Anda di halaman 1dari 13

EKSTRAKSI KITOSAN DARI KULIT UDA

NG DAN APLIKASINYA

Disusun oleh :

YESITA PUTRI (20200250001)

ROSIA GLORIA (20200250009)

PROGRAM STUDI ILMU PERIKANAN

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HANG TUAH

SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-nya sehin
gga penyusun bisa menyelesaikan paper yang berjudul “ EKSTRAKSI KITOSAN DARI KULI
T UDANG DAN APLIKASINYA” ini.

Dalam penyusunan paper ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kema
mpuan penulis. Namun sebagai manusia biasa,penyusun tidak luput dari kesalahan dan kekhila
fan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian, penyusun
berusaha sebisa mungkin menyelesaikan paper meskipun tersusun sangat sederhana.

Penyusun menyadari tanpa kerja sama antara satu dengan lain yang memberi berbagai masuka
n yang bermanfaat bagi penyusun demi tersusunnya paper ini. Demikian paper ini dapat berm
anfaat bagi penyusun dan pembaca pada umumnya.

Surabaya, 13 april 2021

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….…………..1
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………2

BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar belakang……………………………………………………………….…….……...3
2. Rumusan masalah……………………………………………………………….…..…….3
3. Maksud dan tujuan ……………………………………………………………….….…...4

BAB II. PEMBAHASAN


1. Pengertian kitosan…………………………………………………...…….…………….5
2. Proses pembuatan kitosan dari limbah kulit udang……………………….……….…….6
3. Pengaplikasian Kitosan…………………………………………………………….…….7

BAB III. PENUTUP


1. Kesimpulan………………………………………….………………….……………….11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….……………..12

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan salah satu negara maritim yang mempunyai potensi cukup b
esar sebagai penghasil ikan dan hewan laut lainnya seperti udang. saat ini budidaya udang telah b
erkembang dengan pesat sehingga udang dijadikan komoditas ekspor non migas yang dapat dian
dalkan dan merupakan biota laut yang bernilai ekonomis tinggi. Udang di indonesia yang sebagia
n dikonsumsi dan sebagian lagi diekspor berupa bahan mentah yang telah dibekukan. Selama ini
limbah tersebut dikeringkan dan dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau pupuk dengan nilai eko
nomis yang rendah. Limbah ini masih bisa dimanfaatkan menjadi produk lanjut yang mempunyai
nilai ekonomis tinggi, misalnya kitin.
Kitin adalah bahan polimer alami kedua yang paling banyak tersedia di alam setelah selul
osa. Senyawa kitin merupakan bahan utama penyusun rangka luar atau cangkang dari Crustacea.
Kitosan merupakan produk deasetilasi kitin melalui proses reaksi kimia menggunakan bas
a natrium hidroksida atau reaksi enzimatis menggunakan enzim kitin deasetilase. Kitosan dan tu
runannya telah banyak dimanfaatkan secara komersial dalamindustri pangan, kosmetik, pertania
n, farmasi, pengolahan limbah dan penjernihan air. Bahan tersebut bersifat mudah terurai, tidak
beracun dan dapat dibentuk sebagaimembran (Sandford et. Al, 1989).
Beberapa penelitian tentang kitosan antara lain, Rahmawati (2007) telah mempelajari apli
kasi kitosan dari cangkang bekicot sebagai adsorben zat warna Remozal yellow . Endah (2009) te
lah mempelajari uji toksisitas kitosan untuk mengendalikan rayap di laboratorium. Pahlevi (201
1) mengaplikasikan kitosan dalam edible coating sebagai antimikroba dan ekstrak daun jati pada
sosis daging sapi untuk menghambat kerusakan mikrobiologis dan oksidatif. Banyak penelitian y
ang telah dilakukan dengan menggunakan kitosan tetapi aplikasi kitosan sebagai bahan pengawet
banyak dilakukan.

2. Perumusan Masalah
2.1 Apa pengertian kitosan ?
2.2 Bagaimana cara memproses limbah kulit udang menjadi kitosan ?
2.3 Bagaimana cara mengaplikasikan kitosan di bidang pangan, farmasi dan industri.

3. Maksud dan Tujuan

3
3.1 Agar mengetahui pengertian kitosan.
3.2 Agar mengetahui proses limbah kulit udang menjadi kitosan.
3.3 Agar mengetahui cara pengaplikasian dari kitosan.

BAB II

4
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kitosan


Kitosan merupakan produk yang didapatkan dari turunan kitin dengan memindahkan seju
mlah gugus asetil menjadi molekul yang larut dalam asa, melalui proses deasetilasi.Kitosan (pol
y-β-1,4-glukosamine) merupakan bio-polimer alami di alam setelah selulosa yang memiliki ranta
i linier dengan rumus struktur (C6H11NO4)n dan merupakan hasil N-diasetilisasi dari kitin.
Menurut Krissetiana 2004, Kitosan merupakan produk alamiah yang merupakan turunan dari poli
sakarida kitin. Kitosan mempunyai nama kimia poli D-glucosamine( β (1-4) 2-amino-2-deoksi-
D-glukosa), bentuk kitosan padatan amorf berwarna putih dengan struktur kristal tetap dari bentu
k awal kitin murni. Bila kitosan disimpan lama dalam keadaan terbuka
(terjadi kontak dengan udara) maka akan terjadi dekomposisi, warnanya menjadi kekuningan dan
viskositas larutan menjadi berkurang.
Kitosan banyak digunakan dalam berbagai industri, antara lain: industri farmasi, kesehata
n, biokimia, bioteknologi, pangan, pengolahan limbah, kosmetik, agroindustri, industri tekstil, in
dustri perkayuan, industri kertas dan industri elektronika. Aplikasi khusus berdasarkan sifat yang
dimilikinya, antara lain: untuk pengolahan limbah cair terutama sebagai bahan bersifat resin penu
kar ion untuk meminimalisasi logam-logam berat, mengkoagulasi minyak atau lemak, serta meng
urangi kekeruhan, penstabil minyak, rasa dan lemak dalam produk industri pangan.
Kitosan mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi logam dan membentuk kompleks kitosan d
engan logam. Kitosan juga dapat digunakan untuk mengolah limbah, seperti pengolahan limbah
dari industri koagulasi karet dan untuk memisahkan protein dari limbah dan padatan dimanfaatka
n sebagai sumber protein dalam makanan ternak.

2.2 Bagaimana Proses Pembuatan Kitosan dari Limbah Kulit Udang


Proses pembuatan kitin dari kulit udang diawali dengan pengecilan ukuran kulit udang, y
ang dilanjutkan dengan proses penghilangan mineral (proses demineralisasi). Proses penghilanga
n mineral ini dilakukan dengan melarutkan kulit udang ke dalam asam klorida. Karena protein da
lam kulit udang berikatan dengan kitin yang akan diambil, maka untuk mendapatkan kitin selanju
tnya dilakukan proses penghilangan protein yaitu proses untuk memisahkan ikatan kitin dengan p
rotein yang terdapat di dalam kulit udang (proses deproteinasi). Mineral dalam kulit udang berkis
ar antara 30-40% sedangkan kandungan proteinnya kurang lebih sekitar 35% (Prasetyaningrum d
kk., 2007). Menurut Fernandez-Kim (2004), proses demineralisasi dapat dijala
nkan dengan melakukan ekstraksi memakai larutan asam klorida 1N pada suhu ruangan selama 3

5
0 menit dengan perbandingan antara kulit atau cangkang yang diproses dengan larutan HCl adala
h 1:15 (gram/mL). Efektivitas penghilangan mineral pada proses demineralisasi ini dapat dilihat
menggunakan parameter kadar abu. Pada penelitiannya, proses demineralisasi menghasilkan pro
duk dengan kadar abu 31 – 36%.
Secara umum, urutan proses demineralisasi dan deproteinasi dapat dilakukan secara berur
utan ataupun tidak, yaitu proses deproteinasi dilakukan terlebih dahulu dan kemudian diikuti den
gan proses demineralisasi menggunakan prosedur acidic decalcification, maupun proses dengan
urutan proses demineralisasi yang diikuti dengan proses deproteinasi. Perbedaan urutan proses in
i dapat menghasilkan kitosan yang berbeda (Fernandez-Kim, 2004; No et al., 2000).
Untuk memperoleh kitosan dilakukan proses ekstraksi kitin yang kemudian dilanjutkan d
engan proses deasetilasi kitin (Suptijah, 2004). Proses deasetilasi kitin ini bertujuan untuk mengh
ilangkan gugus asetil. Proses deasetilasi dilakukan dengan cara mencampur kitin dengan larutan
natrium hidroksida dengan konsentrasi 40 – 50% dengan perbandingan kitin dan pelarut yang dig
unakan sebesar 1:10 (g/mL). Proses tersebut dilakukan selama 30 menit atau lebih. Hasil kitosan
yang didapatkan kemudian dinetralkan dengan cara mencuci dengan menggunakan air sampai ne
tral kemudian disaring dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 600 C selama 24 jam untu
k mendapatkan kitosan kering. Karakteristik kitosan dapat dilihat dari derajat deasetilasi, viskosit
as, berat molekul, maupun kelarutannya.
Dalam penelitian ini digunakan bahan baku kulit udang (kepala, ekor, dan kulit) yang seb
elumnya dicuci sampai bersih, kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven yang dilengkap
i dengan aliran udara. Selanjutnya dilakukan pengayakan untuk mendapatkan bahan berupa serbu
k dengan ukuran yang lolos ayakan 60 mesh dan tertahan ayakan dengan ukuran 80 mesh. Bahan
baku kering tersebut kemudian dianalisis kadar air dan kadar abu.
Untuk mendapatkan kitin dilakukan beberapa tahapan proses, yaitu proses perlakuan awal
bahan baku, proses deproteinasi, dan proses demineralisasi. Proses perlakuan awal dilakukan den
gan merebus serbuk limbah udang di dalam air dengan perbandingan tertentu pada suhu dan wakt
u tertentu. Kemudian dilanjutkan dengan proses deproteinasi yang dilakukan dengan cara menca
mpur serbuk limbah udang dengan berat tertentu (gram) dengan larutan NaOH (4%, 5%, dan 6%)
dengan volume tertentu selama 2 jam pada suhu 100ºC. Hasil proses deproteinasi kemudian dinet
ralkan dengan cara dicuci menggunakan air dan dikeringkan dalam oven.
Percobaan juga dilakukan dengan urutan proses yang berbeda, yaitu proses perebusan, pr
oses demineralisasi, proses deproteinasi, dan proses deasetilasi. Untuk mengetahui mutu kitosan
selanjutnya dianalisis rendemen yang dihasilkan, kelarutan, derajat deasetilasi, viskositas, dan be
rat molekulnya.

6
3.3 Pengaplikasian Kitosan

A. Dibidang Pangan

1. Mengaplikasikan kitosan sebagai bahan penghambat keasaman tuak.


Tuak merupakan minuman tradisional, dimana cara pembuatannya dengan cara menyada
p tandan bunga enau atau aren yang baru mekar (Ikegami,1997). Nira segar mempunyai rasa man
is, berbau harum, tidak berwarna, dengan pH antara 5,5-6,5. Rasa manis pada nira disebabkan ad
anya gula (sukrosa, glukosa, fruktosa, dan maltosa). Selain gula, nira mengandung bahan lain sep
erti protein, lemak, air, pati dan abu serta asam-asam organik (sitrat, malat, suksinat, laktat, fuma
rat) yang berperan dalam pembentukan cita rasa gula merah yang spesifik (Judoamidjojo, 1985).
Komposisi nira secara umum terdiri dari : air (80 - 90%), sukrosa (12,30-17,40%), gula r
eduksi (0,5-1%) dan bahan lainnya (1,5-7%). Dengan komposisi tersebut, nira merupakan media
yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan ragi. Kehadiran mikroo
rganisme dapat mengakibatkan kerusakan nira yang ditandai dengan terbentuknya lendir menjadi
keruh, suram, berwarna hijau, berbuih putih dan rasa asam (Gautara dan Soesarsono, 1981). Untu
k mencegah terjadinya kerusakan nira, dilakukan berbagai cara melalui penambahan bahan penga
wet nabati karena nira yang telah rusak kurang baik jika digunakan untuk membuat produk turun
annya. cara kerja : dalam 5 erlenmeyer dituangkan masing masing larutan tuak sebanyak 100 mL,
kemudian pada masing-masing erlenmeyer ditambahkan kitosan sebanyak 0,25; 0,5; 1; 1,5 dan 2
g. Sehingga konsentrasi kitosan dari masing-masing penambahan berat kitosan menjadi 0,25; 0,5;
1; 1,5; dan 2,0% (b/v) terhadap larutan tuak. Campuran tersebut didiamkan selama 2 hari yang ke
mudian dilakukan perlakuan dengan titrasi asam basa

2. Mengaplikasikan kitosan sebagai bahan pengawetan tahu putih.


Tahu termasuk bahan makanan yang berkadar air tinggi. Besarnya kadar air dipengaruhi
oleh bahan penggumpal yang dipakai pada saat pembuatan tahu. Bahan penggumpal asam men
ghasilkan tahu dengan kadar air lebih tinggi dibanding garam kalsium. Bila dibandingkan denga
n kandungan airnya, jumlah protein tahu tidak terlalu tinggi, hal ini disebabkan oleh kadar airny

7
a yang sangat tinggi. Makanan-makanan yang berkadar air tinggi umumnya kandungan protein
agak rendah. Selain , protein juga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorgani
sme pembusuk yang menyebabkan bahan mempunyai daya awet rendah.
Bahan yang digunakan untuk membuat pengawet alami pada makanan adalah limbah kuli
t udang diproses menjadi kitosan. Kitosan dapat meningkatkan daya awet berbagai produk dan P
roses pembuatan kitosan dilakukan dengan tahapan iturbinasi, demineralisasi, deasetilasi. Bahan
yang digunakan adalah kulit udang, aquadest, larutan NaOH 1 N, larutan HCI 1 N, larutan NaOH
80%, dan tahu Alat yang digunakan antara lain gelas beker, oven, pengaduk, ayakan, kompor, ter
mometer, kain saring, statif, klem, magnetic stirrer, blender. Setelah menjadi kitosan kemudian di
lakukan proses pengawetan makanan dengan menambahkan asam cuka dan digunakan untuk mer
endam.

B. Dibidang Farmasi

1. Mengaplikasikan kitosan sebagai biomaterial di kedokteran


Kitosan sebagai bahan dressing saluran akar. Saat ini penggunaan bahan dressing semaki
n ber-kembang. Penggunaan bahan dressing yang aman, dan dapat diterima oleh jaringan tanpa
menimbulkan efek samping seperti bahan non-biologi yang biasa digunakan saat ini sebagai baha
n dressing diantaranya kalsium hidroksida (Ca(OH)2), zinc oxide cement, fosfat dan cyanoacryla
te. Walaupun bahan-bahan ini memiliki kebaikan seperti kemampuan antibakterial yang baik, na
mun bahan-bahan ini juga memiliki efek samping bagi jaringan tubuh yang harus dipertimbangka
n.4 Oleh karena itu, di-kembangkan suatu bahan dressing yang bersifat alami, biokompatibel, bio
degradable dan memiliki efek antibakteri yaitu kitosan. Menurut Suzuki et al. larutan kitosan me
nunjuk-kan kemanjuran sebagai antibakteri dan mengangkat smear layer yang berguna untuk irig
asi saluran akar. Pimenta et al. menyatakan bahwa 0,2% kitosan, 15% EDTA dan asam sitrat 10
% menunjuk-kan efek yang sama dalam mengurangi microhardness dentin.
Silva et al. menyatakan bahwa 0,2% kitosan dapat dipakai sebagai bahan irigasi saluran a
kar dan efektif mengangkat smear layer dari tengah dan 1/3 apikal saluran akar dan 0,2% kitosan
memiliki efek terbesar pada demineralisasi akar dentin. Penelitian Elsaka dan Elnaghy menyatak
an bahwa Ca ( OH )2 yang dikombinasikan dengan kitosan adalah obat intrakanal yang menjanji
kan dan efektif dalam terapi endodontik.

8
2. Kitosan sebagai bahan penyembuh luka/ regenerasi tulang.
Dalam bidang medis, membran kitosan digunakan sebagai asuhan luka. Membran kitosan
sengaja dibuat berpori seperti spons untuk mempermudah sirkulasi udara dan mencegah akumula
si air pada luka, sehingga luka menjadi kering dan cepat sembuh. Azad et al. menyatakan bahwa
membran jala kitosan menunjukkan efek positif pada re-epitelisasi dan regenerasi lapisan granula
r. Membran jala kitosan adalah pengganti potensial untuk pembalut luka manusia. Howling et al.
juga mengatakan bahwa kitosan dapat bermanfaat dalam penyembuhan luka karena memberi efe
k terhadap proliferasi sel fibroblas kulit manusia dan sel keratinosit secara in vitro.
Selain penggunaan diatas, kitosan juga dapat memperbaiki sifat material di bidang kedokt
eran gigi dengan cara memodifikasi atau menambahkan kitosan dengan material kedokteran gigi
lainnya. Di-antaranya dengan penambahan gel kitosan pada alginat dapat memperbaiki struktur i
katan silang, akibatnya ikatan silang gel menjadi lebih kaku dan gel menjadi lebih kuat. Semakin
tinggi nilai kekuatan pecah gel, maka ikatan yang terjadi antara polimer-polimer yang membentu
k jaringan sel tersebut semakin kaku dan semakin kuat. Petri et al. menyatakan bahwa semen ion
omer kaca yang dimodifikasi dengan kitosan bermolekul rendah menunjukkan penambahan 0,00
44% berat kitosan, dapat meningkatkan sifat mekanik seperti flexural strength dan meningkatkan
pelepasan ion fluor. Lee et al. menyatakan bahwa sel-adhesi dan sifat mekanik membran kompos
it meningkat dengan meningkatnya konsentrasi kitosan yang terdistribusi secara merata dalam m
embran komposit. Konsentrasi kitosan tidak memiliki efek negatif pada morfologi sel, viabilitas,
dan proliferasi serta memiliki biokompatibilitas yang baik. Konsentrasi kitosan pada membran ko
mposit adalah masa yang baik untuk membran regenerasi tulang dalam aplikasi masa depan

C. Dibidang Industri

1. Mengaplikasikan kitosan sebagai bahan baku membran penyaring limbah radiografi.


Pada proses cuci cetak foto pada suatu industri fotografi termasuk foto rontgen pada unit r
adiologi rumah sakit, menghasilkan limbah cair. Limbah cair tersebut banyak mengandung laruta
n dan emulsi kristal-kristal perak yang berasal dari lapisan film yang tidak terpakai. Apabila limb
ah cair sisa pencucian film tersebut langsung dibuang ke lingkungan atau langsung diserap tanpa

9
melalui pengolahan terlebih dahulu, maka limbah tersebut sangat berpotensi sebagai bahan pence
mar yang sangat membahayakan terutama terhadap gangguan kesehatan manusia. pengolahan li
mbah dengan teknik filtrasi menggunakan membran buatan yang sudah dilakukan adalah filtrasi
asam humat, polutan organik dengan menggunakan membrane sintetik polysulfone dengan berba
gai ketebalan. mikroporous membran polysulfone (PSf) yang dibuat dengan metoda inversi fase
dapat digunakan sebagai penyaring asam humat dalam bentuk larutan. Kinerja membran bergant
ung pada karakteristiknya, seperti ketebalan dan struktur mikroporinya.
Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa, membran PSf dapat digunakan sebagai filter untuk
menurunkan/meminimalkan jumlah/kadar asam humat pada air polusi sebelum proses pengolaha
n air yang lebih komplek dilakukan seperti flokulasi / koagulasi (Rupiasih, et al., 2011). Ekstrak
kitosan yang karakterisasinya dengan menggunakan spectrophotometer FTIR, yaitu berupa gugus
fungsional dan derajat deasetilasi (DD) kitosan. Dalam hal ini DD kitosan yang diperoleh adalah
70.01571%. Membrane kitosan dengan variasi konsentrasi matrik (bahan dasar) kitosan hasil eks
traksi, yaitu: 1%, 2%, 3%, dan 4%.

BAB III
KESIMPULAN

1. Proses perebusan serbuk limbah udang mampu meningkatkan kelarutan kitosan dalam lar
utan asam asetat 1% secara signifikan.
2. Konsentrasi kitosan yang mampu memberikan nilai perubahan keasaman tuak (pH) yang
terkecil yaitu 2% (b/v), sehingga memiliki masa simpan lebih lama.

10
3. Kitosan merupakan bio-material alami yang aman dan dapat digunakan dalam berbagai bi
dang di kedokteran gigi antara lain sebagai anti bakterial, menghambat/ membunuh mikro
organisme, penyembuhan luka/ menurunkan rasa nyeri, serta memperbaiki sifat-sifat mat
erial di kedokteran gigi seperti meningkatkan compressive dan flexural strength material
kedokteran gigi.
4. Kitosan dari kulit udang mampu menambah daya awet pada tahu putih, sehingga tahu put
ih dapat bertahan lebih lama dibandingkan tahu putih tanpa kitosan.
5. Membran kitosan dapat dibuat dengan metode inversi fase dengan cara pengendapan pen
guapan pelarut (precipitation by solvent evaporation). Gugus-gugus fungsi yang terdapat
pada membran kitosan diantaranya adalah: -NH (amina), -CH (alkana), C=O dan C=N.

DAFTAR PUSTAKA
Penelitian Hibah Fundamental, Oktober, 2013. “Pemanfaatan Limbah Kulit Udang (Lobs
ter Air Laut) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Membran Penyaring Limbah Radiografi”.
Ani Purwanti,Juni 2014. “Evaluasi Proses Pengolahan Limbah Kulit Udang Untuk Meni
ngkatkan Mutu Kitosan Yang Dihasilkan”.

11
Fikriatun Nurhikmawati, Manuntun Manurung, dan A. A. I. A. Mayun Laksmiwati, JULI
2014. “Penggunaan Kitosan Dari Limbah Kulit Udang SebagaiI Inhibitor Keasaman Tu
ak”
Ika Devi Adiana, Lasminda Syafiar, 2014. “Penggunaan Kitosan Sebagai Biomaterial di
Kedokteran Gigi”.
Laila Nur Fatimah dan Niken Wulandari, 2012. “Kitosan Dari Kulit Udang Sebagai Bah
an Pengawet Tahu”.

12

Anda mungkin juga menyukai