Anggota:
MANAJEMEN F
FAKULTAS EKONOMI
BLITAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada tuhan yang maha esa atas segala nikmatnya sehingga penulis dapat
menyusun makalah tentang "AKHLAK TERHADAP MAKHLUK" dengan sebaik-baiknya.
Adapun tujuan dari penulis makalah ini adalah sebagai media pembelajaran dalam rangka
memenuhi tugas di perguruan tinggi yang berkaitan dengan bahan pembelajaran dan penulis
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu dan memfasilitasi sehingga
makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Meski penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, namun tidak menutup
kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran
dari pembaca sekalian.
Demikian, besar harapan penulis agar makalah ini dapat menjadi bacaan yang nantinya akan
bermanfaat bagi pembaca.
KATA PENGANTAR…………………………………………………………................2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...............3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Macam-Macam Akhlak.................................................................................................6
3.2 Saran............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
Islam menempatkan akhlak pada tempat yang sangat strategis, hal ini terwujud
dalam bebrapa hal diantaranya; Rassulullah SAW diutus kepada umatnya untuk
membawa risalah yang telah diwahyukan Allah SWT melalui Malaikat Jibril AS,
diantaranya yaitu untuk menyempurnakan Akhlak. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW
dalam salah satu hadisnya; “Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan keluluran
Akhlak.(HR.Malik). mendefinisikan agama sebagai akhlak yang baik. Dalam sabda
Rasulullah SAW, ketika beliau ditanya tentang makna agama, Beliu menjawab; “bahwa
agama adalah akhlak yang baik”. Rasulullah SAW juga bersabda “Timbangan yang
berat pada hari perhitungannanti adalah Takwa kepad Allah dan Akhlak yang mulia”.
BAB II
PEMBAHASAN
Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yaitu ” Al-Khulk ” yang berarti tabeat,
perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Menurut istilahnya, akhlak ialah sifat yang
tertanam di dalam diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang
dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan paksaan. Dalam KBBI, akhlak berarti budi
pekerti atau kelakuan. Sedangkan menurut para ahli, pengertian akhlak adalah sebagai
berikut:
Menurut Abu Hamid Al Ghazali : Akhlak ialah sifat yang terpatri dalam jiwa
manusia yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan senang
dan mudah tanpa memikirkan dirinya serta tanpa adanya renungan terlebih dahulu.
Menurut Ahmad bin Mushthafa : Akhlak merupakan sebuah ilmu yang darinya
dapat diketahui jenis-jenis keutamaan, dimana keutamaan itu ialah terwujudnya
keseimbangan antara tiga kekuatan yakni kekuatan berpikir, marah dan syahwat atau
3) Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan
dari luar.
b) Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi,baik
diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan
ketenangan dan ketentraman hati.
c) Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti
ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan
manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu
d) Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu
hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e) Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya
rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa.
Akhlak terhadap Rasulullah adalah cara kita berinteraksi secara tidak langsung kepada
Rasulullah SAW yang meliputi tata cara bersikap kepada beliau dan tata cara berinteraksi
dengan segala sesuat yang di bawanya.
akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya
baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita,
dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau
bahkan membahayakan jiwa.Sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa
bersifat psikis. Misalkan iri, dengki, munafik dan lain sebagainya. Itu semua dapat
membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari.
A.Shidiq
Shidiq artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong. Seorang muslim
dituntut selalu berada dalam keadaan benar lahir batin, benar hati, benar perkataan dan
benar perbuatan. Rasulullah memerintahkan setiap muslim untuk selalu shidiq, karena
sikap shidiq membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkannya ke
surga.Shidiq (benar) meliputi benar perkataan, benar pergaulan, benar kemauan, benar
janji dan benar kenyataan.
B.Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya, seakar dengan kata iman. Sifat amanah lahir
dari kekuatan iman. Semakin menipis keimanan seseorang semakin pudar pula sifat
amanah pada dirinya.Bentuk amanah dapat berupa tidak menyalahgunakan jabatan
untuk kepentingan tertentu, menunaikan kewajiban dengan baik dan memelihara
semua nikmat yang diberikan Allah SWT.
C.Istiqamah
istiqamah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman
sekalipun menghadapi berbagai tantangan dan godaan. Seorang yang beriman
haruslah istiqamah dalam ketiga dimensi tersebut. Dia akan selalu menjaga kesucian
hatinya, kebenaran perkataan dan kesesuaian perbuatannya dengan ajaran Islam.
D.Iffah
Iffah yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan memelihara
kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan
menjatuhkannya. Untuk menjaga kehormatan diri tersebut, dia harus dapat
mengendalikan hawa nafsunya, tidak saja dari hal-hal yang haram, bahkan kadang-
kadang harus juga menjaga dirinya dari hal-hal yang halal karena bertentangan
dengan kehormatan dirinya..
E.Tawadhu’
Tawadhu’ artinya rendah hati, kebalikan dari sombong atau takabur. Orang
yang rendah hati tidak memandang dirinya lebih hebat dari orang lain. Rendah hati
berbeda dengan rendah diri.Sikap tawadhu’ adalah sifat mulia yang lahir dari
kesadaran akan Kemahakuasaan Allah atas semua hamba-Nya.
F.Malu
G.Sabar
Sabar bermakna menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena
mengharapkan ridho Allah. Sabar dalam hal ini berarti menahan dan mengekang diri
dari mempertuhankan hawa nafsu.
H.Pemaaf
Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa
harus menunggu orang yang bersalah meminta maaf kepada, tetapi boleh jadi karena
hambatan psikologis menyebabkan seseorang tidak mau meminta maaf, Kebalikan
dari sifat pemaaf adalah dendam, yaitu menahan rasa permusuhan di dalam hati dan
menunggu kesempatan untuk membalas.
2. Memulai salam
Seorang muslim yang baik adalah seorang yang memperhatikan tata krama
dalam bertetangga, tidak mencampuri urusan yang tidak bermanfaat baginya, dan
tidak menanyakan urusan-urusan orang lain yang bersifat pribadi.Maka jika anda
ingin mendapat cinta dan simpati tetangga, janganlah pernah mencampuri urusan-
urusan pribadi mereka.
Seorang muslim yang baik ketika ia tahu tetangganya berbuat maksiat adalah
menasehatinya dengan lemah lembut, dan mengajaknya kembali ke jalan Allah
shallallahu ‘alaihi wasallam, memotivasinya agar berbuat baik, dan memperingatkannya
dari kejahatan, serta mendo’akannya tanpa sepengetahuannya
7. Menutup Aib.
Di antara para tetangga adalah dengan bersikap ramah tamah terhadap mereka
dengan ungkapan dan ucapan yang baik dan lembut, atau dengan memberikan hadiah
istimewa kepadanya, atau dapat pula dengan mengundang mereka untuk makan di rumah
kita, dan lain sebagainya.
Akhlak Terhadap Orang Tua (Ibu Dan Bapak)
Akhlak terhadap orang tua yang masih hidup
Orang tua (ibu dan bapak) adalah orang secara jasmani menjadi asal keturunan anak. Itu pula
sebabnya secara kudrati, setiap orang tua menyayangi dan mencintai anaknya sebagai mana
ia menyayangi dan mencintai dirinya sendiri. Orang tua tidak mengharapkan balas jasa dari
anak atas semua pengorbanan yang diberikan kepada anak. Harapan orang tua hanya satu
yaitu kelak anaknya menjadi anak yang saleh dan salehah, anak yang memberi kebahagiaan
orang di dunia dan mendo’akan mereka setelah mereka meninggal dunia.Atas dasar itu,
antara lain yang menyebabkan seorang anak harus berbakti kepada orang tua.
Seorang ayah atau ibu yang sudah meninggal dunia masih memiliki hak mendapatkan
limpahan pahala dari do’a yang disampaikan anaknya. Hal ini juga mengandung arti bahwa
anak memiliki kewjiban mendo’akan orang tuanya yang sudah meninggal. Dalam ajaran
tasawuf, dikatakan, do’a yang paling besar kemungkinan diterima Allah adalah do’a seorang
anak untuk orang tuanya dan do’a oaring fakir untuk orang kaya.Kita sebagai anak, meskipun
orang tua kita sudah wafat, orang tua tetap sebagai orang tua yang wajib dihormati, oleh
sebab itu, kewajiban anak terhadap mereka berlanjut sampai mereka wafat.
Beberapa sikap yang harus dimunculkan oleh setiap anggota keluarga tersebut diantaranya:
1. Memimpin rumah tangga adalah sebuah tanggung jawab, demikian juga memimpin
bangsa. Tanggung jawab itu pun idealnya harus ditunjang dengan kemampuan di
berbagai bidang termasuk kemampuan leadership (kepemimpinan)..
2. Kerjasama
Dalam konteks yang lebih besar, kepemimpinan suatu bangsa misalnya tidak mungkin
mencapai sukses apabila langkah-langkah pemimpin daerah tidak searah dengan
kepemimpinan pusat. Kepemimpinan di setiap daerah itu sendiri pun tidak akan
berjalan mulus jika bertentangan dengan kepemimpinan atau langkah-langkah
keluarga dan jelaslah pula bahwa keluarga merupakan tulang punggung bagi tegaknya
suatu bangsa.
3. PerhitungandanKeseimbangan
Pengaturan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga dituntut oleh ajaran
Islam.Hal tersebut lahir dari rasa cinta terhadap anak dan tanggung jawab terhadap
generasi selanjutnya. Dalam al-Qur’an anak disebut sebagai “buah hati yang
menyejukkan”, serta “Hiasan kehidupan dunia”.
4. Disiplin
Dalam kehidupan berkeluarga, sikap kedisiplinan ini begitu penting. Untuk
mendapatkan kesejahteraan, seorang kepala keluarga perlu memiliki sikap disiplin
dalam mengatur waktu untuk bekerja, ibadah dan istirahat, demikian juga seorang
anak, untuk menggapai cita-citanya dia harus rela mendisiplinkan diri dan waktunya
untuk belajar, bermain, ibadah dan istirahat. Tanpa kedisiplinan, keteraturan hidup
susah tercapai.
5. Kasihsayang
keajaiban dari kekuatan besar yang dinamakan cinta yang merupakan anugrah dari
Allah SWT.Sejatinya, kekuatan besar tersebut melandasi seluruh aspek kehidupan
berkeluarga, karena dengan cinta sesuatu yang berat akan terasa mudah.
6. AKHLAK KEPADA LINGKUNGAN HIDUP
Alam adalah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi beserta isinya, selain Allah. Allah
melalui Al-Qur’an mewajibkan kepada manusia untuk mengenal alam semesta beserta isinya.
Manusia sebagai khalifah diberi kemampuan oleh Allah untuk mengelola bumi dan
mengelola alam semesta ini. Manusia diturunkan ke bumi untuk membawa rahmat dan cinta
kasih kepada alam seisinya. Oleh karena itu, manusia mempunyai tugas dan kewajiban
terhadap alam sekitarnya, yakni memakmurkan, mengelola, dan melestarikan alam,
sebagaimana firman-Nya: “Dia menciptakan kalian dari bumi dan menjadikan kalian
sebagai pemakmurnya.” (QS. Al-Anbiya’ 21:107)
Manusia mempunyai kewajiban untuk berakhlak kepada alam sekitarnya. Ini didasarkan
kepada hal-hal sebagai berikut:
Dalam Islam ada aturan untuk mengendalikan diri dalam berinteraksi dengan alam, yaitu
ketika sedang melakukan ihram, seseorang dilarang mencabuti tumbuhan dan berburu
binatang.Pada intinya, etika Islam terhadap alam semesta hanya mengajarkan satu hal saja
yaitu perintah untuk tidak melakukan kerusakan di muka bumi.Akhlak manusia terhadap
alam bukan semata-mata untuk kepentingan alam, tetapi jauh dari itu untuk memelihara,
melestarikan dan memakmurkan alam ini. Dengan memenuhi kebutuhannya sehingga
kemakmuran, kesejahteraan, dan keharmonisan hidup dapat terjaga. Berakhlak dengan alam
sekitar dapat kita lakukan dengan cara melestarikan alam sekitar sebagai berikut :
Kerusakan alam dan ekosistem di lautan dan di daratan terjadi akibat manusia tidak sadar,
sombong, egois, rakus dan angkuh dan hal itu merupakan bentuk akhlak yang buruk dan
sangat tidak terpuji.Musibah yang menimpa manusia pada hakekatnya adalah natijah
(peringatan) dari perbuatannya sendiri. Ini sesuai dengan hukum kausal karena manusia
merusak lingkungannya sendiri, maka timbullah berbagai kesulitan hidup dan malapetaka.
Jadi, sebagai konsekuensi dari perbuatan melakukan kerusakan itu, manusia harus
bertanggungjawab. Tanggungjawab di dunia berupa :
Kembali sadar dan tidak mengulangi perbuatannya yang merugikan lingkungan itu
Memperbaiki lingkungan yang telah dirusaknya, sehingga dapat berfungsi kembali
sesuai tujuan penciptaannya, dan
Membayar ganti rugi, seorang yang merusak lingkungan harus diberi sanksi, baik
sanksi negara maupun sanksi agama.
Dengan demikian manusia bukan saja dituntut agar tidak alpa dan tidak angkuh terhadap
sumber daya yang dimiliknya, melainkan juga dituntut untuk memperhatikan apa yang
sebenarnya dikehendaki oleh pemilik (Tuhan) menyangkut apa yang berada di sekitar
manusia.firman Allah: “Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta yang berada di
antara keduanya, kecuali dengan (tujuan) yang hak dan pada waktu yang ditentukan.” (QS.
Al-Ahqaf 46:3)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak
mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang
baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama
makhluk. Akhlak merupakan hal yang paling penting dalam pembentukan akhlakul
karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling baik budi pekertinya adalah
Rasulullah S.A.W. Akhlak baik terhadap Allah Swt.,terhadap Rasulullah
Saw,Pribadi, Sesama Manusia dan Lingkungan hidup perlu diaktualisasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://pendidikanagamaislam07.blogspot.co.id/2009/12/akhlak-sesama-manusia.html
http://ukhuwahislah.blogspot.co.id/2013/06/makalah-akhlak-kepada-kedua-orang-tua.html
https://sartikahinata.wordpress.com/2013/02/17/akhlak-terhadap-
keluarga/http://adezaenudin.blogspot.com/2010/06/sistem-ajaran-islam-tentang-akhlak.html
http://nettihariani.blogspot.com/2009/11/akhlak-dalam-keluarga.html