DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
FAKULTAS TEKNIK
2019-2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya
makalah ini, walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Makalah yang kami buat
berisi materi tentang AKHLAK KEPADA RASULULLAH SAW
Makalah ini memberi perhatian yang besar terhadap Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi maupun ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Oleh karena itu, selain
menyajikan makalah yang di kehendaki, makalah ini juga menyajikan aplikasi
keimanan kita dalam kehidupan sehari- hari, baik dalam bidang IPTEK maupun
non IPTEK. Di dalam makalah ini, kita temukan tentang keimanan manusia untuk
beribadah kepada Malaikat .
Demikian pula dengan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
SAMPUL........................................................................................................................ (1)
KATA PENGANTAR.................................................................................................... (2)
DAFTAR ISI................................................................................................................... (3)
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... (4)
a. Latar Belakang............................................................................................................ (4)
b. Rumusan Masalah....................................................................................................... (4)
c. Tujuan Penulisan Makalah.......................................................................................... (4)
a. Kesimpulan...................................................................................................................... (14)
b. Daftar Pustaka................................................................................................................. (15)
BAB I
PENDAHULUAN
Rasulullah adalah penutup para nabi dan rasul, serta utusan Allah kepada seluruh umat
manusia. Beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, dan rasul yang tidak boleh
didustakan. Beliau adalah sebaik-baik makhluk, makhluk paling mulia dihadapan Allah,
derajatnya paling tinggi, dan kedudukannya paling dekat oleh Allah.
Beliau diutus kepada manusia dan jin dengan membawa kebenaran dan petunjuk, yang
diutus oleh Allah sebagi rahmat bagi alam semesta.
“Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmad bagi seluruh
alam” (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 107).
Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman, semua orang islam
mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Makna mengimani ajaran
Rasulullah Saw adalah menjalankan ajarannya, menaati perintahnya dan berhukum dengan
ketetapannya.
Ahlus sunah mencintai Rasulullah Saw dan mengagungkannya sebagaimana para sahabat
beliau mencintai beliau lebih dari mecintai mereka kepada diri mereka sendiri dan keluarga
mereka, sebagaimana sabda Rasulullah :
اليؤمن أحدكم حتّى اكون أحبّ اليه من نفسه ووالِده وولَده والنّاس أجمعين.
Artinya: Tidak beriman salah seorang diantaramu, sehingga aku lebih dicintai olehnya
daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya. (H.R. Bukhari
Muslim).
ِ قُلْ إِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ِحبُّوْ نَ هللاَ فَاتَّبِعُوْ نِى يُحْ بِ ْب ُك ُم هللاُ َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوْ بَ ُك ْم َوهللاُ َغفُوْ ٌر ر
َّح ْي ٌم
Katakanlah (Muhammad): “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu
dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 3:31).
C. Taat
Kita wajib menaati nabi Muhammad Saw dengan menjalankan apa yang diperintahkannya
dan meninggalkan apa yang dilarangnya. Hal ini merupakan konsekuensi dari syahadat
(kesaksian) bahwa beliau adalah rasul (utusan Allah). Dalam banyak ayat al-Qur’an, Allah
memerintahkan kita untuk menaati nabi Muhammad Saw. diantaranya ada yang diiringi dengan
perintah taat kepada Allah sebagaimana firman-Nya :
ْ ُوا هَّللا ُ َوأَ ِط ْيع
ُوا ال َّرسُو ُل ْ وا أَ ِط ْيع
ْ ُ…يَـأيُّهَا ْالَ ِذ ْينَ َءا َمن
“Wahai orang-orang yang beriman ‘taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad)’…..” (Q.S.
Annisa : 59).
Allah SWT menyeru hamba-hamba-Nya yang beriman dengan seruan “Hai orang-orang yg
beriman” sebagai suatu pemuliaan bagi mereka karena merekalah yg siap menerima perintah
Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Dengan seruan iman merekapun menjadi semakin siap
menyambut tiap seruan Allah SWT. Kewajiban taat kepada Allah dan kepada Rasul-Nya adalah
dengan melaksanakan perintah-perintah -Nya serta larangan-larangan -Nya.
Jika seseorang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir ia akan taat kepada Allah
dan Rasul-Nya karena ia mengimani benar bahwa Allah SWT sesungguhnya Maha Mengetahui
segala sesuatu baik yang nampak maupun yang tersembunyi
Artinya hendaknya mereka takut jika hatinya ditimpa fitnah kekufuran, nifaq, bid’ah, atau
siksa pedih didunia. Allah telah menjadikan ketaatan dan mengikuti Rasulullah sebagai sebab
hamba mendapatkan kecintaan Allah dan ampunan atas dosa-dosanya, sebagai petunjuk dan
mendurhakainya sebagai suatu kesesatan.
Kunci kemuliaan seorang mukmin terletak pada ketaatannya kepada Allah dan rasul-Nya,
karena itu para sahabat ingin menjaga citra kemuliaannya dengan mencontohkan kepada kita
ketaatan yang luar biasa kepada apa yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan kepada
Rasul sama kedudukannya dengan taat kepada Allah, karena itu bila manusia tidak mau taat
kepada Allah dan Rasul- Nya, maka Rasulullah tidak akan pernah memberikan jaminan
pemeliharaan dari azab dan siksa Allah swt, di dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman:
َ َم ْن يُّ ِط ِع ال َّرسُوْ َل فَقَ ْد أَطَا َع هللاَ َو َم ْن ت ََولَّى فَ َما أَرْ َس ْلنَا
ك َعلَ ْي ِه ْم َحفِ ْيظًا
“Barang siapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia mentaati Allah. Dan barangsiapa yang
berpaling, maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka (QS 4:80).
Manakala seorang muslim telah mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan memperoleh
kenikmatan sebagaimana yang telah diberikan kepada para Nabi, orang yang jujur, orang yang
mati syahid dan orang-orang shaleh, bahkan mereka adalah sebaik-baik teman yang harus kita
miliki.
Oleh karena itu, ketaatan kepada Rasulullah saw juga menjadi salah satu kunci untuk bisa
masuk ke dalam surga. Adapun orang yang tidak mau mengikuti Rasul dengan apa yang
dibawanya, yakni ajaran Islam dianggap sebagai orang yang tidak beriman.
Bagi seorang muslim, mengikuti sunah atau tidak bukan merupakan suatu pilihan, tetapi
kewajiban. Sebab, mengenalkan ajaran Islam sesuai denagn ketentuan Allah dan Rasul-Nya
adalah kewajiban yang harus diaati. Mengenai kewajiban mengikuti Nabi dan menaati
sunnahnya serta mengikuti petunjuknya, Allah berfirman :
ُب َو َمآ َءائَـى ُك ُم ال َّر ُس ُل فَ ُخ ُذوه
ِ العقَا ْ ُواتَّق،
ِ وا هَّللا َ إِ َّن هَّللا َ َش ِد ْي ُد َ … َو َما نَهَ ُك ْم َع ْنهُ فَاْنَتَهثوْ ْا
“… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukum-Nya.”
(Q.S. al-Hasyr : 7).
Secara umum bid’ah adaah sesat karena berada diluar perintah Allah Swt dan Rasul-Nya,
akan tetapi banyak hal yang membuktikan, bahwa Nabi membenarkan banyak persoalan yang
sebelumnya belum pernah beliau lakukan. Kemudian dapat disimpulkan bahwa semua bentuk
amalan, baik itu dijalankan atau tidak pada masa Rasulullah, selama tiak melanggar syari’at dan
mempunyai tujuan , niat mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan ridho-Nya, serta
untuk mengingat Allah serta Rasul-Nya adalah sebagian dari agama dan itu dperbolehkan dan
diterima.
“Sesungguhnya segala perbuatan tergantung pada niat dan setaiap manusia akan mendapat
sekedar paa yang diniatkan, siapa yang hijrahnya (tujuannya) itu adalah karena Alah dan
Rasul-Nya, hijrahnya (tujuan) itu adalah berhasil.” (H.R. Bukhari)
Banyak sekali orang yang memfonis bid’ah dengan berdalil pada sabda Rasulullah :
“setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”.
“barang siapa yang didalam agama kami mengadakan sesuatu yang tidak dari agama ia
ditolak”.
Mereka tidak memperhatikan terlebih dahulu apakah yang baru diakukan itu membawa
kebaikan dan yang dikehendaki oleh agama atau tidak. Jika ilmu agama sedangkal itu orang
tidak perlu bersusah payah memperoleh kebaikan.
Ditambah lagi tuduhan golongan orang ingkar mengenai suatu amalan adalah kata-kata
sebagai berikut : Rasulullah tidak pernah memerintah dan mencontohkannya. Begitu pula para
sahabat tidak ada satupun diatara mereka yang mengerjakannya. Dan jikalau perbuatan itu baik
kenapa tidak dilakukan oleh Rasulullah, jika mereka tidak melakukan kenapa harus kita yang
melakukannya. Bahkan dengan hal itu mereka menyebutkan bahwa hal baru seperti tahlilan atau
berzikir bersama adalah bid’ah, dan itu adalah sesat.
Dimana harus kita fahami macam-macam sunnah, antara lain adalah :
a. Sunnah Qauliyyah : sunnah dimana Rasulullah saw sendiri menganjurkan atau menyarankan
suatu amalan, tapi tidak ditemukan bahwa rasulullah tidak pernah mengerjakannya secara
langsung. Jadi sunnah ini adalah sunnah Rasulullah yang dalilnya sampai kepada kita bukan
dengan cara dicontohkan, melainkan hanya diucapkan saja oleh beliau. Contohnya adalah hadis
Rasulullah yang menganjurkan orang untuk belajar berenang, tetapi kita belum pernah
mendengar Rasulullah atau para sahabat belajar berenang.
b. Sunnah Fi’liyah : Sunah yang ada dalilnya dan pernah dilakukan langsung oleh Rasulullah.
Misalkan sunnah puasa senin kamis, makan dengan tangan kanan, dan lain-lain.
c. Sunnah Taqriyyah : Sunah dimana Rasulullah tidak pernah melakukan secara langsung dan
tidak pula pernah memerintahkannya. Melainkan hanya mendiamkannya saja. Contohnya adalah
beberapa amalan para sahabat yang saat dilakukan Rasulullah mendiamkannya saja.
Begitu juga dengan amalan ibadah yang belum pernah dilakukan nabi dan para sahabat
juga tidak pernah disampaikan dan tidak pula didiamkan oleh beliau, yaitu yang dilakukan oleh
para ulama. Misalkan mengadakan majlis maulidin Nabi Saw dan yasinan. Tidak lain para ulama
yang melakukan ini adalah mengambil dalil-dalil dari kitabullah yang menganjurkan agar
manusia selalu berbuat kebaikan atau dalil tentang pahala bacaan dan amal ibadah. Dan berbuat
kebaikan ini banyak caranya asalkan tidak bertentangan dengan Islam.
Mari kita rujuk ayat al-qur’an berikut :
ِ العقَا
ب ْ ُ َواتَّق،… َو َمآ َءائَـى ُك ُم ال َّر ُس ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَ ُك ْم َع ْنهُ فَاْنَتَهثوْ ْا
ِ وا هَّللا َ إِ َّن هَّللا َ َش ِد ْي ُـد
“… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah.dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukum-Nya.”
(Q.S. al-Hasyr : 7).
Dalam ayat ini jelas bahwa perintah untuk tidak melakukan segala sesuatu jika telah tegas
dan jelas larangannya.
“Jika aku menyuruhmu melakukan sesuatu, maka lakukanlah semampumu dan jika aku
melarangmu melakukan sesuatu, maka jauhilah.”.
Maka para ulama mengambil kesimpulan bahwa bid’ah yang dianggap sesat adalah
menghalalkan sebagian dari agama yang tidak diizinkan oleh Allah. Serta bertentangan dengan
yang telah disyari’atkan oleh Islam. Contoh bid’ah sesat yang mudah adalah sengaja shalat tidak
menhadap kiblat, mengerjakan shalat dengan satu sujud, atau yang lebih banyak terjadi adalah
bagi masyarakat keraton yaitu mendo’akan orang yang telah meninggal dengan sesaji serta
memohon kepada Allah dan berdzikir menggunakan sesaji. Itulah yang dianggap sesat karna
sesaji tidak ada dalam Islam dan itu menyimpang dari syari’at Islam.
Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat penting
sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.
“Seutama-utama puasa sesudah Ramadhan adalah puasa dibulan Muharram dan seutama-
utama shalat sesudah shalat fardu ialah shalat malam.” ( H.R. Muslim no.1163).
Diantara hak Nabi Saw yang disyariatkan Allah atas umatnya adalah agar mereka
mengucapkan shalawat dan salam untuk beliau. Allah Swt dan para malaikat-Nya telah
bershalawat kepada beliau dan Allah memerintahkan kepada para hamba-Nya agar mengucapkan
shalawat dan taslim kepada beliau.
Allah berfirman :
ْ وا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُم
واتَ ْسلِ ْي ًما ْ ُّصل ْ ُ يـآيُّها َ الَّ ِذ ْينَ َءا َمن,صلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي
َ وا َ ُ ي,ُإِ َّن هَّللا َ َو َملئِ َكتَه
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Saw. ‘Wahai orang-
orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh
penghormatan kepadanya.’” (Q.S. Al-Ahzab : 56).
Mengucapkan shalawat untuk Nabi Saw, diperintakan oleh syari’at pada waktu-waktu yang
dipentingkan, baik yang hukumnya wajib dan sunnah muakaddah. Diantara waktu itu adalah
ketika shalat diakhir tassyahud, diakhir qunud, saat khutbah seperti khutbah jum’at dan khutbah
hari raya, setelah menjawab mu’adzin, ketika berdo’a, ketika masuk dan keluar masjid, juga
ketika menyebut nama beliau.
Rasulullah Saw telah mengajarkan kepada kaum muslimin tentang tata cara mengucapkan
shalawat. Rasulullah menyarankan agar memperbanyak shalawat kepadanya pada hari jum’at,
sebangaimana sabdanya :
“Perbanyaklah kalian membaca shalawat untukku pada hari dan malam jum’at, barang siapa
yang bershalawat untukku sekali, niscaya Allah bershalawat untuknya 10 kali.”
Kemudian ibnul qayyim menyebutkan beberapa manfaat dari membaca shalawat kepada
Nabi, diantaranya adalah :
Karena ulama disebut sebagai pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama seharusnya
tidak hanya memahami tentang beluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap dan
kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti inilah yang harus
kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan agamanya yang luas, tapi
tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu bukanlah ulama yang sesungguhnya
dan berarti tidak ada kewajiban bagi kita untuk menghormatinya.
Rasulullah menyebut keluarga sucinya sebagai jalan kebebasan, pintu keselamatan, dan
cahaya petunjuk. Rasulullah juga mewajibkan kita untuk mencintai dan menaati mereka.
Dari abi dzarr ia berkata, ‘saya mendengar Rasulullah Saw bersabda’: “Jadikanlah ahlul
baitku bagimu tidak ubahnya seperti kepala bagi tubuh dan tidak ubahnya dua mata bagi
kepala. Karena sesungguhnya tubuh tidak akan memperoleh petunjuk kecuali dengan kepala,
dan begitu juga kepala tidak akan memperoleh petunjuk kecuali dengan kedua mata.”.
Kecintaan kepada kerabat Rasulullah Saw yang di istilahkan sebagai ahlul bait manfaatnya
kembali kepada orang yang melakukannya. Rasulullah mengatakan bahwa kecintaan ini
merupakan upah dari Allah Swt atas risalah yang disampaikannya. Sebagaimana firman Allah,
“katakanlah, Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah apapun atas seruanku, kecintaan
kepada keluargaku” (Q.S. Asy-syura : 23).
Kecintaan yang disebutkan disini bukanlah kecintaan biasa, melainkan kecintaan yang
mendorong manusia kepada maqam kedekatan ilahi, dan mampu memasuki pintu kebahagiaan
abadi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kita wajib mencintai dan mentaati apa yang diajarkan Rasulullah sebagai wujud kecintaan
dan pengabdian kita sebagai hamba Allah Swt. Apabila kita benar-benar mencintai Allah sudah
semestinya kita juga mencintai Rasulullah, karena beliau merupakan kekasih beserta utusan
Allah untuk dijadikan uswatun khasanah bagi setiap ummatnya. Bentuk kita mencintai dan
mentaati Rasulullah dengan cara, mengikuti dan mengerjakan hal-hal yang diajarkan Rasulllah,
menghidupkan sunnah-sunnahnya, membaca shalawat serta salam yang ditujukan kepada beliau,
mencintai keluarga dan sahabat-sahabat Nabi, serta berziarah ke makam Rasulullah.
DAFTAR PUSTAKA
Elmubarok, Zaim dkk. (2013). Islam Rahmatan Lil’alamin. Semarang : UNNES Press.
Usamah, Abu Masykur. cetakan pertama (Juni 2006/Februari 2007). Aku Cinta Rosul shallallahu
‘alaihi wa sallam. Penerbit: Darul Ilmi, Yogyakarta.