DASAR TEORI
Keadaan gawat darurat bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Kondisi ini
menuntut kesiapan petugas kesehatan untuk mengantisispasi kejadian itu. Bila kita
cermati, kematian-kematian karena henti jantung dan henti nafas selama ini cukup
banyak khususnya pada area Pre Hospital. Manajemen pertolongan keadaan
Gawat Darurat pada area tersebut sampai saat harus diperbaiki. Banyak kematian-
kematian di masyarakat yang mestinya bisa dicegah bila kita punya kepedulian
dan keterampilan terhadap masalah tersebut.
PPGD atau yang saat ini dikenal sebagai Basic Life Suport (BLS)
merupakan tindakan pertolongan pertama yang harus dilakukan pada pasien yang
mengalami keadaan yang mengancam nyawa ( henti jantung-paru/ cardiac
arrest). Seorang dokter gigi harus mempunyai ketrampilan dan kemampuan dalam
melakukan BLS. Kep. Menkes No. 39 tahun 2007, menjelaskan bahwa salah satu
ruang lingkup kerja dokter gigi adalah memberikan pelayanan darurat (basic
1
emergency care), yang terdiri dari BLS. Kemampuan menanggulangi kegawat
daruratan dengan BLS sangat diperlukan baik di area pre hospital dan intra
hospital.
2
B.2.Pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi
napas, suhu tubuh)
1) Ada pasien tidak sadar, pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi
pasien dan penolong.
2) Periksa kesadaran pasien ( bisa dengan metode AV-PU )
3) Bebaskan Jalan napas pasien (airway)
4) Segera meminta bantuan
5) Periksa jalan napas ( pasien bernapas atau tidak, bisa dengan metode look,
liste,feel )
6) Bila pasien tidak sadar atau tidak bernapas, lakukan pijat jantung ( RJP )
30 kali serta 2 kali napas buatan.
3
Cara melakukan cek kesadaran pada pasien dengan metode AV-PU:
P (Pain) : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah
adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (dipangkal
kuku), selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah
tulang dada (sternum) dan juga areal di atas mata (supra
orbital).
U (Unresponsive) : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien tidak bereaksi, maka
pasien berada dalam keadaan unresponsive (tidak sadar).
4
RJP dilakukan pada saat jantung dan pernafasan korban telah berhenti
bekerja. Penyelamatan pernafasan digunakan pada saat nadi masih berdenyut
tetapi tidak ada pernafasan. Seorang dokter gigi seharusnya mampu (1) Mengenali
tanda-tanda serangan jantung, (2) Memberikan RJP, dan (3) Menghubungi
Layanan Kedaruratan Medis (LKM).
1) Nyeri dada atau rasa tak enak di bagian tengah dada (terutama sebelah
kiri), bisa menyebar ke bahu kiri, lengan kiri atas, leher kiri, rahang, dada
dengan tengah dan perut kiri bagian atas; diikuti perasaan “tertekan”,
“berat” atau “remuk” yang berlangsung selama tak lebih dari beberapa
menit atau berlalu hilang kembali.
2) Sulit bernafas atau sesak nafas.
3) Demam (merasa dingin pada suhu panas).
4) Berkeringat atau “keringat dingin”.
5) Rasa kembung, salah cerna, atau perasaan tersedak (mungkin terasa seperti
“rasa panas dalam lambung”).
6) Mual atau muntah.
7) Detak jantung yang cepat atau tak teratur (palpitasi).
8) Pusing dan pingsan.
RJP dapat digolongkan dalam 3 (tiga) macam cara yaitu pemberian (1) nafas
bantuan, (2) nafas buatan, (3) pijat jantung.
5
1.2.2 Nafas Buatan
Nafas buatan adalah cara melakukan nafas buatan yang sama dengan nafas
bantuan, tetapi nafas buatan diberikan pada pasien yang mengalami henti nafas.
Diberikan dua kali secara efektif agar dada dapat mengembang.
6
Penghentian resusitasi dilakukan mengingat pernafasan yang telah terhenti
selama 30 menit biasanya menunjukkan kematian serebral, atau pasien sudah
menunjukkan tanda- tanda kematian (kaku mayat) sehingga resusitasi selanjutnya
dipandang tidak berguna lagi.faktor lain yang mungkin dapat merupakan
keputusan untuk menghentikan RJP adalah kondisi penolong yang telah lelah dan
sudah tidak kuat lagi ;bantuan sudah datang, atau perjanjian tertulis dengan pasien
dan keluarganya untuk tidak melakukan resusitas.
7
bergerak lagi (imobilitas) dan lakukanlah Jaw Thrust.Gerakan
ini dilakukan untuk menghindari adanya cidera lebih lanjut pada
tulang belakang bagian leher pasien.
4) Sambil melakukan (1) dan (2) di atas, kemudian dilakukan
pemeriksaan kondisi Airway (jalan napas) dan Breathing (pernafasan)
pasien.Metode pengecekan nafas menggunakan metode Look, Listen,
dan Feet;
a) Look :
Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernafas), apakah
gerakan tersebut simetris/tidak.
b) Listen: Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah
ada suara nafas tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada
hambatan sebagian).
c) Feel: Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa panas dari
korban
Jenis- jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :
8
lakukan manuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja.Jika suara
nafas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan nafas, maka
dapat dilakukan :
1) Black Blow, sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan
telapak tangan daerah diantara tulang scapula di punggung.Catatan:
Black-blow tidak dilakukan untuk dewasa karena dikawatirkan
menjadi sumbatan lengkap/penuh.
2) Heimlich Manuver, adalah suatu cara mengeluarkan benda asing
yang menumbat laring secara total atau benda asing berukuran besar
yang terletak di hipofaring. Prinsip mekanisme Heimlich Manuver
adalah dengan memberikan tekanan pada paru-paru. Pada Heimlich
Manuver lakukan tekanan kedalam dan ke atas rongga perut sehingga
diafragma terorong ke atas. Tenaga dorongan ini akan mendesak udara
dalam paru-paru keluar. Heimlich Manuver dapat dilakukan baik pada
anak-anak maupun orang dewasa.
3) Chest Trust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara
memposisikan diri seperti posisi memeluk dari belakang dengan orang
coba berdiri kemudian mendorong tangan ke arah dalam atas.
a) Letakkan sisi ibu jari pada kepalan tangan tengah tulang dada,
tidak pada prosesus xifoideus
b) Genggam kepalan tangan tadi dengan tangan lainnya dan lakukan
dorongan ke belakang secara cepat
c) Ulangi dorongan sampai sumbatan keluar.
d) Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa panas dari
korban
5) Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi
pernafasan pasien itu dalam 1 menit (pernafasan normal adalah 12-20
kali per menit)
6) Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap
melakukan Look,Listen, dan Feel
7) Jika frekuensi nafas < 12 kali per menit, berikan nafas bantuan
9
8) Jika pasien tidak memiliki denyut nadi dan mengalami henti nafas,
lakukan pijat jantung diikuti napas buatan ( 30 kali pijat jnatung disela
2 kali tiupan napas)
9) Lakukanlah pengecekan nadi a. Karotis yang terletak di leher ( cek
dengan 2 jari di tonjolan di tengah tenggorokan, lalu gerakkan jari ke
samping, jangan sampai terhambat oleh otot leher (sterno-cleido-
mastoideus), rasakan denyut nadi karotis selama 5 detik
10) Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah pijat jantung, di ikuti
dengan nafas buatan, ulangi sampai 6 kali siklus pijat jantung nafas
buatan, yang diakhiri dengan pijat jantung.
11) Cek lagi nadi karotis (dengan metode di atas) selama 5 detik, jika
teraba lakukan Look,Listen,Feel lagi. Jika tidak teraba ulangi poinn
nomor 10; atau dihentikan
12) Setelah berhasil mengamankan kondisi di atas periksalah tanda-tanda
shock pada pasien .
a. Denyut nadi > 100 kali per menit
b. Telapak tangan basah, dingin dan pucat
c. Capillary Refill Time (CRT) > 2 detik (CRT dapat diperiksa
dengan cara menekan ujung kuku pasien dengan kuku
pemeriksaan selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu
yang dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi
13) Jika pasien Shock lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan
mengangkat kaki pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi
darah akan lebih banyak ke jantung. Pertahankan posisi Shock sampai
bantuan datang atau tanda tanda Shock berkurang
14) Jika ada perdarahan pasien, hentikan perdarahan dengan cara menekan
atau membebat luka (Membebat jangan terlalu erat karena dapat
mengakibatkan jaringan yang dibebat mati )
15) Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien
dengan Look, Listen dan Feel Karena pasien sewaktu-waktu dapat
memburuk secara tiba-tiba.
10
1.3 Perlindungan Diri Bagi Penolong
11
BAB II
PEMBAHASAN
12
digunakan untuk chin lift, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk
menekan rahang bawah kebawah. Kemudian mengambil gigi palsu yang
menyangkut. Setelah diambil gigi palsunya, namun pasien tidak sadar
maka harus minta bantuan orang lain dan melakukan pijat jantung ( RJP )
30 kali disela dengan napas buatan 2 kali.
3. Apa gunaya metode back blow di bidang kedokteran gigi?
Metode back blow manuever dibidang kedokteran gigi dilakukan jika
mendapati seorang pasien mendadak yang mengalami hambatan napas
total akibat tersedak atau tertelan benda asing sehingga menyumbat jalan
nafas.
4. Apa gunanya metode Heimleich Manuever di bidang kedokteran gigi ?
Heimlich manuever dilakukan jika metode back-blow manuever tidak
berhasil mengeluarkan benda asing yang tertelan. Metode heimlich
manuever dan back blow manuever pada dasarnya memiliki fungsi yang
sama, namun bagian yang ditekan pada metode Heimlich manuever ialah
ulu hati, sehingga dilakukan jika benda yang tertelan sudah mencapai
perut.
5. Apa gunanya metode Chest Thrust di bidang kedokteran gigi ?
Sama seperti back-blow manuever dan Heimlich manuever, chest thrust
manuever juga mempunyai fungsi mengeluarkan benda asing yang
menyumbat jalan napas dan biasanya dipadukan dengan back-blow untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
6. Apa yang anda lakukan pada saat anda jumpai pasien anda mengalami
pingsan setelah dilakukan anastesi ? Jelaskan !
Jika dijumpai pasien mengalami pingsan setelah dilakukan anastesi maka
harus dilakukan pengecekan kesadaran pasien dengan metode AV-PU:
A (alert) : Korban sadar, jika tidak sadar lanjut ke poin V.
V (Verbal) : Cobalah memanggil-manggil korban dengan cara
berbicara keras ditelinga korban (pada tahap ini jangan sertakan dengan
menggoyang atau menyentuh pasien), jika tidak merespon lanjut ke poin
P.
13
P (Pain) : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang
paling mudah adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (dipangkal
kuku), selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah tulang dada
(sternum) dan juga areal di atas mata (supra orbital).
U (Unresponsive) : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien tidak
bereaksi, maka pasien berada dalam keadaan unresponsive (tidak sadar).
Kemudian melakukan langkah :
1. Pembebasan jalan napas
Jalan napas pasien harus segera dibersihkan dari benda asing, lendir
atau darah. Membuka jalan napas dapat dilakukan dengan mengangkat
dagu kedepan dengan metode head lilt-chin lift/ jaw thrust ( lebih
aman ), apabila terjadi muntah, posisi pasien dimiringkan.
2. Call for help
Hal ini adalah mencari pertolongan yang sesungguhnya
3. Memeriksa pernapasan pasien dengan metode look, listen dan feel :
- Lihat apakah ada aktivitas pernapasan pada pasien ( look )
- Dengar apakah ada suara pernapasan pada pasien ( listen )
- Rasakan napas pasien dengan mengunakan 2 jari ditempelkan
dihidung
4. Apabila terjadi henti napas maka harus diberikan pijat jantung
sebanyak 30 kali dengan sela 2 kali napas buatan.
14
BAB III
KESIMPULAN
15
16