Anda di halaman 1dari 23

Latar Belakang

Hubungan Bilateral Indonesia Singapura telah menunjukkan peningkatan di


berbagai bidang kerjasama terutama hubungan kerjasama politik, hubungan
kerjasama ekonomi dan hubungan kerjasama  sosial budaya. Selain itu kunjungan
antara sesama pejabat Pemerintah maupun swasta di kedua negara  telah  memberikan
kontribusi yang besar bagi pengembangan hubungan kerjasama dan peningkatan
investasi di kedua negara.
Hubungan diplomatik Indonesia- Singapura dilakukan  secara resmi pada
bulan September 1967, yang dilanjutkan dengan pembukaan  kedutaan besar masing-
masing negara.  Secara politik, pada dasarnya hubungan Indonesia–Singapura
mengalami fluktuasi didasarkan isu permasalahan  menyangkut kepentingan nasional
masing-masing negara, namun demikian kedua negara memiliki fondasi dasar yang
kuat untuk  memperkuat dan meningkatkan  hubungan kedua negara  yang lebih 
konstruktif, pragmatis dan  strategis. Penandatanganan  Perjanjian Ekstradisi dan
Perjanjian Kerja Sama Pertahanan antara kedua negara di Bali tanggal 27 April 2007
salah satu  koridor hukum  bagi  palaksanaan dan peningkatan hubungan bilateral
kedua negara, meskipun masih diperlukan pendekatan-pendekatan  pada teknis
pelaksanaannya.
Di bidang ekonomi, Singapura  dengan  luas negara 682.7 km2  dan populasi 
penduduk sekitar 4.657.542  jiwa  telah tumbuh menjadi negara  yang memiliki
kekuatan ekonomi yang besar, karena menjadi perlintasan transaksi  jasa ekonomi di
dunia. Oleh karena itu  peningkatan  hubungan kerjasama antara Singapura  dan
Indonesia sebagai  bagian dari upaya pendekatan  good  neighbour policy  merupakan
peluang  kerjasama yang saling mengungtungkan.
Dalam hubungan kerjasama ekonomi,  Indonesia dan Singapura saling
melengkapi dan memiliki  tingkat komplementaritas  yang tinggi. Indonesia memilki
sumberdaya alam dan  sumber daya manusia yang besar  sedangkan  Singapura
memiliki kemampuan  pengetahuan dan tehnologi tinggi, jaringan  ekonomi  serta

1|Page
sumber daya keuangan yang besar. Kondisi ini  menjadikan Indonesia dan  Singapura
saling membutuhkan dan saling melengkapi  satu sama lain. Selain itu, di bidang
sosial budaya, kedua negara juga telah mendorong usaha-usaha untuk  meningkatkan
kerjasama   pendidikan, kebudayaan, pariwisata  serta hubungan people to people
contact.
Kerangka hubungan kerjasama Indonesia dan Singapura  tersebut di atas, 
telah menjadi landasan dasar  bagi pengembangan hubungan bilateral Indonesia-
Singapura yang lebih mengikat,  salah satunya melalui kunjungan antara Kepala
Negara/Kepala Pemerintahan kedua negara yang  menghasilkan kespakatan-
kesepakatan susbtansial  untuk meningkatkan dan mengambangakan hubungan
kerjasama bilateral kedua negara.
Dalam kunjungan Presiden RI ke Singapura pada tanggal  12 November 2009,
Presiden RI telah melakukan pertemuan bilateral  dengan PM Lee Hsien Loong,
kunjungan kehormatan  kapada Presiden Singapura, S.R. Nathan dan Minister
Mentor   Singapura, Lee Kuan Yew. Dalam pertemuan Bilateral dengan Presiden  RI 
tersebut, PM Singapura menyampaikan beberapa pandangan antara lain : 

1. Perlunya penyelenggaraan retreat  para menteri kedua negara, untuk


mereview hubungan yang selama ini  telah terjalin dengan baik, sehingga
kedua negara dapat melakukan stock taking atas berbagai capaian kerjasama,
dan sekaligus memproyeksikan langkah-langkah yang perlu dilakukan;
2. Kerjasama kedua negara dalam konteks Joint Steering Committee
(JSC)  dan Joint Working Group (JWG) on Economic Cooperation in the
Islands of Batam, Bintan dan Karimun  telah meraih kemajuan  terlepas dari
sejumlah masalah yang harus diselesaikan.
3. Masih ada kesalahpahaman yang sering terjadi dalam upaya pengembangan 
hubungan kedua negara;

2|Page
4. Komitmen mendorong peningkatan investasi Singapura di Indonesia yang
dapat membantu pertumbuhan ekonomi, dan pada gilirannya akan
menciptakan lapangan kerja di Indonesia.
5. Perlunya ASEAN untuk terus menjadi  driving force dalam pengembangan
kerjasama kawasan.  Raihan kerjasama  antara ASEAN dengan negara-negara
mitra wicara, seperti dalam kerangka ASEAN-AS dan ASEAN+3
mencerminkan sikap ASEAN yang selalu terbuka untuk  bekerjasama dengan
negara-negara di luar kawasan serta menekankan  ASEAN
menjadi center dalam setiap kerjasama regional di kawasan Asia Tenggara

Menanggapi hal tersebut, Presiden RI  menyampaikan beberapa hal antara lain :

1. Menyambut gembira hubungan bilateral Indonesia dan Singapura yang telah


berkembang  dengan kokoh. Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya
untuk terus meningkatkan hubungan persahabatan antara Indonesia dan
Singapura. Permasalahan yang terjadi antara Indonesia dan Singapura
merupakan bagian dari proses yang selalu terjadi  di antara kedua negara.
Berbagai permasalahan pendingyang ada tidak akan pernah melunturkan
semangat untuk terus melakukan upaya-upaya peningkatan  hubungan kedua
negara di barbagai bidang.
2. Menyambut baik gagasan pelaksanaan retreat  bilateral yang akan dilakukan
pada waktu 6 (enam) bulan mendatang.  Melalui retreat  ini akan
dilakukan stock taking, khususnya  guna mereview kerjasama yang dilakukan
selama ini.
3. Dalam kerangka ASEAN, ASEAN+3 telah mencapai kemajuan-kemajuan
yang berarti dan ASEAN perlu  mengembangkan kerjasama dengan negara
lain termasuk  dengan India dan negara penting lainnya.
4. Dalam kaitan dalam negeri, proses reformasi masih berlangsung di Indonesia. 
Indonesia masih membutuhkan waktu untuk merekonstruksi berbagai macam

3|Page
aspek terkait dengan upaya  pembangunan nasional Indonesia serta perubahan
perilaku dalam melaksanakan hal tersebut.
5. Indonesia  mengundang partisispasi  sektor swasta Singapura untuk
mendukung pembangunan nasional Indonesia. Indonesia telah berhasil
meminimalisir  dampak dari  krisis keuangan global terhadap  perekonomian
negara. 

Selain hal tersebut, kedua negara juga sepakat untuk bersama-sama


mensukseskan  pertemuan PBB tentang  perubahan iklim  yang akan berlangsung di
Copenhagen, Denmark.  Kedua negara berharap ada suatu mekanisme kerjasama
yang efektif  untuk mensukseskan pertemuan PBB tentang  perubahan iklim di
Copenhagen, Denmark  bulan Desember mendatang.

Komitmen-komitmen tersebut akan menjadi landasan  kerjasama  untuk dapat


dilaksanakan  pada tingkat yang lebih teknis dalam kerangka mencapai sasaran  dan
tujuan kerjasama bilateral  Indonesia dan Singapura.  Mekanisme retreat  bilateral
Indonesia-Singapura yang akan dilakukan enam bulan mendatang akan menjadi
media evaluasi  terhadap  posisi kerjasama Indonesia-Singapura dan merumuskan
target  kemajuan  yang hendak dicapai secara bersama-sama.

Berkenaan dengan hal tersebut, kiranya Departemen/ instansi  di Indonesia yang


terkait dengan kerjasama Indonesia-Singapura melakukan langkah-langkah
koordinasi  yang lebih intensif untuk dapat menyiapkan dan merumuskan evaluasi
komprehensif  kerjasama Indonesia-Singapura  dan merumuskan posisi dasar
kerjasama Indonesia-Singapura  pada isu-isu aktual yang menjadi  pokok perhatian
kedua negara. Sehingga mekanisme retreat bilateral Indonesia-Singapura enam bulan
mendatang akan  memenuhi target dan tujuan sesuai dengan keinginan untuk
meningkatkan hubungan kerjasama bilateral kedua negara yang saling
menguntungkan.

4|Page
Hubungan Bilateral Indonesia-Singapura

I. Politik

Sejak tampilnya pemerintahan baru di Indonesia dan Singapura pada semester


ke-2 tahun 2004, hubungan bilateral Indonesia-Singapura mengindikasikan
perkembangan yang lebih positif dan konstruktif. Saling kunjung antar Kepala
Pemerintahan kedua negara dan pejabat tinggi lainnya juga menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Indikasi positif ini juga telah mendorong pengembangan
sektor-sektor kerjasama baru yang saling menguntungkan dan kemajuan upaya
penyelesaian outstanding issues. Pernyataan PM Lee Hsien Loong di Parlemen pada
19 Januari 2005 dan pernyataan Menlu George Yeo di Parlemen pada 18 Januari
2005, 17 Oktober 2005 dan 2 Maret 2006 mengindikasikan pentingnya kedudukan
Indonesia bagi Singapura dan kemajuan dalam hubungan bilateral Indonesia-
Singapura, khususnya menyangkut upaya penyelesaian outstanding issues.
Pada pertemuan informal Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan PM
Singapura Lee Hsien Loong di Bali, 3-4 Oktober 2005  memenuhi usulan PM
Singapura, kedua kepala pemerintahan ini sepakat memparalelkan perundingan 3
perjanjian kerjasama yaitu perjanjian kerjasama pertahanan, perjanjian ekstradisi dan
perjanjian counter-terrorism.
Kunjungan kenegaraan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono ke
Singapura 15-16 Pebruari 2005, kunjungan kerja Presiden RI ke Singapura pada 6-7
Agustus 2006 dan pertemuan informal Presiden RI dengan PM Lee Hsien Loong di
sela-sela Pertemuan Tahunan Forbes Global CEO Conference ke-6 di Singapura pada
4 September 2006 telah memantapkan pengertian bersama kedua negara untuk
mengembangkan jalinan hubungan bilateral dengan spektrum elemen substansi seluas
mungkin, sementara secara simultan memajukan pembicaraan mengenai penyelesaian
berbagai outstanding issues. Peran menonjol Pemerintah dan masyarakat Singapura

5|Page
dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada korban bencana alam gempa bumi
dan Tsunami di Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam Aceh pada 26
Desember 2004, bencana gempa dasar laut di dekat Pulau Nias dan Pulau Simeleu
Maret 2005, bencana gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah dan tsunami di
Pangandaran 2006 tersebut telah berpengaruh positif terhadap persepsi publik tertentu
Indonesia terhadap Singapura, dan merupakan faktor positif lain bagi perkembangan
hubungan baik kedua negara.

II. Ekonomi

1.   Hubungan Ekonomi Bilateral

Pada dasarnya kedua negara memiliki tingkat komplementaritas ekonomi


yang tinggi. Di satu sisi, Singapura mempunyai keunggulan di sektor knowledge,
networking, financial resources dan technological advance. Sementara Indonesia
memiliki sumber daya alam dan mineral yang melimpah serta tersedianya tenaga
kerja yang kompetitif.
Sebagai negara yang wilayahnya kecil, pasar domestiknya sangat terbatas dan
sumber daya alamnya langka, Singapura sangat menggantungkan perekonomiannya
pada perdagangan luar negeri. Oleh karena itu pula Singapura sangat berkepentingan
terhadap sistem perdagangan internasional yang terbuka dan bebas di bawah naungan
WTO. Guna mengamankan kepentingannya, Singapura tidak hanya mengandalkan
pada proses negosiasi multilateral, sejak 1999 Singapura telah mulai menjajagi
bentuk-bentuk pengaturan perdagangan bilateral. Belakangan dengan tersendatnya
proses negosiasi di WTO, Singapura semakin gencar menempuh langkah-langkah
bilateral dan regional yang diyakini dapat mengakselerasi proses liberalisasi
perdagangan dan memperkuat sistem perdagangan multilateral.

6|Page
Pada dasarnya hubungan bilateral Indonesia-Singapura memiliki fondasi yang
sangat kuat yang dibuktikan dengan telah ditandatanganinya berbagai Kesepakatan
ataupun Perjanjian antara kedua negara. Selain itu, untuk fondasi kerjasama ekonomi
khususnya antara Singapura dengan Batam dan Riau, kedua negara memiliki Legal
Framework yang kokoh dengan ditandatanganinya beberapa Persetujuan antara lain:

 Basic Agreement on Economic and Technical Cooperation yang


ditandatangani di Singapura 29 Agustus 1974;
 Perjanjian Kerjasama Ekonomi dan Teknik RI-Singapura (1977);
 Perjanjian Kerjasama Ekonomi dan Teknik untuk Pengembangan Pulau
Batam (31 Oktober 1980);
 Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda/P3B (1990);
 Persetujuan Kerjasama Ekonomi dalam rangka Pengembangan Propinsi
Riau (28 Agustus 1990);
 Perjanjian Peningkatan dan Perlindungan Penanaman Modal (P4M/IGA)
ditandatangani pada 16 Februari 2005. Indonesia meratifikasi pada Februari
2006;
 Framework Agreement on Economic Cooperation in the Island of Batam,
Bintan and Karimun (SEZ’s), 25 Juni 2006.

Pemberdayaan sektor swasta juga sudah kembali meningkat yang ditandai


dengan cukup tingginya kegiatan kunjungan antara para pelaku usaha kedua negara.
Sebagai hasilnya, semakin meningkatnya transaksi perdagangan dan investasi kedua
negara. Sesuai dengan data dari International Enterprise Singapore Indonesia
merupakan mitra dagang terbesar ke-5 Singapura dengan total nilai perdagangan
mencapai S$ 54 milyar (2005) yang mengalami peningkatan cukup signifikan
dibandingkan tahun 2004 yang mencapai nilai S$ 30,1 milyar. Ekspor Indonesia ke
Singapura mencapai S$ 16,4 milyar sementara impornya mencapai S$ 13,7 milyar

7|Page
2. Perdagangan

Hubungan dan kerjasama bilateral Singapura – Indonesia dibidang ekonomi,


perdagangan dan investasi sepanjang enam bulan pertama 2006 tidak sebaik tahun
sebelumnya. Ekspor Singapura-Indonesia pada Kuartal II/2006, menurut IE
Singapore, mencapai S$ 2,7 juta sementara pada Kuartal I/2006 mencapai S$ 2,9 juta
setelah tahun 2005 mencapai 11.95 juta. Penurunan yang mencapai 1,4% dari Kuartal
I/2006 dan hampir 18% jika dibandingkan tahun 2005 ini menurut IE Singapore
disebabkan oleh lemahnya ekspor produk elektronik dan non-elektronik.
Ekspor produk elektronik ke Indonesia pada Kuartal I/2006 tumbuh hanya
1,4% dibanding 2005 yang mencapai 9,3%. Lemahnya ekspor ini merupakan dampak
dari menurunnya penjualan consumer electronics (- 25%) dan parts of PCs (- 14%).
Sedangkan penurunan ekspor non-elektronik yang hanya tumbuh 1,3% pada Kuartal
I/2006 dari 22% pada 2005 adalah dampak dari rendahnya ekspor power machinery (-
57%). Sedangkan ekspor Indonesia ke Singapura menurut BPS, pada 2004 mencapai
S$16.4 juta, sementara importnya mencapai S$13.7 juta. Tiga produk utama
penyumbang pertumbuhan tersebut masing-masing adalah machinery & equipment,
S$5,498 Juta, mineral Fuels, S$ 3,360 Juta, serta Chemicals, 1,681 juta. Sementara
Impor Singapura-Indonesia pada 2005 mencapai S$12,989 juta. Impor utama
Singapura dari Indonesia pada tahun 2005 meliputi peralatan kantor dan alat-alat data
processing, produk petroleum refinery, dan mesin-mesin data processing. Sementara
ekspor utama Singapura ke Indonesia pada tahun yang sama meliputi produk
petroleum, electrical machinery, dan peralatan perkantoran dan data processing.
Neraca perdagangan antara Indonesia-Singapura selama 5 tahun terakhir
(2001-2005) menunjukkan posisi surplus bagi Indonesia pada 2001,2002, 2003,
sedangkan pada tahun 2004 dan 2005 Indonesia mengalami defisit masing-masing
sebesar US$  84,87 juta dan US$ 1,63 milyar (meningkat sebesar 1,826,78%). Defisit
terjadi akibat impor migas yang besar dari Singapura ke Indonesia pada dua tahun

8|Page
terakhir. Pada 2004 defisit perdagangan migas sebesar US$ 2,95 milyar dan pada
2005 tercatat sebesar US$ 5,77 milyar. Dalam perdagangan non-migas (2001-2005)
Indonesia tetap surplus. Pada 2005 Indonesia mencatat surplus sebesar US$ 4,13
milyar sedangkan tahun 2004 tercatat surplus sebesar US$ 2,86 milyar. Pada tahun
2006 (Januari - Maret) perdagangan Indonesia defisit sebesar US$ -67,9 juta. Defisit
disebabkan perdagangan migas tahun 2005 defisit US$  -5,7 milyar, sedangkan non-
migas masih mencatat surplus sebesar US$ 4,1 milyar.
Ekspor Indonesia ke Singapura pada 2005 sebesar US$ 7,83 milyar,
meningkat 30,64% dibandingkan dengan ekspor pada 2004 sebesar US$ 6.0 milyar
(ekspor non-migas pada 2005 sebesar US$. 7,07 milyar, meningkat 31,13%
dibandingkan ekspor non-migas 2004 sebesar US$ 5,39 milyar).  Pada tahun 2006
(Januari-Maret) nilai ekspor tercatat sebesar sebesar US$ 1,9 milyar naik sebesar 9,9
% dibandingkan periode yang sama tahun 2005 tercatat sebesar US$ 1,7 milyar.
Ekspor non-migas sebesar US$ 5,3 milyar dan ekspor migas sebesar US$ 607,2  juta.
Impor Indonesia dari Singapura  pada 2005 sebesar US$ 9,47 milyar, naik 55,7%
dibandingkan 2004 sebesar US$ 6,08 milyar  Impor non-migas tahun 2005 sebesar
US$. 2,94 milyar, meningkat sebesar 16,2% dibandingkan 2004 sebesar US$ 2,53
milyar. Impor migas pada 2005 sebesar US$ 6,53 milyar, naik 83,77% dibandingkan
impor 2004 sebesar US$ 3,55 milyar. Pada tahun 2006 (Januari-Maret) nilai impor
tercatat sebesar sebesar US$ 2  milyar naik sebesar 8,9% dibandingkan periode yang
sama tahun 2005 tercatat sebesar US$ 1,8 milyar. Impor migas sebesar US$ 6,5
milyar dan impor non-migas US$ 2,9  milyar.
Data  Re-Ekspor  Singapura- Indonesia: menurut “Statlink” Indonesia
merupakan negara mitra dagang kelima terbesar bagi Singapura. Re-ekspor
Singapura-Indonesia tahun 2004 tercatat sebesar US$ 18,44 dan pada tahun 2005
tercatat sebesar US$ 20,42 milyar.

9|Page
3. Investasi

Indonesia telah menandatangani Investment Guarantee Agreement / IGA


dengan Singapura pada tanggal 16 Pebruari 2005. Pada 1 Februari 2006 Pemerintah
Indonesia telah meratifikasi perjanjian tersebut.
Dalam periode 2000-2004 (lima tahun) investasi Singapura di Indonesia
sebesar US$ 6,4 milyar pada 868 proyek. Apabila dihitung secara persetujuan
kumulatif (cummulative approvals) dari 1967 s/d Februari 2005 tercatat sebesar US$
24,58 milyar dan menempati posisi ketiga besar, di bawah Jepang dan Inggeris.
Dalam tahun 2005 (Januari-Desember) investor Singapura telah menanamkam
modalnya sebesar US$ 3,69 milyar sekitar sepertiga dari total PMA (FDI) tahun 2005
dan merupakan investor pada peringkat pertama.
Menurut data BKPM Singapura menempati urutan teratas dengan nilai
investasi mencapai US $ 806 juta (per 1 Januari – 30 Juni 2006) Meskipun lebih
menyukai investasi bersifat “portofolio”, Singapura berhasil menggeser posisi Jepang
yang sebelumnya merupakan investor terbesar di Indonesia. Investasi Singapura di
Indonesia lebih banyak tersebar di wilayah Batam, Bintan dan Riau, namun
Singapura juga memiliki kerjasama yang erat dengan berbagai propinsi di Sumatera.

4. Tenaga Kerja Indonesia

Tenaga kerja Indonesia di Singapura sebagian besar masih tergolong pada


unskilled labor yaitu Penata Laksana Rumah Tangga, dengan perkiraan jumlah
mencapai sekitar 50.000 orang. Meskipun Singapura masih ketergantungan pada
tenaga kerja asing (TKA) mengingat relatif kecilnya jumlah penduduk dan jumlah
angkatan kerja, namun tenaga skilled ataupun semi-skilled dari Indonesia masih
belum dapat memanfaatkan peluang-peluang yang cukup besar di Singapura.
Pemerintah Singapura masih lebih mengutamakan tenaga kerja kasar (unskilled

10 | P a g e
labor) dari Malaysia, Bangladesh, China, India, yang notabene merupakan bagian dari
struktur penduduk Singapura.
Upaya KBRI Singapura selama ini untuk mendatangkan tenaga kerja terampil
bekerja di Singapura telah mencapai tahap realisasi dengan tibanya 14 (empat belas)
tenaga perawat Indonesia di Singapura pada November 2002 untuk bekerja di rumah
sakit Gleneagles, Mount Elizabeth serta East Shore. Ke-14 perawat tersebut berhasil
melalui ujian tertulis, wawancara serta pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh
Singapore Nursing Board (SNB) dan Parkway Group Healthcare. Periode percobaan
akan berlangsung selama 3 bulan dan dapat diperpanjang untuk 3 bulan berikutnya.
Sejauh ini, tanggapan pihak rumah sakit maupun SNB mengenai ke-14 tenaga
perawat tersebut sangat positif.
Sementara para pekerja magang Indonesia di bidang hotel dan restoran masih
terus berjalan. Perkembangan jumlahnya tidak terlalu fluktuatif dan pada tahun 2004
berjumlah sekitar 500 orang. Pendataan mengenai jumlah pekerja magang Indonesia
di Singapura belum dapat dilakukan secara akurat mengingat tidak semua agen
penyalurnya mau melaporkan kedatangan para trainee tersebut, meskipun KBRI
sudah menghimbau mereka. Tidak adanya ketentuan bagi mereka untuk melaporkan
para trainee Indonesia menjadi salah satu kendala bagi penyusunan statistik trainee
yang tepat.
Upaya-upaya lain yang telah dijajaki antara lain adalah kemungkinan pekerja
di sektor jasa kesehatan (radiolog dan healthcare assistant), operator alat-alat berat di
bidang konstruksi, mekanik serta arsitek.

11 | P a g e
III.  Fungsi Sosial & Budaya

1. Perbaikan Citra

Dalam upaya meningkatkan citra Indonesia di Singapura, KBRI Singapura


pada 2006 secara berkala telah melakukan pendekatan dan penggalangan terhadap
media massa, termasuk redaktur, wartawan dan kalangan pers pada umumnya. KBRI
Singapura senantiasa melakukan pembinaan dan menjalin hubungan dengan media
setempat secara konsisten, baik melalui pertemuan formal maupun informal.
Pembinaan tersebut dimaksudkan untuk mengajak media Singapura untuk turut
membangun image positif mengenai Indonesia serta hubungan Indonesia – Singapura
sehingga tercipta pemahaman masyarakat yang obyektif. Kepala Perwakilan RI juga
senantiasa memenuhi undangan untuk wawancara langsung, baik di TV, Radio dan
media cetak mengenai berbagai isu. KBRI Singapura beberapa kali juga telah
memberikan counter information terhadap berbagai pemberitaan mengenai Indonesia
yang tidak sesuai dengan kenyataannya.
Kebijakan KBRI Singapura dalam hal memperbaiki citra Indonesia juga
melibatkan masyarakat / pelajar Indonesia di Singapura untuk berpartisipasi dalam
setiap kegiatan. Salah satunya adalah KBRI telah membantu dalam upaya
membentuk suatu wadah perhimpunan mahasiswa Indonesia di Singapura yang
selama ini sempat vakum. Suatu payung organisasi mahasiswa tersebut berhasil
didirikan pada Maret 2006 dengan nama Perhimpunan Pelajar Indonesia di Singapura
(PPI Singapura). Keterlibatan mahasiswa dan pemuda ataupun kelompok masyarakat
lainnya dalam upaya mempromosikan Indonesia telah banyak dilakukan secara rutin
pada berbagai kesempatan. Dalam hal ini, KBRI Singapura telah menyiapkan segala
fasilitas dan tempat latihan dan telah dimanfaatkan secara berkala.

12 | P a g e
2. Seni & Budaya

Disamping itu juga dilakukan koordinasi sosial budaya dan kesenian untuk
memperkenalkan seni budaya Indonesia di Singapura dalam bentuk misi kesenian dan
studi banding dari Indonesia. Kegiatan ini dilakukan melalui kerjasama dengan
lembaga pendidikan, lembaga pariwisata, organisasi masyarakat dan pihak-pihak
terkait lainnya, baik yang ada di Indonesia maupun di Singapura. Dengan
memfasilitasi pembentukan Indonesia Singapore Friendship Association (ISFA),
KBRI Singapura telah membantu upaya peningkatkan kerjasama people-to-people
contact di bidang sosial dan kebudayaan antara kedua negara.

3. Pendidikan

KBRI Singapura juga bertugas mengelola dan membina Sekolah Indonesia


Singapura (SIS) yang jumlah muridnya lebih kurang 140 orang siswa, dari tingkat
Taman Kanak-kanak sampai dengan tingkat Lanjutan Atas. Kepala Sekolah dan
sebagian para guru adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dep. Pendidikan Nasional
namun sebagian guru adalah non-PNS. Pembinaan yang dilakukan, tidak hanya
terhadap Kepala Sekolah dan para guru tetapi juga terhadap murid agar kegiatan
belajar mengajar dapat terlaksana secara baik dan benar. Disamping itu, pembinaan
tersebut dimaksudkan juga agar SIS dapat bersaing dan menjalin kerjasama dengan
sekolah-sekolah lokal sehingga perlu peningkatan kualitas pendidikan serta
pengajaran. KBRI Singapura juga telah mengesahkan pembentukan Komite Sekolah
yang bertugas sebagai forum para orang tua untuk memantau dan sekaligus
memberikan masukan bagi peningkatan kegiatan SIS. Pada tahun pertengahan 2006,
beberapa guru PNS telah selesai masa tugasnya dan pengganti mereka telah tiba.

13 | P a g e
Dalam rangka pengembangan kerjasama di bidang pendidikan antara
Indonesia dengan Singapura, telah ditandatangani Memorandum of Understanding
(MoU) pada 24 Juni 2005, yang meliputi kerjasama perguruan tinggi kedua negara
(linkages antara National University of Singapore – NUS, Nanyang Technological
University – NTU, dan Singapore Management University – SMU dengan beberapa
universitas terkemuka di Indonesia), program sekolah kembar (kegiatan bersama
seperti perkemahan, proyek dan pertukaran kunjungan), dan pelatihan bagi para
pengajar.
Selain itu, di bidang pendidikan, KBRI Singapura juga senantiasa
memfasilitasi beberapa kunjungan sekolah dan perguruan tinggi Indonesia ke
Singapura untuk melakukan studi banding dan kerjasama khususnya pelatihan dan
pertukaran pelajar dan guru.

4. Pariwisata

Di bidang pariwisata dapat dikatakan bahwa wisatawan Singapura merupakan


yang terbanyak, yakni 1.066.461 (21,32%) dari 5 juta wistawan asing yang
berkunjung ke Indonesia pada tahun 2005. Begitupun sebaliknya, pada tahun yang
sama, jumlah wisatawan Indonesia juga merupakan yang terbanyak, yakni 1.813.444
(20,27%) dari total 8,9 juta wisatawan asing yang berkunjung ke Singapura.
Berbagai upaya yang terus dilakukan untuk meningkatkan kunjungan
wisatawan tersebut adalah kerjasama resiprokal pembebasan visa masuk Indonesia –
Singapura, kerjasama dengan maskapai Singapore Airlines untuk mempromosikan
Indonesia, pendirian kantor cabang Singapore Tourism Board di Jakarta,
pembentukan Tim Koordinasi Kerjasama Ekonomi Sub Regional yang memiliki
salah satu fungsi utama untuk meningkatkan kerjasama dibidang pariwisata antara
negara anggota ASEAN, dan upaya KBRI Singapura bekerjasama dengan berbagai

14 | P a g e
pihak guna mengundang ketertarikan warga Singapura untuk berkunjung ke
Singapura melalui travel dialogue, misi kesenian dan road show.

IV. Konsuler

1. Akses Konsuler

Fungsi Konsuler menangani berbagai masalah terkait WNI dan BHI di luar
negeri di Singapura yang memerlukan bantuan kekonsuleran. Bantuan kekonsuleran
tersebut dapat diberikan melalui akses konsuler. Dengan adanya akses konsuler
tersebut, KBRI Singapura selalu menerima pemberitahuan (notification) dari
Pemerintah Singapura baik melalui Kemlu dan duty officer Kemlu di luar jam dan
hari kerja dan atau melalui instansi terkait lainnya setelah dikoordinasikan dengan
Kemlu setempat. Dengan demikian, WNI di Singapura dapat segera mendapatkan
perlindungan atau bantuan konsuler dari KBRI Singapura sebagai wakil dari
Pemerintah Indonesia di Singapura ketika masalah mereka ditangani oleh aparat
terkait di Singapura.

2. Pelayanan Publik

Dalam aktifitas harian, Fungsi Konsuler memberikan pelayanan maksimal


kepada WNI secara terus menerus berupa bantuan hukum bagi WNI yang
menghadapi masalah hukum di Singapura, maupun bantuan lainnya seperti pelayanan
dokumen kelahiran, kematian, pernikahan, klaim asuransi, dan pindah
kewarganegaraan. Khusus untuk hal-hal darurat, KBRI Singapura dapat diakses 24
jam dan 7 hari seminggu. Hal-hal darurat tersebut meliputi: hal-hal yang berkaitan
dengan: keselamatan jiwa, kematian WNI, dan kepentingan negara. Selain dari tiga

15 | P a g e
hal tersebut, pelayanan publik dilaksanakan dalam aktifitas normal harian dengan
memanfaatkan akses konsuler yang tersedia.

3. Kasus Berat Dengan Ancaman Hukuman Mati

Sejak tahun 2003, KBRI Singapura telah terlibat dalam penanganan berbagai
kasus berat termasuk kasus pidana pembunuhan dengan ancaman hukuman berat
(capital punishment - pasal 302 Penal Code of Singapore) yang dilakukan oleh 7
PLRT Indonesia (7 kasus). Dari 7 kasus tersebut, 6 kasus telah diselesaikan
sementara 1 kasus masih dalam proses persidangan.
KBRI Singapura telah berhasil mendukung diloloskannya enam PLRT
Indonesia di Singapura yang melakukan pelanggaran Pasal 302 Code Penal Singapura
yaitu pembunuhan dengan ancaman hukuman gantung / mati. Keenam PLRT tersebut
masing-masing adalah PLRT Sundarti Supriyanto (seumur hidup), PLRT Purwanti
Parji (seumur hidup), dan PLRT Sumiyati Kariyo Dikromo (7 tahun), PLRT Juminem
(seumur hidup), PLRT Siti Aminah (7 tahun) dan PLRT Rohana (10 tahun).
PLRT Indonesia juga tercatat sebagai korban tindak kekerasan majikan
terhadap mereka dan untuk itu mereka yang menjadi korban telah ditampung dalam
shelter KBRI oleh kepolisian setempat dengan status sebagai saksi korban.

4. Klaim Asuransi Kematian bagi WNI PLRT dan Pelaut Indonesia di


Singapura

Fungsi Konsuler juga membantu pengurusan klaim asuransi WNI yang


meninggal di Singapura akibat kecelakaan kerja, baik dengan PLRT Indonesia
sebagai korban akibat jatuh dari gedung tinggi saat bekerja maupun pelaut yang
mengalami kecelakaan kerja saat berada di laut. KBRI juga menangani kasus-kasus
kematian PLRT Indonesia di Singapura yang disebabkan jatuh dari gedung tinggi.

16 | P a g e
Selain itu terjadi pula beberapa kasus kematian PLRT akibat tenggelam atau
kecelakaan lalu lintas.

5. Pengelolaan Penampungan PLRT Indonesia

Selain itu, KBRI Singapura juga memberikan perlindungan bagi WNI di


Singapura dengan menyiapkan penampungan sementara / shelter bagi PLRT
Indonesia di Singapura yang memiliki permasalahan dengan pekerjaan maupun
majikan dan atau hukum setempat, seperti: gaji tidak dibayarkan, penganiayaan fisik,
penganiayaan mental, pelecehan seksual, atau hubungan yang tidak harmonis dengan
majikan yang disebabkan berbagai hal seperti tidak dapat bekerja sesuai dengan
harapan majikan, tidak mengerti bahasa/budaya, beban kerja yang berat, tidak cukup
makan dan istirahat dan hambatan pelaksanaan hak sipil lainnya. 
Shelter yang tersedia hanya diperuntukan untuk PLRT Indonesia saja.
Kapasitas shelter sekitar 60 orang dan dapat diisi penuh sampai 80 orang.

6. Konseling, Pelatihan dan Siaran Radio

Dalam penanganan penata laksana rumah tangga (PLRT) Indonesia yang


diperkirakan berjumlah 60 - 70 ribu orang, KBRI Singapura juga menyediakan
saluran emergency berupa nomor hand phone 9295 3964, sebagai bagian dari upaya
untuk memberikan akses konsuler kepada WNI khususnya TKI/PLRT Indonesia yang
memerlukan bantuan alternatif solusi atas persoalan yang mereka hadapi. KBRI
Singapura juga menyediakan kesempatan konseling bagi PLRT yang memerlukan
baik pada hari kerja maupun pada akhir pekan. Bagi PLRT yang memerlukan
konseling lanjut, KBRI Singapura akan merujukkan mereka kepada pakar terkait
seperti psikolog maupun psikiater.

17 | P a g e
KBRI juga menyelenggarakan pelatihan dua mingguan bagi PLRT Indonesia
di Singapura pada minggu pertama dan ketiga, pembinaan rohani agama Islam pada
minggu kedua dan keempat, serta siaran radio interaktif pada dua stasiun radio di
Batam,  pada setiap hari Rabu di minggu kedua dan keempat dengan judul acara:
“Anda Tidak Sendiri”.

V.  Pertahanan

1. Kerjasama Pertahanan

Kerjasama pertahanan antara Indonesia dengan Singapura sudah berlangsung


cukup lama dan berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dengan adanya Komite / Badan
kerja sama antar kedua Angkatan Bersenjata meliputi bidang-bidang operasi, bidang
pendidikan dan latihan dan bidang logistik serta kelompok kerjasama yang dibentuk
untuk menangani suatu program / proyek yang sedang dilaksanakan oleh kedua
Angkatan Bersenjata.

2. Selat Malaka

Selat Malaka yang terletak diantara samudera India dan samudera Pasifik 
merupakan  salah  satu  jalur  komunikasi  dan transportasi laut yang sangat vital,
karena itu memegang peranan yang sangat penting dan hampir 72% dari kapal tanker
di dunia dan lebih dari 500 kapal berlayar melewati selat ini setiap harinya. Karena
posisinya yang sangat strategis, maka hal ini dapat dijadikan peluang oleh beberapa
kelompok untuk memasukkan barang-barang secara illegal ke penjuru dunia dan juga
menimbulkan terjadinya perompakan laut yang sangat membahayakan kehidupan
manusia. Untuk itu, pengamanan Selat Malaka menjadi fokus perhatian Negara pantai
yang pada tanggal 20 Juli 2004 di Batam diresmikan “Malsindo Trilateral

18 | P a g e
Coordinated Patrol” yang merupakan kegiatan patroli terkoordinasi tiga negara antara
Malaysia-Singapura-Indonesia.
Peresmiannya saat itu dihadiri oleh Panglima TNI Jenderal Endriartono
Sutarto, Panglima Tentera Di Raja Malaysia General Tan Sri Zahidi dan Chief of
Defence Force Singapore LG Ng Yat Chung didampingi oleh para Kepala Staf
Angkatan Laut ketiga negara.
Pentingnya kerjasama baik secara regional maupun internasional untuk
menjaga keamanan dunia dari ancaman serta gangguan yang tidak hanya datang dari
para teroris tetapi juga ancaman keamanan negara seperti penyelundupan manusia
secara illegal, penjualan obat-obatan terlarang, penjualan senjata api secara illegal,
money laundering serta perompakan laut. Kerjasama yang dilakukan berdasarkan
keadilan, saling menghormati, saling menguntungkan tanpa harus mengorbankan
kepentingan nasional masing-masing Negara.
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat lebih meningkatkan hubungan
kerjasama antara ketiga negara khususnya kerjasama antara TNI, ATM dan SAF serta
dapat menciptakan kestabilan, kedamaian dan kemakmuran diwilayah regional serta
keamanan dunia. Tahap pertama yang dilaksanakan adalah dengan terus menerus
melakukan komunikasi selama 24 jam antara ketiga Angkatan Laut masing-masing
negara  terutama tentang lalu lintas laut yang melalui Selat Malaka maupun Selat
Singapura dan dilanjutkan dengan patroli udara tiga negara (Eyes in the Sky / EiS).

VI. Imigrasi

KBRI Singapura menjalankan fungsi keimigrasian berupa pelayanan paspor


bagi WNI penduduk Singapura dan visa bagi WNA yang akan ke Indonesia, serta
kerjasama dengan counterpart yaitu Singapore Immigration & Checkpoints Authority
(ICA). Letak geografis kedua negara yang sangat berdekatan dan hubungan di

19 | P a g e
berbagai bidang terutama perdagangan, industri dan pariwisata, menyebabkan lalu
lintas orang antar kedua negara untuk berbagai keperluan juga sangat tinggi.
Jumlah WNI penduduk Singapura diperkirakan lebih dari 100 ribu orang
dengan prosentase terbesar adalah PLRT (sekitar 60 – 70 %), selebihnya adalah Ibu
rumah tangga, karyawan, pelajar dan mahasiswa, dan manajemen atau eksekutif
swasta. Pelayanan paspor dan dokumen perjalanan bagi WNI rata-rata 1.000 per
bulan, dengan perolehan PNBP secara rata-rata hampir SGD 1 Juta per tahun.
Sedangkan pelayanan visa bagi WNA yang akan ke Indonesia per bulan rata-
rata 5.000 visa, dengan perolehan PNBP berkisar SGD 7 Juta per tahun. Telah
diberikannya fasilitas Visa on Arrival bagi sejumlah negara, dengan kecenderungan
jumlah negara yang memperoleh fasilitas tersebut akan bertambah, berpotensi
menurunnya jumlah pelayanan visa dan juga perolehan PNBP nya.
Wilayah Barelang, Belakang Padang, Bintan dan Karimun telah ditetapkan
oleh Menteri Kehakiman sejak 1998 sebagai wilayah khusus di bidang keimigrasian
dengan pemberian kemudahan dalam penerbitan visa oleh KBRI Singapura dan KJRI
Johor dan pemberian izin masuk di wilayah tersebut serta penggunaan teknologi
smart card dalam pemeriksaan keimigrasian bagi frequent travelers antara wilayah
tersebut dengan Singapura, dan saat ini dikembangkan dalam kerangka SEZ (special
economic zones).
Kerjasama keimigrasian antara Indonesia dan Singapura telah terjalin cukup
lama dan secara intens terus ditingkatkan. Pada April 2006 lalu telah dilaksanakan
pertemuan antara Direktorat Jenderal Imigrasi dan Singapore Immigration &
Checkpoints Authority (ICA) yang membahas berbagai kegiatan kerjasama antar
kedua lembaga dalam berbagai aspek keimigrasian terutama menyangkut lalu lintas
orang antar kedua negara. Pada Juli 2006 telah diadakan kunjungan kerja beberapa
pejabat ICA ke Karimun, Batam dan Bintan.

20 | P a g e
VIII. Perhubungan

Pada tanggal 23 September 2005, telah ditanda tangani MOU antara The
Directorate General of Sea Transportation (Dirjen Hubla) dan The Maritime and Port
Authority of Singapore (MPA) tentang “Cooperation on Human Resources
Development of the Government Officer in the Maritime Field”. MOU ini
dilaksanakan berdasarkan MOU terdahulu yang ditanda tangani pada tanggal 22
Februari 2001. Kerangka kerjasama dalam MOU tersebut mencakup:

a. Pemberian bantuan yang saling menguntungkan dalam upaya untuk


mengidentifikasi kebutuhan kemaritiman dan pengembangan serta pelaksanaan
kursus-kursus termasuk program tambahan.
b. Pengarahan dan Pertemuan Bilateral pegawai/pejabat setiap 6 (enam) untuk
saling bertukar pandangan dan pendapat.
c. Memberikan peluang dan kesempatan untuk pegawai/pejabat Dirjen Hubla untuk
melaksanakan pendidikan atau short course dalam bidang maritim seperti:

 Marine Casualties and Investigation Accident.


 TOT, ISM Code, ISPS Code dan High Speed Craft
 FSI Training
 Hydrografic Survey
 Aid to navigation
 Pilot Up grading
 Ship Management
 Port Terminal, Port Economic, Port Planning dll.

Dengan adanya MOU ini, menandakan adanya keinginan kedua Negara untuk
meningkatkan dan mempererat hubungan dan kerjasama yang telah dilakukan

21 | P a g e
khususnya dalam hal meningkatkan standar operasional secara teknis dan
administrative di kedua Negara dan masing-masing lembaga Pemerintahan. Adapun
pendidikan pejabat/pegawai di lingkungan Dirjen Hubla di MPA Singapura sampai
saat ini masih tetap berlangsung.

VIII. Bea & Cukai

Dalam rangka program pengembangan Special Economi Zone (SEZ) di


kawasan Batam, Bintan, dan Karimun, DJBC dan Singapore Customs memprakarsai
kerjasama kepabeanan dalam bentuk ”Joint Customs Study Team” (JCST).
Tujuan JCST tersebut adalah untuk membandingkan dan menyerasikan sistim
dan prosedur kepabeanan untuk pelaksanaan SEZ. Pokok pembahasan dalam JCST
ini antara lain: Trade Documentation, Cargo Clearance, Post Clearance Audit dan
Risk Management.

22 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

1. ©2005-2008 Embassy of the Republic of Indonesia, Singapore.


2. http://www.setneg.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=4159&Itemid=29
3. Indrajati,H. Yudhi, mata kuliah pengantar ilmu hubungan internasional,
materi pengantar hubungan internasional, 2012 : 1

23 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai