Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakekatnya semua agama memiliki hari suci atau hari-hari besar.Dimana setiap
agama mempunyai keyakinan akan adanya Sang Pencipta, masing-masing agama
mempunyai hari raya tertentu yang dianggap suci,kramat atau sakral yang tidak
dilewatkan begitu saja tanpa disertai dengan suatu upacara.Meskipun dalam
pelaksanaannya secara sederhana itu sudah cukup yang terpenting adalah keikhlasan.

Hari-hari suci keagamaan mempunyai hubungan erat dengan yajna. Yang melatar


belakangi adanya yajna adalah adanya hutang yang terikat oleh manusia yaitu Tri
Rna,bagian-bagiannya yaitu : Dewa Rna ( hutang kepada Tuhan),Rsi Rnam (hutang
kepada para Rsi), dan Pitra Rna (hutang kepada leluhur).Demikian pula dengan agama
Hindu yang banyak memiliki hari-hari suci keagamaan. Hari- hari suci merupakan hari
peyogaan Hyang Widhi dengan segala manifestasi-Nya. Oleh karena itu, pada hari-hari
tersebut merupakan hari yang baik untuk melakukan Yadnya. Yadnya ini dilakukan oleh
umat manusia hal ini sebagai penghormatan dan pemujaan terhadap Hyang Widhi, atas
segala karunia-Nya yang tidak terbatas dan atas sinar suci-Nya kepada semua kehidupan
di dunia ini. Jika dalam agama Hindu, persembahyangan satu hari dilaksanakan tiga kali,
pada pagi, siang, dan sore. Itu persembahyangan yang rutin sebutannya Tri Sandya
tergolong dalam jenis Nitya Yajna. Dalam Agama Hindu khususnya di Bali, juga
memiliki hari raya yang didasarkan pada sasih/bulan yaitu Purnama dan Tilem. Hari
Raya Purnama dan Tilem merupakan bagian dari Naimitika Yadnya (ritual yang
dilakukan pada waktu tertentu dan sudah terjadwal).  Hindu-Bali di Indonesia, yang
mempunyai adat, budaya, kebiasaan, dan upakara yang terus dilaksanakan sampai saat ini
dengan berbagai jenis banten/sarana upakara serta perbedaan tata pelaksanaannya di
desa,kala,patra di masing-masing daerah.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu,


a) Apa itu hari suci Purnama Tilem ?
b) Apa makna hari suci Purnama Tilem?
c) Bagaimana upacara dewa yajna dalam hari suci Purnama Tilem di Desa Ubud?
d) Apa saja banten atau upakara dalam pelaksanaan yajna ini?

1.3 Tujuan
Dalam penulisan laporan ini bertujuan :
a) Untuk mengetahui Hari Suci Purnama dan Tilem
b) Untuk mengetahui makna Hari Suci Purnama dan Tilem.
c) Untuk mengetahui perbedaan Hari Raya Purnama dan Tilem.
d) Untuk mengetahui sedikit lebih dalam akan sarana/banten upacara serta tata
pelaksanaan upacara.

1.4 Manfaat
1. Sebagai media perenungan diri terkait dengan pemaknaan Hari Suci Purnana dan
Tilem.
2. Sebagai media penumbuhan rasa kebaktian terhadap pelaksanaan Hari Suci
Purnama dan Tilem.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dewa Yajna

Dewa Yadnya adalah persembahan yang tulus ikhlas kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa
beserta segala bentuk manifestasi-Nya. Dewa berasal dari kata Div yang artinya sinar atau
cahaya suci. Seperti halnya cahaya yang berasal dari matahari, demikianlah para Dewa adalah
sumber dari sang pencipta yaitu Sang Hyang Widhi Wasa.Dewa sebagai manifestasinya
Tuhan memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda seperti misalnya Dewa Wisnu, Dewa
Brahma, Dewa Iswara dan yang lainnya memiliki kekuasaan yang berbeda, tetapi para Dewa
tetap bersumber dari Tuhan. Dengan demikian pemujaan dan persembahan yang ditujukan
kepada para Dewa pada dasarnya adalah ditujukan kepada Tuhan.

Pelaksanaan Dewa Yadnya adalah karena adanya hutang kepada Sang Hyang Widhi Wasa
yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya termasuk di dalamnya adalah manusia.
Manusia bisa memanfaatkan isi alam ini dengan semuanya bersumber dan diciptakan oleh
Tuhan. Hutang ini disebut dengan Dewa Rna. Atas dasar itu umat Hindu sewajibnya berbhakti
kepada Sang Hyang Widhi dengan melaksanakan persembahan dalam bentuk Dewa
Yadnya.Pelaksanaan Dewa Yadnya dapat dilakukan dengan berbagai bentuk. Aktivitas
kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan menjadi Yadnya dengan cara melaksanakan semua
aktivitas yang didasari oleh kesadaran, keikhlasan, penuh tanggung jawab dan menjadikan
aktivitas tersebut sebagai persembahan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Pelaksanaan Dewa Yadnya memiliki tujuan antara lain :

1. Untuk menyatakan rasa terima kasih kepada Tuhan.


2. Sebagai ungkapan rasa bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

3
3. Sebagai jalan untuk memohon perlindungan dan waranugraha serta permohonan
pengampunan atas segala dosa.
4. Sebagai pengejawantahan ajaran Weda.
Pada dasarnya Yadnya itu bertujuan untuk membayar hutang (Rna) yaitu hutang budi dan hutang
kepada Tuhan (Sang Hyang Widhi Wasa). Karena berkat Yadnya kepada Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, alam semesta beserta isinya ini diciptakan. Para Dewa adalah cahaya atau sinar Tuhan
(Ida Sang Hyang Widhi Wasa) yang dikuasakan untuk menjaga alam semesta beserta isinya.
Karena itu para Dewa harus dipuaskan dengan pelaksanaan yadnya-yadnya yang sudah
ditentukan dalam Veda. Selanjutnya ada berbagai jenis Yadnya yang  dilakukan manusia untuk
mencapaikan perasaan atau pengharapannya, misalnya untuk memohon penyucian, permohonan
maaf tentunya dengan berbagai jenis persembahannya dengan tujuan akhir dipersembahkan
kepada Tuhan (Sang Hyang Widhi Wasa).

Perlu diketahui bahwa segala kebutuhan hidup masyarakat disediakan oleh para Dewa sebagai
administrator-administrator alam semesta. Tidak ada seorangpun di dunia ini dapat membuat
sesuatu untuk dirinya sendiri, misalnya manusia tidak dapat membuat beras, demikian juga air,
api, udara, tanah dan eter. Tanpa kekuatan Tuhan (Sang Hyang Widhi Wasa) tidak mungkin ada
sinar matahari, hujan, angin dan lain sebagainya yang berlimpah-limpah dan tanpa ada unsur itu
seseorang tidak dapat hidup. Jadi Yadnya yang kita persembahkan adalah sebagai wujud balas
budi serta wujud bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala karunia-Nya.

2.2 Upacara Dewa Yajna Pada Hari Raya Purnama dan Tilem

Purnama dan Tilem adalah hari suci bagi umat Hindu, dirayakan untuk memohon berkah dan
karunia dari Sang Hyang Widhi Wasa. Hari Purnama, sesuai dengan namanya, jatuh setiap
malam bulan penuh (Sukla Paksa). Sedangkan hari Tilem dirayakan setiap malam pada waktu
bulan mati (Krsna Paksa). Kedua hari suci ini dirayakan setiap 30 atau 29 hari sekali. Pada
hari Purnama dilakukan pemujaan terhadap Sang Hyang Chandra, sedangkan pada hari Tilem
dilakukan pemujaan terhadap Sang Hyang Surya. Keduanya merupakan manifestasi dari Sang
Hyang Widhi Wasa yang berfungsi sebagai pelebur segala kekotoran (mala). Pada kedua hari

4
suci ini hendaknya diadakan upacara persembahyangan dengan rangkaiannya berupa upakara
yadnya.

Pada hari Purnama dan Tilem ini sebaiknya umat melakukan pembersihan lahir batin. Karena
itu, di samping bersembahyang mengadakan puja bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa untuk memohon anugrah-Nya, umat juga hendaknya melakukan pembersihan badan
dengan air. Kondisi bersih secara lahir dan batin ini sangat penting karena dalam jiwa yang
bersih akan muncul pikiran, perkataan dan perbuatan yang bersih pula. Kebersihan juga sangat
penting dalam mewujudkan kebahagiaan, terutama dalam hubungan dengan pemujaan kepada
Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Umat Hindu memiliki hari raya yang didasarkan pada sasih/bulan yaitu Purnama dan Tilem.
Hari suci ini dirayakan setiap 15 hari sekali dalam setiap bulannya. Jadi dapat disimpulkan
dalam 1 tahunnya umat Hindu merayakan 12 kali hari raya Purnama dan 12 kali hari raya
Tilem. Pada hari Purnama umat Hindu memuja Sang Hyang Chandra. Dan pada hari raya
Tilem umat Hindu memuja Sang Hyang Surya. Kombinasi hari suci Purnama dan Tilem ini
merupakan penyucian terhadap Sang Hyang Rwa Bhinneda yaitu Sang Hyang Surya dan
Chandra. Pada waktu gerhana bulan beliau dipuja dengan Candrastawa (Somastawa) dan pada
waktu gerhana matahari beliau dipuja dengan Suryacakra Bhuwanasthawa. 

2.3 Makna Hari Suci Purnama dan Tilem


Hari Suci Purnama dan Tilem memiliki makna-makna khusus bagi umat Hindu yaitu :

1) Sasih Kapat (Purnama Kapat)


Pada hari Purnama Kapat ini merupakan beryoganya Sang Hyang Purusa Sangkara yang diiringi
oleh Para Dewa, Rsigana, Dewa Pitara atau leluhur semuanya. Pada hari suci ini umat Hindu
melakukan pemujaan kepada-Nya, khusus untuk para Pandhita wajib melakukan yoga dengan
Suryasewana dan Candrasewana. Dalam melakukan pemujaan kepada Sang Hyang Candra patut
mempersembahkan penek jenar, prayascita luwih, pareresikan, daging ayam, dan menghaturkan
pula segehan agung. Untuk para widyadara dan widyadari dihaturkan sesayut widyadari di

5
tempat tidur dan untuk para leluhur juga menghaturkan suci lengkap. Untuk para bhuta
dipersembahkan segehan agung 1 soroh. Semua itu dilakukan sebagai wujud bhakti untuk
memohon kedirgayusan dan kesucian.

Pada saat Tilem sasih Kapat, umat Hindu hendaknya melakukan penyucian diri dan
memusnahkan kecemaran diri, yang disebut pamugpug raga roga, dengan mengahaturkan canang
wangi di sanggah, menghaturkan satu soroh sesayut widyadari di atas tempat tidur guna memuja
Sang Hyang Widyadara Widyadari, untuk memohon ketenangan pikiran dalam melakukan tugas
sehari-hari. Pada tengah malam hendaknya melakukan monabrata, memuja Ida Sang Hyang
Widhi Wasa.

2) Sasih Kapitu
Sehari sebelum Tilem sasih kapitu disebut Hari Raya Siwaratri. Pada malam harinya umat Hindu
melakukan brata siwaratri yang terdiri dari mona brata yang artinya tidak berbicara, upawasa
yang artinya tidak makan dan minum, dan jagra yang artinya tidak tidur dari pagi sampai pagi
kembali. Pada malam ini Bhatara Siwa melakukan Yoga Samadhi, yang hendaknya umat Hindu
mengikuti pula dengan melakukan penyucian diri melalui palukatan atau prayascita. Keesokan
harinya yaitu pada Tilem Kapitu umat Hindu melakukan pabersihan diri kembali serta
melakukan pemujaan di sanggah atau parahyangan masing-masing.

3) Sasih Kasanga
Pada sasih kasanga tepatnya pada Tilem sasih kasanga merupakan hari penyucian para Dewa dan
waktu untuk melakukan Bhuta Yadnya. Pada Tilem kasanga hendaknya melakukan pecaruan di
perempatan desa pakraman serta menghaturkan segehan di depan rumah. Esok harinya umat
Hindu melakukan Catur Brata Penyepian yang bertepatan dengan Hari Raya Nyepi atau tahun
baru Caka.
4) Sasih Kadasa
Pada saat Purnama Kadasa merupakan pujawali kehadapan Sang Hyang Surya Amrta di setiap
parahyangan dengan menghaturkan suci, daksina, ajuman, ajengan, wewangian, dan pareresikan.
Pada hari ini umat hendaknya melakukan penyucian diri dengan prayascita.

6
2.4 Tujuan Hari Suci Purnama dan Tilem
I. Purnama
Umat Hindu meyakini bahwa kelahirannya di dunia ini tidak lepas dari pengaruh
karma dan masa lalunya. Sisa-sia karma dimana hidup yang terdahulu disebut dengan
karma wasana. Maka pada saat purnama kita juga hendaknya mengadakan
pembersihan secara lahir dan batin. Karena itu,disamping bersembahyang mengadakan
puka bakti kehadapan Ida Sang hyang Widhi untuk memohon anugerahNya,juga kita
hendaknya mengadakan pembersihan dengan air (mandi yang bersih). Kondisi bersih
secara lahir batin di dalam kehidupan ini sangat perlu,karena di dalam tubuh dan jiwa
yang bersih akan muncul pemikiran,perkataan,dan perbuatan yang bersih pula
sehingga tercapai kebahagiaan. Jadi,kebersihan sangat penting artinya untuk bisa
tercapai suatu kebahagiaan,lebih-lebih dalam hubungannya dengan pemujaan kepada
Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Hari suci ini dirayakan dengan tujuan untuk
membersihkan diri secara lahir batin serta mendekatkan diri kehadirat Tuhan.
II. Tilem
Persembahan hari suci Tilem ini dimaksudkan agar umat Hindu yang tekun
melaksanakan persembahan dan pemujaan pada hari Tilem,ketika meninggal rohnya
tidak diberikan jalan yang sesat (neraka),namun sebaliknya agar diberikan jalan ke
swarga loka oleh Sang Hyang Yamadipati (Lontar Purwana Tattwa Wariga). Hari suci
ini dirayakan dengan tujuan untuk menumpas kegelapan tersebut berupa hawa nafsu
jahat yang disebut dengan Sad Ripu,yaitu : Kama (hawa nafsu),Kroda
(kemarahan),Lobha(Tamak),Moha(Keterikatan),Mada(Kesombongan),Matsarya(Iri
Hati/Kebencian).

7
2.5 Banten Hari Suci Purnama dan Tilem
Secara sederhana,banten adalah persembahan dan sarana bagi umat Hindu mendekatkan diri
dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,sang Pencipta. Setiap desa,kala,patra berbeda dalam
penghaturan banten saat melaksanakan Hari Suci Purnama dan Tilem. Salah satunya daerah
yaitu Ubud,pada kawasan ini biasanya menghaturkan banten diantaranya :

A. Pesucian (Pabersihan)
Pesucian (Pabersihan) ini berfungsi sebagai sarana penyucian atau pabersihan.
Dimana struktur tata letak isi banten ini diantaranya :

Alasnya memakai ceper,diatasnya ditempeli 7 (tujuh) buah celemik/tangkih yang


masing-masing berisi sarana pabersihan seperti :
1. Ambuh (daun pucuk,daun pandan harum atau daun delem yang diiris iris, dan
kelapa parut);
2. Sisig (jajan dibakar hingga gosong);
3. Minyak wangi
4. Tepung kuning (kakosok kuning);
5. Asem (sarana pencuci perut berupa buah-buahan yang masam);
6. Tepung Tawar (dibuat dari beras,kunir,daun dadap ditumbuk);
7. Wija/Bija. (beras yang direndam dengan air).
8. Diatas semuanya itu diletakkan sebuah Canang Payasan

8
9. Dan terahkir,beri Canang Sari di bagian paling atas banten.

B. Ajuman
Soda/ajuman dipakai sarana untuk memuliakan, mengagungkan Hyang Widhi dan
lambang keteguhan/kokoh.
Unsur-unsur dalam banten ajuman ini diantaranya :
1. Tamas atau Taledan (Tamas lambang cakra yaitu berarti kekosongan yang
murni,dan Taledan merupakan lambang catur marga yang sebagai sarana
memmuliakan Sang Hyang Widhi);
2. Buah pisang,jajan,dan buah-buahan (merupakan persembahan hasil kerja keras
dan rasa syukur atas anugerah yang telah diberikan);
3. Nasi berbentuk penek bundar sebanak dua buah (lambang keteguhan atau
kekokohan batin dalam mengagungkan Tuhan,jika dalam diri manusia adalah
simbol Sumsuma atau Pinggala yang menyangga manusia);
4. Rerasmen/Lauk-pauk (berisi saur,terong,ikan teri,kacang,telur,garam,sambal
yang merupakan symbol makan dari bhuana agung yang dipersembahkan);
5. Sampian Plaus (dibuat dari janur kemudian dirangkai dengan melipatnya
seperti bentuk kipas yang memiliki makna symbol keteguhan hati);
6. Canang Sari ( yang memiliki makna dari inti pikiran dan niat yang suci sebagai
tanda bhakti dan hormat kepada Ida Sang Hyang Widhi).

Dalam pelaksanaan/penghaturan banten-banten ini biasanya di kawasan daerah Ubud dilakukan


pada saat pagi hari sekitar jam 6-11.Menurut kepecayaan atau tradisi, pada rentang jam 6-11
merupakan saat dimana sang surya belum melewati titik tengah bumi sehingga baik dilaksanakan
persembahan.

No Nama Makna Banten Gambar


Banten

9
1 Pesucian Merupakan alat-alat yang dipakai
untuk menyucikan Ida Bhatara
dalam suatu upacara keagamaan.
Secara instrinsik mengandung
makana filosofis bahwa sebagai
manusia harus senantiasa menjaga
kebersihan phisik dan kesucian Gambar 1 Pesucian (Pabersihan).
rohani (cipta rasa dan karsa), www.googleimages.com
karena Hyang Widhi itu maha suci
maka hanya dengan kesucian
manusia dapat mendekati dan
menerima karunia Beliau. 
2 Ajuman Ajuman disebut juga soda
(sodaan) yang mempunyai makna
tersendiri yaitu sebagai
persembahan ataupun melengkapi
daksina suci pebersihan,dan lain-
lain.

Gambar 2 Ajuman
www.googleimages.com

10
Banten ini hanya dihaturkan untuk pelinggih-pelinggih jika di bale rumah,dapur,motor dll
dihaturkan canang sari saja.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hari-hari suci dalam Agama Hindu mempunyai ikatan erat dalam yajna. Ada 3 hutang
yang melatarbelakangi akan adanya yajna yaitu Tri Rna. Salah bagian dari Tri Rna adalah
Dewa Rna yaitu hutang kepada para dewa.Dimana dalam pelunasan hutang manusia
terhadap para dewa perlu dilakukan sebuah yajna tepatnya dewa yajna yaitu pengorbanan
kepada para dewa dengan hati yang tulus ikhlas. Yajna dapat dibagi menjadi dua jenis
dalam waktu pelaksanaannya yaitu, Naimitika Karma Yajna ( yajna dilakukan pada hari-
hari tertentu) dan Nitya Karma Yajna (yajna yang dilakukan sehari-hari). Salah satu hari
suci yang datang pada hari-hari tertentu adalah hari suci Purnama dan Tilem,yang saling
berkaitan satu sama lain. Saat hari suci purnama selain melakukan persembahyangan dan
persembahan diwajibkan melakukan pebersihan diri. Juga saat hari suci Tilem yang
diwajibkan melakukan persembahyangan agar roh kita saat meninggal nanti kan diberi
jalan yang baik,mendapat perlindungan,serta mendekatka diri kepada Ida Sang Hyang
Widhi. Di kawasan Desa Ubud biasanya menghaturkan banten pesucian dan ajuman di
masing-masing pelinggih yang dihaturkan saat pagi hari. Pada saat sasih/bulan-bulan
tertentu hari suci Purnama dan Tilem memiliki berbagai makna khusus.
3.2 Saran
Berdasarkan uraian diatas hendaknya kita menyadari bahwa nilai sebuah yajna bukan
ditentukan oleh tingkatan yadnya, namun bagaimana cara kita belajar untuk iklas, tulus,
penuh kasih sayang dan didasari oleh hati yang suci nirmala dalam melaksanakan sebuah
pengorbanan (yajna). Serta,kita sebagai penganut agama hindu seharusnya belajar dan
menumbuhkan rasa ingin tahu akan cara pembuatan banten/sarana upacara,atau
pelaksanaan yajna tersebut dan sebagainya yang terkait dengan yajna itu sendiri.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://deelylovina.blogspot.co.id/2012/11/upacara-dewa-yadnya-pada-hari-raya.html Diakses
pada tanggal 17 Oktober 2017.

https://dapurilmuagama.wordpress.com/2015/01/15/8/ Diakses pada tanggal 17 Oktober 2017.

https://imadeyudhaasmara.wordpress.com/2014/08/14/makna-canang-sari-daksina-peras-pejati-
ajuman-sesayut/ Diakses pada tanggal 17 Oktober 2017.

https://www.google.co.id/search?
biw=1366&bih=613&tbm=isch&sa=1&q=banten+pesucian&oq=banten+pesucian&gs_l=psy-
ab.3..0.461911.464709.0.465018.9.8.1.0.0.0.186.803.0j5.5.0....0...1.1.64.psy-
ab..3.6.805...0i7i30k1j0i13k1.0.N3rJknLkzF0 Diakses pada tanggal 17 Oktober 2017.

http://hindualukta.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-dan-makna-banten-ajuman.html Diakses
pada tanggal 17 Oktober 2017.

Jayawijayananda,Ida Pandhita Mpu. 2003. Tetandingan Lan Sorohan Bebanten. Surabaya :


Paramita.

Arwati, Ni Made Sri. 2011. Banten – Banten Khusus. Denpasar : Pelawa Sari.

www.googleimages.com

12
DAFTAR LAIN

DAFTAR LAMPIRAN

a.Gambar wawancara dengan narasumber

Narasumber : Ni Putu Sutaira Wraspita Mirah Gambar 3. Wawancara dengan narasumber


Pegawai di SMA N 1 Dok.pribadi penulis

Gianyar.

b. Hasil wawancara dengan narasumber

1. Pertanyaan : “Bagaimana pandangan yajna dari sudut pandang ibu sendiri?”

Jawaban :”Secara umum, yajna itu kan korban suci yang tulus
ikhlas. Itu sifatnya tidak paksaan,seberapapun yang kemampuan kita,seberapapun
yang kita miliki,jika sudah tulus ikhlas menghaturkan kehadapan Ida Sang Hyang
Widhi itu sudah disebut yajna”.

2. Pertanyaan :”Sudah berapa jauh implementasi atau penerapan langsung


yajna dalam kehidupan sehari-hari ibu?”

13
Jawaban :”Ya.. dalam kehidupan sehari-hari kan ada 2 jenis
ya,seperti kita banten saiban itu kan yajna,itu yajna setiap hari.Kalau yajna
sewaktu-waktu misalnya piodalan itu kan,ke pura itu sewaktu-waktu.

3. Pertanyaan :”Seberapa penting yajna bagi ibu?”

Jawaban :”Yajna itu sebenarnya penting ya,karena Keini merupakan


sesuatu tulus dari hati kita yang kita persembahkan baik kepada Dewa,itu kan ada 5
yajna, manusia,leluhur,makhluk hidup itu kan korban suci. Jadi itu sangat
penting,tapi sekarang berbalik lagi,kita harus ikhlas.Jangan samapi yajna itu dibikin
sebagai ajang untuk pamer atau sebaliknya itu.

Kesimpulan wawancara :

Narasumber menekankan informasi pada bagian tingkatan yajna seperti saat kita
melaksanakan yajna seberapapun kita miliki yang penting kita menghaturka dengan
perasaan ikhlas ini termasuk tingkatan Nista.Bagian lainnya yaitu Madya dan
Utama.Jenis-jenis yajna berdasarkan tingkat waktu pelaksanaan yaitu, Nitya Karma
Yajna (Yajna yang dilakukan setiap hari) seperti yang dikatakan narasumber seperti
mebanten saiban dan Naimitika Karma Yajna (Yajna yang dilakuka sewaktu-waktu)
seperti adanya piodalan di pura. Narasumber berpendapat bahwa yajna itu sangat
penting untuk dilakukan,juga dalam pelaksanaanya jangan dibuat sebagai ajang
pamer,seperti adanya 3 kualitas yajna yaitu : Tamasika Yajna,Satwika Yajna,dan
Rajasika Yajna.

14
15

Anda mungkin juga menyukai