Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini kejadian penyebaran wabah penyakit sudah merupakan


masalah global, sehingga mendapat perhatian utama dalam penetapan
kebijakan kesehatan masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan dan kejadian
penyakit lainnya terjadi tidak hanya di berbagai negara berkembang dimana
kondisi sanitasi dan higiene umumnya buruk, tetapi juga di negara-negara
maju. Oleh karena itu disiplin ilmu epidemiologi berupaya menganalisis sifat
dan penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam  suatu penduduk tertentu
serta mempelajari sebab timbulnya masalah dan gangguan kesehatan tersebut
untuk tujuan pencegahan maupun penanggulangannya.

Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan oleh


suatu penyakit di wilayah tertentu, kadang-kadang dapat merupakan kejadian
yang mengejutkan dan membuat panik masyarakat di wilayah itu. Secara
umum kejadian ini kita sebut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), sedangkan
yang dimaksud dengan penyakit pada pengertian di atas adalah semua
penyakit menular yang dapat menimbulkan KLB dan atau penyakit yang
disebabkan oleh keracunan makanan atau keracunan lainnya. Penderita atau
yang beresiko terkena penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB dapat
diketahui jika dilakukan pengamatan yang dilakukan secara teratur, teliti dan
terus-menerus, meliputi pengumpulan, pengolahan, analisa atau interpretasi,
penyajian data dan pelaporan. Apabila hasil pengamatan menunjukkan adanya
tersangka KLB, maka perlu dilakukan penyelidikan epidemiologis yaitu
semua kegiatan yang dilakukan untuk mengenal sifat-sifat penyebab dan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya dan penyebarluasan KLB
tersebut di samping melakukan tindakan penanggulangan seperlunya. Hasil
penyelidikan epidemiologis mengarahkan langkah-langkah yang harus

1
2

dilakukan dalam upaya penanggulangan KLB. Upaya penanggulangan ini


meliputi pencegahan penyebaran KLB, termasuk pengawasan usaha
pencegahan tersebut dan pemberantasan penyakitnya. Upaya penanggulangan
KLB yang direncanakan dengan cermat dan dilaksanakan oleh semua pihak
yang terkait secara terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi
penyebarluasan KLB sehingga tidak berkembang menjadi suatu wabah.

Indonesia merupakan Negara yang masih memiliki angka kejadian luar


biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini
menyebabkan perlunya peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon
terhadap KLB tersebut dengan langkah-langkah yang terprogram dan akurat,
sehingga proses penanggulangannya menjadi lebih cepat dan akurat pula.
Untuk dapat mewujudkan respon KLB yang cepat, diperlukan bekal
pengetahuan dan keterampilan yang cukup dari para petugas yang diterjunkan
ke lapangan. Kenyataan tersebut mendorong kebutuhan para petugas di
lapangan untuk memiliki pedoman penyelidikan dan penanggulangan KLB
yang terstruktur, sehingga memudahkan kinerja para petugas mengambil
langkah-langkah dalam rangka melakukan respon KLB.

Undang-Undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular serta


PP No. 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular
mengatur agar setiap wabah penyakit menular atau situasi yang dapat
mengarah ke wabah penyakit menular (kejadian luar biasa – KLB) harus
ditangani secara dini. Sebagai acuan pelaksanaan teknis telah diterbitkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010 tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan.

Dalam pasal 14 Permenkes Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010 disebutkan


bahwa upaya penanggulangan KLB dilakukan secara dini kurang dari 24 (dua
puluh empat) jam terhitung sejak terjadinya KLB. Oleh karena itu disusun
Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
3

Penyakit Menular dan Keracunan Pangan sebagai pedoman bagi pelaksana


baik di pusat maupun di daerah. Diperlukan program yang terarah dan
sistematis, yang mengatur secara jelas peran dan tanggung jawab di semua
tingkat administrasi, baik di daerah maupun di tingkat nasional dalam
penanggulangan KLB di lapangan, sehingga dalam pelaksanaannya dapat
mencapai hasil yang optimal.

Pada beberapa waktu yang lalu telah terjadi peristiwa KLB difteri di
beberapa wilayah di Indonesia. Peristiwa ini ditentukan sebagai KLB karena
beberapa alasan, salah satunya adalah sudah lama tidak ada kasus difteri di
Indonesia. Diketahui penyakit difteri ini merupakan penyakit kuno karena
sudah dikenal sejak tahun 1920-an, inilah yang membuat topik KLB difteri di
Indonesia menarik untuk dibahas.

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah


atau topik bahasan sebagai berikut:

1. Apa definisi dari kejadian luar biasa (KLB)?


2. Apa saja kriteria dalam menentukan kejadian luar biasa (KLB)?
3. Penyakit apa saja yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa (KLB)?
4. Apa perbedaan wabah dengan kejadian luar biasa (KLB)?
5. Apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya kejadian
luar biasa (KLB)?
6. Bagaimana langkah penyidikan kejadian luar biasa (KLB)?
7. Bagaimana peristiwa kejadian luar biasa (KLB) difteri di Indonesia
pada tahun 2017?
4

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis merumuskan beberapa


tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui definisi kejadian luar biasa (KLB)


2. Untuk mengetahui kriteria dalam menentukan kejadian luar biasa
(KLB)
3. Untuk mengetahui penyakit apa saja yang dapat menimbulkan kejadian
luar biasa (KLB)
4. Untuk mengetahui perbedaan wabah dengan kejadian luar biasa (KLB)
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya
kejadian luar biasa (KLB)
6. Untuk mengetahui langkah-langkah penyidikan kejadian luar biasa
(KLB)
7. Untuk mengetahui peristiwa kejadian luar biasa (KLB) difteri di
Indonesia pada tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai