Anda di halaman 1dari 72

HALAMAN JUDUL

PENERAPAN RENDAM AIR GARAM HANGAT UNTUK


MENINGKATKAN PERFUSI JARINGAN PERIFER PADA
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DIABETES
MELITUS DI RSUD POSO

PROPOSAL STUDI KASUS

Oleh :

Ma’riva Adam
Nim:PO0220218041

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
POSO TAHUN 2020/2021
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal penelitian ini telah di setujui untuk diuji Tim Penguji Poltekkes
Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Program Studi D-III Keperawatan Poso.

Nama : Ma’riva Adam

Nim : P00220218041

Poso,

Pembimbing I

Agusrianto,S.Kep,Ns.MM
NIP : 197307271997031002

ii
Poso,

Pembimbing II

Tasnim, S.Kep.Ns.,MM
NIP : 196301041984032001

Mengetahui

Ketua Program Studi

iii
Agusrianto, S.Kep.Ns,MM
NIP : 197307271997031002

LEMBARAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

Proposal ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Poltekkes Kemenkes


Palu Jurusan Keperawatan Program Studi D-III Keperawatan Poso pada

Nama : Ma’riva Adam

Nim : PO0220218041

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas Berkat Rahmat dan Karunianya-Nya lah, sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal studi kasus ini dengan judul “Penerapan Rendam Air

Garam Hangat Untuk Meningkatkan Pefusi Jaringan Perifer Pada Asuhan

Keperawatan Pasien Diabetes Melitus Di Rsud Poso ”dengan baik dan tepat

waktu.

Proposal studi kasus ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai

pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih banyak Kepada Kedua

Orang Tua Saya Abd. Rahman Alaydrus dan Sriyati Ahmad yang telah

membesarkan dan mendidik saya sehingga menjadi seperti sekarang, serta

kedua orang tua saya yang selalu mendukung dan memberikan nasihat agar saya

selalu sabar dan ikhlas selama penyusunan proposal ini dan berbagai pihak yang

telah membantu penulis, kepada :

1. Nasrul, SKM,M.Kes. Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan

Palu

2. Selvi Alfrida Mangundap,S.Kp.M,Si Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu

3. Agusrianto, S.Kep.,Ns.,MM Ketua Program Studi Keperawatan Politekknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu Prodi D-III Keperawatan Poso

v
4. Agusrianto,S.Kep,Ns.MM Pembimbing 1 yang selalu sabar dan tidak pernah

lelah memberikan masukan dan bimbingannya selama proses penulisan

proposal studi kasus ini.

5. Tasnim,S.Kep.Ns.,MM Pembimbing 2 yang telah memberikan saran dan

masukan dalam penyelesaian penulisan proposal studi kasus ini.

6. Ns.Ni Made Ridla Nilasanti,S.Kep.,M.Biomed selaku Pembimbing

Akademik yang telah membimbing penulis selama belajar di Poltekkes

Kemenkes Palu Prodi Poso.

7. Kepada sahabat-sahabat saya (Arif, Nale, Hikma, Titi, Fani, Fathia, Ririn, ...)

dan teman-teman seangkatan 2018 yang selalu menyemangati dan

memberikan dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan Proposal Studi

kasus ini.

Penulis menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan yang dimiliki penulis, maka Karya Tulis Ilmia ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka dari itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

diharapkan penulis untuk dijadikan sebagai perbaikan dalam penyusunan hasil

penelitian.

Poso, 02 Febuari 2021


Penulis

Ma’riva Adam

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................ii
LEMBARAN PENGESAHAN TIM PENGUJI..................................................iii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iv
DAFTAR ISI........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakan..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................3
C. Tujuan Penelitian........................................................................................3
1. Tujuan umum.......................................................................................3
2. Tujuan khusus......................................................................................3
D. Manfaat Studi Kasus...................................................................................4
1. Bagi Rumah Sakit................................................................................4
2. Bagi Institusi Pendidikan.....................................................................4
3. Bagi Penulis.........................................................................................4
4. Bagi Pasien..........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5
A. Konsep Diabetes Melitus............................................................................5
B. Konsep Jaringan Perfusi Perifer.................................................................15
C. Konsep Rendam Kaki Air Garam Hangat..................................................19
D. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus.................................22
1. Pengkajian............................................................................................22
2. Diagnosa Keperawatan Pada Pasien DM.............................................25
3. Rencana Keperawatan..........................................................................30

vii
4. Implementasi.........................................................................................36
5. Evaluasi.................................................................................................36
6. Dokumentasi.........................................................................................37
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................38
A. Jenis Penelitian..........................................................................................38
B. Lokasi dan waktu peneltian........................................................................38
C. Subyek studi kasus.....................................................................................38
D. Fokus studi.................................................................................................38
E. Definisi operasional...................................................................................38
F. Pengumpulan data......................................................................................39
G. Etika keperawatan......................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................42

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Diagnosa Keperawatan DM....................................................................26


Tabel 2 Intervensi Keperawatan DM...................................................................30

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Rendam Kaki Air Garam Hangat........................................................20

x
DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal Kegiatan Penilitian


2. Informed Consent
3. Penjelesan Sebelum Penelitian
4. SOP Penerapan Rendam Kaki Air Garam Hangat
5. Formoat Pengkajian Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus

xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakan
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit multi sistem kronik
yang berhubungan dengan ketidak normalan produksi insulin,
ketidakmampuan Penggunaan insulin atau keduanya. Diabetes melitus
merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada
produktivitas dan dapat menurunkan sumber daya manusia. Penyakit ini
tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu
negara (Imelda, 2019)
Data World Health Organization (WHO 2018) menyebutkan bahwa
tercatat 422 juta orang di dunia menderita diabetes melitus atau terjadi
peningkatan sekitar 8,5 % pada populasi orang dewasa dan diperkirakan
terdapat 2,2 juta kematian dengan presentase akibat penyakit diabetes
melitus yang terjadi sebelum usia 70 tahun, khususnya di negara-negara
dengan status ekonomi rendah dan menengah. Bahkan diperkirakan akan
terus meningkat sekitar 600 juta jiwa pada tahun 2035 (Kemenkes RI,
2019). Angka penderita diabetes di Indonesia berada di peringkat keenam
di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko
dengan jumlah penderita Diabetes usia 20-79 tahun sekitar 10,3 juta orang.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) memperlihatkan peningkatan angka
prevalensi Diabetes yang cukup signifikan, yaitu dari 6,9% di tahun 2016
menjadi 8,5% di tahun 2018, sehingga jumlah penderita di Indonesia
mencapai lebih dari 16 juta orang (Riskesdas, 2018). Berdasarkan data
Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah (2019) jumlah penderita diabetes
melitus pada tahun 2019 sebanyak 44.656 kasus dan pendeita diabetes
melitus di Kab.Poso tahun 2019 sebanyak 17.691 kasus.
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita diabetes melitus
salah satunya kaki diabetik. Masalah kaki diabetik memperlukan waktu
dan biaya yang cukup banyak. Pencegahan kaki diabetik dapat di lakukan
dengan perawatan kaki. Penderita diabetes yang memiliki pengetahuan
yang cukup tentang perawatan kaki diabetik menjadi dasar dan motivasi
untuk mengendalikan komlikasi penyakitnya. (Imelda, 2019)
Penatalaksanaan pencegahan ulkus pada diabetes melitus di berikan terapi
non farmakologis yaitu rendam air garam hangat untuk meningkatkan
perfusi jarigan perifer.
Berdasarkan penelitian (Suyadi. et al., 2019), merendam kaki
dalam air hangat selama 5-10 menit akan melembutkan kaki berkerak dan
kering sehingga lebih mudah untuk menyingkirkan sel-sel mati.
Pembersihan kulit kaki sangat penting karena kaki sering kontak dengan
kotoran. Merendam kaki dengan air hangat dan dicampur dengan garam
memberikan manfaat yang baik pada kaki. Garam berfungsi untuk
melunakkan kulit, membersihkan kulit dan mengurangi bengkak pada
kaki. Garam yang kaya akan kandungan natrium dapat mengikat air pada
intrasel maupun intersiil keluar karena perbedaan konsentrasi sehingga
bengkak dan radang dapat berkurang. (Suyadi. et al., 2019)
Merendam kaki ini termasuk refleksi pada kaki yang dapat
membuat kaki menjadi lebih ringan. Manfaat refleksi kaki juga memang
dapat menghilangkan pegal-pegal, keram dan kesemutan. Pencampuran
dengan garam akan memberikan efek yang berbeda sesuai dengan khasiat
dari garam tersebut. (Sukarja et al., 2018)
Menurut penelitian perawatan kaki melalui rendam kaki dengan air
garam hangat dapat membantu meningkatkan perfusi jaringan perifer pada
pasien diabetes melitus meskipun bersifat sementara. (Suyadi. et al., 2019)
Berdasarkan latar belakang itulah yang menjadi alasan sehingga
penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang penerapan rendam air
garam hangat untuk meningkatkan perfusi jaringan perifer pada asuhan
keperawatan pada pasien diabetes melitus di RSUD Poso.

2
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana penerapan rendam air garam hangat untuk
meningkatkan perfusi jaringa perifer pada asusan keperawatan pada pasien
diabetes melitus di RSUD Poso?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum
Untuk melakukan asuhan keperawatan holistik pasien DM
dengan penerapan rendam air garam hangat untuk meningkatkan
perfusi jaringa perifer pada asusan keperawatan pada pasien diabetes
melitus di RSUD Poso.

2. Tujuan khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara komprehensif pada pasien
diabetes melitus yang mengalami peningkatan perfusi jaringan
perifer di RSUD Poso.
b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan sesuai degan hasil
pengkajian pada pasien diabetes melitus yang mengalami peingkata
perfusi jaringa perifer di RSUD Poso.
c. Dapat menyusun intervensi yang sesuai dengan masalah
keperawatan pasien diabetas melitus yang mengalami peningkatan
perfusi jaringan perifer di RSUD Poso.
d. Dapat memberikan implementasi sesuai dengan penetapan
intervensi dan menerapkan rendam air garam hangat terhadap
peningkatan perfusi jaringan perifer pada asuhan keperawatan
medikal bedah di RSUD Poso.
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang di
lakukan da membuat pendokumentasian pasien diabetes melitus
yang mengalami penigkatan perfusi jaringan perifer di RSUD
Poso.

3
D. Manfaat Studi Kasus
Manfaat penulis proposal studi kasus ini “adalah sebagai beriku :

1. Bagi Rumah Sakit


Di harapkan bagi rumah sakit dalam hal penelitian ini dapat di
jadikan alternatif intervensi perawatan sirkulasi di ruangan-ruangan,
sebagai tindakan mandiri perawat dalam hal merawat area lokal
dengan keterbatasan sirkulasi perifer.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penelitian ini di harapkan menjadi sumber informasi bagi
mahasiswa yang ingin melanjutkan kasus tentang penerapan rendam
air garam hangat untuk meningkatkan perfusi jaringa perifer pada
asusan keperawatan pada pasien diabetes melitus menjadi bahan
bacaan di perpustakaan program studi keperawatan poso.

3. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini menjadi acuan proses belajar dalam
menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan melalui
proses pengumpulan data dan informasi-informasi ilmiah untuk
kemudian dikaji, diteliti, dianalisis, dan disusun dalam sebuah karya
tulis yang ilmiah, informatif dan bermanfaat.

4. Bagi Pasien
Di harapakan dengan Intervensi Penerapan rendam air garam
hangat untuk meningkatkan perfusi jaringan perifer. Sirkulasi perifer
kembali normal dan juga pasien dapat mempraktikan kembali secara
mandiri untuk mengetahui perkembangan selanjutnya.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Melitus


1. Pengertian
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang tejadi karena
pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur
gula darah atau glokosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang di hasilkannya. Diabetes adalah masalah
kesehatan masyarakat yang penting, menjadi salah satu dari empat
penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh
parah pemimpin dunia. Jumblah kasus dan prevalensi diabetes terus
meningkat selama beberapa dekade terakhir.
Diabetes melitus adalah kondisi kronis yang terjadi ketika ada
peningkatan kadar glukosa dalam darah karena tubuh tidak dapat
menghasilkan atau cukup hormon insulin atau menggnakan insulin
secara efektif (Saryanti & Nugraheni, 2019)
2. Klasifikasi Diabetes
Klasifikasi DM menurut American Diabetes Association 2010
dalam (Ndraha, 2014) yaitu :
a. Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas
karena sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak
sama sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-
peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali.
Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis.
b. Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes
Mellitus/NIDDM
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi
insulin tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan
karena terjadi resistensi insulin yang merupakan turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh
hati. Oleh karena terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin
sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi dalam
darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Hal tersebut
dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada adanya
glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta
pankreas akan mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa.
Onset DM tipe ini terjadi perlahan-lahan karena itu gejalanya
asimtomatik. Adanya resistensi yang terjadi perlahan-lahan akan
mengakibatkan sensitivitas reseptor akan glukosa berkurang. DM
tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi komplikasi. Sekitar 90-
95% penderita DM adalah tipe 2, DM tipe 2 ini adalah jenis paling
sering dijumpai. Biasanya terjadi pada usia diatas 40 tahun, tetapi
bisa pula timbul pada usia diatas 20 tahun (Tandra, 2017)
c. Diabetes Melitus Tipe Lain
DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek
genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit
eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik,
infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan genetik lain.
3. Faktor Resiko

Peningkatan jumlah penderita DM sebagian besar DM tipe 2,


berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko
yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut American Diabetes
Association (2010) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko yang
tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga DM (first degree
relative), umur >45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi berat badan
lahir bayi >4000 gram atau < 2500gram, riwayat pernah menderita
DM gestasional (Bennett 2008; Wild et al. 2004). Faktor risiko yang
dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan IMT >25kg/m2 atau

6
lingkar perut >80 cm untuk wanita, >90 cm pada laki-laki, kurangnya
aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat. (Giugliano
and Esposito, 2012)

Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita


Polycystic Ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolik
memiliki riwatyat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), memiliki
riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke, Penyakit Jantung
Koroner (PJK), Peripheral Arterial Diseases (PAD), konsumsi
alkohol, faktor stres, kebiasaan merokok, jenis kelamin, konsumsi
kopi dan kafein (Kahn, Cooper and Del Prato, 2014).

4. Patofisiologi

Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang


berperan yaitu : resistensi insulin dan disfungsi sel P pankreas. DM
tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun karena
sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin
secara normal (Kahn, Cooper and Del Prato, 2014). Resistensi insulin
banyak teijadi akibat dari obesitas dan kurangnya aktivitas fisik serta
penuaan. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi
produksi glukosa hepatik berlebihan namun tidak terjadi pengerusakan
sel- sel β langerhans secara auto imun. Defisiensi fungsi insulin pada
penderita DM tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak absolut (D’Adamo
and Caprio, 2011).

7
Gambar 1 Pathways Diabetes Melitus

DM Tipe I PATOFISIOLOGI DM Tipe II


DIABETES MELITUS

Reaksi AAutoimun Idiopatik, usia, genetik, dll

Sel ᵝ pancreas hancur Jmh sel pancreas


menurun

Definisi Insulin

Hiperglikemia Katabolisme protein meningkat Liposis meningkat

Pembatasan diit Penurunan BB

Fleksibilitas Intake tidak


Defisit nutrisi
darah merah adekuat

Pelepasan O2 poliuria Hipovolemia

Perfusi jaringan
Hipoksia perifer
tidak efektif

Nyeri akut

5. Tanda dan Gejala

8
Gejala diabetes pada setiap penderita tidak selalu sama. Ada
macam-macam gejala diabetes, ada yang termasuk “gejala klasik”
yaitu gejala khas diabetes, dan yang tidak termasuk kelompok itu.
Gejala Klasik yang ditunjukkan meliputi: banyak makan (polifagia),
banyak minum (polidipsia), banyak kencing (poliuria), berat badan
turun dan menjadi kurus . Beberapa keluhan dan gejala klasik pada
penderita DM tipe (Kariadi, 2009) . yaitu :

a. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah


Penurunan berat badan ini disebabkan karena penderita
kehilangan cadangan lemak dan protein digunakan sebagai sumber
energi untuk menghasilkan tenaga akibat dan kekurangan glukosa
yang masuk ke dalam sel.
b. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)
Kadar glukosa darah yang tinggi, jika kadar gula darah
melebihi nilai ambang ginjal (> 180 mg/dl) gula akan keluar
bersama urine, untuk menjaga agar urine yang keluar yang
mengandung gula itu tidak terlalu pekat, tubuh akan menarik air
sebanyak mungkin kedalam urine sehinga volume urine yang
keluar banyak dan kencingpun menjadi sering terutama pada
malam hari.
c. Polidipsi (peningkatan rasa haus)
Peningkatan rasa haus sering dialami oleh penderita karena
banyaknya cairan yang keluar melalui sekresi urin lalu akan
berakibat pada terjadinya dehidrasi intrasel sehingga merangsang
pengeluaran Anti Diuretik Hormone (ADH) dan menimbulkan
rasa haus.

d. Polifagia (peningkatan rasa lapar)

9
Pada pasien DM, pamasukan gula dalam sel-sel tubuh
berkurang sehingga energi yang dibentuk kurung. Inilah sebabnya
orang merasa kurang tenaga dengan demikian otak juga berfikir
bahwa kurang energi itu karena kurang makan, maka tubuh
berusaha meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan
rasa lapar. Kalori yang dihasilkan dari makanan setelah
dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah, tidak seluruhnya
dapat dimanfaatkan sehingga penderita selalu merasa lapar.
6. Komplikasi

DM yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan


komplikasi akut dan kronis. DM merupakan penyakit metabolik yang
tidak dapat disembuhkan, oleh karena itu kontrol terhadap kadar gula
darah sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi baik komplikasi
akut maupun kronis. Lamanya pasien menderita DM dikaitkan dengan
komplikasi akut maupun kronis. Hal ini didasarkan pada hipotesis
metabolik, yaitu terjadinya komplikasi kronik DM adalah sebagai
akibat kelainan metabolik yang ditemui pada pasien DM (Anani
soraya, 2018) Semakin lama pasien menderita DM dengan kondisi.
hiperglikemia, maka semakin tinggi kemungkinan untuk terjadinya
komplikasi kronik. Kelainan vaskuler sebagai manifestasi patologis
DM dari pada sebagai penyulit karena erat hubungannya dengan kadar
glukosa darah yang abnormal, sedangkan untuk mudahnya terjadinya
infeksi seperti tuberkolosis atau gangrene diabetic lebih sebagai
komplikasi (Waspadji, 2009). Menurut (Ernawati, 2013) komplikasi
DM dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

a. Komplikasi akut

10
Gangguang keseimbangan kadar gula darah dalam jangka
waktu pendek meliputi hipoglikemi, ketoasidosis diabeteik dan
syndrome HHNK (Koma hiperglikemik hiperosomolar
nonketotik) atau hyperosmolar nonketotik (HONK).
1) Hipoglikemi
Hipoglikemi merupakan keadaan gawat darurat yang
dapat terjadi pada perjalanan penyakit DM. glukosa
merupakan bahan bakar utama untuk melakukan metabolisme
di otak. Sehingga kadar glukosa darah harus selalu
dipertahankan diatas kadar kritis, merupakan salah satu
fungsi penting sistem pengatur glukosa darah. Hipoglikemi
merupakan keadaan dimana kadar gula darah abnormal yang
rendah yaitu dibawah 50 hingga 60 mg/ dl (2,7 hingga 3,3
mmol/ L) (smeltzer & Bare, 2002). Seorang juga dikatan
hipoglikemi jika kadar glukosa darah < 80 mg/ dl dengan
gejala klinis.
2) Ketoasidosis diabetik (KAD)
KAD adalah keadaaan dekompensasi kekacauan
metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan
ketosis, terutama disebebkan oleh defisiensi insulin absolut
atau relative. Keadaan komplikasi akut ini memerlukan
penanganan yang tepat karena merupakan ancaman kematian
bagi penderita diabetes.
b. Komplikasi kronis dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Komplikasi makrovaskuler
a) Penyakit arteri koroner
Penyakit arteri koroner yang menyebabkan
penyakit jantung koroner merupakan salah satu
komplikasi makrovaskuler yang sering terjadi pada
penderita DM tipe 1 maupun DM tipe 2. Proses terjadinya

11
penyekit jantung koroner pada penderita DM disebabkan
oleh kontrol glukosa darah yang buruk dalam waktu yang
lama yang disertai dengan hipertensi, resistensi insulin,
hiperinsulinemia, hiperamilinemia, dislipedemia,
gangguan sistem koagulasi dan hiperhormosisteinemia.
b) Penyakit serebrovaskuler
Penyakit serebrovaskuler pasien DM memiliki
kesamaan dengan pasien non DM, namun pasien DM
memiliki kemungkinan dua kali lipat mengalami penyakit
kardiovaskuler. Pasien yang mengalami perubahan
aterosklerotik dalam pembuluh darah serebral atau
pembentukan emboli ditempat lain dalam sistem
pembuluh darah sering terbawa aliran darah dan
terkadang terjepit dalam pembuluh darah serebral.
Keadaan ini dapat mengekibatkan serangan iskemia
sesaaat Transient Ischemic Attack (TIA).
c) Penyakit vaskuler perifer
Pasien DM beresiko mengalami penyakit oklusif
arteri perifer dua hingga tiga kali lipat diabandingkan
pasien non DM. hal ini disebabkan pasien DM cenderung
mengalami perubahan aterosklerotik dalam pembuluh
darah besar pada ekstermitas bawah. Pasien dengan
gangguan pada vaskuler perifer akan mengalami
berkurangnya denyut nadi perifer dan klaudikasio
intermiten (nyeri pada pantat atau betis ketika berjalan).
Penyakit oklusif arteri yang parah pada ekstermitas
bawah merupakan penyebeb utama terjadinya ganggren
yang dapat berakibat amputasi pada pasien DM.

2) Komplikasi mikrovaskuler

12
a) Retinopati diabetik
Retinopati diabetik merupakan kelainan patologis
mata yang disebabkan perubahan dalam pembuluh darah
kecil pada retina mata, keadaan hiperglikemia yang
berlangsung lama merupakan faktor risiko utama
terjadinya retinopati diabetik.
b) Komplikasi oftalmologi yang lain
Katarak, peningkatan opasitas lensa mata pada
penderita DM sehingga katarak terjadi pada usia lebih
muda dibandingkan pasien non DM, dan perubahan lensa
mata mengalami perkembangan ketika kadar gula darah
naik.
c) Nefropati
Merupakan sindrom klinis pada pasien DM yang
ditandai dengan albuminuria menetap (>300 mg/24 jam)
minimal dua kali pemeriksaan dalam waktu tiga hingga
enam bulan.
d) Neuropati
Diabetes Adalah gangguan klinis maupun sublkinis
yang terjadi pada penderita DM tanpa penyebab neuropati
perifer yang lain (konfrensi neuropati, febuari 1988 di san
Antonio).
7. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan


kualitas hidup penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi
(Perkeni, 2015):
a. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM,
memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi
akut.

13
b. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas
penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.
c. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan
mortalitas DM.
Dalam Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di
Indonesia 2011, penatalaksanaan dan pengelolaan DM dititik beratkan
pada 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu: edukasi, terapi gizi medis,
latihan jasmani dan intervensi farmakologis (Ndraha, 2014).
1. Edukasi
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan
perilaku sehat yang memerlukan partisipasi aktif dari pasien dan
keluarga pasien. Upaya edukasi dilakukan secara komphrehensif
dan berupaya meningkatkan motivasi pasien untuk memiliki
perilaku sehat. Tujuan dari edukasi diabetes adalah mendukung
usaha pasien penyandang diabetes untuk mengerti perjalanan
alami penyakitnya dan pengelolaannya, mengenali masalah
kesehatan/komplikasi yang mungkin timbul secara dini/saat masih
reversible, ketaatan perilaku pemantauan dan pengelolaan
penyakit secara mandiri, dan perubahan perilaku/kebiasaan
kesehatan yang diperlukan. Edukasi pada penyandang DM
meliputi pemantauan glukosa mandiri, perawatan kaki, ketaatan
pengunaan obat-obatan, berhenti merokok, meningkatkan aktifitas
fisik, dan mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak.
2. Terapi Gizi Medis
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM yaitu
makanan yang seimbang, sesuai dengan kebutuhan kalori masing-
masing individu, dengan memperhatikan keteraturan jadwalal
makan, jenis, dan jumlah makanan. Komposisi makanan yang
dianjurkan terdiri dari karbohidrat 45%-65%, lemak 20%-25%,

14
protein 10%-20%, Natrium kurang dari 3g, dan diet cukup serat
sekitar 25g/hari.
3. Latihan Jasmani
Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-
masing selama kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan
yang bersifat aerobik seperti berjalan santai, jogging, bersepeda
dan berenang. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran
juga dapat menurunkan berat badan dan meningkatkan sensitifitas
insulin.
4. Intervensi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan
peningkatan pengetahuan pasien, pengaturan makan dan latihan
jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk
suntikan.
B. Konsep Jaringan Perfusi Perifer
1. Pengertian Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Diabetes Melitus Tipe II
Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Diabetes Melitus Tipe II
Diabetes Melitus Tipe II adalah penyakit kronis serius yang terjadi
karena gangguan sekresi insulin (kondisi dimana tubuh masih
memproduksi insulin tapi tidak bisa berfungsi dengan baik) dan kerja
insulin yang terhambat atau tubuh tidak bisa memproduksi insulin. Hal
ini terjadi karena obesitas, obesitas ini menurunkan jumlah reseptor
insulin dari sel target yang ada di seluruh tubuh hal ini menyebabkan
kurang efektifnya insulin dalam meningkatkan efek metabolik, selain
itu Diabetes melitus tipe II bisa disebabkan karena gaya hidup yang
tidak sehat, kurangnya beraktifitas, dan bisa terjadi karena faktor usia
seiring bertambahnya usia retensi insulin cenderung mengalami
peningkatan.

15
Perfusi perifer tidak efektif pada Diabetes Melitus Tipe II
merupakan penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat
menganggu metabolisme tubuh (T. PPNI, 2016). Hal ini bisa terjadi
karena peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak,
hal ini menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal
disertai dengan adanya endapan kolesterol pada dinding pembuluh
darah. Endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah ini dapat
menurunkan sirkulasi darah karena pembuluh darah semakin
menyempit (García Reyes, 2018)
2. Penyebab Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Diabetes Melitus Tipe II
Menurut PPNI (2016). Penyebab dari perfusi perifer tidak efektif yaitu :
a. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah kadar gula darah gula darah lebih dari
(Hasdianah, 2012). Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan
kadar glukosa pada sel dan jaringan tertentu juga dapat mentransport
glukosa tanpa insulin dan menyebabkan terjadinya glikosiliasi pada
semua protein dimana protein berfungsi membantu mengatur
metabolisme tubuh juga menyeimbangkan cairan dalam tubuh.
Apabila cairan dalam tubuh tidak seimbang,aliran darah pada perifer
bisa terganggu atau bahkan terjadi penyumbatan menyebabkan
terjadinya perfusi perifer tidak efektif (Manurung, 2018)
b. Penurunan aliran arteri dan/atau vena
Penurunan aliran ini disebabkan oleh metabolisme lemak yang
abnormal disertai dengan adanya endapan kolesterol pada dinding
pembuluh darah. Endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah ini
menyebabkan menurunnya sirkulasi darah karena pembuluh darah
semakin menyempit dan menyebabkan terhambatnya aliran darah
(Wijaya & Putri, 2019).

16
c. Kurangnya informasi tentang faktor pemberat (mis. Obesitas,
imobilitas)
Informasi tentang faktor pemberat merupakan hal yang penting
diketahui oleh penderita,kurangnya informasi penderita mengenai
faktor pemberat dapat mengakibatkan terjadinya perfusi perifer tidak
efektif.
d. Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit
Kurangnya pengetahuan penderita mengenai penyakit yang
dideritanya dapat mengakibatkan terjadinya masalah baru. Jadi
penting bagi penderita untuk diberikan edukasi mengenai penyakit
yang dideritanya.
e. Kurang aktivitas fisik
Latihan fisik dapat membantu mengatur berfungsinya metabolisme
normal dalam tubuh dan membakar kalori yang berlebihan di dalam
tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh dapat menyebabkan
peredaran darah tidak lancar karena lemak yang menumpuk di
pembuluh darah (Hasdianah, 2012). Kurangnya latihan fisik bisa
mengakibatkan pembuluh darah yang menyempit atau tersumbat,
jika hal ini terjadi dapat menyebabkan terjadinya perfusi perifer tidak
efektif. 3.
3. Proses Terjadinya Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Diabetes Melitus
Tipe II
Pada Diabetes Melitus Tipe II terdapat dua masalah yang
berhubungan dengan insulin dan gangguan sekresi insulin, yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Berkurangnya
pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan naiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300-1200 mg/dL. Peningkatan
mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan
terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan

17
kolesterol pada dinding pembuluh darah dan akibat dari berkurangnya
protein dalam jaringan tubuh. (García Reyes, 2018)
4. Dampak Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Diabetes Melitus Tipe II
Adapun dampak yang bisa terjadi, yaitu :
a. Gangren kaki diabetik
Salah satu penyebab utama terjadinya gangren adalah
neuropati perifer yang mengacu pada penyakit yang menyerang
semua tipe saraf termasuk saraf perifer, otonom dan spinal.
Penebalan membran basalis kapiler dan penutupan kapiler dapat
terjadi akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik dan
motorik. Gangguan sensorik menyebabkan hilang atau menurunnya
sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa
terasa yang mengakibatkan terjadinya gangren. Gangguan motorik
juga mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah
titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki penderita.
(Manurung, 2018)
b. Retinopati diabetik
Kelainan patologis mata yang disebut retinopati diabetik
disebabkan oleh perubahan pada pembuluh darah kecil disekitar
retina. Retina merupakan bagian mata yang menerima bayangan
dan mengirimkan informasi tentang bayangan tersebut ke otak.
Bagian ini mengandung banyak sekali pembuluh darah arteri serta
vena kecil, arteriol, venula dan kapiler. (Manurung, 2018)
5. Pencegahan Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Diabetes Melitus Tipe II
Tindakan pencegahan paling awal yang bisa dilakukanuntuk
mencegah terjadinya perfusi perifer tidak efektif dan mencegah
komplikasi lain yang bisa terjadi yaitu pemberian edukasi dengan
tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari
upaya pencegahan. (Rudijanto et al., 2015).

18
C. Konsep Rendam Kaki Air Garam Hangat

1. Pengertian
Merendam kaki dengan air hangat merupakan pemberian aplikasi
panas pada tubuh untuk mengurangi gejala rasa tidak nyaman. Terapi
ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan kelancaran peredaran
darah (Arnot, 2009). Merendam kaki dengan air hangat yang
bertemperatur 37°C-39°C bermanfaat dalam menurunkan kontraksi otot
sehingga menimbulkan perasaan rileks yang bisa mengobati masalah
kebutuhan tidur, selama 15 menit. Menurut Kusumastuti
mengungkapkan bahwa air adalah media terapi yang tepat untuk
pemulihan cedera, karena secara ilmiah air hangat berdampak fisiologis
bagi tubuh. Pertama, berdampak pada pembuluh darah yaitu membuat
sirkulasi darah menjadi lancar. Kedua, faktor pembebanan di dalam air
akan menguatkan otot-otot dan ligament yang mempengaruhi sendi-
sendi tubuh. Air dimanfaatkan sebagai pemicu untuk memperbaiki
tingkat kekuatan dan ketahanan terhadap penyakit. Pengaturan sirkulasi
tubuh dengan menggunakan terapi air dapat menyembuhkan berbagai
penyakit seperti demam, radang paru-paru, sakit kepala dan insomnia.
Terapi air adalah cara yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh,
melancarkan peredaran darah dan memicu pembuangan racun (Mawarn,
2018).

Beberapa negara maju menerapkan terapi stimulus control dengan


menggunakan air hangat sudah banyak dilakukan. Menurut Kneip dkk
(2005) merendam kaki dengan air hangat yang bertemperatur 37-38°
bermanfaat dalam menurunkan kontarksi otot sehingga menimbulkamn
perasaan rileks yang bisa mengobati gejala kurang tidur dan infeksi.

19
Gambar 1 Rendam Kaki Air Garam Hangat

2. Respon Tubuh Saat Merendam Kaki dengan Air Hangat

Kerja air hangat pada dasarnya adalah meningkatkan aktivitas


molekuler (sel) dengan metode pengaliran energi melalui konveksi
(pengaliran lewat medium cair) (Intan, 2010). Metode perendaman kaki
dengan air hangat memberikan efek fisiologis terhadap beberapa bagian
tubuh organ manusia. Berikut ini adalah beberapa organ yang
mengalami perubahan fisiologis, yaitu:
1. Jantung
Tekanan hidrostatik air terhadap tubuh mendorong aliran darah
dari kaki menuju ke rongga dada dan darah akan berakumulasi di
pembuluh darah besar jantung. Air hangat akan mendorong
pembesaran pembuluh darah kuli dan meningkatkan denyut jantung.
Efek ini berlangsung cepat setelah terapi air hangat diberikan
(Ningrum, 2012)
2. Jaringan otot
Air hangat dapat mengendorkan oto sekaligus memiliki efek
analgesik. Tubuh yang lelah akan menjadi segar dan mengurangi
rasa letih yang berlebihan. Hal ini dapat mengurangi gejala
kesemutan atau Restless Legs Syndrom (RLS) pada lansia (Ningrum,
2012).

20
3. Organ pernapasan
Aliran darah yang lancar akan membawa nutrisi dan oksigen
yang cukup untuk dibawa ke rongga dada serta paru-paru.
Peningkatan kapasitas paru juga dapat terjadi, hal ini dapat
mengurangi gejalas Sleep Disordered Breathing (SDB) (Ningrum,
2012).
4. Sistem endokrin
Berendam menggunakan air hangat dapat melepaskan dan
meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan tubuh. Sirkulasi hormon
kortisol misalnya, air hangat dapat meningkatkan sekresi hormon
tersebut dan menimbulkan rasa “kegembiraan” bagi seseorang. Pada
terapi merendam kaki dengan air hangat dapat menyebabkan efek
sopartifik (efek ingin tidur), hal ini kemungkinan dapat disebabkan
oleh peningkatan sekresi hormone melatonin sebagai dampak dari
rendam air hangat pada kaki sehingga seseorang yang merendam
kakinya dengan air hangat dapat meningkatkan kualitas tidurnya
(Ningrum, 2012).
5. Persyarafan
Efek merendam kaki dengan air hangat dapat menghilangkan
stress (Ningrum, 2012). Adapun manfaat dari terapi rendam kaki air
hangat adalah sebagai berikut:
a. Produksi perasaan rileks
b. Merangsang ujung saraf untuk membuat perasaan segar
kembali.
c. Meningkatkan sirkulasi darah
d. Peningkatan metabolisme jaringan.
e. Penurunan kekuasaan tonus otot.
f. Peningkatan migrasi leukosit.
g. Analgesik dan efek sedati

21
3. Hipotesis
Penelitian Hipotesis pada penelitian ini adalah adanya perbedaan
efektifitas rendam kaki air hangat menggunakan garam dan rendam
kaki air hangat tidak menggunakan garam terhadap insomnia pada
lansia.

D. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus


1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari
berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kecemasan klien.
a. Pengumpulan data
1) Identitas
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat
suku/bangsa, agama pendidikan, tanggal pengkajian, nomor
registrasi, dan dignosa medis.
2) Identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, alamat, hubungan klien.
b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Menanyakan apa yang dirasakan atau keluhan yang
mengganggu klien. Keluhan utama ini biasanya klien mengeluh
badannya lemas, napsu makan meningkat, maupun meningkat.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan
sampai dengan di bawa ke rumah sakit. Pada penderita DM
biasa didapatkan cemas, lemas, anoreksia, mual, muntah, pusing
dan penurunan berat badan.

22
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji pasien yang pernah diderita klien terutama yang
berhubungan dengan penyakit Diabetes Melitus.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Menerapkan keadaan kelurga apakah di temukan penyakit yang
sama, seperti yang dialami klien dan catatlah riwayat adanya
keluarga dengan masalah penyakit Diabetes Melitus dan
masalah penyakit menular atau keturunan.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melakukan dengan melakukan
inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi. Adapun pengkajian fisik
tersebut dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai ujung
kaki.
1) Keadaan Umum
Pada klien Diabetes Melitus biasanya, klien lemah, mengalami
penurunan berat badan, namun tinggi badan tetap.
2) Tanda-tanda Vital
Pada klien Diabetes Melitus tekanan darah meningkat, nadi
normal, respirasi normal, suhu normal.
3) Sistem Saraf
Meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran fungsi cranial dan
keluhan yang di rasakan klien berhubugan dengan fungsi
persyarafan. Pada klien Diabetes Melitus sering di temukan
adanya kesemutan, baal/mati rasa pada tangan kaki.
4) Sistem Pernapasan
Bentuk hidung simetris, penciuman baik, pernapasan melalui
hidung. Dada bentuk simetris, biasanya pada klien Diabetes
Melitus adanya pernapasan kusmual (dafas cepat dan dalam).

23
5) Sistem Kardiovaskuler
Meliputi pemeriksaan tekanan darah, pengamatan terhadap vena
jugularis yang mungkin ada pembesaran atau tidak
6) Sistem Endokrin
Meliputi pengkajian pembesaran kelenjar
7) Sistem Pencernaan
Meliputi pengkajian pada organ seperti mulut, kerongkongan,
abdomen, lambung, usus, dan bising usus, serta keluhan yang di
rasakan klien pada sistem pencernaan. Pada klien Diabetes
Melitus dapat di temukan adanya mual akibat penurunan
mobilisasi gaster, penurunan berat badan.
8) Sistem Perkemihan
Pada klien Diabetes Melitus biasanya mengalami sering
berkemih (poliuria).
9) Sistem Muskuloskeletal
Adanya penurunan kekutan otot atau kelemahan, kram otot.
10) Sistem Integumen
Pengkajian dalam warna kulit, tekstur, turgor kulit, kebersihan,
suhu tubuh, keadaan luka bia ada, lesi, keadaan rambut, keadaan
kuku. Pada klien Diabetes Melitus bila mengalami luka anak
sulit sembuh, sehingga akan menimbulkan ganggren.
11) Sistem Genetalia
Pada genetalia dan darah anus tidak terdapat lesi, massa,
maupun pembengkakan.
d. Data Sosial
Meliputi hubungan klien dengan orang lain di lingkungan, kelurga,
perawat, serta sesama klien dan masyarakat.
e. Data Psikologis
Klien akan merasakan cemas karena trauma yang dialaminya serta
karena penyakit Diabetes Melitus yang membutuhkan perawat

24
yang cukup lama, sehingga dengan klien mengalami frustasi akan
keadaan dirinya yang tidak mencapai kesembuhan.
f. Data Spiritual
Keyakinan dan kepercayaan terhadap agama dan Tuhan, harapan
dan keyakinan serta cara yang di gunakan untuk memenuhi
kebutuhan secara spiritual.
g. Data Penunjang
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan glukosa darah sewaktu
>200 mg/dl dan pemeriksaan gula darah puasa >126 mg/dl sudah
dapat dikatakan sebagai diganosa Diabetes Melitus.
(Mansjoer,2007)
h. Analisa Data
Analisa data merupakan tahap penting yang kita lakukan setelah
data klien terkumpul sehingga data klien terkumpul, sehingga
berguna untuk menegakkan masalah atau kebutuhan klien
(Mansjoer, 2007)
2. Diagnosa Keperawatan Pada Pasien DM
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang di alaminnya baik yang berlangsung actual maupun
potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
Diagnosa yang timbul pada penderita Diabetes Melitus antara lain
sebagai berikut :

25
Tabel 1 Diagnosa Keperawatan DM

No Diagnosa Penyebab Batas Karakteristik


1 Defisit nutrisi 1) Ketidakmampuan - Gejala dan tanda mayor:
(D.0019) menelan makanan Subjektif
Definisi : 2) Ketidakmampuan (tidak tersedia)
Asupan nutrisi mencerna makanan Objektif
tidak cukup untuk 3) Ketidakmampuan 1) Berat badan menurun
memenuhi mengabsorbsi nutrien minimal 10% di
kebutuhan 4) Peningkatan kebutuhan bawah rentang ideal
metabolisme. metabolisme -Gejalan dan tanda minor:
5) Faktor ekonomi (mis. Subjektif
Finansial tidak 1) Cepat kenyang setelah
mencukupi) makan
6) Faktor psikologis (mis. 2) Kram/nyeri abdomen
Stres, keenggaan untuk 3) Nafsu makan menurun
makan) Objektif
1) Bising usus hiperaktif
2) Otot pengunyah lemah
3) Otot menelah lemah
4) Membran mukosa
pucat
5) Sariawan
6) Serum albumin turun
7) Rambut rontok
berlebihan
8) Diare
2 Nyeri akut 1) Agen pencedera - Gejala dan tanda mayor:
(D.0077) fisiologis (mis. Subjektif
Definisi : Inflamasi, iskemia, 1) Mengeluh nyeri
Pegalaman neoplasma) Objektif
sensorik atau 2) Agen pencedera 1) Tampak meringis
emosional yang kimiawi (mis. 2) Bersikap protektif
berkaitan dengan Terbakar, bahan kimia (mis. Waspada, posisi
kerusakan jaringan iritan) menghindar nyeri)
aktual atau 3) Agen pencedera fisik 3) Gelisah
fungsional,dengan (mis. Abses, amputasi, 4) Frekuensi nadi
onset mendadak terbakar, terpotong, meningkat
atau lambat dan mengangkat berat, 5) Sulit tidur
berintensitas prosedur oprasi, - Gejala dan tanda minor:
ringan hingga trauma, latihan fisik Subjektif
berat yang berlebihan) (tidak tersedia)
berlangsung Objektif
kurang dari 3 1) Pola Tekanan darah
bulan. meingkat

26
2) napas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berpikir beruba
terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri
sendiri
7) Diaforesis
3 Perfusi perifer 1) Hiperglikemia - Gejala dan tanda mayor:
tidak efektif 2) Penurunan konsentrasi Subjektif
(D.0009) hemoglobin (tidak tersedia)
Definisi : 3) Peningkatan tekanan Objektif
Penurunan darah 1) Pengisian kapiler >3
sirkulasi darah 4) Kekurangan volume detik
pada level kapiler cairan 2) Nadi perifer menurun
yang dapat 5) Penurunan aliran arteri atau tidak teraba
mengganggu dan/atau vena 3) Akral teraba dingin
metabolisme 6) Kurang terpapar 4) Warna kulit pucat
tubuh. informasi tentang 5) Turgor kulit menurun
faktor pemberat (mis. - Gejala dan tanda minor
Merokok, gaya hidup Subjektif
mononton, trauma, 1) Parastesia
obesitas, asupan 2) Nyeri ekstremita
garam, imobilitas) (klaudikasi intermiten)
7) Kurang terpapar Objektif
informasi tentang 1) Edema
proses penyakit (mis. 2) Penyembuhan luka
Diabetes melitus, lambat
hiperlipidemia) 3) Indeks ankle-brachial
8) Kurang aktivitas fisik <0,90
4) Bruit femoral
4 Hipovolemia 1) Kehilangan cairan - Gejala dan tanda mayor:
(D.0023) aktif Subjektif
Definisi : 2) Kegagalan mekanisme (tidak tersedia)
Penurunan volume regulasi Objektif
cairan 3) Peningkatan 1) Frekuensi nadi
intravaskuler, permeabilitas kapiler menigkat
interstisial, dan 4) Kekurangan intake 2) Nadi teraba lemah
/atau intraselular. cairan 3) Tekanan darah
5) Evaporasi menurun
4) Tekanan nadi
menyempit
5) Turgor kulit menurun
6) Membran mukosa

27
kering
7) Volume urin menurun
8) Hematokrit meningkat
- Gejala dan tanda minor:
Subjektif
1) Merasa lemah
2) Mengeluh haus
Objektif
1) Pengisian vena
menurun
2) Status mental berubah
3) Suhu tubuh meningkat
4) Kosentrasi urin
meningkat
5) Berat badan turun tiba-
tiba
5 Gangguan 1) Kerusakan integritas - Gejala dan tanda mayor:
mobilitas fisik struktur tulang Subjektif
(D.0054) 2) Peruhabahan 1) Mengeluh sulit
Definisi : metabolisme menggerakkan
Keterbatasan 3) Ketidakbugaran fisik ekstremitas
dalam gerakan 4) Penurunan kendali Objektif
fisik dari satu atau otot 1) Kekuatan otot
lebih ekstremitas 5) Penurunan kekuatan menurun
secara mandiri. otot 2) Rentang gerak (ROM)
6) Penurunan massa otot menurun
7) Keterlambatan - Gejala dan tanda minor :
perkembangan Subjektif
8) Kekakuan sendi 1) Nyeri saat bergerak
9) Kontraktur 2) Enggan melakukan
10) Malnutrisi pergerakan
11) Gangguan 3) Merasa cemas saat
muskuloskeletal bergerak
12) Gangguan Objektif
neuromuskular 1) Sendi kaku
13) Indeks masa tubuh di 2) Gerakan tidak
atas persentil ke-75 terkoordinasi
suatu usia 3) Gerakan tambahan
14) Efek agen 4) Fisik lemah
farmakologis
15) Program pembatasan
gerak
16) Nyeri
17) Kurang terpapar

28
informasi tentang
aktivitas fisik
18) Kecemasan
19) Gangguan kognitif
20) Keenggaan melakukan
pergerakan
21) Gengguan
sensoripersepsi
6 Gangguan 1) Perubahan sirkulasi - Gejala dan tanda mayor:
integritas 2) Perubahan status Subjektif
kulit/jaringan nutrisi (kelebihan atau (tidak tersedia)
(D.0129) kekurangan) Objektif
Definisi : 3) Kekurangan/kelebihan 1) Kerusakan jaringan
Kerusakan kulit volume cairan dan/atau lapisan kulit
(dermis dan/atau 4) Penurunan mobilitas - Gejala dan tanda minor:
epidermis) atau 5) Bahan kimia iritatif Subjektif
jaringan (membran 6) Suhu ligkungan yang (tidak tersedia)
mukosa, kornea, ekstrem Objektif
fasia, otot, tendon, 7) Faktor mekanis (mis. 1) Nyeri
tulang, kartilago, Penekanan pada 2) Pendarahan
kapsul sendi tonjolan tulang, 3) Kemerahan
dan/atau ligamen). gerekan) atau faktor 4) Hematoma
elektris
(elektrodiatermi,
energi listri
bertegangan tinggi)
8) Efek samping terapi
radiasi
9) Kelembaban
10) Proses penuaan
11) Neuropati perifer
12) Perubahan pigmentasi
13) Perubahan hormonal
14) Kurang terpapar
informasi tentang
upaya
mempertahankan atau
melindungi integritas
jaringan
7 Menejemen 1) Kompleksitas sistem - Gejala dan tanda mayor:
kesehatan tidak pelayanan kesehatan Subjektif
efektif (D.0116) 2) Kompleksitas program 1) Mengungkapkan
Definisi : perawatan/pengobatan kesulitan dalam
Pola penanganan 3) Komflik pengambilan menjalani program

29
masalah keputusan perawat/pengobatan
kesehatan dalam 4) Kesulitan ekonomi Objektif
kelurga tidak 5) Tuntutan berlebih 1) Gagal melakukan
memuaskan untuk (mis. Individu, tindakan untuk
memulihkan kelurga) mengurangi faktor
kondisi kesehatan 6) Konflik keluarga resiko
anggota kelurga. 7) Ketidakefektifan pola 2) Gagal menerapkan
perawatan kesehatan program
keluarga perawatan/pengobatan
8) Ketidakcukupan dalam kehidupan
petunjuk untuk sehari-hari
bertindak 3) Aktivitas hidup sehari-
9) Kekurangan dukungan hari tidak efektif untuk
sosial memenuhi tujuan
10) Kekurangan terpapar kesehatan
informasi - Gejala dan tanda minor :
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
(tidak tersedia)

3. Rencana Keperawatan

Tabel 2 Intervensi Keperawatan DM

No Diagnosa Tujuan dan kriteria


intervensi
Keperawatan hasil
1 Defisit nutrisi Status nutrisi : Menejemen nutrisi :
1) Verbalisasi keinginan Observasi
untuk meningkatkan 1) Identifikasi status nutrisi
nutrisi cukup 2) Identifikasi alergi dan
meningkat intoleransi makanan
2) Pengetahuan tentang 3) Identifikasi makanan
pilihan makanan yang yang disukai
sehat meningkat 4) Monitor asupan makanan
3) Pengetahuan tentang 5) Monitor berat badan
pilahan minuman yang 6) Monitor hasil
sehat meningkat pemeriksaan
4) Pengetahuan tentang laboratorium
standar asupan nutrisi Teraupeutik
yang tepat cukup 1) Lakukan oral hygiene
meningkat sebelum makan, jika

30
5) Penyiapan dari perlu
penyimpanan minuman 2) Fasilitasi menentukan
yang aman cukup pedoman diet (mis.
meningkat Piramida makanan)
6) Sikap terhadap 3) Berikan makanan tinggi
makanan/minuman serat untuk mencegah
sesuai dengan tujuan konstipasi
kesehatan cukup 4) Berikan makanan tinggi
meningkat kalori dan tinggi protein
5) Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Edukasi
1) Ajarkan diet yang di
programkan
2) Ajarkan diet yang di
programkan
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
mediksi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik). Jika perlu
2 Nyeri akut Tingkat nyeri : Menejemen Nyeri :
1) Keluhan nyeri menurun Observasi
2) Klien sudah tidak 1) Identifikasi lokasi,
meringis karakteristik, durasi,
3) Sikap protektif frekuensi, kualitas,
menurun intesitas nyeri
4) Klien tidak merasa 2) Identifikasi skala nyeri
gelisah 3) Identifikasi faktor yang
5) Kesulitan tidur klien memperberat dan
menurun memperingan nyeri
4) Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
5) Monitor keberhasilan
terapi komplemeter yang
sudah di berikan
Terapeutik
1) Berikan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik

31
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain).
2) Kontrol lingkungan yang
meperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan
tidur
4) Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2) Ajarkan monitor nyeri
secara mandiri
3) Anjurkan menggunakaan
analgetik secara tepat
4) Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3 Perfusi perifer Perfusi perifer : Perawatan sirkulasi :
tidak efektif 1) Denyut nadi perifer Edukasi
sedang 1) Pemeriksaan sirkulasi
2) Penyembuhan luka perifer (mis. Nadi
cukup meingkat perifer, edema, pengisian
3) Warna kulit pucat kapiler, warna, suhu,
menurun anklebrachial index)
4) Nyeri ekstremitas 2) Identifikasi faktor resiko
menurun gangguan sirkulasi (mis.
5) Kelemahan otot Diabetes, perokok, orang
menurun tua, hipertensi, dan kadar
6) Pengisisn kapiler kolestrol tinggi)
membaik 3) Monitor panas,
7) Tutgor kulit membaik kemerahan, nyeri, atau
bengkak, pada
ekstremitas
Terapeutik

32
1) Hindari pemasangan
infus atau pengambilan
darah di area
keterbatasan perfusi
2) Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
3) Lakukan perawatan kaki
dan kuku
Edukasi
1) Anjurkan berolahraga
rutin
2) Anjurka minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
3) Anjurkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi (mis. Rendah
lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)
4 Hipovolemia Status cairan : Menejemen hipovolemia :
1) Kekuatan nadi sedang Observasi
2) Turgor kulit cukup 1) Periksa tanda dan gejala
menigkat hipovolemia (mis.
3) Output urine sedang Frekuensi nadi
4) Edema perifer menurun meningkat, nadi teraba
5) Perasaan lemah lemah, tekanan darah
menurun menurun, tekanan nadi
6) Frekuensi nadi menyempit, turgor kulit
membaik menurun, membran
7) Tekanan darah mukos kering, volume
membaik urin menurun,
8) Tekanan nadi membaik hematokrit meningkat,
9) Membran mukosa haus dan lemah)
membaik 2) Identifikasi penyebab
10) Kadar Hb membaik hipovolemia
3) Monitor intake dan
output cairan
Terapeutik
1) Hitung kebutuhan cairan
2) Berikan posisi modified
trendelenbung
3) Berikan asupan cairan

33
oral
Edukasi
1) Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
2) Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
2) Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
5 Gangguan Mobilitas fisik : Dukungan mobilisasi :
mobilitas fisik 1) Pergerakan ekstermitas Observasi
cukup meningkat 1) Identifikasi adanya nyeri
2) Kekuatan otot cukup atau keluhan fisik
meningkat lainnya
3) Rentang gerak (ROM) 2) Identifikasi toleransi
meningkat fisik melakukan
4) Nyeri menurun pergerakan
5) Kecemasan menurun 3) Monitor frekuensi
6) Kelemahan fisik jantung dan tekanan
menurun darah sebelum memulai
mobilisasi
4) Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik
1) Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
2) Anjurkan mobilisasi dini
3) Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
1) Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
2) Anjurkan mobilisasi
sederhana yang harus di

34
lakukan (mis. Duduk di
tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke
kursi)
6 Gangguan Integritas kulit dan Perawatan integritas kulit :
integritas jaringan : Observasi
kulit/jaringan 1) Elastisitas meningkat 1) Identifikasi penyebab
2) Kerusakan jaringan gangguan integritas kulit
menurun (mis. Perubahan
3) Kerusakan lapisa kulit sirkulasi, perubahan
menurun status nutrisi, penurunan
4) Pendarahan menurun kelemahan, suhu
5) Suhu kulit membaik lingkungan ekstrim,
6) Tektur cukup membaik penurunan mobilitas)
Terapeutik
1) Lakukan pemijatan pada
area penonjolan tulang,
jika perlu
2) Bersihkan perineal
dengan air hagat,
terutama selama periode
diare
3) Gunakan produk
petrolium atau minyak
pada kulit kering
4) Hindari produk berbahan
alkohol pada kulit kering
Edukasi
1) Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotion,
serum)
2) Anjurkan minum air
yang cukup
3) Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
4) Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
7 Menejemen Menejemen keseahatan : Dukungan pengambilan
kesehatan tidak 1) Melakuakn tindakan keputusan :
efektif untuk mengurangi Observasi
untuk faktor resiko cukup 1) Identifikasi persepsi
memulihkan meningkat mengenai masalah dan
kondisi kesehatan 2) Menerapkan program informasi yang memicu

35
anggota kelurga. perawatan cukup konflik
menigkat Terapeutik
3) Aktivitas hidup sehari- 1) Motivasi
hari efektif memenuhi mengungkapkan tujuan
tujuan kesehatan cukup perawatan yang di
meningkat harapkan
2) Fasilitasi pengambilan
keputusan secara
kolaboratif
3) Hormati hak pasien
untuk menerima atau
menolak informasi
Edukasi
1) Informasihkan alternatif
solusi secara jelas
2) Berikan informasi yang
di minta pasien
Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lainnya
dalam menfasilitasi
pengambilan keputusan

4. Implementasi
Implementasi adalah insiatif dari rencana, tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik yang bertujuan untuk membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan yang lebih mencakup
peningkatan kesehatan,pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
menfasilitasi koping.

Pelaksanan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan


rencana yang telah di tetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini di
sesuaikan dengan masalah yang terjadi.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Namun,
evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap akhir proses keperawatan.
Pada tahap evaluasi perawat dapat menemukan reaksi klien terhadap

36
intervensi keperawatan yang telah di berikan dan menetapkan apakan
sasaran dari rencana keperawatan telah di terima (suara & Dkk,2010)

Tahap evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana


tujuan dapat di capai, sehingga dalam mengevaluasi efektifitas tindakan
keperawatan. Perawat perlu mengetahui kriteria keberhasilan dimana
kriteria ini harus dapat di ukur dan di amati agar kemajuan
perkembangan keperawatan kesehatan klien dapat di ketahui.

6. Dokumentasi
Perawat adalah sebagai salah satuh tenaga yang mempunyai
konstribusi besar bagi pelayanan kesehatan berperan penting dalam
upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatn. Dalam upaya peningkatan
mutu seorang perawat harus mampu melakukan asuhan keperawatan
sesuai standar yaitu mulai dari pengkajian sampai evaluasi berikut
dokumentasinya. Dokumetasi adalah suatu yag di tulis atau yag di cetak
kemudia di andalkan sebagai catatan bukti bagi orang yang terwenang
dan merupakan bagian dari praktik profesional.

37
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu penerapan
rendam air garam hangat untuk Meningkatkan pefusi jaringan perifer
pada Asuhan keperawatan pasien diabetes Melitus di RSUD Poso

B. Lokasi dan waktu peneltian

Lokasi dan waktu penelitian dilakukan pada bulan April


diruangan Rosella RSUD POSO

C. Subyek studi kasus

Studi kasus penelitian ini berfokus pada 1 orang pasien yang


menderita diabetes melitus yang mengalami penurunan perfusi
jaringan perifer dengan kriteria : kadar gula darah ≥125 mg/dl dan
CRT lebih dari >2 detik

D. Fokus studi

Fokus studi yang di lakukan ini adalah berfokus pada penerapan


rendam air garam hangat pada pasien Diabetes Melitus.

E. Definisi operasional

Definisi opresional adalah memuat definisi dan cara mengukur setiap


variabel dependen
1. Asuhan keperawatan pasien DM
Asuhan keperawatan diabates melitus merupakan proses atau
rangkayan kegiatan pada praktek keperawatan yg di berikan secara
langsung kepeda klien meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
interfensi keperawatan, impementasi dan evaluasi pada pasien
diabetes melitus yang di rawat di ruangan bedah RSUD Poso
2. Meningkatkan perfusi jaringan perifer
Perfusi jaringan perifer yang baik di tandai dengan adanya waktu
pengisian kapiler atau CRT >2 detik akan di ukur sebelum di
lakukan intervensi dan setelah di lakukan intervensi. Caranya
dengan menekan kuku jari kaki sampai putih, kemudian lepaskan.
Catatlah waktu yang di butuhkan kurang dari 2 detik untuk warna
kuku kembali normal (memerah) setelah tekanan di lepaskan.
3. Rendam air garam hangat
Terapi merendam kaki dengan menggunakan air hangat
merupakan salah satu teknik yang di kenal dengan istilah
hidroterapi. Pada perawatan kaki yang dapat dilakukan dengan
memberikan rendam kaki dengan air garam hangat di lakukan
sehari satu kali, dengan suhu 30 ̊C-37 ̊C, campur garam 3 sendok
dan merendam sampai betis dilakukan selama 10-15 menit.

F. Pengumpulan data

Metode yag di gunakan dalam pengumpulan data yaitu :


1. Data primer
a. Wawancara
Data yang di dapatkan dari pasien melalui wawan cara yaitu
hasil anameses tentang identitas pasien, keluhan utama,
riwayat penyakit skarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga. Informasi/data dapat di peroleh dari pasien,
keluarga, atau dari sesama perawat
b. Observasi

39
Observasi adalah datang yang di peroleh melalui pemeriksaan
fisik pada pasie yaitu palpasi, perkusi, alkustasi, pada sistem
tubuh.
c. Studi dokumentasi dan angket
Memperoleh data tidak hanya melalui wawancara, observasi
dan pemeriksaan fisik saja tetapi juga melalui hasil
pemeriksaan diagnosa
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah tersedih yang di ambil dari
dianas kesehatan untuk di jadikan latar belakan dalam penelitian
ini.

G. Etika keperawatan

Dalam menyelesaikan studi kasus peneliti harus menerapkan etika


penelitian dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Autonomy
Di dasarkan pada keyakinan bahwa indifidu dalam mampu berfikir
logis da membuat keputusannya sendiri. Sehingga perawat harus
menghormati kemandirian klien
2. Beneficence
Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik
sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan dalam melakukan
pelayanan keperawatan
3. Justice
Di refleksikan dalam praktik profesional ketika perawat bekerja
sesui ilmu dan kiat keperawatan dengan memperhatikan keadilan
sesuai standar praktik dan hukum yang belaku
4. Non-maleficence
Prinsip ini berarti perawat dalam memberikan pelayanannya tidak
menimbulkan bahaya /cedera fisik dan psikologis terhadap klien

40
5. Veracity
Prinsip ini menuntut perawat agar setiap informasi yang di berikn
harus akurat, komprehensif, dan objektiif
6. Fidelity
Perawat harus memiliki komitmen menepati janji profesi dan
menerapkan dalam melakukan pelayanan keperawatan
7. Confidentiality
Kerahasiaan berkaitan dengan informasi klien harus di jaga
kecuali dalam keperluan pengobatan, upaya penigkatan kesehatan,
atau permintaan pengadilan.
8. Accountability
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa seorang profesional
dapat di nilai dalam berbagi kondisi tanpa kecuali.

41
DAFTAR PUSTAKA

Anani soraya. (2018). Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Diabetes Kadar


Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus. Keperawatan Dan
Kesehatan Masyarakat, 3(2).
Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah. (2019). Profil Kesehatan Sulawesi Tengah.
In Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah.
García Reyes, L. E. (2018). Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Diabetes Melitus.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Imelda, S. I. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya diabetes
Melitus di Puskesmas Harapan Raya Tahun 2018. Scientia Journal, 8(1),
28–39. https://doi.org/10.35141/scj.v8i1.406
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health
Profile2018]. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-
2018.pdf
MAWARN, R. D. P. (2018). Perbedaan Efektivitas Rendam Kaki Air Hangat
Menggunakan Garam Dan Rendam Kaki Air Hangat Tidak Menggunakan
Garam Terhadap Insomnia Lanjut Usia.
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Journal
of Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8), 1–200.
https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201
Saryanti, D., & Nugraheni, D. (2019). Peningkatan Pengetahuan Masyarakat
Tentang Penyakit Diabetes Melitus. JPPM (Jurnal Pengabdian Dan
Pemberdayaan Masyarakat), 3(1), 111–116.
https://doi.org/10.30595/jppm.v3i1.3626
Sukarja, I. made, Sukawana, I. W., & Wedri, N. M. (2018). Spa Kaki Diabetik
Dengan Rendam Air Garam Dan Masase Dengan Virgin Coconut Oil
(VCO) Efektif Memperbaiki Kelembapan Kulit Kaki Pada Diabetes. Jurnal
Gema Keperawatan, 11(2), 104–112.
Suyadi., Rosida., siti R., & A’yuni, H. N. (2019). Perawatan Kaki Dengan
Rendam Air Garam Hangat Pasien Diabetes Melitus. Akademi
Keperawatan YAPPI Sragen, 9(1), 1–11.
Tandra. (2017). Pengetahuan Tentang Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2. In
Keperawatan dan kesehatan masyarakat (Vol. 4, Issue 1).

42
Anani soraya. (2018). Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Diabetes Kadar
Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus. Keperawatan Dan
Kesehatan Masyarakat, 3(2).
Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah. (2019). Profil Kesehatan Sulawesi Tengah.
In Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah.
García Reyes, L. E. (2018). Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Diabetes Melitus.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Imelda, S. I. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya diabetes
Melitus di Puskesmas Harapan Raya Tahun 2018. Scientia Journal, 8(1),
28–39. https://doi.org/10.35141/scj.v8i1.406
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health
Profile2018]. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-
2018.pdf
MAWARN, R. D. P. (2018). Perbedaan Efektivitas Rendam Kaki Air Hangat
Menggunakan Garam Dan Rendam Kaki Air Hangat Tidak Menggunakan
Garam Terhadap Insomnia Lanjut Usia.
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Journal
of Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8), 1–200.
https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201
Saryanti, D., & Nugraheni, D. (2019). Peningkatan Pengetahuan Masyarakat
Tentang Penyakit Diabetes Melitus. JPPM (Jurnal Pengabdian Dan
Pemberdayaan Masyarakat), 3(1), 111–116.
Sukarja, I. made, Sukawana, I. W., & Wedri, N. M. (2018). Spa Kaki Diabetik
Dengan Rendam Air Garam Dan Masase Dengan Virgin Coconut Oil
(VCO) Efektif Memperbaiki Kelembapan Kulit Kaki Pada Diabetes. Jurnal
Gema Keperawatan, 11(2), 104–112.
Suyadi., Rosida., siti R., & A’yuni, H. N. (2019). Perawatan Kaki Dengan
Rendam Air Garam Hangat Pasien Diabetes Melitus. Akademi
Keperawatan YAPPI Sragen, 9(1), 1–11.
Tandra. (2017). Pengetahuan Tentang Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2. In
Keperawatan dan kesehatan masyarakat (Vol. 4, Issue 1).

43
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Jenis kelamin :

Usia :

Alamat :

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa :

Setelah memperoleh penjelasan sepenuhnya menyadari, mengerti dan


memahami tentang tujuan, manfaat, dan resiko yang timbul dalam penelitian ini,
maka saya ikut serta dalam penelitian yang berjudul:

“Penerapan Rendam Air Garam Hangat Untuk Meningkatkan Perfusi Jaringan


Perifer””

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa ada
paksaan dari pihak

Poso, 2021
Yang menyatakan

(…………………)
PENJELASAN SEBELUM PENELITIAN
Saya Ma’riva Adam Mahasiswa dari Poltekkes Kemenkes Palu Jurusan Prodi D-
III Keperawatan Poso yang sedang melakukan penelitian tugas akhir, dengan ini
meminta Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dengan suka rela dalam penelitian yang
berjudul “Penerapan Rendam Air Garam Hangat Untuk Meningkatkan
Perfusi Jaringan Perifer Pada Asuhan Keperawan Pasien Diabetes Melitus
Di RSUD Poso”
1. Tujuan dari penelitian ini adalah Tujuan dari studi kasus ini adalah
Menganalisa teknik perawatan kaki dengan rendam air garam hangat untuk
meningkatkan perfusi jaringan perifer.
2. Manfaat bagi klien kalus berkurang, warna kalus kembali normal, kaku dan
kesemutan sudah hilang, nyeri saat terkena gesekan hilang, tidak ada edema
pada kaki, suhu ujung kaki teraba hangat,CRT <3 detik.
3. Tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah perawatan kaki melalui
rendam kaki dengan air garam hangat.
4. Partisipasi Bapak/Ibu bersifat sukarela, tidak ada paksaan dan Bapak/Ibu
bisa sewaktu-waktu mengundurkan diri dari penelitian ini.
5. Semua data yang telah diberikan selama penelitian disimpan dijaga
kerahasiaannya. Peneliti akan merahasiakan data Bapak/Ibu dengan cara
memberikan inisial sebagai pengganti nama klien yang berarti identitas
Bapak/Ibu hanya diketahui peneliti. Untuk informasi lebih lanjut Bapak/Ibu
dapat menghubungi di nomor telepon 082298793992

Peneliti

(Ma’riva Adam)
(SOP) PENERAPAN RENDAM KAKI AIR GARAM HANGAT
UNTTUK MENINGKATKAN PERFUSI JARINGAN PERIFER
Pengertian Merendam kaki dengan air hangat merupakan
pemberian aplikasi panas pada tubuh untuk
mengurangi gejala rasa tidak nyaman. Terapi
ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan
kelancaran peredaran darah.
Tujuan Tujuan dari penerapan ini adalah Menganalisa
teknik perawatan kaki dengan rendam air
garam hangat untuk meningkatkan perfusi
jaringan perifer.
Tempat Di lakukan di Pavilium RSUD Poso
Petugas Peneliti
Tahap Pra Interaksi Tahap pre interaksi:
1. Mengidentifikasi kebutuan/indikasi
klien
2. Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan
kecemasan diri perawat.
3. Mengumpulkan data tentang pasien
4. Mencuci tangan
5. Menyiapkan alat dan bahan
2) Thermometer
3) Loyang keci
4) 3 sendok garam
5) 2 buah handuk
6) Wadah air atau termos yang
berisi air panas
Tahap Orientasi Berikan salam, tanyakan nama pasien dan
perkenalkan diri
Tahap Kerja 1. Menjaga privasi paien
2. Mencuci tangan
3. Bawa peralatan mendekati tempat tidur
klien
4. Mencampurkan air dingin dengan air panas,
lalu ukur suhunya dengan thermometer
(suhu 30 ̊C-37 ̊C), isi baskom setengah
penuh.
5. Letakan loyang kecil di dekat tempat tidur,
atau di bawah tempat tidur
6. Duduk di tempat tidur dengan dengan kaki
menggantung ke bawah, dan pastika tempat
tidur aman
7. Celupkan dan rendam kaki sampai betis lalu
biarkan 10-15 menit
8. Tutup loyang dengan handuk untuk menjaga
suhu
9. Lakukan pengukuran suhu setiap 5 menit,
jika suhu turun tambahkan air panas sampai
suhu sesuai kembali.
10. Setelah selesai (10-15 menit), angkat kaki
dan keringkan dengan handuk
11. Menjelaskan pada klien bahwa tindakan
telah selesai
12. Rapikan peralatan
13. Mencuci tangan

Fase Terminasi 1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan


yang telah dilakukan
2. Rencana tindak lanjut
3. Kontrak waktu
4. Dokumentasi
Format Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah
Nama Mahasiswa :
Nim :
Nama/Umur :
Jenis Kelamin :
Diagnosa Medis :
Tgl Masuk :

1. Keluhan Utama :

2. Riwayat Kesehatan :
3. Pemeriksaan Fisik :
 Keadaan Umum :
 TTV : TD………………mmHg Suhu…….°C
Nadi…………….X/m P…………X/m
 BB sebelum/sesudah sakit : …………./……………..Kg
 Kesadaran :
 Kepala :

 Muka :

 Mata :

 Telinga :

 Hidung :

 Mulut :

 Gigi :

 Lidah :

 Tenggorokan :
 Leher :

 Dada :

 Abdomen :

 Genetalia :

 Integument :

 Ekstremitas :

4. Pola Kebiasaan Klien


 Nutrisi :

 Eliminasi urin :
 Eliminasi facel :

 Balance cairan :

 Aktivitas :
PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL
(BARTHEL INDEKS)
N SKOR
FUNGSI
O KETERANGAN
0 Tidak terkendali/tidak terukur (perlu
Mengendalikan rangsang buang air besar pencahar)
1
(BAB) 1 Kadang-kadang tidak terkendali
2 (1 x seminggu)
Skor
0 Tidak terkendali/pakai kateter
1 Kadang-kadang tidang terkendali (hanya
2 Mengendalikan rangsang berkemih
1x/24 jam)
2 Mandiri
Skor
0 Perlu pertolongan orang lain
Membersihkan diri (mandi, basuh muka, 1 Mandiri
3
sisir rambut,sikat gigi)

Skor
0 Tergantung pertolongan orang lain
Penggunaan kloset, masuk dan keluar 1 Perlu pertolongan pada beberapa
4 (melepaskan, memakai celana, kegiatan, tetapi dapat mengerjakan
membersihkan, menyiram) sendirih beberapa kegiatan orang lain
2 Mandiri
Skor
0 Tidak mampu
1 Perlu pertolongan memotong makanan
5 Makan
Mandiri
2
Skor
0 Tidak mampu
1 Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2
6 Berubah posisi dari berbaring ke duduk orang)bantuan minimal 1 orang
2 Mandiri
Skor
0 Tidak mampu
1 Bisa pindah dengan kursi roda
7 Berpindah/berjalan
2 Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 Mandiri
Skor
0 Tergantung pada orang lain
1 Sebagian dibantu (Misal mengancing
8 Memakai Baju
baju)
2 Mandiri
Skor
0 Tidak mampu
9 Naik turun tangga 1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
Skor
0 Tergantung orang lain
10 Mandi 1 Mandi

Skor
Total Skor
Keterangan :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
 Istirahat dan tidur :

 Kebiasaan lainnya :

5. Data psikologis, sosiologis, seksual dan spiritual :


Psikologis :

Sosiologis :

Seksual :
Spiritual :

6. Pemeriksaan penunjang (EKG, Laboratorium, Pemeriksaan Radiologi,


dan lain – lain) :
7. Obat-obatan :

No Nama Obat Dosis & Cara Pemberian Manfaat/cara kerja


Analisa Data
Data Masalah & Etiologi

Diagnosis Keperawatan (PES)


Rencana Keperawatan
No Diagnosa & Tujuan Intervensi
Nama Pasien :
Ruangan :
Hari/Tanggal :

Waktu Implementasi Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai