Anda di halaman 1dari 20

fahri m.

koly

Rabu, 07 Mei 2014

makalah baku mutu lingkungan

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr.wb

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin dan kuasaNyalah kita masih diberi
kesempatan, kekuatan lahir batin sehingga kita dapat menjalankan aktivitas sebagaimana mestinya.
Tugas makalah yang kami buat ini dengan judul ”baku mutu lingkungan” adalah merupakan salah satu
persyaratan dan tanggung jawab kami selaku mahasiswa yang masih menuntut ilmu pengetahuan di
salah satu perguruan tinggi.

Kami selaku penyusun untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu secara langsung dalam penyusunan makalah ini, Insya Allah dengan tersusunnya makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua dalam kemajuan dan pengembangan daerah kita yang
tercinta.

Amin....

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Limboto, 3 november 2012

Penyusun

KELOMPOK I

,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ ………….….i

DAFTAR ISI.................................................................................................... …………...…....ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... ………………….1

1.1. Latar Belakang.............................................................. ……………...….1

1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………..………….…2

1.3. Tujuan........................................................................... …………..…….2

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………….…………………………………………3

2.1. pengertian bml …………………………….......................................................3

2.2. jenis jenis bml ……….......................................................... …..…………….6

2.3. penentuan bml ………………………………………………………………………………...10

2.4. penetapan bml…….……..……………………………………………………………...…....17

BAB III PENUTUP .…………………………………………………………………………………………..….21

3.1.Kesimpulan………….…………………………………………………………………….….…..21

3.2. Saran................................................................................... ….………..….21


DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... ……….….…..22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup seyogyanya menjadi acuan bagi kegiatan
berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya alam
serta lingkungan hidup, sehingga keberlanjutan pembangunan tetap terjamin.

Dengan memperhatikan permasalahan dan kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidup dewasa ini,
maka kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup ditujukan pada upaya
mengelola sumber daya alam, baik yang dapat diperbaharui maupaun yang tidak dapat diperbaharui
melalui penerapan teknologi ramah lingkungan, serta menerapkan secara efektif penggunaan indikator-
indikator hidup. Sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya pengelolaan sumber daya alam yang
berkelanjutan seiring meningkatnya kesejahteraan masyarakat serta meningkatnya kualitas lingkungan
hidup sesuai dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan.

Dewasa ini, ada banyak pendapat yang sering terjadi di masyarakat, misalnya seseorang mengatakan
bahwa sungai telah tercemar, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa sungai tersebut masih baik.
Untuk mengatasi perbedaan pendapat yang sering terjadi, dan supaya seseorang tidak memandang
sesuatu dari sudut kepentingannya sendiri, maka perlu adanya tolok ukur yang dapat digunakan
bersama. Di antaranya yaitu untuk mengatakan atau menilai bahwa lingkungan telah rusak atau
tercemar, dipakai baku mutu lingkungan. Penetapan baku mutu lingkungan diperlukan untuk mencegah
terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia.

1.2 rumusan masalah

1. Apakah yang di maksud dengan baku mutu lingkungan?

2. Apakah jenis jenis baku mutu lingkungan?

3. Bagaimanakah penerapan baku mutu lingkungan?


4. Bagaimanakah penentuan baku mutu lingkungan?

1.3 Tujuan

Setelah membaca makalah yang berjudul “Baku Mutu Lingkungan” pembaca diharapkan:

Dapat memahami pengertian baku mutu lingkungan

Dapat mengetahui jenis-jenis baku mutu lingkungan

Dapat mengetahui penerapan baku mutu lingkungan

Dapat mengetahui penentuan baku mutu lingkungan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Baku Mutu Lingkungan

Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat
di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda
lainnya.

Menurut pengertian secara pokok, baku mutu adalah peraturan pemerintah yang harus dilaksanakan
yang berisi spesifikasi dari jumlah bahan pencemar yang boleh dibuang atau jumlah kandungan yang
boleh berada dalam media ambien. Secara objektif, baku mutu merupakan sasaran ke arah mana suatu
pengelolaan lingkungan ditujukan. Kriteria baku mutu adalah kompilasi atau hasil dari suatu pengolahan
data ilmiah yang akan digunakan untuk menentukan apakah suatu kualitas air atau udara yang ada
dapat digunakan sesuai objektif penggunaan tertentu.

Contoh kriteria:

Kriteria bahan pencemar dalam media air untuk kehidupan ikan:

Konsentrasi Pencemar (mg/l)

Pengaruh terhadap Ikan

0,01

Tidak ada pengaruh

0,05

Ikan menderita dalam taraf rendah

0,1

Kematian telah terjadi masih dalam tingkat rendah

0,5

Tidak ada yang dapat hidup

Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan
aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan
baku mutu lingkungan.

Pada saat ini, pencemaran terhadap lingkungan berlangsung di mana-mana dengan laju yang sangat
cepat. Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya limbah
industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat.

Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan menjadi:

Pencemaran air

Pencemaran udara

Pencemaran tanah

Baku mutu untuk mencegah berlimpahnya limbah sehingga mengakibatkan baku mutu lingkungan tidak
memenuhi syarat penghidupan bagi manusia.
Kemampuan lingkungan sering diistilahkan dengan daya dukung lingkungan, daya toleransi dan daya
tenggang, atau istilah asingnya disebut carrying capacity.Sehubungan dengan batu mutu lingkungan, ada
istilah nilai ambang batas yang merupakan batas-batas daya dukung, daya tenggang dan daya toleransi
atau kemampuan lingkungan. Nilai ambang batas tertinggi atau terendah dari kandungan zat-zat,
makhluk hidup atau komponen-komponen lain dalam setiap interaksi yang berkenaan dengan
lingkungan khususnya yang mempengaruhi mutu lingkungan. Jadi jika terjadi kondisi lingkungan yang
telah melebihi nilai ambang batas (batas maksimum dan minimum) yang telah ditetapkan berdasarkan
baku mutu lingkungan maka dapat dikatakan bahwa lingkungan tersebut telah tercemar.

Adanya peraturan perundangan (nasional maupun daerah) yang mengatur baku mutu serta peruntukan
lingkungan memungkinkan pengendalian pencemaran lebih efektif karena toleransi dan atau
keberadaan unsur pencemar dalam media (maupun limbah) dapat ditentukan apakah masih dalam
batas toleransi di bawah nilai ambang batas (NAB) atau telah melampaui.

Dasar hukum baku mutu lingkungan terdapat dalam Undang-undang No. 4 Tahun 1982 Pasal 15 yang
berbunyi sebagai berikut: “Perlindungan lingkungan hidup dilakukan berdasarkan baku mutu lingkungan
yang diatur dengan peraturan perundang-undangan.”

Adapun penjelasannya sebagai berikut:

“Agar dapat ditentukan telah terjadi kerusakan lingkungan hidup perlu ditetapkan baku mutu
lingkungan, baik penetapan kriteria kualitas lingkungan hidup maupun kualitas buangan atau limbah.
Kriteria dan pembakuan ini dapat berbeda untuk setiap lingkungan, wilayah atau waktu mengingat akan
perbedaan tata gunanya. Perubahan keadaan lingkungan setempat serta perkembangan teknologi akan
mempengaruhi kriteria dan pembakuan yang telah ditetapkan.”

Apabila pada suatu saat ada industri yang membuang limbahnya ke lingkungan dan telah memenuhi
baku mutu lingkungan, tetapi kualitas lingkungan tersebut mengganggu kehidupan manusia, maka yang
dipersalahkan bukan industrinya. Apabila hal tersebut terjadi, maka baku mutu lingkungannya yang
perlu dilihat kembali, hal ini mengingat penjelasan dari Undang-undang No. 4 Tahun 1984 Pasal 15,
seperti tersebut di atas.

Adapun langkah-langkah penyusunan baku mutu lingkungan:

Identifikasi dari penggunaan sumber daya atau media ambien yang harus dilindungi (objektif sumber
daya tersebut tercapai).

Merumuskan formulasi dari kriteria dengan menggunakan kumpulan dan pengolahan dari berbagai
informasi ilmiah.

Merumuskan baku mutu ambien dari hasil penyusunan kriteria.

Merumuskan baku mutu limbah yang boleh dilepas ke dalam lingkungan yang akan menghasilkan
keadaan kualitas baku mutu ambien yang telah ditetapkan.
Membentuk program pemantauan dan penyempurnaan untuk menilai apakah objektif yang telah
ditetapkan tercapai.

B. Jenis-Jenis Baku Mutu Lingkungan

Sehubungan dengan fungsi baku mutu lingkungan maka dalam hal menentukan apakah telah terjadi
pencemaran dari kegiatan industri atau pabrik dipergunakan dua buah sistem baku mutu lingkungan
yaitu:

1. Effluent Standard

Effluent Standard merupakan kadar maksimum limbah yang diperbolehkan untuk dibuang ke
lingkungan.

2. Stream Standard

Stream Standard merupakan batas kadar untuk sumberdaya tertentu, seperti sungai, waduk, dan danau.
Kadar yang diterapkan ini didasarkan pada kemampuan sumberdaya beserta sifat peruntukannya.
Misalnya batas kadar badan air untuk air minum akan berlainan dengan batas kadar bagi badan air
untuk pertanian.

Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam keputusannya No. KEP-
03/MENKLH/II/1991 telah menetapkan baku mutu air pada sumber air, baku mutu limbah cair, baku
mutu udara ambien, baku mutu udara emisi dan baku mutu air laut.

Dalam keputusan tersebut yang dimaksud dengan:

Baku mutu air pada sumber air, disingkat baku mutu air, adalah batas kadar yang diperolehkan bagi zat
atau bahan pencemar terdapat dalam air, namun air tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya;

Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk
dibuang dari sumber pencemaran ke dalam air pada sumber air, sehingga tidak menyebabkan
dilampauinya baku mutu air;

Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar
terdapat di udara, namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan
dan benda;

Baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk
dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu
udara ambien;

Baku mutu air laut adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain yang ada
atau harus ada, dan zat atau bahan pencemar yang ditenggang adanya dalam air laut.

Baku Mutu Air dan Limbah Cair


Kriteria mutu air diterapkan untuk menentukan kebijaksanaan perlindungan sumberdaya air dalam
jangka panjang, sedangkan baku mutu air limbah (effluent standard) dipergunakan untuk perencanaan,
perizinan, dan pengawasan mutu air limbah dan pelbagai sektor seperti pertambangan dan lain-lain.

Kriteria kualitas sumber air di Indonesia ditetapkan berdasarkan pemanfaatan sumber-sumber air
tersebut dan mutu yang ditetapkan berdasarkan karakteristik suatu sumber air penampungan tersebut
dan pemanfaatannya.

Badan air dapat digolongkan menjadi 5, yaitu:

Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan
terlebih dahulu.

Golongan B, yaitu air baku yang baik untuk air minum dan rumah tangga dan dapat dimanfaatkan untuk
keperluan lainnya tetapi tidak sesuai untuk golongan A.

Golongan C, yaitu air yang baik untuk keperluan perikanan dan peternakan, dan dapat dipergunakan
untuk keperluan lainnya tetapi tidak sesuai untuk keperluan tersebut pada golongan A dan B.

Golongan D, yaitu air yang baik untuk keperluan pertanian dan dapat dipergunakan untuk perkantoran,
industri, listrik tenaga air, dan untuk keperluan lainnya, tetapi tidak sesuai untuk keperluan A, B, dan C.

Golongan E, yaitu air yang tidak sesuai untuk keperluan tersebut dalam golongan A, B, C, dan D.

Untuk melindungi sumber air sesuai dengan kegunaannya, maka perlu ditetapkan baku mutu limbah cair
dengan berpedoman kepada alternatif baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan dalam Keputusan
Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-03/MENKLH/II/1991. Baku mutu limbah
cair tersebut ditetapkan oleh gubernur dengan memperhitungkan beban maksimum yang dapat
diterima air pada sumber air.

Baku mutu air dan baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan oleh gubernur dimaksudkan untuk
melindungi peruntukan air di daerahnya. Dengan demikian harus diperhatikan dalam setiap kegiatan
yang menghasilkan limbah cair dan yang membuang limbah cair tersebut ke dalam air pada sumber air.
Limbah cair harus memenuhi persyaratan:

Mutu limbah cair yang dibuang ke dalam air pada sumber air tidak boleh melampaui baku mutu limbah
cair yang telah ditetapkan.

Tidak mengakibatkan turunnya kualitas air pada sumber air penerima limbah.

Hal tersebut mengharuskan agar setiap pembuangan limbah cair ke dalam air pada sumber air,
mencantumkan kuantitas dan kualitas limbah.
Baku Mutu Udara

Baku mutu udara ambien dan emisi ditetapkan dengan maksud untuk melindungi kualitas udara di suatu
daerah.

Baku mutu udara ambien dan emisi limbah gas yang dibuang ke udara harus mencantumkan secara jelas
dalam izin pembuangan gas. Semua kegiatan yang membuang limbah gas ke udara ditetapkan mutu
emisinya dalam pengertian:

Mutu emisi dari limbah gas yang dibuang ke udara tidak melampaui baku mutu udara emisi yang telah
ditetapkan.

Tidak menyebabkan turunnya kualitas udara.

Baku mutu udara ambien terdiri dari 9 jenis:

Sulfur dioksida;

Karbon monoksida;

Oksida nitrogen;

Oksida;

Hidrogen sulfida;

Hidrokarbon;

Amoniak;

Timah hitam/timbal;

Debu.

Baku mutu udara ambien

Parameter

Baku mutu

Waktu

SO2, ug/M3 (ppm)

260 (0.1)
24 jam

CO ug/M3 (ppm)

2.260 (20)

8 jam

NOx ug/M3 (ppm)

92.5 (0.05)

24 jam

O3 ug/M3 (ppm)

200 (1.0)

1 jam

Debu ug/M3 (ppm)

260

24 jam

Pb ug/M3 (ppm)

60

24 jam

H2S ug/M3 (ppm)

42 (0.03)

30 menit

NH3 ug/M3 (ppm)

1.360 (2)

24 jam

HC ug/M3 (ppm)

160 (0.24)

3 jam
(KepMen KLH. No. 02/MENKLH/1988): 9

C. Penentuan baku mutu lingkungan

Intisari Kepmen LH No.02 thn 1988 ttg Pedoman Penentuan Baku Mutu Lingkungan

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP

NOMOR: KEP-02/MENKLH/I/1988 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN BAKU MUTU LINGKUNGAN

BAB I

PENENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:

1. Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen
lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam,
sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya;

2. Air adalah semua air yang terdapat di dalam dan atau berasal dari sumber air yang terdapat di atas
permukaan tanah, tidak termasuk air yang terdapat di laut;

3. Sumber air adalah tempat dan wadah air yang terdapat di atas permukaan tanah, seperti sungai,
danau, waduk;

4. Baku mutu air pada sumber air, disingkat baku mutu air, adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi
zat atau bahan pencemar terdapat dalam air, namun air tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya;

5. Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk
dibuang dari sumber pencemaran ke dalam air pada sumber air, sehingga tidak mengakibatkan
dilampauinya baku mutu air;

6. Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen
lain ke udara dan atau berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam,
sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

7. Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar
terdapat di udara, namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan,
dan atau benda;
8. Baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk
dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu
udara ambien;

9. Pencemaran air laut, disingkat pencemaran laut, adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam laut oleh kegiatan manusi34a atau oleh proses alam,
sehingga kualitas air laut turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan laut menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

10. Baku mutu air laut adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain yang ada
atau harus ada, dan zat atau bahan pencemar yang ditenggang adanya dalam air laut;

11. Sumber pencemaran adalah setiap kegiatan yang membuang atau mengeluarkan zat atau bahan
pencemar, yang dapat berbentuk cair, gas atau partikel tersuspensi dalam kadar tertentu ke dalam
lingkungan;

12. Zat atau bahan pencemar adalah zat atau bahan dalam bentuk cair, gas atau partikel tersuspensi
dalam kadar tertentu di lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup,
tumbuh-tumbuhan dan atau benda;

13. Gubernur adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I;

BAB II

BAKU MUTU AIR PADA SUMBER AIR

Pasal 2

(1) Air pada sumber air menurut kegunaannya digolongkan menjadi:

a. golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan
terlebih dahulu;

b. golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan
keperluan rumah tangga;

c. golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan;

d. golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan
untuk usaha perkotaan, industri, listrik tenaga air.

(2) Baku mutu air bagi golongan air sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) pasal ini adalah

sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Surat Keputusan ini.

Pasal 3
(1) Gubemur menetapkan peruntukan air pada sumber air dengan mempergunakan daya dukung air
pada sumber air sebagai dasar pertimbangan.

(2) Setelah diterapkan peruntukan air pada sumber air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini,
Gubernur menetapkan baku mutu air untuk peruntukan tersebut dengan berpedoman pada baku mutu
air sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I Surat Keputusan ini.

(3) Baku mutu air sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Pasal ini ditetapkan dengan memperhatikan
daya dukung air pada sumber air

Pasal 4

(1) Setelah ditetapkan peruntukan air pada sumber air dan baku mutu air untuk peruntukan tersebut,
Gubernur menetapkan baku mutu limbah cair dengan berpedoman pilihan alternatif baku mutu limbah
cair sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II Surat Keputusan ini.

(2) Baku mutu limbah cair sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini ditetapkan dengan
memperhitungkan beban maksimum yang dapat diterima pada sumber air.

Pasal 5

(1) Untuk setiap kegiatan yang membuang limbah cair ke dalam air pada sumber air ditetapkan mutu

limbah cairnya, dengan pengertian :

a. mutu limbah cair yang dibuang ke dalam air pada sumber air tidak melampaui baku mutu limbah cair
yang telah ditetapkan, dan

b. tidak mengakibatkan turunnya kualitas air pada sumber air penerima limbah tersebut.

(2) Kuantitas dan kualitas limbah cair yang dibuang ke dalam air pada sumber air harus dicantumkan

secara jelas dalam izin pembuangan limbah cair.

Pasal 6

Apabila terdapat hal yang bersifat khusus dalam rnenetapkan baku mutu air dan baku mutu limbah cair,
Gubernur berkonsultasi dengan Menteri.

BAB III

BAKU MUTU UDARA

Pasal 7
(1) Gubernur menetapkan baku mutu udara ambien untuk propinsi daerah tingkat I dengan
berpedoman pada baku mutu udara ambien sebagaimana dimaksud dalam Lampiran III Surat Keputusan
ini.

(2) Baku mutu udara ambien sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) pasal ini ditetapkan dengan
memperhitungkan kondisi udara setempat.

(3) Untuk mengetahui kondisi udara sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (2) Pasal ini, Gubemur

berkonsultasi dengan Badan Meteorologi dan Geofisika Departemen Perhubungan.

Pasal 8

Setelah ditetapkan baku mutu udara ambien, Gubernur menetapkan baku mutu udara emisi dengan
berpedoman pada baku mutu udara emisi sebagaimana dimaksud dalam Lampiran IV Surat Keputusan
ini.

Pasal 9

(1) Untuk setiap kegiatan yang membuang limbah gas ke udara ditetapkan mutu emisi, dengan

pengertian :

a. mutu emisi dari limbah gas yang dibuang ke udara tidak melampaui baku mutu udara emisi yang
ditetapkan, dan

b. tidak mengakibatkan turunnya kualitas udara.

(2) Mutu emisi dari limbah gas yang dibuang ke udara harus dicantumkan secara jelas dalam izin

pembuangan limbah gas.

Pasal 10

Apabila terdapat hal yang bersifat khusus dalam menetapkan baku mutu udara ambien dan baku mutu
udara emisi, Gubernur berkonsultasi dengan Menteri.

BAB IV

BAKU MUTU AIR LAUT

Pasal 11

(1) Pemanfaatan perairan pesisir menurut peruntukannya antara lain adalah :


a. kawasan pariwisata dan rekreasi untuk mandi dan renang;

b. kawasan pariwsata dan rekreasi untuk umum dan estetika,

c. kawasan budidaya biota laut;

d. kawasan taman laut dan konservasi;

e. kawasan untuk bahan baku dan proses kegiatan pertambangan dan industri;

f. kawasan sumber air pendingin untuk kegiatan pertambangan dan industri.

(2) Baku mutu air laut perairan pesisir untuk kawasan peruntukan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) Pasal ini :

a. untuk kawasan pariwisata dan rekreasi untuk mandi dan renang adalah sebagaimana dimaksud
dalam. Lampiran V Surat Keputusan ini;

b. untuk kawasan pariwisata dan rekreasi untuk umum dan estetika adalah sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran VI Surat Keputusan ini:

c. untuk kawasan budidaya biota laut adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran VII Surat
Keputusan ini;

d. untuk kawasan taman laut dan konservasi adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran VIII Surat
Keputusan ini;

e. untuk kawasan bahan baku dan proses kegiatan pertambangan dan industri adalah sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran IX Surat Keputusan ini;

f. untuk kawasan sumber air pendingin untuk kegiatan pertambangan dan industri adalah sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran X Surat Keputusan ini.

Pasal 12

(1) Penetapan kawasan peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a, b, c, e, dan f
dilakukan oleh Gubernur berkonsultasi dengan instansi lain yang berkaitan dan memperhatikan kondisi
perairan pesisir yang bersangkutan.

(2) Penetapan perairan pesisir sebagai kawasan taman laut dan konservasi dimintakan pengesahannya
kepada Menteri Kehutanan.

BAB V

KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 13

Untuk kegiatan yang telah berjalan dan mempunyai potensi menimbulkan pencemaran lingkungan
ditetapkan mutu limbahnya dengan mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 1 Tahun 1985 tanggal 27 Juli 1985.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 14

(1) Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

(2) Apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan akan dibetulkan sebagaimana semestinya.

D. Penerapan Baku Mutu Lingkungans

Baku mutu lingkungan dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya dalam penerapan
baku mutu limbah cair pada pembuangan limbah cair melalui penetapan beban pencemaran maksimum.
Untuk itu digunakan perhitungan sebagai berikut

Beban Pencemaran Maksimum (BPM)

BPM = (Cm)j x Dm x A x f…………………………..(II. 1. 1)

Keterangan:

BPM = Beban Pencemaran Maksimum yang diperbolehkan, dinyatakan dalam kg parameter per hari

(Cm)j = kadar maksimum parameter j dinyatakan dalam mg/I.

Dm = Debit limbah cair maksimum dinyatakan dalam L limbah cair per detik per hektar.

A = luas lahan kawasan yang terpakai dinyatakan dalam hektar

F = faktor konversi =

1 kg 24 x 3600 detik

——————x———————- = 0.086….(II. 1.2)

1000000 mg hari
Beban pencemaran sebenarnya dihitung dengan cara sebagai berikut

BPA = (CA)j x (DA) x f …………… (II.2. 1)

Keterangan:

BPA = beban pencemaran sebenarnya, dinyatakan dalam kg parameter per hari

(CA)j = kadar sebenarnya parameter j, dinyatakan dalam mg/l

DA = debit limbah cair sebenarnya, dinyatakan dalam liter/detik

f = faktor konversi = 0.086

Evaluasi

Penilaian beban pencemaran adalah:

BPA tidak boleh melewati BPM

Contoh Penerapan

Data yang diambil dari lapangan untuk penerapan Baku Mutu Limbah Cair Kawasan Industri adalah:

Luas areal kawasan industri yang terbangun (A) [hektar, ha]

Kadar sebenarnya (CA) untuk setiap parameter [mg/liter]

Debit limbah hasil pengukuran (DA) [liter/detik]

Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri

Parameter

Kadar Maksimum

(mg/liter)

Beban Pencemaran Maksimum

(kg/hari/ha)

BOD5

50

4.3
COD

100

8.6

TSS

200

17.2

pH

6.0 – 9.0

Debit limbah cair maksimum: 1 L per detik per HA lahan kawasan yang terpakai.

Contoh perhitungan:

Suatu kawasan industri mempunyai luas lahan kawasan terpakai 1500 hektar. Parameter dari tabel di
atas yang akan dijadikan contoh perhitungan adalah parameter (j) BOD.

Dari tabel tersebut diketahui:

Debit maksimum yang diperbolehkan (Dm) = 1 liter/detik/ha

Untuk parameter BOD diketahui:

Kadar maksimum (Cm) = 50 mg/liter

Beban maksimum yang diperbolehkan = 4.3 kg/hari/ha

Data lapangan

Kadar BOD hasil pengukuran (CA) = 60 mg/liter

Debit hasil pengukuran (DA) = 1000 liter/detik

Luas lahan kawasan terpakai (A) = 1500 ha

Beban pencemaran maksimum parameter BOD yang diperbolehkan untuk kawasan industri tersebut
(persamaan II. 1.1) adalah:

BPM = Cm x Dm x f x A
= 50 x 1 x 0.086 x 1500

= (4.3 kg/hari/ha) x 1500 ha

= 6450 kg/hari

Beban pencemaran sebenarnya untuk parameter BOD kawasan industri tersebut (persamaan II. 2.1)
adalah:

BPA = CA x DA x f

= 60 x 1000 x 0.086

= 5160 kg/hari

Dari contoh di atas, BPA (5160 kg/hari) lebih kecil daripada BPM (6450 kg/hari), jadi untuk parameter
BOD kawasan tersebut memenuhi Baku Mutu Limbah Cair.

BAB III

PENUTUP

1.KESIMPULAN

1. Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar
terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau
benda lainnya.

Jenis-jenis baku mutu lingkungan, baku mutu air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambien, baku
mutu udara emisi, dan baku mutu air laut.

Baku mutu untuk mencegah berlimpahnya limbah sehingga mengakibatkan baku mutu lingkungan tidak
memenuhi syarat penghidupan bagi manusia.

2.saran
Kita sebagai manusia yang tinggal di bumi tercinta ini, harus bersama sama menjaga
lingkungan kita, karna mesalah lingkungan merupakan tanggung jawab kita bersama.

DAFTAR PUSTAKA

http//:google.com/baku-mutu-lingkungan

Darsono, Valentinus. 1992. Pengantar Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.

http://docs.google.com/gview?url=agus_dh.staff.gunadarma.ac.id

baku+mutu+lingkungan+dan+Mekanisme+pemantauan+%28presentation%29.pdf&chrome=true

http://www.pdfgemi.com/book/hubungan-limbah-dengan-baku-mutu-lingkungan-pdf.html

Anda mungkin juga menyukai