Adapun Delapan dinding elemen yang menahan seluruh struktur pada saat bersamaan adalah atap dan
dinding, juga menutup dan membuka ruang ke luar melalui celah vertical. Pada dindingnya melengkung
secara hiperbola untuk mengekspresikan ketegangan ke langit, dan mengubah lantai dasar rhomboid
menjadi salib diatap. Ketinggian sayap berbeda, asimetris, dan menjadikannya bentuk dinamis di latar
belakang langit.
Pantulan sinar matahari mengarah pada kelongsong baja nirkarat, menerangi seluruh ruangan pada
siang hari dan menciptakan pemandangan yang indah seperti gaun yang bersinar pada pelat beton yang
keras. Pada kelongsong yang monokromatik terlihat seperti kurva dan profil berbentuk U sehingga
meningkatkan dinamika struktur. Itu pun semua menjadikan gereja ikonik dalam konteks urban Tokyo
yang padat. Salib seti nggi 16 meter yang ditempatkan di belakang altar adalah sorotan
lain yang harus dilihat. Salib dihiasi dengan semacam mineral pualam di bagian
belakangnya
Selain itu efek cahaya juga sampai pada dinding melengkung yang dimana efek tersebut berubah setiap
jam, sehingga membuat atmosfir interior semakin terasa. Efek tersebut melibatkan sinar matahari
langsung yang terefleksi pada permukaan lentur dan menyebar.
Selain itu terdapat cahaya yang melewati celah kaca. Pada celah kaca tersebut terpasang empat kaca
pada dinding secara vertikal dan empat pada bagian atap berbentuk salib diatas. Meskipun dalam
ruangan tersebut agak gelap tetapi memiliki kontras tercerahkan yang berasal dari cahaya luar serta
memberikan makna simbolis bagi gereja sebagai ruang keagamaan.
Interior gereja tersebut juga dilengkapi dengan menara lonceng dan alat music Organ. Pada menara
lonceng diikuti pedoman komposisi: empat garis vertical sebenarnya mengalir menjadi satu dan
membentang ke langit. Untuk Organ, yang telah dirancang khusus untuk beradaptasi dengan ruang
pintu masuk, dibuat di Italia Mascioni dan dipasang pada tahun 2004