Anda di halaman 1dari 11

JURNAL LOGIKA, Vol XVI, No 1 Maret Tahun 2016 ISSN: 1978-2560

www.e-journal.unswagati-crb.ac.id.

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DAN MODEL


PEMBELAJARAN LANGSUNG

Mohammad Dadan Sundawan


mdsmath@gmail.com
Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

ABSTRAK

Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses


pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan)
diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui
pengetahuan diri (self-regulation), dan pada akhir proses belajar pengetahuan akan dibangun
sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya.
Penekanan tentang belajar mengajar lebih berfokus pada suksesnya siswa mengorganisasi
pengalaman mereka, bukan pada ketepatan siswa dalam melakukan replikasi atas apa yang
dilakukan pendidik. Penerapan model pembelajaran konstruktivisme dalam pelaksanaan
pembelajaran meliputi 4 tahap yaitu : tahap apersepsi, tahap eksplorasi, tahap diskusi dan
penjelasan konsep, dan tahap pengembangan dan aplikasi konsep.
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus
untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung
adalah pembelajaran menggunakan lima fase, yaitu menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, membimbing
pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, memberikan latihan dan
penerapan konsep.

Kata Kunci: Konstruktivisme, Pembelajaran Langsung

PENDAHULUAN dapat memahami dan mengembangkan


Latar Belakang cabang ilmu-ilmu yang lain.
Perkembangan pengetahuan dan Mengingat begitu pentingnya
teknologi yang menopang perkembangan matematika, maka usaha untuk mencapai
budaya dan kehidupan manusia diberbagai keberhasilan siswa dalam belajar
belahan dunia sejak masa lalu, kini, dan matematika sangat diperlukan. Untuk itu
masa yang akan datang dipengaruhi oleh pembelajaran matematika harus
kemajuan dalam bidang matematika. Oleh membentuk wawasan siswa dalam
karena itu, wajar apabila materi pelajaran berpikir kritis, logis, dan kreatif sehingga
matematika di tingkat sekolah pun mereka dapat mengembangkan,
melekat pada berbagai pelajaran, seperti mengkolaborasikan dengan permasalahan-
pelajaran geografi, fisika, kimia, biologi, permasalahan yang muncul dalam
dan ekonomi, sehingga konsep-konsep kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan hal
matematika merupakan penunjang untuk tersebut, pemecahan masalah merupakan
bagian penting dari tujuan pembelajaran
JURNAL LOGIKA, Vol XVI, No 1 Maret Tahun 2016 ISSN: 1978-2560
www.e-journal.unswagati-crb.ac.id.

matematika. Kemampuan pemecahan dan merangsang daya nalar dan daya pikir
masalah merupakan salah satu siswa untuk lebih meningkatkan
kemampuan dasar matematika yang perlu kreativitas dan imajinasi pelajaran dengan
dimiliki oleh siswa. Kemampuan cepat. Persoalan yang muncul saat ini
pemecahan masalah sangat perlu dimiliki menuntut guru untuk memilih model
oleh siswa agar mereka dapat pembelajaran yang sesuai dengan materi
menggunakannya secara luwes baik untuk yang akan disampaikan. Untuk itu,
belajar matematika lebih lanjut, maupun sebaiknya guru mempunyai kemampuan
untuk menghadapi masalah-masalah lain. dalam memilih sekaligus menggunakan
Pemecahan masalah merupakan model pembelajaran yang tepat.
kegiatan yang sangat penting dalam Salah satu model pembelajaran
pembelajaran matematika karena prosedur yang sesuai adalah model pembelajaran
pemecahan dapat melatih kemampuan konstruktivisme. Menurut Cobb (Tim
analisis siswa yang diperlukan untuk MKPBM 2001:71) mendefinisikan bahwa
menghadapi masalah-masalah yang belajar matematika merupakan proses di
ditemuiya dalam kehidupan sehari-hari. mana siswa secara aktif mengkonstruksi
Langkah-langkah dalam pemecahan pengetahuan matematika. Salah satu
masalah dapat pula membantu siswa model pembelajaran yang dapat
memahami fakta-fakta, konsep, atau diterapkan dalam pengajaran matematika
prinsip matematika dengan menyajikan adalah model pembelajaran
ilustrasi dan realisasinya. Pemecahan konstruktivisme. Dalam pembelajaran
masalah matematika membantu siswa konstruktivisme siswa dituntut untuk
dalam meningkatkan kecepatan, merancang sendiri konsep matematika
pemahaman, penyusunan, perincian, dan yang akan dipelajari dengan pengalaman
peemuan secara logis dalam matematika. yang dialaminya sendiri. Untuk
Herman, T. (2006 : 52) merancang suatu konsep dimungkinkan
menyatakan, “menjadikan siswa yang siswa tidak cepat melupakan konsep yang
terampil dalam memecahkan masalah telah didapatkannya tersebut, selain itu
bukan hanya menjadikan mereka terampil siswa juga dapat mengalami kejenuhan
berpikir matematika, namun juga melatih akibat mendengarkan ceramah dari
mereka menghadapi tantangan hidup gurunya karena pada pembelajaran
dengan percaya diri melalui kemampuan konstruktivisme siswa dituntut aktif,
menyelesaikan masalah”. Kemampuan sedangkan guru bertindak sebagai
dan keterampilan berpikir yang diperlukan fasilitator. Dengan demikian, ada
dalam menyelesaikan masalah perubahan paradigma dalam
matematika supaya dapat dialihkan pada pembelajaran, guru aktif dan siswa pasif
bidang lain dalam kehidupan. menjadi siswa aktif belajar dan guru
Keberhasilan siswa merupakan sebagai fasilitator.
harapan semua pihak, tetapi pada Bedasarkan hasil wawancara
kenyataannya tidak semua siswa dapat dengan salah seorang guru mata pelajaran
mencapai hasil belajar yang diharapkan. matematika, bahwa dalam melaksanakan
Disinilah letak keberhasilan seorang guru pembelajaran matematika masih berpusat
untuk dapat meningkatkan kualitasnya pada guru, aktivitas guru cenderung lebih
JURNAL LOGIKA, Vol XVI, No 1 Maret Tahun 2016 ISSN: 1978-2560
www.e-journal.unswagati-crb.ac.id.

menonjol dibandingkan dengan aktivitas pelajaran mudah diserap dan dipahami


siswa dan siswa cenderung pasif dalam oleh siswa. Srategi pembelajaran yang
menerima pelajaran, sehingga siswa tepat diantaranya metode atau pendekatan
mengalami kesulitan menghubungkan pembelajaran yang cocok dengan materi
antara apa yang mereka pelajari dengan yang akan disampaikan. Oleh karena itu,
bagaimana aplikasinya dalam kehidupan dengan adanya strategi belajar mengajar
sehari-hari. matematika diharapkan pembelajaran
1. Rumusan Masalah matematika dapat mudah disiapkan dan
Rumusan masalah sebagai berikut. dipahami oleh siswa melalui berbagai
Apa saja perbedaan model pembelajaran metode dan pendekatan pembelajaran.
konstruktivisme dan pembelajaran Model pembelajaran merupakan
langsung ? cara atau jalan yang ditempuh oleh guru
A. KAJIAN PUSTAKA atau siswa untuk mencapai suatu tujuan.
1. Model Pembelajaran Seorang guru dalam mengajarkan materi
Konstruktivisme pelajaran harus memilih model atau yang
Dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan materi yang disampaikan,
setiap guru yang akan melaksanakan supaya materi tersebut bisa dipahami
pembelajaran di kelas, disadari atau tidak, siswa. Menurut Ruseffendi, E.T.
akan memilih strategi tertentu agar (1991:240) “Model pembelajaran adalah
pelaksanaan pembelajaran yang suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang
dilakukannya di kelas berjalan lancar dan ditempuh oleh guru atau siswa dalam
hasilnya optimal. Tidak ada guru yang pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari
menginginkan kondisi pembelajaran yang sudut bagaimana proses pengajaran atau
kacau dengan hasil yang buruk. Setiap materi pengajaran itu, umum atau khusus
guru pasti akan mempersiapkan strategi dikelola”.
pembelajaran yang matang dan tepat, Suparno, Paul (2005)
karena memang setiap guru merasakan mengemukakan, ”Manusia berhadapan
dan menyadari bahwa tugasnya sebagai dengan tantangan, pengalaman, gejala
pendidik dan pengajar adalah tugas mulia, baru, dan persoalan yang harus
penuh dengan amal kebajikan sehingga ditanggapinya secara kognitif (mental).
setiap ucapan dan perilakunya akan Manusia harus mengembangkan skema
diteladani oleh seluruh siswanya. pemikiran lebih umum atau rinci, atau
Strategi belajar mengajar perlu perubahan, menjawab dan
mempunyai suatu garis-garis besar menginterprestasikan pengalaman-
tindakan dalam usaha mencapai hasil pengalaman tersebut”.
yang telah ditentukan. Strategi Oleh karena itu, pengetahuan
pembelajaran dapat diartikan sebagai seseorang akan terbentuk dan selalu
pola-pola umum untuk guru–anak didik berkembang. Menurut Suparno, Paul
dalam perwujudan kegiatan belajar (2005) proses tersebut meliputi :
mengajar untuk mencapai tujuan yang a. Skema/skemata adalah
telah digariskan. Pada proses struktur kognitif yang
pembelajaran sangat diperlukan suatu dengannya seseorang
strategi yang tepat, supaya materi beradaptasi dan terus
JURNAL LOGIKA, Vol XVI, No 1 Maret Tahun 2016 ISSN: 1978-2560
www.e-journal.unswagati-crb.ac.id.

mengalami perkembangan c. Siswa mempunyai kesempatan


mental dalam interaksinya untuk berdiskusi dan saling
dengan lingkungan. Skema bertukar pengalaman dan ilmu
juga berfungsi sebagai pengetahuan dengan
kategori-kategori untuk temannya.
mengidentifikasikan
ransangan yang datang dan Tytler (Hamzah 2001:6)
terus berkembang. mengajukan beberapa saran yang
b. Asimilasi adalah proses berkaitan dengan rancangan pembelajaran
kognitif perubahan skema konstruktivisme sebagai berikut:
yang tetap mempertahankan a. Memberikan kesempatan
konsep awalnya hanya kepada siswa untuk
menambah atau merinci. mengemukakan gagasannya
c. Akomodasi adalah proses dengan bahasa sendiri,
pembentukan skema atau b. Memberi kesempatan kepada
karena konsep awal tidak siswa untuk berfikir tentang
cocok lagi. pengalamannya sehingga
d. Equilibrasi adalah menjadi lebih kreatif dan
keseimbangan antara asimilasi imajinatif,
dan akomodasi sehingga c. Memberi kesempatan kepada
seseorang dapat pengalaman siswa untuk mencoba gagasan
luar dengan struktur dalamnya baru,
(skemata). Proses d. Memberi pengalaman ysng
perkembangan intelek berhubungsn dengan gagasan
seseorang berjalan dari yang telah dimiliki siswa,
disequilibrium menuju e. Mendorong siswa untuk
equilibrium melalui asimilasi memikirkan perubahan
dan akomodasi. gagasan mereka, dan
f. Menciptakan lingkungan
Penekanan dan tahap-tahap belajar yang kondusif.
dalam pembelajaran konstruktivisme
menurut Hanburi (Hamzah 2001:6) Dari beberapa pendapat di atas
sejumlah aspek dalam kaitannya dengan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
pembelajaran matematika yaitu : yang mengacu pada pembelajaran
a. Siswa mengkontruksi konstruktivisme lebih memfokuskan pada
pengetahuan matematika kesuksesan siswa dalam
dengan cara menginteraksi ide mengorganisasikan pengalaman, dengan
yang mereka miliki. kata lain siswa lebih diutamakan untuk
b. Matematika menjadi lebih mengkonstruksi sendiri pengalaman
bermakna karena siswa mereka.
mengerti strategi siswa lebih Teori belajar konstruktivisme
bernilai. beranjak dari psikologi perkembangan
intelektual Piaget yang memandang
JURNAL LOGIKA, Vol XVI, No 1 Maret Tahun 2016 ISSN: 1978-2560
www.e-journal.unswagati-crb.ac.id.

belajar sebagai proses pengaturan sendiri d. Tekankan penciptaan


(self regulation) yang dilakukan seseorang pernyataan dan masalah serta
dalam mengatasi konflik kognitif. Piaget pemecahannya.
dan para konstruktivis (Dahar, Ratna e. Anjurkan para siswa untuk
Willis 1991:167) mengemukakan ”Dalam saling berinteraksi.
mengajar, seharusnya diperhatikan f. Hindari istilah teknis dan
pengetahuan yang telah diperoleh siswa tekankan berfikir.
sebelumnya”. Dalam proses g. Anjurkan mereka berfikir
pembelajaran, siswa membangun sendiri dengan cara sendiri.
pengetahuan mereka melalui keterlibatan h. Perkenalkan kembali materi
dalam proses belajar mengajar. dan kegiatan yang sama
Piaget (Dahar, Ratna Willis setelah beberapa tahun
1991:167) ,mengemukakan, ”Ada tiga lamanya.
bentuk pengetahuan fisik, pengertahuan
logika matematika, dan pengetahuan Sedangkan Hosley (Hamzah
sosial”. Teori belajar konstruktivisme, 2001:8) mengemukakan teori belajar
pengetahuan fisik dan pengetahuan logika konstruktivisme yang secara umum
matematika dibangun sendiri oleh anak meliputi empat tahap teori belajar sebagai
melalui pengalaman dimana terjadi berikut :
interaksi antara struktur kognisi a. Tahap apersepsi
(pengetahuan) awal yang telah dimiliknya (mengungkapakan konsepsi
dengan informasi dari lingkungan. awal dan membangkitkan
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta- motivasi belajar siswa).
fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk b. Tahap eksplorasi.
diambil atau diingat, melainkan manusia c. Tahap diskusi dan penjelasan
harus mengonstruksi pengetahuan itu dan konsep.
memberi makna melalui pengalaman d. Tahap pengembangan dan
nyata. aplikasi konsep.
Menurut Dahar, Ratna Willis
(1991:160) petunjuk tentang proses Sejalan dengan pendapat di atas,
pembelajaran dengan teori belajar Tobin dan Timon (Hamzah:8)
konstruktivisne sebagai berikut : mengemukakan pembelajaran dengan
a. Siapkan benda-benda nyata teori belajar konstruktivisme meliputi
untuk digunakan para siswa. empat kegiatan antara lain :
b. Pilihlah pendekatan yang a. Berkaitan dengan prior
sesuai dengan tingkat knowledge siswa.
perkembangan anak. b. Mengandung kegiatan
c. Perkenalkan kegiatan yang pengalaman nyata
layak dan menarik serta beri (experiences).
kebebasan anak untuk c. Terjadi interaksi sosial (social
menolak saran guru. interaction)/
JURNAL LOGIKA, Vol XVI, No 1 Maret Tahun 2016 ISSN: 1978-2560
www.e-journal.unswagati-crb.ac.id.

d. Terbentuknya kepekaan ditambah dengan pengetahuan


terhadap lingkungan (sence guru. Selanjutnya siswa
making). membangun pemahaman baru
tentang konsep yang sedang
Sedangkan Yager (Hamzah dipelajari.
2001:29) mengajukan penahapan belajar d. Tahap keempat, guru berusaha
dengan konstruktivisme lebih lengkap mencipatakan iklim
lagi, hal ini dapat menjadi pedoman dalam pembelajaran yang
pembelajaran secara umum dalam memungkinkan siswa dapat
pembelajaran matematika sebagai berikut mengaplikasikan pemahaman
: konseptualnya, baik melalui
a. Tahap pertama, siswa kegiatan maupun melalui
didorong agar mengemukakan pemunculan masalah-masalah
pengetahuan awalnya tentang yang berkaitan dengan isu-isu
konsep yang akan dibahas. dalam lingkungan siswa
Bila perlu guru memancing tersebut.
tentang pertanyaan
problematis tentang fenomena 2. Model Pembelajaran Langsung
yang sering dijumpai sehari- Model pembelajaran langsung
hari oleh siswa dirancang secara khusus untuk
danmengaitkannya dengan mengembangkan belajar siswa tentang
konsep yang akan dibahas. pengetahuan prosedural dan pengetahuan
Selanjutnya siswa diberi deklaratif yang terstruktur dengan baik
kesempatan untuk dan dapat dipelajari selangkah demi
mengkomunikasikan dan selangkah. Depdiknas (Widaningsih,
mengilustrasikan Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri
pemahamannya tentang model pembelajaran langsung sebagai
konsep tersebut. berikut :
b. Tahap kedua, siswa diberi “a. Adanya tujuan pembelajaran dan
kesempatan pengumpulan, prosedur penilaian hasil belajar.
pengorganisasian, dan b. Sintaks atau pola keseluruhan dan
menginterprestasikan data alur kegiatan pembelajaran.
dalam suatu kegiatan yang c. Sistem pengelolaan dan lingkungan
telah dirancang oleh guru. belajar yang mendukung berlangsung
Secara keseluruhan pada tahap dan berhasilnya pengajaran”.
ini akan terpenuhi rasa Lebih lanjut mengenai hal
keingintahuan siswa tentang tersebut, menurut Depdiknas
fenomena dalam (Widaningsih, Dedeh 2005:9) ciri utama
lingkungannya. yang dapat terlihat pada saat
c. Tahap ketiga, siswa melaksanakan model pembelajaran
memikirkan penjelasan dan langsung adalah sebagai berikut :
solusi yang didasarkan pada a.Tugas Perencanaan
hasil observasi siswa, 1) Merumuskan tujuan pengajaran.
JURNAL LOGIKA, Vol XVI, No 1 Maret Tahun 2016 ISSN: 1978-2560
www.e-journal.unswagati-crb.ac.id.

2) Memilih isi. 5) Memanfaatkan hasil tes untuk


Guru harus mempertimbangkan berapa memperbaiki proses belajar
banyak informasi yang akan diberikan mengajar berikutnya.
pada siswa dalam kurun waktu tertentu.
Guru harus selektif dalam memilih Pembelajaran langsung akan
konsep yang diajarkan dengan model terlaksana dengan baik jika dirancang
pembelajaran langsung. dengan baik pula, sesuai dengan materi
3) Melakukan analisis tugas. yang akan disajikan terlebih dahulu
Dengan menganalisis tugas, akan rumuskan tujuan pengajaran, memilih
membantu guru menentukan dengan isi, melakukan analisis tugas kemudian
tepat apa yang perlu dilakukan siswa direncanakan waktu dan penilaian.
untuk melaksanakan keterampilan yang Di dalam penerapan
akan dipelajari. Ini bukan berarti bahwa pembelajaran dengan menggunakan
seorang guru harus melakukan analisis model pembelajaran langsung terdapat
tugas untuk setiap keterampilan yang fase-fase yang harus ditempuh sebagai
diajarkan. Hal ini disebabkan karena berikut :
waktu yang tersedia terbatas.
4) Merencanakan waktu.
Guru harus memperhatikan bahwa Tabel 1.
waktu yang disediakan sepadan dengan Fase dan Peran Guru dalam Model
kemampuan dan bakat siswa, dan Pembelajaran Langsung
memotivasi siswa agar mereka tetap N
Fase Peran Guru
melakukan tugas-tugasnya dengan o
perhatian yang optimal. Mengenal 1. Menyampaikan Menjelaskan
secara baik siswa-siswa yang akan tujuan dan tujuan, materi
diajar, akan bermanfaat sekali untuk mempersiapkan prasyarat,
mengira-ngira alokasi waktu yang siswa. memotivasi siswa
dibutuhkan dalam pembelajaran. dan
b. Penilaian pada model mempersiapkan
pembelajaran langsung. siswa.
Berbicara mengenai model 2. Mendemostrasika Mendemonstrasika
pembelajaran, tentu tidak akan lepas n pengetahuan n keterampilan
dari sistem penilaiannya. Grounlund dan keterampilan atau menyajikan
(Depdiknas, 2005:10) lima prinsip informasi tahap
dasar dapat membimbing guru dalam demi tahap.
merancang sistem penilaian sebagai 3. Membimbing Guru memberikan
berikut : pelatihan latihan terbimbing
1) Sesuai dengan tujuan pengajaran. 4. Mengecek Mengecek
2) Mencakup semua tugas pemahaman dan kemampuan siswa
pengajaran. memberikan dan memberikan
3) Menggunakan soal tes yang sesuai umpan balik. umpan balik.
4) Buatlah soal tes yang sesuai 5. Memberikan Meberiak latihan
latihan dan untuk siswa
JURNAL LOGIKA, Vol XVI, No 1 Maret Tahun 2016 ISSN: 1978-2560
www.e-journal.unswagati-crb.ac.id.

penerapan dengan Pada belajar menerima siswa hanya


konsep. menerapkan menerima, jadi tinggal menghafalnya.
konsep yang Sedangkan belajar menemukan, konsep
dipelajari pada ditemukan oleh siswa, siswa tidak
kehidupan sehari- menerima pelajaran begitu saja, selain itu
hari juga untuk dapat membedakan antara
Sumber : Depdiknas (Widaningsih, belajar menghafal dengan belajar
Dedeh 2005:9) bermakna. Pada belajar menghafal siswa
Mengacu pada fase-fase tersebut, berikut menghafal materi yang sudah
merupakan ilustrasi pembelajaran dengan diperolehnya, tetapi pada belajar
menggunakan pembelajaran langsung bermakna materi yang sudah diperoleh itu
yang akan digunakan dalam penelitian dikembangkan dengan keadaan lain
sebagai berikut : sehingga belajarnya lebih mengerti.
a. Guru menyampaikan tujuan Kaitan antara belajar Ausubel
pembelajaran dan memotivasi siswa dengan model pembelajaran
untuk belajar. konstruktivisme adalah belajar bermakna.
b. Guru menyampaikan materi dengan Belajar bermakna yang dikemukakan oleh
membahas bahan ajar melalui Ausubel sesuai dengan model
kombinasi ceramah dan demonstrasi. pembelajaran konstruktivisme karena
c. Setelah materi selesai disampaikan siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri
guru memberikan LKS kepada sswa pengetahuannya dengan cara
untuk dikerjakan sebagai latihan mengemukakan kembali. Pengetahuan
secara berkelompok. baru itu dihubungkan dengan pengetahuan
d. Selanjutnya guru bersama siswa yang diperoleh dari hasil mengkonstruksi
membahas LKS. sendiri makna pengetahuan tersebut tidak
e. Di akhir pembelajaran guru mudah lupa sehingga lebih bermakna.
memberikan soal-soal latihan sebagai b. Teori Piaget
pekerjaan rumah. Jean Piaget menyebut bahwa
struktur kognitif ini sebagai skema
3. Teori Belajar yang (schemas), yaitu kumpulan dari skema-
Mendukung Model skema. Seseorang individu dapat
Pembelajaran Konstruktivisme mengikat, memahami dan memberikan
respon terhadap stimulus disebabkan
Berikut ini teori-teori yang karena bekerjanya skema ini. Skema ini
mendukung pembelajaran dengan berkembang secara kronologis, sebagai
menggunakan model pembelajaran hasil interaksi antar individu dengan
konstruktivisme. lingkungannya. Dengan demikian,
a. Teori Ausubel seorang individu yang lebih dewasa
Teori Ausubel terkenal dengan memiliki struktur kognitif yang lebih
belajar bermaknanya dan pentingnya lengkap dari pada ketika ia masih kecil.
pengulangan sebelum belajar dimulai. Perkembangan skema ini
Ausubel membedakan antara belajar berlangsung terus menerus melalui
menemukan dengan belajar menerima. adaptasi dengan lingkungannya. Skema
JURNAL LOGIKA, Vol XVI, No 1 Maret Tahun 2016 ISSN: 1978-2560
www.e-journal.unswagati-crb.ac.id.

tersebut membentuk suatu pola penalaran karena bekerjanya skema. Perkembangan


tertentu dalam pikiran anak. Makin baik skema merupakan hasil interaksi antara
kualitas skema ini, makin baik pula individu dengan lingkungannya. Proses
penalaran anak tersebut. Proses adaptasi adaptasi dari skema yang telah terbentuk
dari skema yang telah terbentuk dengan dengan stimulus baru dilakukan dengan
stimulus baru dilakukan dengan dua cara dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi.
yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi c. Teori Bruner
adalah proses pengintegrasian secara Menurut teori Bruner dalam proses
langsung stimulus baru ke dalam skema belajar sebaiknya memberikan
yang telah terbentuk. Sedangkan kesempatan untuk memanipulasi benda-
akomodasi adalah proses pengintegrasian benda (alat peraga). Melalui alat peraga
stimulus baru ke dalam skema yang telah yang diteliti akan terlihat langsung
terbentuk secara tidak berlangsung. bagaimana keteraturan pola struktur yang
Dalam kognitif setiap individu mesti terdapat dalam benda yang sedang
ada keseimbangan antara asimilasi dan diperhatikan.
akomodasi, keseimbangan ini Teori belajar yang dikemukakan
dimaksudkan agar dapat mendeteksi oleh Bruner sejalan dengan model
persamaan dan perbedaan yang terdapat pembelajaran konstruktivisme. Bruner
pada stimulus-stimulus yang dihadapi. memandang proses belajar akan berjalan
Perkembangan kognitif pada dasarnya dengan baik dan kreatif jika guru
adalah perubahan dari keseimbangan yang memberikan kesempatan kepada siswa
telah dimiliki ke keseimbangan baru yang untuk menemukan suatu konsep, teori,
diperolehnya. aturan, atau pemahaman melalui contoh-
Selain dari pada itu, perkembangan contoh yang ia jumpai dalam
kognitif secara individu dipengaruhi pula kehidupannya. Begitu juga pembelajaran
oleh lingkungan dan transmisi sosialnya. matematika menurut pandangan
Jadi, karena efektivitasnya hubungan konstruktivisme adalah memberikan
antara setiap individu dengan kesempatan kepada siswa untuk
lingkungannya dan kehidupan sosialnya mengonstruksi pengetahuan dengan
berbeda satu sama lain, maka tahap membandingkan pengetahuan baru
perkembangan kognitif bekerja secara dengan pengetahuan yang telah dimiliki
maksimal, sebaiknya diperkaya dengan siswa sebelumnya.
pengalaman edukatif.
Kaitan antara teori belajar Piaget
dengan model pembelajaran 4. Teori Belajar yang Mendukung
konstruktivisme yaitu pada pembelajaran Pembelajaran Langsung
konstruktivisme siswa secara aktif Salah satu teori yang mendukung
mengkonstruksi sendiri pemahaman pembelajaran langsung adalah teori
dengan cara interaksi dengan lingkungan belajar bermaknanya Ausubel. Teori
melalui proses asimilasi dan akomodasi. Ausubel terkenal dengan belajar
Begitu juga dengan teori belajar Piaget, bermaknanya dan pentingnya
seorang individu dapat memberikan pengulangan belajar sebelum belajar
respon terhadap stimulus disebabkan dimulai.
JURNAL LOGIKA, Vol XVI, No 1 Maret Tahun 2016 ISSN: 1978-2560
www.e-journal.unswagati-crb.ac.id.

Tim MKPBM (2001 : 35) menyatakan berhubungan yang dapat digunakan dalam
Ausubel membedakan antara belajar membantu menanamkan pengetahuan
menemukan dengan belajar menerima. baru, dalam pelaksanaan pembelajaran hal
Pada belajar menerima siswa hanya ini disebut apersepsi. Apersepsi
menerima, jadi tinggal menghafalkannya, dilaksanakan oleh guru pada model
tetapi pada belajar menemukan konsep pembelajaran langsung.
ditemukan oleh siswa, jadi tidak B. KESIMPULAN
menerima pelajaran begitu saja. Selain itu, Bagi guru matematika disarankan
untuk dapat membedakan antara belajar mencoba menerapkan model
menghafal dengan belajar bermakna. Pada pembelajaran konstruktivisme pada materi
belajar menghafal, siswa menghafalkan dalam menyampaikan materi pelajaran
materi yang sudah diperolehnya, tetapi lainnya dengan persiapan yang lebih baik,
pada belajar bermakna materi yang telah demi tercapainya tujuan pengajaran
diperoleh itu dikembangakan dengan matematika terutama pada kemampuan
keadaan lain sehingga belajarnya lebih siswa dalam pemecahan masalah.
dimengerti. Demi terciptanya pembelajaran
konstruktivisme secara optimal,
Tim MKPBM (2001:173) disarankan kepada Kepala Sekolah untuk
menyatakan “Ausubel mengatakan bahwa dapat memfasilitasi baik sarana,
baik belajar menemukan maupun belajar prasarana, maupun alokasi waktu
menerima (dengan metode ekspositori), sehingga pelaksanaan dan pencapaian
kedua-duanya dapat menjadi belajar hasilnya maksimal.
menghafal atau belajar bermakna”. Bagi yang ingin melaksanakan
Teori tersebut menyebutkan penelitian yang relevan, yaitu menerapkan
pentingnya belajar menghafal dan pembelajaran konstruktivisme, peneliti
bermakna. Dalam belajar menghafal siswa menyarankan untuk menerapkan
diharuskan untuk menghafalkan apa yang pembelajaran konstruktivisme terhadap
sudah diperolehnya, sedangkan dalam kemampuan matematika lainnya atau pada
belajar bermakna pengetahuan baru yang materi yang berbeda.
dipelajari dikaitkan dengan pengetahuan C. DAFTAR PUSTAKA
siswa yang dimiliki sebelumnya. Dahar, Ratna Willis. (1991). Teori-teori
Sesuai dengan pendapat Ausubel Belajar. Jakarta : Erlangga.
diatas, cocok diterapkan dalam Depdiknas, (2005). Model-model
menggunakan model pembelajaran Pembelajaran Matematika.
langsung karena dalam pelaksanaanya Jakarta : Depdiknas Direktorat
guru hanya memberikan konsep-konsep Jendral Pendidikan Dasar dan
dan setiap konsep diberikan guru dengan Menengah. Direktorat
memberikan contoh-contoh dalam Pendidikan Menengah
penerapannya. Selain itu, dalam model Lanjutan pertama.
pembelajaran langsung pengaturan awal
mengarahkan siswa ke materi yang akan Hamzah. (2001). Pembelajaran
mereka pelajari, dan mendorong mereka Matematika Menurut Teori
untuk mengingat kembali informasi yang Belajar Konstruktivisme (edsi
JURNAL LOGIKA, Vol XVI, No 1 Maret Tahun 2016 ISSN: 1978-2560
www.e-journal.unswagati-crb.ac.id.

40). Tersedia
http://www.Depdiknas.60.id/ju
rnal/40/Pembelajaran % 20
matematika % 20 teori % 20
belajar % 20
konstruksi.htm.pusat data dan
informasi
pendidikan.Balitbang.

Herman, T. (2006). Pembelajaran


Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Matematika Tingkat
Tinggi Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Disertasi pada
Program Pascasarjana UPI
Bandung : tidak diterbitkan.

Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar


Kepada Membantu Guru
Mengembangkan
Kompetensinya dalam
Pengajaran Matematika untuk
Meningkatkan CBSA.
Bandung: Tarsito.

Suparno, Paul (2005). Filsafat


Konstruktivisme dalam
Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.

Tim MKPBM, (2001). Strategi


Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung: JICA.

Widaningsih, Dedeh. (2005).


Implementasi Model
Pembelajarn Langsung dalam
Pembelajaran Matematika.
Makalah pada Seminar
Matematika Universitas
Siliwangi: Tidak diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai