemih.

d. Lakukan episiotomi, terlebih adanya tafsiran berat badan janin dan

kondisi perineum yang signifikan.

e. Kepastian kemampuan meneran ibu.

f. Persiapan penanganan resusitasi.

g. Posisi ibu litotomi atau dipinggir tempat tidur untuk memperluas

bagian lateral panggul dan searah dengan sumbbu panggul.


17

Kolaborasi dokter.10(sumarah)

2.2.7 Bahaya persalinan sungsang

Persalinan sungsang tidak menyebabkan bahaya bagi ibu tetapi

menimbulkan hal yang serius bagi bayinya. Kematian bayi pada

persalinan sungsang 4 kali lebih besar dari pada persalinan biasa.

Pelepasan plasenta dapat terjadi pada kala II akibat tarikandari tali

pusat. Setelah kepala masuk kedalam rongga panggul dapat terjadi

tekanan pada kepala pada tali pusat dan ini akan menyebabkan

hipoksia janin. Bahaya lain adalah fraktur, ruptur organ abdomen dan

banyak bahaya untuk otot syaraf.

Bahaya persalinan sungsang dapat disimpulkan sebagai berikut:

Anoksia intra dan ekstra uterin.

a. Perdarahan intrakranial.

b. Fraktur dan dislokasi.

c. Kerusakan otot dan syaraf terutama pada otot sterno mastoid dan

fleksus brachialis.

d. Ruptur organ abdomen.

e. Oedem genital dan memar atau lecet akibat capformation.

Kejadian anomali kongential tinggi pada bayi dengan prsentasi

bokong atau letak sungsang dan terutama pada BBLR.1(marmi)

2.2.8 Prognosis

Prognosis ibu pada presentasi bokong tidak banyak berbeda dengan

prognosis pada presentasi kepala, ruptur perineum mungkin lebih


18

sering terjadi. Sebaliknya prognosis bagi anak letak sungsang lebih

buruk, terutama bila anak berukuran besar dan ibu seorang

primigravida.

Kematian anak ± 14%. Bila kematian karena prematritas dikurangi,

kematian anak letak sungsang tetap 3 kali lebih besar daripada

kematian anak letak kepala. Penyebab kematian anak letak sungsang

ialah:

a. Setelah pusat lahir, anak mulai masuk kedalam rongga panggul,

sehingga tali pusat tertekan antara kepala dan didning pangggull.

Diduga bahwa offer coming head, kepala harus lahir dalam 8

menit karena akan erjadi hipoksia.

b. Pada letak sugsang dapat tterjadi perdarahan otak karena kepla

dilahirkan dengan cepat.

c. Dapat terjadi kerusakan tulang belakang karena tarikan badan

anak.

d. Pada letak sungsang lebih sering terjadi tali pusat menumbung

karena bagian depan anak kurang baik menutup bagian bawah

rahim.

Selain itu angka kesakitan bayi juga tinggi karena mungkin

terjadi frakturhumerus atau klavikula sewaktu lengan lahir, ata

paralisis Erb (paralisis lengan akibat tekanan atau tarikan pleksus

brakialis) sewaktu kepala dilahirkan dengan cara

mauriceau.14(maartaadisoebrata)
19

2.2.9 Terapi

Yang paling penting ialah berusha memperbaiki letak anak dalam

kehamilan sebelum persalinan dengan versi luar. Hendaknya versi

luar sudah dicoba pada bulan ke-7. Versi luar masih dapat diusahakan

pada saat persalinan, dengan syarat:

a. Pembukaan kurang dari 3-4 cm.

b. Ketuban masih utuh.

c. Bokong anak masih dapat dibebaskan

Versi luar tidak boleh dipaksakan karena mungkin ada faktor –

faktor, seperti kelainan bentuk rahim atau tali pusat yang pendek.

Bila dipaksakan, dapat terjadi kerusakan anak atau solusio

placenta. Versi luar jjuga sering gagal bila plasenta terletak

didepan.14(maartadisoebrata)

2.2.10 Manajemen persalinan letak sungsang

Persalinan di anjurkan di rumah sakit di bawah pengawasan

dokter ahli obstetri, anastesi dan ahli anak. Jika ibu tidak partus

spontan pada 40 minggu biasanya di lakukan induksi persalinan.

Kebanyakan dokter ahli kebidanan menganjurkan induksi persalinan

pada 38 minggu, ketika fetus masih agak kecil.

a. Kala I persalinan

Kala 1 persalinan lebih lama dari pada letak belakang

kepala. Jika bokong enganged seperti pada bokong murni dimana

terdapat risiko pecah selaput ketuban dan prolapsus umbilikal,


20

ibu sebaiknya tidak berjalan-jalan. Kadang-kadang kontraksi

uterus hipotonis sehingga dapat di rangsang dengan pemberian

oksitosin. Pada saat pembukaan servik tercapai ¾ nya biasanya

ibu ingin mengejan, bokong dapat melalui servik sehingga ibu di

larang untuk mengejan sampai di latasi servik lengkap

b. Kala II

Pemeriksaan vaginal di lakukan untuk mengetahui

pembukaan lengkap sebelum menyuruh ibu mengedan.1(marmi)

2.2.11 Mekanisme persalinan sungsang

a. Mekanisme persalinan pada presentasi bokong pada hakekatnya

sama dengan presentasi kepala, perbedaannya adalah waktu yang

diperlukan lebih lama dari pada presentasi kepala. Hal ini sebagai

dampak dari bokong yang strukturnya lebih lunak daripada tulang

kepala janin sehingga penekanan pada bagian bawah uterus

menjadi tidak adekuat untuk menimbulkan rangsang kontarksi

uterus.

b. Bokong masuk kedalam pintu atas panggul (engagement) dengan

posisi melintang atau miring pada garis pangkal paha (distansia

intertrokhanterika).

c. Persalinan bertambah maju dengan adanya pangkal

paha/trokhanter depan turun terlebih dahulu sampai dasar

panggul. Pada saat paha/trokhanter depan sampai dasar panggul,


21

kemudian menghalangi interna rotasi/putar paaksi dalam sebesar

450 sehingga paha depan berputar kedepan sampai kebawah arkus

pubis sebagai hipomokhlionatau pusat perputaran lahirnya bokong

bayi dibawah simfisis. Kejadian ini menyebabkan distansia

intertrokhanter terletak satu garis dengan diameter antero

posterior panggul. Jika paha posterior yang turun terlebih dahulu

maka interna rotasi sebesar 1350, atau sebesar 2250 bila berputar

kearah yang berlawanan.

d. Selanjutnya bokong semakin turun dan menekan perineumsampai

didepan vulva, dan dengan gerakan latero-fleksi tubuh janin

(punggung), maka pangkal paha belakang didorong melewati

margo anterior perineum dan melakukan retraksi melewati bagian

gluteus janin sehinggga janin menjadi lusur ketika pangkal paha

depan dilahirkan. Kemudian di ikuti kelahiran tungkai dan kaki

secara spontan meskipun bantuan penolong diperlukan.

e. Setelah itu bokong mengadakan eksternal rotasi (putar paksi luar)

sehingga bagian punggung berputar kearah depan dan bahu

berhubungan dengan salah satu diameter obli rongga panggul.

Bahu selanjutnya turun dan mengalami internal rotasi sehingga

distansia biakromialis berhimpit dengan diameter anteroposterior

pintu bawah panggul. Kemudian setelah kedua belah bahu lahir

bagian kepala memasuki rongga panggul yang pada umumnya


22

dalam keadaan fleksi yang tajam pada torak dengan salah satu

diameter oblik.

f. Setelah itu kepala melakukan rotasi internal sehingga bagian

posterior leher berada dibawah simpisis. Kemudian kepala

dilahirkan dengan keadaan fleksi, maka berturut – turut lahirlah

dagu, hidung, dahi, ubun – ubun besar, dan ubun – ubun kecil

melewati perineum.

g. Pada umumnya bokong mengalami engagement dalam diameter

tranversal rongga pangggul dan sakrum mengarah kedepan atau

kebelakang. Perbedaan mekanisme persalinan yaitu dalam hal

pada saat rotasi internal terjadi 900. Rotasi pada punggung janin

terkadang tidak mengarah keperut ibu, tetapi mengarah

kevertebra, maka hal ini perlu di hindarkan. Walaupun kepala

janin tetap bisa lahir dengan mambiarkan dagu dan muka

melewati tepi bawah simpisis, tetapi dapat menimbulkan ekstensi

kepala dengan tarikan yang ringan sekalipun. Jadi tetap harus

dicegah dan diperbaiki karena ekstensi kepala itu dapat

meningkatkan diameter kepala pada saat melewati

panggul.10(summarah)

2.2.12 Pimpinan Persalinan

Presentasi bokong biasanya lahir spontan bila ukuran anak tidak

terlalu besar (>3500 gram). Oleh karena itu, jangan terlalu cepat

bertindak. Penolong bersikap konservatif sampai tali pusat lahir, tali


23

pusat dan dilonggarkan dan anak harus lahir 8 menit setelah tali pusat

lahir.

Jendela waktu setelah pembukaan lengkap biasanyalebih pendek

di bandigkan leta kepala. Prinsipnya, persalinan pada letak sungsang

harus lancar.

Pertolongan pada presentasi bokong dapat di bagi sebagai berikut :

a. Persalinan Spontan

Persalinan letak sungsang mengandung resiko kematian janin

yang lebih besar daripada letak kepala. Persalinan pervaginam

harus berjalan lancar. Dalam upaya menghindarkan kematian

perinatal di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, persalinan

spontan per vaginam hanya dilakukan bila letak anak bokong

murni atau bokong kaki dengan taksiran berat badan anak <3500

gram, baik pada primi maupun multipara, serta tidak ada penyulit

lain. Bila syarat – syarat ini tidak dipenuhi langsung, di lakukan

seksio sesaria. Biasanya persalinan letak sungsang dilakukan

secara bracht. Pada primigravda selalu didahului dengan

episiotomi.

Pada pertolongan secara bracht, setelah bokong anak lahir,

bokong diangkat keatas searah dengan punggung anak supaya

badan anak searah dengan paksi jalan lahir dan tidak dilakukan

tarikan.
24

b. Tekhnik pertolongan secara bracht

Pertolongan dilakukan setelah bokong anak lahir. Bokong

dipegang dengan dua tangan sedemikian rupa, sehingga kedua

ibu jari terletak dipermukan belakang pangkal paha dan ke empat

jari – jari lainnya terletak di permukaan bokong.

Bila kaki sudah lahir seperti pada letak bokong kaki, letak lutut,

dan letak kaki, bokong dipegang sedemikin rupa, sehingga kedua

ibu jari terletak pada lipat paha dan jari – jari lainnya

menggenggam bokong. Bokong di bawa keatas kearah perut ibu

dan sedikit kekiri atau kekanan sesuai letak punggung anak, sama

sekali tidak boleh ditarik karena dapat menjungkit. Bokong

kemudian dibawa kearah perut ibu sampai keapala lahir.

Keuntungan pertolongan secara bracht ialah bahwa tangan sama

sekali tidak masuk kejalan lahir, sehingga memperkecil

kemungkinan infeksi.

c. Ekstraksi parsial

Biasanya letak sungsang dapat lahir spontan sampai pusat lahir

karena rintangan baru timbul pada kelahiran bahu. Bila pusat

lahir sudah ada dan tidak ada kemajuan, misalnya karena his

lemah atau rintangan bahu, kita tidak boleh menunggu terlalu

lama karena pada saat ini kepala kepala mulai masuk kedalam
25

rongga panggul dan tali pusat akan tertekan diantara kepala dan

dinding panggul, sehingga anak harus dilahirkan dalam kurun

waktu 8 menit setelah tali pusat lahir. Dalam hal ini, untuk

melahirkan anak, kita pergunakan ekstraksi parsial atau manual

aid. Ekstraksi disebut parsial karena sebagian tubuh anak lahir.

d. Teknik melahirkan bahu

Panggul dipegang sedemikian rupa, sehingga ibu jari

berdampingan di os sakrum pangkal paha. Kemudian, tarikan

diarahkan kebawah kekaki penolong sampai terasa ada

rintangan.

Pada saat ini, kita dapat melahirkan bahu dengan dua cara, yakni

klasik dan dan muller.

1) Cara klasik (deventer)

Bila bahu yang sulit dilahirkan masih terletak tinggi

(diketahui dari adanya ujung distal skapula dibawah simfisis),

lengan dilahirkan dengan cara klasik. Dalam hal ini, bila kita

hendak melahirkan lengan belakang dulu, tangan yang

dimasukkan sesuai dengan lengan anak yang akan dilahirkan

(misalnya lengan kiri anak dilahirkan dengan tangan kiri

penolong).

Untuk memperluas daerah yang akan dimasuki, tangan

penolong yang memegang kedua kaki anak dengan jari

telunjuk diantara kedua malelous internus kaki anak dan jari –


26

jari lainnya menggenggam kedua kaki tersebut. Kaki dibawa

keatas kearah yang berlawanan dengan bahu yang akan

dilahirkan (misalnya, bila lengan ada dikanan belakang,

dibawa kekiri depan). Jari telunjuk dan jari tengah penolong

menyusuri punggung anak dan skapula anak, lalu kelengan

anak yang akan dilahirkan sampai kelipatan siku. Kedua jari

penolong tadi kemudian di letakan sejajar dengan lengan dan

bekerja sebagai spalk. Lipat siku ditekan sedemikian rupa,

dan lengan anak digerakan dengan bantuan kedua jari yang

bekerja sebagai spalk tadi sedemikian rupa sehingga seolah –

olah anak itu menghapus mukanya, menyusuri dadanya dan

akhirnya lengan dan bahu lahir.

Untuk melahirkan bahu depan, maka kaki anak di pindahkan

ketangan yang lain dan dibawa ke kanan belakang ke arah

yang berlawanan dengan bahu depan (bahu kanan anak

terletak kiri depan) dan kemudian lengan depan dilahirkan

sebagaimana kita melahirkan lengan belakang.

2) Cara muller.

Dengan cara ini, lengan depan dilahirkan lebih dulu sebelum

lengan belakang. Cara muller dilakukan bila terjadi kesulitan

melahirkan bahu ketika bahu depan sudah bearada dibawah

simfisis. Keuntungan cara muller ialah jari tidak jauh masuk

kedalam jalan lahir, sehingga risiko infeksi berkurang.


27

Namun, metode klasik lebih berhasil pada bah yang sulit lahir

karena rongga sakrum lebih luas.

Karena itu cara muller di pergunakan bila bahu berhenti

dipintu bawah panggul, sedangkan cara klasik dipergunakan

bila bahu masih tinggi.14(maartadisobrata)

3) Cara Louvset (di lakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit

dibelakang kepala/nuchal arm)

a) Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi

dengan kedua tangan.

b) Memutar bayi 180 derajatdengan lengan bayi yang

terjungkit kearah penunjuk jari tangan yang nuchal.

c) Memutar kembali 180 derajat kearah yang berlawanan

ke kiri/ke kanan. Beberapa kali hingga kedua bahu dan

lengan di lahirkan secara klasik/muller.18(lisnawati,lilis)

e. Tekhnik melahirkan kepala

Setelah bahu lahir, kepala anak dapat dilahirkan dengan cara

Muriceau, de Lee, atau dengan bantuan forseps piper.

1) Cara mauriceau

Dengan cara ini, tangan yang masuk ialah tangan yang

berhadapan dengan perut anak. Mula – mula, tangan luar

menggenggam kaki dengan jari telunjuk diantara kedua kaki

dan mengangkat kaki tinggi keatas. Kemudian, tangan dalam

masuk dan jari telunjuk dimasukan ke dalam mulut atau jari


28

tengah dan jari telunjuk di tempatkan pada fossa kanina. Jari -

jari ini berfungsi mempertahankan fleksi dan memutar dagu

anak kebelakang bila anak ditarik, bukan untuk menarik.

Badan anak lalu diturunkan sehingga menunggang lengan

dalam tadi.

Tangan luar menggenggam leher anak sedemikian rupa

sehingga leher anak terdapat diantara jari telunjuk dan jari

tengah dan jari – jari lainnya teletak dipundak. Tangan luar

menarik karah bawah dan tangan dalam memutar dagu

kebelakang sampai suboksiput terdapat dibawah simfisis.

Badan anak lalu di bawa keatas kearah perut ibu sehingga

berturut – turut lahirlah dagu, mulut, hidung, dahi dan

akhirnya belakang kepala pada komisura posterior.

2) Prasat de Lee

Prasat ini dianjurkan bila kepala anak sulit dilahirkan:

spekulum di pasang di dinding vagina belakang yang ditekan

kebawah agar hidung dan mulut anak bebas, dan anak dapat

bernapas meski kepala belum lahir.

3) Forseps piper

Bila kepala sukar lahir dengan cara mauriceau, forseps

piper dipergunkan untuk menghindarkan kerusakan tulang

leher anak dan trauma pleksus brakialis.

F. Ekstraksi total
29

Dahulu dikenal tindakan ekstraksi bokong dan ekstraksi

kaki, tetapi karena angka kesakitan dan angka kematian anak

tinggi, cara ini sudah ditingggalkan.

G. Insisi Duhrsen

Insisi ini dilakukan dalam keadaan darurat, yakni bila kepala

anak tersangkutakibat pembukaan yang belum lengkap. Pada

keadaan ini, bokong dan badan sebagai bagian sudah lahir dan

dapat melewati pembukaan yang belum legkap, tetapi kepala

sebagai bagian yang keras tidak dapat melewati pembukaan yang

belum lengkap. Insisi serviks di buat di arah pukul 10, pukul 2

dan pukul 6, servis dijahit kembali setelah kepala anka lahir.

Penyulit yang mungkin timbul adalah ruptur uteri akibat

perluasan sayatan di serviks keatas. Untuk enghindarka penyulit

persalinan diatas, hendaknya ketuban pada letak sungsang tidak

dipecahkan sebelum pembukaan lengkap.

H. Seksio sesaria

Persalinan letak sungsang harus berjalan lancar. Indikasi

seksio sesaria antara lain panggul sempit, besarnya anak (>3500

gram), dan anak presentasi kaki.

I. Embriotomi
30

Embriotomi dikerjakan dengan melakukan perforasi foramen

magnum bila janin mati akibat arrest of the after coming head

(hambatan kemajuan kepala) karena panggul sempit. Dengan

keluarnya jaringan otak, volume kepala menjadi lebih kecil,

sehingga kepala mudah dilahirkan.14(maartadisoebrata)

2.2.13 Komplikasi persalian sungsang

Komplikasi yang terjadi pada ibu dan janin adalah sebagai berikut:

a. Komplikasi pada ibu

Pada persalianan sungsang dengan penyulit, terdapat peningkatan

resiko ibu. Manipulasi manual didalam jalan lahir akan

meningkatkan risiko infeksi pada ibu. Prasat – prasat intrauterin

terutama pada segmen bawah rahim uterus yang menipis, atau

kelahiran aftercomong head pada seviks yang belum memuka

penuh dapat mengakibatan ruptur uteri, laserasi servik atau kedua

– duanya. Manipulasi seperti ini dapat memperuas episiotomi dan

robekan perineum yang dalam. Meskipun demikian, secara umum

prognosis untuk ibu dan janinnya dilahirkan melalui ekstraksi

bokong lebih baik daripada SC.

b. Komplikasi pada janin

Morbiditas dan mortalitas perinatal meningkat pada presentasi

sungsang. Mortalitas perinatal dari semua janin sungsang sekitar

25 per 1000 kelahiran hidup, persus dua smapai tiga untuk non

sungsang. Faktor – faktor yang ikut serta dalam morbiditas dan


31

mortalitas perinatal antara lain adalah anomaliletal bawaan,

cedera kelahiran, dan anoksia kelahiran. Anoksia kelhiran

biasanya disebabkan kompresi tali pusat selama persalinan atau

terperangkapnya kepala selama kelahiran per vaginam. Menurut

cristian dkk. (1990) melaporkan tidak adanya perbedaan dalam

skor APGAR, lama rawat, penyulit neonatal dan hasil analisi gas

darah tali pusat antara presntasi bokonng murni yang dilahirkan

per vaginam dengan SC. Fraktur humerus dan klavikula sering

kali tidak dapat di hindari dan fraktur femur dapat terjadi pada

ekstraksi sungsang yang sulit. Fraktur tersebut terkait dengan

persalian per vaginam maupun SC.13(fadlun)

b.3 Faktor –faktor yang Mempengaruhi KejadianLetak Sungsang

b.3.1 Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah

umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang

tahun. Sedangkan menurut Huclock (1998) semakin cukup umur,

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang

yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tnggi

kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan

kematangan jiwa.8(wawan,dkk)
32

Usia reproduksi yang sehat bagi seorang ibu yaitu umur 20-35

tahun. Dikarenakan pada usia <20 tahun sistem reproduksinya tidak

siap dalam menerima kehamilan dan pada usia >35 tahun fungsi dari

alat reproduksi sudah menurun sehingga akan mempengaruhi

kehamilannya.7(martina dewi wijayanti)

Menurut Manuaba15(marni 2011)


berdasarkan reproduksi sehat umur

dikelompokan menjadi:

1. Umur < 20 tahun : Muda

2. Umur 20-35 tahun : Dewasa

3. Umur > 35 tahun : Tua

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara

usia dengan letak sungsang pada ibu bersalin (p value= 0,000,C= 0,266

dan oddrasio 5,75). Peluang terjadinya letak sungsang pada usia

kurang20 tahun atau lebih dari 35 tahun 5,75 kali dibandingkandengan

usia antara 20 sampai 35 tahun.15(runiari nengah)

b.3.2 Paritas

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500

gram yang pernah di lahirkan, hidup maupun mati, bila berat badan

tidak di ketahui, maka dipakai umur kehamilan lebih dari 24

minggu.10(sumarah)
33

Menurut Prawirohardjo17( prawirohardji sarwono 2012)


paritas dibedakan

menadi:

1. Primipara

Primipara adalah wanita yang telah melahirkan

seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar.

2. Multipara

Multipara adalah wanita yang telah melahirkan

seorang anak atau lebih dari dua kali sampai dengan empat

kali.

3. Grandemultipara

Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan

5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit

dalam kehamilan dan persalinan.

Terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan Letak

sungsang pada ibu bersalin (p value = 0,003, C= 0,366 ).15(runiari)

2.3.3 Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan

adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan umumnya


34

bekerja merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu

akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.8(wawan)

Klasifikasi pekerjaan :

1. Bekerja : PNS, Swasta, Buruh/Pegawai tidak tetap.

2. Tidak bekerja : IRT

Ibu yang bekerja cenderung memiliki sedikit waktu istirahat

sehingga berisiko terjadinya komplikasi kehamilan, seperti terlepasnya

plasenta yang secara langsung berhubungan dengan Letak

sungsang.16(trihardini ismi)
35
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik adalah

survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimanadan

mengapafenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis

dinamikan korelasi antara fenomen atau antara factor risiko dan factor efek.

Yang dimaksud factor efek adalah suatu akibat dari adanya factor risiko,

sedangkan factor risiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan

terjadinya efek (pengaruh).9(notoatmodjo,soekidjo)

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cross

sectional, Desain cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara factor – factor risiko dengan efek, dengan cara

pendekatan, observasi atau pengumpulan data dan sekaligus pada suatu saat

(point time approach).9(notooatmodjo,soeidjo)

Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui factor - faktor yang

berhubungan dengan kejadian letak sungsang pada ibu bersalin di rumah

sakit umum berkah pandeglang tahun 2015.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Menjelaskan tempat atau lokasi tersebut di lakukan. Lokasi penelitian

ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian tersebut.9(notooatmodjo,soeidjo)

36
37

Penelitianini di lakukan di Rumah Sakit Umum Berkah Daerah

Kabupaten Pandeglang pada tahun 2015. Pemilihan lokasi ini atas

pertimbangan, karena di Rumah Sakit Berkah Pandeglang masih

banyak terdapat kejadian letak sungsang pada ibu bersalin dan tersedia

data mengenai letak sungsang pada ibu bersalin.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan Oktober

tahun 2015

3.3 Populasi Dan Sempel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisas yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.17(sugiyono)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin dengan

letak sungsang di Rumah Sakit Berkah Kabupaten Pandeglang Januari

sampai Oktober tahun 2015 yaitu sebanyak 648 Ibu Bersalin.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak

mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena


38

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang

dipelajari dari sempel itu kesimpulannya akan dapat diberlakukan

untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus

betul-betul representatif (mewakili).17(sugiyono)

Pengambilan sampel secara random sampling dikatakan simple

(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

populasi itu.17(sugiyono)

Untuk menentukan ukuran sample dapat mengunakan cara slovin

sebagai berikut:

n= N

1+ (N x e2)

Keterangan:

n : UkuranSampel

N : Populasi

e : Resentasi kelonggaran ketidaketerikatan karena kesalahan

pengambilan sampel yang masih diinginkan (5%)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di Rumah

Sakit Umum Berkah Pandeglang berjumlah 648 orang, maka sampel

yang di ambil sebagai penelitian jika menggunakan rumus Slovin

dengan tingkat Kepercayaan 95 % dan tingkat error 5% adalah :

n= N
39

1+(N x e2)

= 648

1+(648 x 0,052)

= 247 orang

Jadi sample penelitian untuk populasi 247 orang dengan tingkat

kepercayaan 95 % adalah 247 orang ibu yang mengalami letak

sungsang di Rumah Sakit Umum Berkah Pandeglang Tahun 2015.

Sampel menggunakan random sampling dengan cara pengambilan

sampel secara acak dengan populasi 648 orang dan sampel 247 orang.

3.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara

variable yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin di

teliti.9(notooatmodjo,soeidjo)

Dari uraian diata ssesuai dengan tujuan penilitian yang telah

diungkapkan, maka kerangka konsep penelitian terdiri dari variable

independen yaitu umur, paritas, pekerjaan, riwayat letak sungsang.

Sedangkan variable dependennya yaitu tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian letak sungsang pada ibu bersalin. Kerangka

konsep ini digambarkan sebagai berikut :

3.4.1 Variabel Independen


40

Variabel ini sering di sebut sebagai variabel stimulus,

prediktor, antecedent. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai

variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat).17(sugiyon

3.4.2 Variabel Dependen

Sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam

bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel

terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas.17(sugiyono)

Gambar 3.4

Kerangka konsep

Variabel Independen Variabel Dependen


Umur

Kejadian letak sungsang


Paritas

Pekerjaan

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variabel - variabel diamati/diteliti, perlu sekali variabel–variable

tersebut diberi batasan atau “definisi operasional”. Definisi operasional ini


41

juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan

terhadap variable - variabel yang bersangkutan serta pengembangan

instrumen (alat ukur).9(notoatmodjo)

Tabel 3.1

Definisioperasional

Definisi Cara Alat Hasil Skala


No Variabel
Operasional Ukur Ukur Ukur Ukur
1. Letak Keadaan Melihat Rekam 1. Ya Nomina

Sungsang dimana janin Dokumentasi Medik 2. Tdak l

letak

memanjang

dengan kepala

difundus uteri

dan bokong

dibawah

kavum uteri
2. Umur Usia ibu saat Melihat Rekam 1. Ordinal

persalinan Dokumentasi Medik Beresiko<20th

dengan letak 2. Tidak

sungsang yang beresio

tertulis di 20 – 35 th

rekam medik 3. Beresiko >

30 th
42

3. Paritas Jumlah anak Melihat Rekam 1 .Primipara Ordinal

yang pernah di Dokumentasi Medik 2. Multipara

lahirkan oleh 3.Grandenulti

ibu hidup para


4. Pekerjaan Aktifitas yang Melihat Rekam 1. Bekerja Nomina

di lakukan ibu Dokumentasi Medik 2. Tidak l

sehari - hari bekerja

yang bersifat

rutin yang

menghasilkan

uang

3.6 Pengumpulan Data

3.6.1 Sumber Data

Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpulan data, misalnya lewat orang lain

atau lewat dokumen.17(sugyono)

Data yang di kumpulkan dalam penelitiaan ini adalah data

sekunder yang di peroleh dari rekam medik (kartu studi) seluruh ibu

bersalin yang berasal dari rekam medik di RSUD berkah kabupaten

pandeglang pada Januri - Oktober Tahun 2015. Dan dalam penelitian

ini, peneliti mengumpulkan data menggunakan teknik dokumentasi.


43

Langkah - langkah yang di lakukan dalam penelitian ini adalah :

a. Peneliti mengajukan izin kepada direktur RSUD Berkah

kabupaten pandeglang

b. Setelah mendapat izin, peneliti mengunjungi lokasi penelitiaan

dan ruang penyimpanan dokumen (rekam medik), melakukan

survey awal. Peneliti mengamati catatan medik pasien untuk

mendapat data yang di perlukan.

c. Mengambil data daftar nama dan nomor rekam medik seluruh

ibu bersalin pada Januari – Oktober Tahun 2015.

d. Mengambil populasi atau menentukan data pada ibu bersalin

yang akan di jadikan sempel.

e. Setelah data seluruh ibu bersalin di ambil, selanjutnya

mengambil rekam medik sesuai dengan nomor rekam medik dan

nama ibu bersalin yang akan di jadikan sempel.

f. Kemudian data yang telah di peroleh di catat dalam register

penelitian.

3.7 Pengolahan Data

a. Editing

Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing


44

adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isi formulir atauk

uesioner tersebut.

b. Coding

Setelah semua data di edit, selanjutnya di lakukan peng ”kodean”,

yakni mengubah data berbentuk kalmiat atau huruf menjadi data angka

atau bilangan.

Berdasarkan hasil klasifikasi ada pun kode – kodenya sebagai

berikut :

a. Letak sungsang : a) = Sungsang, maka diberi kode :1

b) = Tidak Sungsang, maka diberi kode :2

b. Umur : a) = < 20 tahun (beresiko), diberi kode :1

b). = 20 tahun – 35 tahun

(tidak beresiko), diberi kode :2

c). = > 35 tahun (beresiko), diberi kode :3

c. Paritas a). = primipara (1), diberi kode :1

b). = multipara (2-4), diberi kode :2

: c). = grandemultipara (>4), diberi kode :3

d. Pekerjaan : a). = bekerja, diberi kode :1

b). = tidak bekerja, diberikode :2

c. Memasukan Data ( Data Entry ) atau Processing

Data, yakni jawaban - jawaban dari masing - masing responden yang

dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan kedalam program


45

atau “software” komputer. Sofware komputer ini bermacam - macam,

masing - masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Salah satu

paket program yang paling sering digunakan untuk “entri data”

penelitian adalah paket program SPSS Window.

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

di masukan perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan – kesalahan kode, ketidakkelengkapan, dan sebagainya

kemudian di lakukan pembetulan atau koreksi.

e. Tabulasi

Yakni membuat tabe l- tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau

yang diinginkan oleh peneliti.9(notoatmodjo)

3.8 Teknik Analisis Data

a. AnalisisUnivariate

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian. Bentuk analisis

univariate tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan

nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi. Pada umumnya

dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase

dari tiap variabel.9(notoatmodjo)

Analisis ini dilakukan dengan cara mentabulasi yang di teliti dan

dihitung presentasi dengan menggunakan rumus :


46

P = F 100%

Keterangan : p = besar presentase jawaban

F = frekuensi

N = jumlah pengamatan jumlah populasi.

b. Analisis Bivariate

Apabila telah di lakukan analisis univariat hasilnya tersebut di atas,

hasilnyaakan di ketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan

dapat di lanjutkan analisis bervariate. Analisis bevariate yang di lakukan

terhadap dua variabel yang di duga berhubungan atau

berkolerasi.9(notooatmodjo,soeidjo)

Dalam penelitian ini dilakukan dengan uji statistik Kai-Kuadrat

atau Chi Square. Chi square merupakan uji statistik Non Parametrik ;

yang tidak mensyaratkan data terdistribusi normal. Uji Chi-square

untuk menguji apakah variabel X (kategorik) mempunyai hubungan

dengan variabel Y (kategorik).19(muhamad iman)

Penelitian ini menggunakan analisis bivariat dengan runus Chi Square

(Kai Kuadrat) sebagai berikut :

2

( 0 E ) ❑2
X =∑
❑ E

dk = ( B – 1 ) (K 1)

Keterangan X2 = Nilai kai-kuadrat

0 = Nilai observasi
47

E = Nilai expected ( nilai harapan, nilai ekspentase)

dk = derajat keberhasilan

B = jumlah baris

K = jumlah kolom ( mahfoedz, 2013)20

Dengan nilai P ini kita dapat menggunakan untuk keputusan uji statistik

dengan cara membandingkan nilai P dengan nilai α (alpha). Ketentuan

yang berlaku adalah sebagai berikut :

1) Bila nilai P ≤ nilai α, keputusannya adalah Ho ditolak.

2) Bila nilai P > nilai α, keputusannya adalah Ho gagal ditolak.21(hastono)


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Rumah Sakit Berkah Pandeglang

Rumah Sakit Umum Daerah Pandeglang adalah Rumah Sakit yang

berdiri di Kabupaten Pandeglang yang terletak pada jarak 23 km dari ibu

kota Provinsi Banten (Serang). Rumah Sakit Umum Daerah Pandeglang

adalah satu-satunya Rumah Sakit Milik Pemerintah Daerah Kabupaten

Pandeglang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor

41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah pasal 15, bahwa RSUD

Kabupaten Pandeglang merupakan bagian dari Lembaga Teknis Daerah dan

merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah. Sesuai dengan

perkembangannya pada tahun 2008, bahwa nama Rumah Sakit Umum

Daerah Pandeglang berubah menjadi Rumah Sakit Umum Berkah dan pada

tanggal tanggal 1 April 2008 secara resmi Rumah Sakit Umum Berkah

Daerah Pandeglang beralih tempat dari Jl. Lesehatan No.1 ke Jl. Labuan

KM.5 Cikoneng Pandeglang dengan harapan bisa lebih memberikan

pelayanan kesehatan yang maksimal dengan didukung oleh sarana dan

prasarana yang lebih baik.

48
49

4.1.1 Visi Dan Misi

1. Visi

Menjadi Pusat Rujukan Pelayanan Kesehatan Dasar se-

Kabupaten Pandeglang yang mandiri dalam meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat Pandeglang menuju pelayanan prima 2016.

2. Misi

a) Memenuhi standar akreditasi RS

b) Meningkatkan mengembangkan mutu pelayanan kesehatan

dengan meningkatkan SDM sesuai dengan Profesionalisme

pegawai.

c) Meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara

profesional

d) Meningkatkan saran dan prasarana sesuai Standar Pelayanan

Minimal (SPM)

e) Meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kepada masyarakat

yang tidak mampu.

4.1.2 Sarana, Prasarana Dan Sumber Daya Manusia

1) Sarana

a. Luas Tanah : 9 Hektar

b. Luas bangunan : 1 Hektar

2) Prasarana

Transportasi : Ambulance Orang Sakit : 5 Unit


50

: Ambulance Jenazah : 1 Unit

: Mobil Operasional : 7 Unit

3) Sumber Daya Manusia

Jumlah tenaga seluruhnya : 488 Orang

a. Tenaga Kesehatan Terdiri dari

1. Tenaga Dokter Spesialis

- Sp Orthodenti :1

- Sp Bedah :2

- Sp Bedah Saraf :1

- Sp Rehabilitasi Medis :1

- Sp Anak :3

- Sp Paru :1

- Sp Radiologi :1

- Sp THT :1

- Sp Anastesi :1

- Sp Mata :2

- Sp Obgyn :2

- Sp Syaraf :1

- Sp Dalam :1

- Sp Jiwa :1

2. Tenaga Dokter Umum : 21

3. Tenaga Dokter Ggi :3

4. Tenaga Bidan
51

- DIII Bidan : 34

- DI Bidan :3

- DI Ass Perawat :2

5. Tenaga Keperawatan

- S. Kep + Ners : 34

- DIII Perawat : 140

- DIII Perawat Gigi :2

- DII Perawat Anastesi :4

- SPK : 17

- DI Asisten Perawat :5

6. Tenaga Kefarmasian

- Apoteker :7

- SI Farmasi :2

- DI Farmasi :4

7. Tenaga Gizi :5

8. Tenaga Keterapian Fisik :3

9. Tenaga Kesehatan Masyarakat :5

10. Tenaga Keteknisan Medis

- Radiografer :4

- Teknis Elektro Medis :3

- Teknisi Listrik :1

- Analisis Kesehatan :9

- Refraksionis Optisien :3
52

- Rekam Medis :5

- Transfusi Darah :1

b. Tenaga NonKes terdiri dari

- Pasca Sarjana :5

- Sarjana : 21

- DIII :2

- DI :2

- SLTA : 99

- SLTP Kebawah : 23
53

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Hasil Analisis Univariat

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Letak Sungsang Pada Ibu Bersalin Di Rumah Sakit

Berkah Pandeglang

Tahun 2015

Ibu Bersalin
No Kejadian Letak Sungsang
F %
1 Ya 144 58,3
2 Tidak 103 41,7
Total 247 100

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil bahwa ibu bersalin dengan

kejadian janin letak sungsang yang mengalami sungsang yaitu sebanyak

144 orang (58,3%) dan yang tidak mengalami letak sungsang yaitu

sebanyak 103 orang (41,7%).

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Umur Di Rumah Sakit Berkah Pandeglang

Tahun 2015

No Umur Ibu Bersalin


54

F %
1 Beresiko < 20 tahun 73 29,6
2 Tidak Beresiko 20-35 tahun 116 47
3 Beresiko > 35 tahun 58 23,5
Total 247 100

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh hasil bahwa ibu bersalin yang

mengalami letak sungsang mayoritas pada kelompok umur 20-35 tahun

yaitu sebanyak 116 orang ( 47% ), dan minoritas pada kelompok umur > 35

tahun yaitu 58 orang ( 23,5% ).

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Paritas Di Rumah Sakit Berkah Pandeglang

Tahun 2015

Ibu Bersalin
No Paritas
F %
1 Primipara 90 36,4
2 Multipara 88 35,6
3 Grandemultipara 69 27,9
Total 247 100
55

Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh hasil bahwa ibu bersalin yang

mengalami letak sungsang mayoritas pada paritas primipara yaitu 90 orang

(36,4%), dan minoritas pada grandemultipara yaitu sebanyak 69 orang

(27,9%).

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Pekerjaan Di Rumah Sakit Berkah Pandeglang

Tahun 2015

Ibu Bersalin
No Pekerjaan
F %
1 Bekerja 117 47,4
2 Tidak Bekerja 130 52,6
Total 247 100

Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh hasil bahwa ibu bersalin yang

mengalami letak sungsang dengan pekerjaan mayoritas pada ibu yang tidak

bekerja yaitu sebanyak 130 orang (52,6%), dan minoritas pada ibu yang

bekerja sebanyak 117 orang (47,4%).

4.2.2 Hasil Analisis Bivariat

Tabel 4.5

Hubungan antara Umur dengan Kejadian Letak Sungsang

di Rumah Sakit Berkah Pandeglang

Tahun 2015

Letak Sungsang P
Total
No Umur Ya Tidak
f % f % f % Value
56

1 Beresiko<2 54 74 19 26 73 100

0 tahun
2 Tidak 54 46,6 62 53,4 11 100

Beresiko 6
0,001
20-35 tahun
3 Beresiko 36 62,1 22 37,9 58 100

>35 tahun
Total 14 58,3 10 41,7 247 100

4 3

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan hasil analisis hubungan

antara umur dengan kejadian letak sungsang diperoleh mayoritas ibu

yang sungsang pada beresiko < 20 tahun sebanyak 54 orang ( 74 % )

dan umur yang tidak beresiko dengan jumlah yang sama yaitu 54

orang ( 46,6 % ) minoritas ibu yang mengalami sungsang pada

beresiko > 35 tahun dengan jumlah 36 orang ( 62,1 % ) sedangkan

mayoritas ibu yang tidak sungsang pada tidak beresiko 20 – 35 tahun

dengan jumlah 62 orang ( 53,4 % ) dan minoritas tidak sungsang

pada beresiko < 20 tahun sebanyak 19 orang ( 26% ).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,001 (p = 0,001 < α

0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan antara umur dengan

kejadian letak sungsang.

Tabel 4.6
57

Hubungan antara Paritas dengan Kejadian Letak Sungsang

di Rumah Sakit Berkah Pandeglang

Tahun 2015

Letak Sungsang
Tidak P
N Sungsan
Total
Paritas Sungsan Valu
o g
g e
f % f % f %
1 Primipara 65 72, 25 27, 90 10

2 8 0
2 Multipara 42 47, 46 52, 88 10

7 3 0
0.003
3 Grandemultipar 37 53, 32 43, 69 10

a 6 4 0
Total 14 58, 10 41, 24 10

4 3 3 7 7 0

Berdasarkan tabel 4.6 menunujukan hasil analisis hubungan

antara paritas dengan kejadian letak sungsang diperoleh mayoritas ibu

yang sungsang pada primipara sebanyak 65 orang ( 72,2 % ) dan

minoritas sungsang pada grandemultipara sebanyak 37 orang ( 53,6

% ) sedangkan mayoritas ibu yang tidak sungsang pada multipara

sebanyak 46 orang ( 52,3% ) dan minoritas pada primipara sebanyak

25 orang ( 27, 8 % ).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,003 ( p = 0,003 < α

0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan antara paritas dengan

kejadian letak sungsang.


58

Tabel 4.7

Hubungan antara Pekerjaan dengan Kejadian Letak Sungsang

di Rumah Sakit Berkah Pandeglang

Tahun 2015

Letak Sungsang
P
Tidak
Total
No Pekerjaan Sungsang
Value
Sungsang
f % f % f %
1 Bekerja 74 63,2 43 36,8 117 100
2 Tidak 70 53,8 60 46,2 130 100
0.135
Bekerja
Total 144 58,3 103 41,7 247 100

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan hasil analisis hubungan antara

pekerjaan dengan kejadian letak sungsang diperoleh mayoritas ibu

yang sungsang pada bekerja sebanyak 74 orang ( 63,2 % ) dan

minoritas pada tidak bekerja sebanyak 70 orang ( 53,8 % ) sedangkan


59

mayoritas ibu tidak sungsang pada tidak bekerja sebanyak 60 orang

( 46,2 % ) dan minoritas pada bekerja sebanyak 43 orang ( 36,8 % ).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,135 (p = 0.135 > α

0,05) maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara pekerjaan

dengan kejadian letak sungsang.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Univariat

4.3.1.1 Karakteristik Ibu Bersalin Tentang Letak Sungsang

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil bahwa ibu bersalin

dengan kejadian janin letak sungsang yang mengalami

sungsang yaitu sebanyak 144 orang (58,3%) dan yang tidak

mengalami letak sungsang yaitu sebanyak 103 orang

(41,7%).

Dapat diketahui bahwa kejadian letak sungsang di

RSUD Bangkinang mayoritas mengalami letak sungsang

adalah 42 orang ( 76 % ).2(apriyanti fitri)

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak

memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong

berada di bagian bawah kavum uteri.2(apriyanti fitri)

4.3.1.2 Gambaran Umur Pada Ibu Bersalin

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh hasil bahwa ibu

bersalin mayoritas pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu


60

sebanyak 116 orang (47%), dan minoritas pada kelompok

umur >35 tahun yaitu 58 orang (23,5%).

Menunjukan bahwa dari 255 ibu bersalin di RSUD dr.M.

soewandi surabaya mayoritas berusia antara 20-35 tahun

(69,80%) dan berusia < 20 tahun dan > 35 tahun sebanyak

30, 19%).22(supartini,dkk)

Menurut Notoatmodjo 23(notoatmodjo 2011)umur adalah

variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-

penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun

kematian didalam hampir semua keadaan menunjukan

hubungan dengan umur.

4.3.1.3 Gambaran Paritas Pada Ibu Bersalin

Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh hasil bahwa ibu

bersalin mayoritas pada paritas primipara yaitu 90 orang

(36,4%), dan minoritas pada grandemultipara yaitu

sebanyak 69 (27,9%)orang .

Dapat diketahui bahwa paritas di RSUD Bangkinang

mayoritas ibu mengalami paritas yang beresiko adalah 38

( 69 % ) orang.2(apriyanti fitri)

Menurut Notoatmodjo 23 (notoadmojo 2011)tingkat paritas

telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan

kesehatan ibu maupun anak. Terdapat kecendrungan


61

kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang

berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan

penyakit-penyakit tertentu, seperti asma bronchiale, ulcus

peptikum, pilorik, stenosis, dan seterusnya.

4.3.1.4 Gambaran Pekerjaan Pada Ibu Bersalin

Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh hasil bahwa ibu

bersalin dengan pekerjaan mayoritas pada ibu yang tidak

bekerja yaitu sebanyak 130 orang (47,4%), dan minoritas

pada ibu yang bekerja sebanyak 117 orang (47,4%).

Dapat diketahui bahwa pekerjaan di wilayah kerja

puskesmas singkawang menunjukkan bahwa sebanyak 222

subyek tidak bekerja dengan proporsi 88,8%, sedangkan

subyek yang bekerja hanya 28 subyek dengan proporsi

sebesar 11,2%.16(trihardini ismi)

Menurut thomas pekerjaan adalah keburukan yang

harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya

dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari

nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.

Sedangkan umumnya bekerja merupakan kegiatan yang

menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai

pengaruh terhadap kehidupan keluarga.8(wawan)

4.3.2 Bivariat
62

4.3.2.1 Hubungan Antara Umur Dengan Letak Sungsang

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan hasil analisis

hubungan antara umur dengan kejadian letak sungsang

diperoleh bahwa yang mengalami yang mengalami

sungsang berisiko < 20 tahun dan umur tidak berisiko

dengan jumlah yang sama yaitu masing-masing 54 orang

(74%) dan (46,6%) , dan pada umur < 20 tahun yang tidak

mengalami letak sungsangsebanyak 19 orang (26%),

sedangkan pada umur tidak beresiko 20 - 35 tahun sebanyak

62 orang (53,4%), dan pada umur beresiko > 35 tahun yang

mengalami letak sungsang sebanyak 36 orang (62,1%), dan

pada umur beresiko >35 tahun sebanyak 22 orang (37,9%)

yang tidak mengalami letak sungsang. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p value = 0.001 (p = 0,001 ≥ α 0,05) maka

dapat disimpulkan ada hubungan antara umur dengan

kejadian letak sungsang pada janin.

Menurut penelitian oleh supartini di RSUD dr.M.

soewandi surabaya tahun 2011 hasil identifikasi ibu bersalin

sebanyak 255 orang dimana terdapat distribusi frekunsi

silang yang terbagi atas ibu bersalin dan usia.22(supartini)

dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai x2 hitung

sebesar 8,03 dan nilai x2 tabel sebesar 3,84 yang berarti

terdapat hubungan antara usia dengan letak sungsang.22


63

ini sesuai dengan teori bahwa usia dapat mempengaruhi

terjadinya letak sungsang terutama pada usia < 20 tahun

atau > 35 tahun. karena usia ibu yang < 20 tahhun dan >

35 tahun, merupakan salah satu faktor resiko tinggi saat

persalinan (Manuaba,1998:36).22(suartini)

ibu usia < 20 tahun yang mengalami persalinan letak

sungsang , yang dikarenakan usia muda dengan kondisi

panggul sempit kemungkinan akan mengalami kesulitan

dalam persalinan, dan dapat mengancam jiwa ibu serta janin

jika tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat.

sedangkan ibu yang berusia > 35 tahun berhubungan

dengan mulainya terjadi regenerasi sel-sel tubuh terutama

dalam hal ini adalah endometrium akibat uusia biologis

jaringan dan adanya penyakit yang dapat menimbulkan

kelainan letak. faktor penyebab letak sungsang berdasarkan

usia tidak hanya terjadi pada usia yang beresiko, tetapi juga

terjadi pada usia yang tidak beresiko dikarenakan

kecenderungan didapatkan keadaan rahim ibu ( arkuatus,

septum pada rahim, uterus dupleks), keadaan plasenta

(plasenta letak rendah dan plasenta previa), keadaan jalan

lahir (panggul sempit, deformitas tulang panggul, tumor);

sedangkan dari sudut janin meliputi tali pusat pendek,

hidrocepalus, gemeli, hidramnion, prematuras)22(supartini)


64

Menurut peneliti ibu bersalin di RSUD Berkah Pandeglang

sebagian besar ibu yang mengalami sungsang terjadi pada

usia < 20 tahun, hal ini terjadi karena organ dan system

reproduksi pada ibu masih belum matur sehingga bayi sulit

untuk melakukan putaran paksi dalam untuk memasuki

pintu atas panggul, kondisi ini terjadi karena di RSUD

Berkah Pandeglang mayoritas menikah di usia muda,

dengan pemahaman dari orang tua terdahulu bagi wanita

harus segera menikah karena di usia muda ini baik untuk

proses persalinan dan kehamilan.

Sehingga pada penelitian ini tidak ada kesenjangan

antara penelitian yang dilakukan supartini dan teori yang

dijelaskan oleh Manuaba

4.3.2.2 Hubungan Antara Paritas Dengan Letak Sungsang

Berdasarkan tabel 4.6 menunujukan hasil analisis

hubungan antara paritas dengan kejadian letak sungsang

diperoleh bahwa yang mengalami letak sungsang terdapat

pada primipara sebanyak 65 orang (72,2%), dan yang tidak

mengalami letak sungsang pada primipara sebanyak 25

orang (27,8%), sedangkan pada multipara yang mengalami

letak sungsang sebanyak 42 orang (47,7%) dan pada

multipara yang tidak mengalami letak sungsang sebanyak

46 orang (52,3%), dan pada grandemultipara sebanyak 37


65

orang (53,6%) yang mengalami letak sungsang, dan yang

tidak mengalami letak sungsangpada grandemultipara

sebanyak 32 orang (46,4%). Hasil uji statistik diperoleh

nilai p value = 0.003 (p = 0,003 ≤ α 0,05) maka dapat

disimpulkan ada hubungan antara paritas dengan kejadian

letak sungsang.

Menurut penelitian oleh supartini di RSUD dr.M.

soewandi surabaya tahun 2011 menunjukkan bahwa dari 76

orang ibu bersalin terdapat 26 orang (34,21%) primipara

dengan letak sungsang dan dari 179 orang ibu bersalin

terdapat 37 orang (20,67%) nonprime para (multipara atau

grandemultipara) dengan letak sungsang. Mayoritas

terdapat pada ibu bersalin tidak letak sungsang dengan

paritas nonprime para (multipara atau grandemultipara)

sebesar 142 orang (79,32%).22(supartini)

Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai x 2

hitung sebesar 5,25 dan nilai x 2 tabel sebesar 3,84 yang

berarti terdapat hubungan antara paritas dengan letak

sungsang.22(supartini)

Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan tentang

hubungan paritas dengan letak sungsang yaitu di mana ibu

yang telah melahirkan banyak anak sehingga rahimnya

sudah sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar


66

untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya yang

akhirnya menimbulkan kelainan letak sungsang. Pada

grandemultipara sering didapatkan perut gantung, akibat

regangan uterus yang berulang - ulang karena kehamilan

dan longgarnya ligamentum yang memfiksasi uterus,

sehingga uterus menjadi jatuh ke depan, disebut perut

gantung. Perut gantung dapat mengakibatkan terjadinya

gangguan his karena posisi uterus yang menggantung ke

depan sehingga bagian bawah janin tidak dapat menekan

dan berhubungan langsung serta rapat dengan segmen

bawah rahim. Akhirnya janin dapat mengalami kelainan

letak, seperti letak sungsang (Mochtar, 1998).22(supartini)

Akibat dinding abdomen teregang secara berlebihan

disebabkan oleh kehamilan multiparitas pada ibu hamil

dengan paritas 4 atau lebih terjadi insiden hampir sepuluh

kali lipat dibanding ibu hamil nullipara, prematuritas,

penyakit sistemik, kelainan pada ibu atau janinnya. Hal

tersebut jika dibiarkan begitu saja akan mengakibatkan

terjadinya komplikasi baik pada ibu maupun pada janinnya

(Manuaba, 1998:375).22(supartini)

Berdasarkan penelitian menunjukan ibu bersalin

dengan letak sungsang berdasarkan paritas mayoritas


67

terdapat pada klasifikasi pada primipara sebanyak 65 orang

(72,2%).

Menurut peneliti ibu bersalin di RSUD Berkah Pandeglang

sebagian memiliki banyak anak (grandemultipara), hal ini

yang diakibatkan perut ibu lebih luas dari pada besarnya

janin, luasnya perut ibu diakibatkan karena perut ibu elastis

akibat proses kehamilan dan persalinan yanng terdahulu.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara penelitian

yang telah dilakukan oleh nisma oktarino 2013, dan teori

yang telah dijelaskan oleh Mochtar dan Manuaba

4.3.3.3 Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Letak Sungsang

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan hasil analisis hubungan

antara pekerjaan dengan kejadian letak sungsang diperoleh

bahwa yang mengalami letak sungsang terdapat pada ibu

yang bekerja sebanyak 74 orang (63,2%), danyang tidak

mengalami letak sungsang sebanyak 43 orang (36,8%),

sedangkan yang mengalami letak sungsang terdapat pada

ibu yang tidak bekerja sebanyak 70 orang (53,8%) dan yang

tidak mengalami letak sungsang terdapat pada ibu yang

tidak bekerja sebanyak 60 orang (46,2%). Hasil uji statistik

diperoleh nilai p value = 0.135 ( p = 0,135 ≤ α 0,05 ) maka


68

dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara pekerjaan

dengan kejadian letak sungsang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian di

Medan menunjukkan bahwa status pekerjaan memiliki

hubungan yang tidak bermakna terhadap letak sungsang

(p=0,193). Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar

(88,8%) subyek tidak bekerja, dan juga ada kemungkinan

dikarenakan sebagian besar ibu yang bekerja memiliki

pekerjaan yang tidak membahayakan kesehatan janin, selain

itu ibu yang bekerja mempunyai pendidikan tinggi sehingga

mereka dapat mengurangi faktor risiko dari pekerjaan

mereka dengan melakukan pencegahan secara dini.

Sebaliknya penelitian di Tanzania menunjukkan bahwa ibu

hamil yang bekerja memiliki risiko terjadinya letak

sungsang 1,99 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang

tidak bekerja (ibu rumah tangga).16(trihardini ismi)

Menurut thomas pekerjaan adalah keburukan yang

harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya

dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari

nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.

Sedangkan umumnya bekerja merupakan kegiatan yang


69

menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai

pengaruh terhadap kehidupan keluarga.8(wawan)

Berdasarkan penelitian menunjukan ibu bersalin

dengan letak sungsang berdasarkan pekerjaan mayoritas

terdapat pada klasifikasi pada bekerja sebanyak 74 orang

(63,2%).

Sehingga tidak ada kesenjangan antara penelitan

yang telah dilakukan dimedan, dan teori yang dijelaskan

oleh thomas.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian letak sungsang dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Mayoritasibu bersalin dengan kejadian janin letak sungsang yang

mengalami sungsang yaitu sebanyak 144 orang (58,3%) dan yang

tidak mengalami letak sungsang yaitu sebanyak 103 orang (41,7%).

b. Mayoritas ibu bersalin yang mengalami letak sungsang mayoritas

pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 116 orang (47%),

dan minoritas pada kelompok umur > 35 tahun yaitu 58 orang

(23,5%).

c. Mayoritas ibu bersalin yang mengalami letak sungsang mayoritas

pada kelompok paritas mayoritas pada primipara sebanyak 90 orang

(36,4%) dan minoritas pada grandemultipara sebanyak 69 orang

(27,9%).

d. Mayoritas ibu bersalin yang mengalami letak sungsang dengan

pekerjaan mayoritas pada ibu yang tidak bekerja yaitu sebanyak

130 orang (52,6%), dan minoritas pada ibu yang bekerja sebanyak

117 orang (47,4%).

70
71

e. Ada hubungan antara umur dengan kejadian letak sungsang di

RSUD Berkah Pandeglang tahun 2015 p value = 0,001 (p = 0,001 ≤

α 0,05)

f. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian letak sungsang di

RSUD Berkah Pandeglang tahun 2015 p value = 0,003 (p = 0,003 ≤

α 0,05)

g. Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian letak

sungsang di RSUD Berkah Pandeglang tahun 2015 p value = 0,135

(p = 0,135 ≤ α 0,05)

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Tempat Peneliti

Meningkatkan penyuluhan kepada ibu hamil untuk

memberikan informasi melakukan Anc berkualitas secara rutin

sehingga ibu hamil dapat mengetahui tanda - tanda kelainan letak

sungsang.

52.2 Bagi Responden

Diharapkan bagi ibu hamil melakukan Anc berkualitas secara rutin

untuk mengetahui tanda – tanda kelainan letak sungsang.

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan masukan bagi

peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang masih banyak

belum tercakup dalam penelitian ini, Untuk menambah responden dan


72

variabel sehingga dapat berguna untuk ibu bersalin kejadian letak

sungsang agar dapat mengetahui tentang tanda-tanda kelainan letak

sungsang.

Anda mungkin juga menyukai