Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN
PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Dosen Pengampu :
Dr. Retno Susilowati,M.Si
Berry Fakhry Hanifa, S.Si., M.Sc
Tyas Nyonita Punjungsari, S.Pd., M.Sc

Disusun Oleh :
Nama : Shofwatul Hanna
NIM : 18620078
Kelas : Biologi C
Tanggal: 23 November 2020
Asisten : Zharivah Abdatilah

PRODI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pakan merupakan makanan atau suatu asupan yang diberikan pada hewan ternak
(peliharaan). Pakan dapat salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan dalam
beternak. serta Pakan yang berkualitas adalah pakan yang kandungan  protein, lemak,
karbohidrat, mineral dan vitaminnya seimbang sesuai kebutuhan ternak ( Kamal,1994).
Pakan yang diberikan peternak seringkali mengalami defisiensi nutrien sehingga
mempengaruhi kebutuhan ternak untuk hidup pokok maupun produksi karena peternak
kekurangan biaya. Selain itu, minimnya pengetahuan peternak dapat membuat kerugian yang
besar karena produksi ternak untuk kualitas susu dan daging yang tidak memenuhi standar
maupun jumlah mikroba yang melebihi batas normal. Alternatif yang dapat dilakukan untuk
mengatasi defisiensi nutrien pada sapi perah yaitu dengan pemberian ransum komplit
berkualitas (Murni, 2008). Keseimbangan dan ketersediaan nutrien dalam ransum penting
diperhatikan selain harga yang murah agar dapat terjangkau oleh peternak.
Allah telah menjelaskan pada Quran surat Al-Baqarah ayat 164 yang memilkiki arti
sebagai berikut :

“dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara
langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”

Ayat diatas menjelaskan bahwa persebaran segala macam dan jenis hewan di muka bumi
merupakan tanda tanda kekuasaan dan kebesaran Allah swt . Ayat itu juga menegaskan bahwa
tanda - tanda itu hanya dapat dipahami bagi orang - orang yang mau memikirkan . Bagi orang
yang berakal , melihat tanda kebesaran Allah swt dan berusaha memahami imu , kekuasaan ,
dan kreasi seni - Nya yang tak terhingga ini dengan mengingat dan merenungkan hal - hal
tersebut sebab ilmu Allah swt tak terbatas dan ciptaan – Nya. Namun, selain manfaatnya, juga
perlu diperhatikan asupan untuk hewan juga .Oleh karena itu pada praktikum kali ini akan
membahas tentang pakan ternak rumensia.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada praktikum ini adalah :
1. Bagaimana lingkungan yang sesuai untuk ternak ruminansia ?
2. Bagaimana kebutuhan gizi ternak ruminasia dan cara pemenuhannya?
3. Apa macanm pakan dan syarat pakan ruminasia yang baik ?
4. Bagaimana cara melakukan fermentasi pakan ruminansia berternak hewan
ruminansia?
5. Bagaimana teknik pembuatan konstrat pakan ternak ruminansia ?

1.2 Tujuan
Tujuan pada praktikum ini adalah :
1. Untuk memahami lingkungan yang sesuai untuk ternak ruminansia.
2. Untuk memahami kebutuhan gizi ternak ruminasia dan cara pemenuhannya.
3. Untuk memahami macam pakan dan syarat-syarat pakan ruminasia yang baik.
4. Untuk melakukan fermentasi pakan ruminansia. beternak hewan ruminansia.
5. Untuk memahami teknik pembuatan konsntrat pakan ternak ruminansia.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1. Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
Alat -alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Drum/ silo 1 buah
2. Plastik secukupnya
3. Karung goni 1 buah
4. Karet tali 1 buah

2.1.2 Bahan
Alat -alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Rumput secukupnya
2. Dedak halus/bekatul secukupnya

2.2 Cara Kerja


Cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut

1. Disiapkan lokasi peternakan sapi atau kambing (peternakan perorangan, kelompok


atau unit usaha peternakan lainnya) yang telah menerapkan amoniasi, silase ataupun
meramu pakan konsentrat untuk ternak sendiri, hubungi peternak pemilik untuk
meminta ijin praktikum.
2. Disiapkan semua perangkat yang saudara butuhkan untuk pelaksanaan praktikum,
seperti jadwal kunjungan dan pengamatan, daftar checklis untuk pengamatan dan
checklist untuk wawancara terkait hal-hal yang akan saudara pelajari.
3. Didatangi peternak/pengelola peternakan sesuai jadwal yang disepakati.
4. Diminta arahan pada peternak dimana saudara dapat melakukan pengamatan dan tanya
jawab seputar pemeliharaan ayam ternak.
5. Dilakukan pengamatan dan tanya jawab langsung (apabila memungkinkan) dengan
peternak sesuai dengan tujuan praktikum.
6. Direkam/foto peternakan tersebut, lalu catat hasil wawancara saudara.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengertian Pakan menurut pendapat Antonius (2009) merupakan salah satu faktor
penentu utama yang mempengaruhi keberhasilan suatu usaha peternakan. Ketersediaan bahan
makanan ternak akhir-akhir ini terasa semakin terbatas. Hal ini disebabkan antara lain oleh
meningkatnya harga bahan baku makanan ternak, dan semakin menyusutnya lahan bagi
pengembangan produksi hijauan akibat penggunaan lahan untuk keperluan pangan dan tempat
pemukiman. Masalah pakan untuk ternak ruminansia (sapi, domba dan kambing) yang sering
dialami oleh peternak, terutama adalah ketersediaan hijauan pakan yang merupakan makanan
utama ternak ruminansia yang sulit diperoleh terutama pada saat musim kemarau panjang.
Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama yang mempengaruhi keberhasilan
suatu usaha peternakan. Ketersediaan bahan makanan ternak akhir-akhir ini terasa semakin
terbatas. Hal ini disebabkan antara lain oleh meningkatnya harga bahan baku makanan ternak,
dan semakin menyusutnya lahan bagi pengembangan produksi hijauan akibat penggunaan
lahan untuk keperluan pangan dan tempat pemukiman. Oleh karena itu, perlu dicari sumber
daya baru yang potenisal untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak alternatif yang mampu
menggantikan sebagian atau seluruh hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan kepada
penggunaan bahan konsentrat yang sudah lazim digunakan (Parakkasi, 1999).
Bahan pakan adalah suatu bahan yang dimakan oleh ternak yang mengandung energi
dan zat-zat gizi di dalam bahan pakan. Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dan
digunakan oleh ternak untuk pertumbuhan, produksi dan hidup pokok ternak, klasifikasi
bahan pakan secara internasional telah membagi bahan pakan menjadi 8 kelas, yaitu hijauan
kering, pasture atau hijauan segar, silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral,
sumber vitamin, dan zat additive (Tillman et al., 1991). Kebutuhan ternak akan pakan
dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah nutrisi setiap harinya sangat
tergantung pada jenis ternak, umur, fase pertumbuhan (dewasa, bunting dan menyusui),
kondisi tubuh dan lingkungan tempat hidupya serta bobot badannya (Tomaszweska, 1993).
Hasil dari praktikum yang telah dilakukan yakni pembuatan silase. Silase merupakan
awetan segar hijauan pakan setelah mengalami proses fermentasi oleh bakteri asam laktat
dalam suasana asam dan anaerob, menurut pendapat Murni, dkk (2008) Silase adalah pakan
awetan hijauan segar yang telah mengalami proses ensilase (fermentasi) oleh bakteri asam
laktat dalam kondisi anaerob (kondisi tanpa udara dan oksigen). Untuk memacu terbentuknya
asam dapat di tambahkan berbagai bahan aditif berupa bahan karbohidrat seperti tetes, dedak
jagung dll. Tujuan dari pembuatan silase Supaya pakan hijauan ternak yang di dapatkan
masih berkualitas tinggi dan tahan lama, dapat diberikan pada saat musim kemarau yang sulit
mendapatkan pakan hijauan, Dapat memanfaatkan hijauan pada saat kelebihan produksi
hijauan, Dan memanfaatkan hasil sisa pertaniaan. Sedangkan menurut pendapat Mugiawati
(2013) Silase merupakan awetan hijauan yang disimpan dalam silo yang tertutup rapat dan
kedap udara. Kondisi anaerob tersebut akan mempercepat pertumbuhan bakteri anaerob untuk
membentuk asam laktat. Bahan pakan yang diawetkan berupa tanaman hijauan, limbah
industri pertanian, serta bahan pakan alami lainnya dengan kadar air pada tingkat tertentu .
Pembuatan pakan ternak dengan awetan basah atau silase menurut pendapat Ridwan
(2005) sudah lama sekali dikenal dan semakin menjamur di negara yang memiliki iklim
subtropis, karena memiliki empat iklim seperti di negara-negara Eropa maka akan sangat
mendukung bagi para peternak sekitar untuk mengawetkan pakan ternak dengan diolah
menjadi silase. Prinsip dasar pembuatan silase adalah fermentasi hijauan oleh mikroba yang
banyak menghasilkan asam laktat. Mikroba yang paling dominan adalah dari golongan bakteri
asam laktat homofermentatif yang mampu melakukan fermentasi dari keadaan aerob sampai
anaerob. Asam laktat yang dihasilkan selama proses fermentasi akan berperan sebagai zat
pengawet sehingga dapat menghindarkan dari bakteri pembusuk .
Prinsip pembuatan silase adalah fermentasi hijauan oleh bakteri asam laktat secara
anaerob. Kushartono dan Iriani (2005) menjelaskan bahwa dalam pembuatan silase perlu
diperhatikan beberapa aspek penting yang akan menunjang dalam hal pembuatan maupun
ketersediaan silase. Aspek tersebut antara lain konsistensi, ketersediaan bahan dan harga.
Media fermentasi dalam pembuatan silase merupakan faktor penentu yang paling penting
untuk pertumbuhan mikroba. Media fermentasi merupakan starter penentu cepat lambatnya
proses fermentasi. Selain hal tersebut aspek kesukaan ternak terhadap bahan pakan juga perlu
diperhatikan, karena ternak lebih suka pakan yang yang memiliki kandungan karbohidrat
tinggi berupa gula seperti rumput, shorgum, jagung, biji-bijian kecil, tanaman tebu, tongkol
gandum, tongkol jagung, pucuk tebu, batang nanas, dan jerami padi.
Menurut Yuliyati, Y. B. (2018) Cara pembuatan Silase adalah Potong rumput Gajah
dengan ukuran 5 -10 cm dengan menggunakan parang, atau dengan menggunakan mesin
chopper, Campurkan rumput yang sudah dipotong kecil dengan tetes tebu, dedak dan menir
sesuai jumlahnya hingga menjadi satu campuran. Kemudian bahan pakan ternak tersebut
dimasukkan dalam silo dan sekaligus dipadatkan sehingga tidak ada rongga udara, bahan
pakan ternak dimasukkan sampai melebihi permukaan silo untuk menjaga kemungkinan
terjadinya penyusutan isi dari silo. Dan tidak ada ruang kosong antara tutup silo dan
permukaan pakan paling atas. Setelah pakan hijauan dimasukkan semua, diberikan
lembaranplastik, danditutuprapat, dan diberi pemberat seperti batu, atau kantong plastik, atau
kantong plastic yang diisi dengan tanah. Sedangkan menurut Pendapat Menurut Melayu
(2010) Proses pembuatan silase secara garis besar terdiri atas empat fase : (1) fase aerob; (2)
fase fermentasi; (3) fase stabil; dan (4) fase pengeluaran untuk diberikan kepada ternak.
Setiap fase mempunyai ciri-ciri khas yang sebaiknya diketahui agar kualitas hijauan sejak
dipanen, pengisian ke dalam silo, penyimpanan dan periode pemberian pada ternak dapat
dipelihara dengan baik agar tidak terjadi penurunan kualitas hijauan tersebut. Menurut
Elfaring (2010), proses fermentasi pada silase terdapat 4 tahapan,yaitu : Fase aerobik,
normalnya fase ini berlangsung sekitar beberapa jam yaitu ketika oksigen yang berasal
dari atmosfir dan berada diantara partikel tanaman berkurang. Oksigen yang berada diantara
partikel tanaman digunakan untuk proses repirasi tanaman, mikroorganisme aerob, dan
fakultatif aerob seperti yeast dan Enterobacteria.
Menurut Pioner Development Foundation (1991) Kualitas silase akan dipengaruhi
oleh tiga faktor dalam pembuatan silase antara lain: hijauan yang digunakan, zat aditif (aditif
digunakan untuk meningkatkan kadar protein dan karbohidrat pada material pakan) dan kadar
air bahan di dalam hijauan tersebut karena kadar air yang tinggi mendorong pertumbuhan
jamur dan menghasilkan asam butirat, sedangkan kadar air yang rendah menyebabkan suhu di
dalam silo lebih tinggi sehingga mempunyai resiko yang tinggi terhadap terjadinya kebakaran.
Kadar air bahan yang tinggi mengakibatkan silase yang dihasilkan pun berkadar air air tinggi
dan sebaliknya jika kadar air bahan yang digunakan untuk silase rendah maka menghasilkan
silase berkadar air rendah.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

1. Pembuatan silase harus disimpan secara anaerob, dalam proses pembuatan silase
penambahan aditif juga mempengaruhi berhasil atau tidaknya membuat silase.

2. Perubahan fisik yang terjadi setelah 1 minggu yang awalnya berwarna hijau daun menjadi
kuning kehijauan, aroma berubah dari aroma rumput menjadi aroma buah, rasa berubah dari
hambar menjadi ada rasa manis, .dan tekstur berubah dari lembab dan kasar menjadi kering
dan sedikit basah.

3. Kualitas nutrisi yang baik pada silase ini yakni memiliki warna yang hijau kekuningan,
baunya yang harum, dan pada saat diperas tidak keluar air,. Sedangkan daya tahan silase
sendiri dapat digunakan dalam jangka waktu 3 atau 2 bulan

4. Cara pemanfaatan silase pada saat musim hujan yakni silase diberi pada ternak sebagai
pakannya, yang mana berfungsi untuk mempercepat peningkatan berat badan pada ternak
tersebut

5. Cara pemanfaatan hasil sisa pertanian atau silase ini dapat digunakan sebagai pupuk

4.2 Saran
Saran untuk praktiku ini adalah Perlu adanya ketelitian untuk melakukan praktikum dan perlu
melakukan secara offline dikarenakan sangat sulit memahami apa yang di lakukan oleh praktikan
agar data yang didapatkan sangat jela. Saat penjelasan juga kurang jelas sehingga untuk membuat
laporan bingung menulis apa.
DAFTAR PUSTAKA

Antonius, A.K. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Yayasan
Kanisius,Yogyakarta
Elfaring, Arinong R. Winarno, F.G. dan S. Fardiaz. 2010. Peningkatan Produksi Kacang
Tanah (Arachis hypogeae L.) dengan Pemberian Jerami Padi dan Pupuk Kandang.
Agrisistem 2(2): 70-73.
Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak I. Fakultas Peternakan . Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Kushartono, B., & Iriani, N. (2005). Silase tanaman jagung sebagai pengembangan sumber
pakan ternak. Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian.
Bogor: Balai Penelitian Ternak.
Melayu, S.R. 2010. Pembuatan Silase Hijauan. Sumatera Barat: Universitas Andalas.
Mugiawati, R. E., & Suwarno, N. H. (2013). Kadar air dan pH silase rumput gajah pada hari
ke-21 dengan penambahan jenis aditif dan bakteri asam laktat. Jurnal Ternak Ilmiah,
1(1), 201-207.
Murni, R., Suparjo, Akmal, B. L. Ginting. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah
untuk Pakan. Jambi: Laboraturium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Jambi.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Pioner Development Foundation. 1991. Silage Technology. A.Trainers Manual. Pioner
Development Foundation for Asia and The Pacific Inc. :15 – 24.
Ridwan, R., Ratnakomala, S., Kartina, G., & Widyastuti, Y. (2005). Pengaruh penambahan
dedak padi dan Lactobacillus plantarum 1BL-2 dalam pembuatan silase rumput gajah
(Pennisetum purpureum). Media Peternakan, 28(3).
Tillman, A. D., Hartadi, H. Reksohadiprojo, S., Prawirokusumo, S. dan Lebdosoekojo,
S.1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta. Gajah Mada University press,
Yogyakarta
Tomaszewska, M.W., Mastika, I. M., Djajanegara, A., Gordina, S dan Wiradarya, TK. 1993.
Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press,
Surakarta. (Skripsi).
Yuliyati, Y. B. (2018). Pembuatan Silase Dari Rumput Gajah Untuk Pakan Ternak Di Desa
Pasawahan Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut. Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat, 2(7), 515-518.

Anda mungkin juga menyukai